Anda di halaman 1dari 10

1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ilmu pengetahuan

Era modern acapkali merujuk kepada kemajuan sangat pesat ilmu

pengetahuan. Istilah modern itu sendiri sebenarnya mulai memasuki kawasan

perdebatan intelektual Eropa Barat pada abad ketujuh belas, yang diartikan

sebagai peristiwa yang sedang terjadi atau sedang berlangsung, atau mutakhir.

Dari sini, kadang kemodernan sering disalahartikan sebagai lawan dari tradisional,

antik dan klasik, ketinggalan zaman, kuno dan sejenis itu.

Dari aspek perkembangan keilmuan, era modern ditandai dengan perubahan

paradigma berpikir terhadap sesuatu baik berupa fenomena kealaman maupun

sosial. berpendapat bahwa perkembangan keilmuan modern menjadi sebuah

konsep yang militan melalui kemajuan penemuan cara-cara keilmuan setelah René

Descartes di Perancis dan Isaac Newton (juga Francis Bacon) di Inggris.

Figur-figur inilah yang kemudian menjadi simbol kompetisi perkembangan

ilmu era modern oleh para generasi berikutnya, terutama di bidang ilmu pasti

alam. Kemajuan peradaban umat manusia di era (modern) ini secara esensial

merupakan penerapan akal manusia (rasionalisasi) terhadap tugas untuk

menciptakan dunia yang lebih baik demi memenuhi kebutuhan hidup umat.1

1
Hertati, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya dasar, (Banten, universitas terbuka, 2012). Hal.
121- 125

1
2

B. Teknologi

Menurut Walter Buckingham yang dimaksud dengan teknologi adalah ilmu

pengetahuan yang diterapkan ke dalam seni industri serta oleh karenanya

mencakup alat-alat yang memungkinkan terlaksananya efisiensi tenaga kerja

menurut keragaman kemampuan.

Dari pengertian teknologi di atas dapat kecenderungan bahwa teknologi

dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan, dalam pengertian bahwa

penerapan itu menuju keperbuatan atau perwujudan dan sesuatu.

Dengan demikian teknologi tidak dapat ada tanpa berpasangan dengan ilmu

pengetahuan, dan pengetahuan tentang teknologi perlu disertai oleh pengetahuan

akan ilmu pengetahuan yang menjadi pasangannya.

 Macam-macam Teknologi

Ada tiga macam teknologi yang sering dikemukakan para ahli yaitu:

a. Teknologi modern

b. Teknologi madya

c. Teknologi tradisonal.2

C. Ilmu pengetahuan teknologi dan nilai-nilai

Sebagaimana Etika, ilmu tak bebas dari pengaruh tata nilai. Kenneth

Boulding mengatakan bahwa sebagian besar dari keberhasilan masyarakat

keilmuan dalam memajukan pengetahuan adalah berkat nilainya, yang

menempatkan penggabdian yang obyektif terhadap kebenaran di jenjang yang

2
Wiriadmadja, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta, Bumi Aksara, 1990). Hal. 326-327
3

paling luhur, dan kepadanya baik harga diri perseorangan maupun kebanggaan

nasional harus ditelutkan.

Namun, kebenaran bukanlah satu-satunya nilai yang seharusnya dijunjung

tinggi oleh para ilmuwan. Di samping itu nilai-nilai yang perlu dijadikan panduan

dalam pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah etika

keilmuan. Adalah penting dikemukakan pesan historis Albert Einstein di hadapan

para mahasiswa California Intitute of Technology pada saat Perang Dunia II

tengah berlangsung (1938), di mana patut dijadikan pesan moral dalam

pengembangan Iptek.

Ilmu pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk mencari

jawaban dan jalan keluar dari segala permasalahannya di muka bumi ini.

kemudian segala usaha dilakukan manusia untuk menciptakan mekanisme-

mekanisme kehidupan yang lebih menguntungkan untuk mempermudah

kehidupannya di dunia ini.

Teknologi yang kemudian memberikan kemudahan-kemudahan pada

manusia di muka bumi ini untuk menjalani aktivitas keseharian mereka.

Perkembangan peradaban manusia tidak lepas dari dampak yang muncul akibat

dari perkembangan teknologi yang diciptakan manusia itu sendiri.

Dengan kata lain, perkembangan ilmu pengetahuan mendorong munculnya

banyak inovasi-inovasi dalam bidang teknologi yang kemudian keduanya

mendorong perubahan peradaban manusia.

1. Dampak negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan teknologi anatara lain:


4

Teknologi lahir karena adanya kebutuhan manusia untuk mempermudah segala

aktivitas dan kegiatannya. Manusia juga menciptakan dan mengembangakan

teknologi komunikasi dan transportasi dengan beragam produk kemudahan

untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam berinteraksi dengan sesama.

a. Dampak negatif muncul karena kesalahan atau kekeliruan yang tidak

sengaja dalam penggunaannya.

b. Dampak negatif muncul karena kesalahan yang disengaja dalam

penggunaannya untuk tujuan pengerusakan.

Contohnya seperti cyber crime (kejahatan di dunia maya) kriminal,

penipuan,terorisme, sabotase, pencurian, penetrasi (gangguan sistem komputer

atau jaringan yang menyebabkan privasi tergangguan), dan virus.

2. Dampak positif dari perkembangan ilmu pengetahuan teknologi anatara lain:

Perkembangan komputer ternyata tidak hanya menolong manusia dalam

melakukan pekerjaan yang baik–baik saja, namun juga sangat membantu dalam

melakukan segala aktivitas. Dampak positif yang muncul yaitu dapat

mempermudah pekerjaan seperti mengetik dokumen, mencari infromasi dan

sebagainya.3

3. Nilai sebagaimana Etika, ilmu tak bebas dari pengaruh tata nilai. Kenneth

Boulding mengatakan bahwa sebagian besar dari keberhasilan masyarakat

keilmuan dalam memajukan pengetahuan adalah berkat taat nilainya, yang

menempatkan pengabdian yang obyektif terhadap kebenaran di jenjang yang

3
Hertati, dkk, Ilmu Sosial… Hal. 134-136
5

paling luhur, dan kepadanya baik harga diri perseorangan maupun kebanggaan

nasional harus ditelutkan.4

Nilai dan tanggung jawab moral terhadap iptek, tentu saja menjadi satu keharusan

yang semestinya dimiliki. Tragedi lakon "Frankeisten", yang mengisahkan

egoisme seorang ilmuwan untuk menciptakan makhluk "manusia baru" dari

jenazah pesakitan tanpa mengindahkan norma dan etika seorang ilmuwan, pada

akhirnya menciptakan bumerang bagi dirinya sendiri. "Makhluk ciptaan" ilmuwan

tadi kemudian membunuh "sang penciptanya" itu sendiri, yaitu sang ilmuwan

egois tadi. Hal ini sejalan dengan apa yang selalu diperingatkan Einstein (1950)

tentang bahaya penggunaan teknologi nuklir. Ia dengan pedasnya mengecam

penerapan dan penyalahgunaan senjata nuklir.

Konsekuensi moral terhadap dampak penyalahgunaan iptek mengakibatkan

perlunya alternatif-alternatif yang dipilih untuk menjadikan iptek bernilai bagi

kemaslahatan manusia dan alam semesta. Tanpa pertimbangan berdasarkan nilai-

nilai akan berakibat berulangnya tragedi yang disebabkan oleh dampak penerapan

iptek seperti dikemukakan di atas. Tawaran Hidajat Nataatmadja tampak cukup

berguna untuk mengembalikan iptek menjadi bernilai. Hidajat Nataatmadja

mencoba menegakkan realisme, bahwa ilmu (sains) hanyalah merupakan salah

satu manifestasi dari fitrah manusia, sehingga bukan ilmu yang harus

menerangkan manusia apa adanya, melainkan manusialah yang harus

menerangkan ilmu itu apa. Yaitu, bahwa aktualnya fitrah manusia dalam

kehidupan empiris adalah menunjukkan keimanan religius dan keimanan akan

4
Setiawan, Nilai Ilmu Pengetahuan, (Jakarta, universitas terbuka, 2006). Hal. 241
6

transendensi, yaitu suatu the feeling of dependence dan the feeling creature

terhadap Sumber Agung (Allah); dengan menganggap relatif segala kekuasaan,

segala kekayaan dan segala pengetahuan. Ini berarti pikiran manusia harus

berpijak pada dua dasar pikiran, yakni iman dan transendensi, sehingga agama

benar-benar menjiwai seluruh perikehidupan manusia. Langkah-langkah yang

perlu ditempuh untuk mewujudkan hal tersebut adalah: pertama, mencari titik

lemah ilmu dan bagaimana titik lemah ini dapat kita perbaiki. Titik lemah itu

terdapat pada landasan dogmatiknya (paradigma), misalnya ilmu itu universal

benar, objektivitas, netralitas etik, rasionalisme, empirisme, relativisme, dan lain-

lain, yang kesemuanya itu seakan-akan menjamin kebenaran ilmu. Tapi

sebenarnya, semua dogma-dogma itu sama dengan mitos yang diyakini manusia

primitif. Ini sebagai bukti bahwa manusia telah menggantungkan diri secara

mutlak tanpa syarat kepada pikirannya sendiri.

Bagaimana mungkin pikiran manusia menerangkan pikirannya sendiri.

Itulah hakikat berhala yang disembah oleh manusia modern, berhala paradigma

ilmu. Hidajat Nataatmadja menunjukkan bukti-bukti yang menjadi pengalaman

bagi para pioneer jenius Barat seperti Einstein, Goedel, dan Weiskop, Popper,

Thomas Kuhn, dan dia sendiri, bahwa apa yang disebut kebenaran, kriteria

kebenaran, kreativitas, paradigma, dan pengetahuan tentang siapa manusia adalah

berada di luar ilmu pengetahuan itu sendiri. Karena konsep-konsep itu merupakan

konsep-konsep subjektif yang berada di dunia spiritual. Itulah “batas kemustahilan

ilmu”, sehingga konsep-konsep tersebut mustahil bisa dicari di dunia objektif,

melainkan harus dicari di dunia subjektif: yakni agama sebagai sumbernya.


7

Langkah kedua, Hidajat Nataatmadja dalam memugar dunia ilmiah

mengganti paradigma ilmu dengan rukun iman. Langkah ketiga, menjadikan

agama sebagai dasar dan validator pengetahuan ilmiah. Absurditas untuk mencari

pengetahuan yang berada di limit kemustahilan ilmu sebagaimana telah

disebutkan pada langkah pertama merupakan kegagalan mereka dalam

mengungkapkan makna kesadaran manusiawi, yaitu kesadaran spiritual yang

berada di dimensi keempat yang bukan derivat pengalaman empiris. Hal ini

menjadikan manusia modern mengalami buta dimensi.

Untuk itu agar dapat masuk ke pintu gerbang penghayatan agama, maka

Hidajat Nataatmadja merumuskan teori kesadaran manusia dalam bentuk

spektrum kesadaran. Spektrum kesadaran dimaksud memperlihatkan adanya suatu

realism bahwa kesadaran humanistik (manusiawi) harus menjangkau kesadaran

spiritual ke kedalaman iman, takwa, dan tauhid di dunia spiritual. Kesadaran yang

terputus dari kesadaran spiritual, maka akan mengambang dalam dunia

relativisme, dunia semu dan dunia amarah. Dalam langkah ketiga nampak

bagaimana pengetahuan yang merupakan batas kemustahilan ilmu itu, harus dicari

di dunia humanistik, dunia spiritual yang sifatnya subjektif. Hal ini harus

dilakukan dengan penghayatan agama sebagai hakikat yang dijadikan sebagai

validator ilmu.

D. Kemiskinan

Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problem yang

muncul dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat di negara-negara


8

yang sedang berkembang. Masalah kemiskinan ini menuntut adanya suatu upaya

pemecahan masalah secara berencana, terintegrasi dan menyeluruh dalam waktu

yang singkat. Upaya pemecahan masalah kemiskinan tersebut sebagai upaya

mempercepat proses pembangunan yang selama ini sedang dilaksanakan.

Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, kemiskinan adalah sesuatu

yang nyata adanya bagi mereka yang tergolong miskin. Mereka sendiri merasakan

dan menjalani kehidupan dalam kemiskinan tersebut. Kemiskinan itu akau lebih

terasa lagi apabila mereka telah membandingkannya dengan kehidupan orang lain

yang lebih tinggi lingkat kehidupannya.

Selanjutnya, kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan

untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok, seperti pangan, pakaian, papan

sebagai tempat berteduh. Emil Salim (1982) menyatakan bahwa mereka dikatakan

berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk

mcmenuhi kebutuhan hidup yaug paling pokok, seperti pangan, pakaian tempat

berteduh dan Iain-lain.Kemiskinan bukanlah sesuatu yang terwujud sendiri

terlepas dari aspek- aspek lainnya, tetapi kemiskinan itu terwujud sebagai hasil

dari interaksi antara berbagai aspek yang ada dalam kehidupan manusia.

Faktor Penyebab Timbulnya Kemiskinan antara lain:

1) Pendidikan yang terlampau rendah

2) Malas bekerja

3) Keterbatasan sumber daya alam

4) Terbatasnya lapangan kerja

5) Keterbatasan modal
9

6) Beban keluarga.

Upaya Pemecahan Masalah Kemiskinan antara lain:

a. Latihan pendidikan keterampilan

b. Berwiraswasta

c. Pemasyarakatan program keluarga berencana.

Klarifikasi atau penggolongan seseorang atau masyarakat itu dikatakan

miskin, ditetapkan dengan menggunakan tulak ukur yang umumnya dipakai

adalah:

1. Tingkat pendapatan

2. Kebutuhan relatif

Para ahli ilmu-ilmu sosial umumnya berpendapat bahwa sebab utama yang

melahirkan kemiskinan ialah sistem ekonomi yang berlaku dalam masyarakat

yang bersangkutan.

Kemiskinan Menurut Pendapat Umum Dapat Dikategorikan dalam tiga unsur,

yaitu:

1) Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniah atau mental seseorang

2) Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam

3) Kemiskinan buatan.

Kemiskinan aspek badaniah, biasanya orang-orang tersebut tidak bisa

berbuat maksimal sebagaimana manusia lainnya yang sehat jasmaniah. Karena

catat badaaniah misalnya, dia lantas berbuat atau bekerja secara tidak wajar,

seperti menjadi pengemis atau peminta-minta. Sedangkan yang menyangkut aspek

mental, biasanya mereka disimpati oleh sifat malas bekerja.


10

Kemiskinan yang disebabkan bencana alam, apabila tidak dengan segera

diatasi sama saja halnya akan menimbulkan beban bagi masyarakat umum

lainnya. Mereka yang terkena bencana alam, umumnya tidak memiliki tempat

tinggal bahkan sumber-sumber daya alam yang mereka miliki sebelumnya habis

oleh pengikisan bencana alam, biasanya pihak pemerintah mengambil tanggung

jawab. Kemiskinan buatan disebut juga kemiskinan struktural ialah kemiskinan

yang ditimbulkan oleh beberapa faktor yaitu ekonomi, sosial, dan politik.

Mengembalikan Nilai Iptek Konsekuensi moral terhadap dampak

penyalahgunaan iptek mengakibatkan perlunya alternatif-alternatif yang dipilih

untuk menjadikan iptek bernilai bagi kemaslahatan manusia dan alam semesta.

Tanpa pertimbangan berdasarkan nilai-nilai akan berakibat berulangnya tragedi

yang disebabkan oleh dampat penerapan iptek seperti dikemukakan di atas.

Tawaran Hidajat Nataatmadja tampak cukup berguna untuk

mengembalikan iptek menjadi bernilai. Hidajat Nataatmadja mencoba

menegakkan realisme, bahwa ilmu (sains) hanyalah merupakan salah satu

manifestasi dari fitrah manusia, sehingga bukan ilmu yang harus menerangkan

manusia apa adanya, melainkan manusialah yang harus menerangkan ilmu itu

apa.5

5
Wiriadmadja, Ilmu Sosial… Hal. 339-402

Anda mungkin juga menyukai