Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG

MENGALAMI GANGGUAN DISTOSIA KARENA KELAINAN


HIS

Kelompok 3 :

1. APRIANA HIJRIATUN HASANAH (P07120317003)


2. HENDRI PRATAMA YUDHY (P07120317009)
3. JUHAENI FEBRI A (P07120317015)
4. NI KADEK DIAH PUSPITA D (P07120317022)
5. REKA SOPIYANTI (P07120317028)
6. VIVIN SEPTA KIHANTARI (P071203170

TINGKAT II A / SEMESTER III

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MATARAM

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,
hidayah,serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk
memenuhi tugas Keperawatan Maternitas.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan sumbangan pemikiran dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kelompok sampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah membantu
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan
terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
dari pembaca selalu kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Akhirnya, harapan kami mudah-mudahan makalah yang sederhana ini ada manfaatnya
khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca aamiin.

Mataram, 29 September 2018,

Penyusun

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

A. LATAR BELAKANG 4
B. RUMUSAN MASALAH 4
C. TUJUAN 4

BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………………………5

A. KONSEP PENYAKIT .5
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DISTOSIA……..12

BAB III PENUTUP ……….16

A. KESIMPULAN .16
B. SARAN .16

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….17
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan normal adalah
proses peengeluaran bayi yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu ),
letak bujur atau sejajar sumbu badan ibu, dengan presentasi belakang kepala terdapat
keseimbangan antara diameter kepala bayi dan panggul ibu, lahir spontan dengan
kekuatan tenaga ibu sendiri dan proses kelahiran berlangsung kurang lebih 18 jam, tanpa
komplikasi baik janin maupun ibu. Sebagian besar persalinan adalah persalinan normal,
hanya 12 – 15 % merupakan persalinan patologis, seperti distosia. Distosia sendiri dapat
disebabkan oleh beberapa factor yang salah satunya disebabkan oleh kelainan tenaga.
Distosia karena kelainan tenaga ( HIS) adalah his yang tidak normal, sehingga dapat
menimbulkan penyulit pada saat persalinan, dan pada beberapa kasus dapat
mengakibatkan kematian pada janin maupun ibu.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagimana pengertian distosia karena kelainan his ?
2. Bagaimana klasifikasi distosia karena kelainan his ?
3. Bagaimana mengetahui etiologi ?
4. Bagaimana patofisiologi distosia karena kelainan his ?
5. Bagaimana Pathway distosia karena kelainan his ?
6. Apa saja manifestasi klinis distosia his ?
7. Apa saja komplikasi distosia his ?
8. Bagaimana penatalaksanaan distosia karena kelainan his ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian distosia karena kelainan his
2. Untuk mengetahui klasifikasi distosia karena kelainan his
3. Untuk mengetahui etiologi distosia karena kelainan his
4. Untuk mengetahui patofisiologi distosia karena kelainan his
5. Untuk mengetahui Pathway distosia karena kelainan his
6. Untuk mengetahui Manifestasi klinis distosia karena kelainan his
7. Untuk mengetahui komplikasi distosia karena kelainan his
BAB II

KAJIAN TEORI

I. KONSEP PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia karena kelainan
tenaga/his adalah his yang tidak normal baik kekuatan maupun sifatnya sehingga
menghambat kelancaran persalinan.
Distosia his adalah distosia
B. KLASIFIKASI
1. His hipotonik ( Insersia uterus )
His yang sifatnya lebih lama lebih singkat dan lebih jarang dibandingkan
dengan his yang normal.
Insersia uterus dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Insersia uterus primer
Kelemahan his timbul sejak permulaan persalinan
b. Insersia uterus skunder
Kelemahan his timbul sesudah adanya his yang kuat, teratur, dan
dalam waktu yang lama

Penanganan :

a) Periksa keadaan servik, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian


terbawah janin dan keadaan panggul.
b) Bila kepala sudah masuk PAP anjurkan pasien untuk berjalan-jalan
c) Buat rencana tindakan yang akan dilakukan : Berikan oxitosin drip
5-10 dalam 500 cc, dextrose 5 % dimulai 12 tetes/menit, naikan
setiap 10-15 menit sampai 40-50 tetes/menit Pemebrian oxitosin
jangan berlarut-larut beri kesempatan ibu untuk istirahat.
d) Bila inersia disertai CPD tindakan sebaiknya lakukan SC
e) Bila tadinya His kuat lalu terjadi inersia uteri sekunder ibu lemah
danpartus > 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi tidak ada
gunanya memberikan oxitosin drip. Segera selesaikan partus dengan
vacuum/Forseps/SC.
2. His hipertonik
His yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada relaksasi
kahir penangannya : berikan obat seperti morfin, luminal, dan sebagainya.
Kemudian janin tidak lahir dalam waktu dekat ( 4-6 jam ), bila ada tanda-
tanda obstruksi lakukan sc, bila partus presipirtatus tidak banyak yang
dapat dilakukan karena lahir tiba-tiba dan cepat .
3. His yang tidak terkoordinasi
Sifat his yang berubah-ubah tidak ada koordinasi dan sinkronasi antara
kontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak efisien dalam
pengadaan pembukaan
C. ETIOLOGI
Sering dijumpai pada primigravida tua dan inersia uteri sering dijumpai pada
multi gravid, factor herediter, emosi dan kekuatan memegang peranan penting,
salah pimpinan persalinan pada kala II atau salah pemberian obat-obatan seperti
oksitosin dan obat-obatan penenang, penangan distosia kelainan tena/his, bila
dijumpai pada permulaan persalinan lakukan evaluasi secara keseluruhan untuk
mencari sebab-sebabnya.
Pada partus yang telah berlangsung lama atau terlantar berikan regin rehidrasi.
1. Infus dextrose 5 % atau larutan garam fisiologis1 liter dalam 1 jam
pertama.
2. Bila his yang menyebabkan rasa sakit yang berlebihan berikaan injeksi
petidin 50 mg.
3. Berikan anti biotik secukupnya bila ketuban sudah lama pecah.
D. PATOFISIOLOGI
His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian

menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi

kekuatan pada fundus uteri di mana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian

mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam ruang

amnion balik ke asalnya ± 10 mmHg.

Disini sifat His berubah. Tonus otot uterus meningkat, juga di luar His dan

kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronasi kontraksi

bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah

dan bawah menyebabkan His tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.

Disamping itu, tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih

keras dan lama bagi ibu dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His ini juga
di sebut sebagai Incoordinate hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang

pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan His ini

menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi penyempitan kavum

uteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran kontriksi.

Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-mana, tetapi biasanya ditemukan

pada batas antara bagian atas dengan segmen bawah uterus. Lingkaran kontriksi

tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah

lengkap sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri.

E. PATHWAY

F. MANIFESTASI KLINIS
1. Ibu :
a. Gelisah
b. Letih
c. Suhu tubuh meningkat
d. Nadi dan pernafasan cepat
e. Edem pada vulva dan servik
f. Bisa jadi ketuban berbau
g. Ibu dering bertanya

2. Janin :
a. DJJ cepat dan tidak teratur
b. Iritasi kulit bayi
G. KOMPLIKASI
a. Inersia uteri dapat menyebabkan kematian atau jejas kelahiran
b. Kemungkinan infeksi bertambah, yang juga meninggikan kematian
anak.
c. Kehabisan tenaga ibu dan dehidrasi : tanda-tandanya pols naik, suhu
meinggi, acetonuri, nafas cepat, meteorismus dan turgor berkurang.
Infus harus diberikan kalau partus lebih lama dari 24 jam, untuk
mencegah timbulnya gejal-gejala di atas.
H. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan Umum
a. Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
b. Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
c. Kolaborasi dalam pemberian :
 Infus RL dan larutan NaCL isotanik (IV)
 Berikan analgesiaberupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin 10
mg (IM)
2. Perbaiki keadaan umum
1) Dukungan emosional dan perubahan posisi
2) Berikan cairan
3. Penanganan Khusus
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas Klien
b. Nama
c. Usia
d. Alamat
e. Data penting lainnya
2. Riwayat Kesehatan Dahulu : Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien
pernah mengalami distosia sebelumnya, biasanya ada penyulit persalinan
sebelumnya seperti hipertensi, anemia, panggul sempit, biasanya ada riwayat
DM, biasanya ada riwayat kembar dll.
3. Riwayat kesehatan Sekarang : Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan
seperti : Kelainan letak janin (lintang, sunsang dll) apa yang menjadi presentasi
dll.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga: Apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit kelainan darah, DM, eklamsi dan pre eklamsi
5. Pemeriksaan Fisik
f. Kepala, rambut tidak rontok, kulit kepala bersih tidak ada ketombe
g. Mata , Biasanya konjungtiva anemis
h. Thorak, Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan,
biasanya ada bagian paru yang tertinggal saat pernafasan
i. Abdomen , : Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang
semenjak awal persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya
posisi, letak, presentasi dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus
keras atau lembek, biasanya anak kembar/ tidak, lakukan perabaab
pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya
distensi usus dan kandung kemih.
j. Vulva dan Vagina, : Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau
belum, edem pada vulva/ servik, biasanya teraba promantorium, ada/
tidaknya kemajuan persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta untuk
mengidentifikasi adanya plasenta previa
k. Panggul, : Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan
bentuk panggul dan kelainan tulang belakang
b. Diagnosa Keperawatan
l. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d tekanan kepala pada servik, partus
lama, kontraksi tidak efektif
m. Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul,partus
lama,CPD
n. Resiko tinggi kekurangan cairan b/d hipermetabolisme, muntah,
pembatasan masukan cairan
o. Resiko tinggi cedera maternal b/d kerusakan jaringan lunak karena
persalinan lama
p. Resiko tinggi infeksi b/d rupture membrane, tindakan invasive
q. Cemas b/d persalinan lama
c. Intervensi

A. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d tekanan kepala pada servik, partus lama,
kontraksi tidak efektif

Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi/ nyeri berkurang

Kriteria :

a. Klien tidak merasakan nyeri lagi

b. Klientampak rilek

c. Kontraksi uterus efektif

d. Kemajuan persalinan baik

Intervensi Rasional
a. Mandiri
1. Tentukan sifat, lokasi 1. Membantu dalam mendiagnosa
dan durasi nyeri, kaji dan memilih tindakan,
kontraksi uterus, penekanan kepala pada servik
hemiragic dan nyeri yang berlangsung lama akan
tekan abdomen menyebabkan nyeri
2. Kaji intensitas nyeri 2. Setiap individu mempunyai
klien dengan skala nyeri tingkat ambang nyeri yang
berbeda, denga skala dapat
diketahui intensitas nyeri klien
3. Kaji stress psikologis/ 3. Ansietas sebagai respon
pasangan dan respon terhadap situasi darurat dapat
emosional terhadap memperberat derajat
kejadian ketidaknyamanan karena
sindrom ketegangan takut nyeri
4. Berikan lingkungan 4. Teknik relaksasi dapat
yang nyaman, tenang mengalihkan perhatian dan
dan aktivitas untuk mengurangi rasa nyeri
mengalihkan nyeri,
Bantu klien dalam
menggunakan metode
relaksasi dan jelaskan
prosedur
5. Kuatkan dukungan 5. Dengan kehadiran keluarga
social/ dukungan akan membuat klien nyaman,
keluarga dan dapat mengurangi tingkat
kecemasan dalam melewati
persalinan, klien merasa
diperhatikan dan perhatian
terhadap nyeri akan terhindari
b. Kolaborasi
6. Berikan narkotik atau 6. Pemberian narkotik atau
sedative sesuai instruksi sedative dapat mengurangi
dokter nyeri. Siapkan untuk prosedur
bedah bila diindikasikan
7. Siapkan untuk prosedur 7. Berikan narkotik atau sedative
bedah bila diindikasikan sesuai instruksi dokter

B. Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul, partus lama, CPD

Tujuan : Cedera pada janin dapat dihindari

Kriteria :

a. DJJ dalam batas normal

b. Kemajuan persalinan baik

Intervensi Kolaborasi
a. Mandiri
1. Melakukan manuver Leopold 1. Berbaring tranfersal atau
untuk menentukan posis janin presensasi bokong memerlukan
dan presentasi kelahiran sesarea. Abnormalitas
lain seperti presentasi wajah,
dagu, dan posterior juga dapat
memerlukan intervensi khusus
untuk mencegah persalinan yang
lama
2. Dapatkan data dasar DJJ 2. DJJ harus direntang dari 120-160
secara manual dan atau dengan variasi rata-rata percepatan
elektronik, pantau dengan dengan variasi rata-rata,
sering perhatikan variasi DJJ percepatan dalam respon terhadap
dan perubahan periodic pada aktivitas maternal, gerakan janin
respon terhadap kontraksi dan kontraksi uterus
uterus
3. Catat kemajuan persalinan 3. Persalinan lama/ disfungsional
dengan perpanjangan fase laten
dapat menimbulkan masalah
kelelahan ibu, stress berat, infeksi
berat, haemoragi karena atonia/
rupture uterus. Menempatkan
janin pada resiko lebih tinggi
terhadap hipoksia dan cedera
4. Infeksi perineum ibu terhadap 4. Penyakit hubungan kelamin
kutil vagina, lesi herpes atau didapat oleh janin selama proses
rabas klamidial melahirkan karena itu persalinan
sesaria dapat diidentifikasi
khususnya klien dengan virus
herpes simplek tipe II
5. Catat DJJ bila ketuban pecah 5. Perubahan pada tekanan caitan
setiap 15 menit amnion dengan rupture atau
variasi deselerasi DJJ setelah
robek dapat menunjukkan
kompresi tali pusat yang
menurunkan transfer oksigen
kejanin
6. Posisi klien pada posisi 6. Meningkatkan perfusi plasenta/
punggung janin mencegah sindrom hipotensif
telentang
C. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d status hipermetabolik, muntah,
diaforesis hebat, diuresis ringan berhubungan dengan pemberian oksitosin.
Tujuan : setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam tidak terjadi defisit
cairan tubuh

Kriteria hasil : - TTV di batas normal

- Kulit elastis
- CRT < 2 detik
- Mukosa lembab
- DJJ 160- 180 x/menit

INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau masukan dan keluaran 1. Pantau masukan dan keluaran
cairan cairan
2. Pantau tanda vital. Catat laporan 2. Peningkatan frekuensi nadi dan
pusing pada perubahan posisi suhu ,dan perubahan tekanan darah
3. Kaji elastisitas kulit ortostatik dapat menandakan
4. Kaji bibir dan membran mukosa penurunan volume sirkulasi
oral dan derajat saliva 3. Kulit yang tidak elastis
5. Perhatikan respon denyut jantung menandakan terjadi dehidrasi
janin yang abnormal 4. Membran mukosa atau bibir yang
6. Berikan masukan cairan adekuat kering dan penurunan saliva adalah
melalui pemberian minuman > indikator lanjut dari dehidrasi
2500 liter 5. Indikasi menunjukkan efek
7. Berikan cairan secara intravena dehidrasi maternal dan penurunan
perfusi
6. Pemenuhan cairan pada
mengurangi dehidrasi
7. Larutan parenteral mengandung
elektrolit dan glukosa dapat
memperbaiki atau mencegah
ketidakseimbangan maternal dan
janin serta apat menurunkan
keletihan maternal

d. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan
kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain
e. Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan
yang hendak dicapai
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Distosia kelainan tenaga / his adalah his tidak normal dalam kekuatan / sifatnya
menyebab kan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan
persalinan macet (prof. Dr. Sarwono prawihardjo, 1993)

Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan yang
dinamakan distosia, salah satu penyebab distosia itu adalah kelainan tenaga his dapat di
bedakan menjadi dua yaitu inersia hipotonik dan inersia hiopertonik.

B. Saran

Peran perawat, bidan maupun dokter umum dalam menangani kelinan tenaga (his)
hendaknya dapat di deteksi secara dini melalui ANC yang berkualitas sehingga tidak terjadi
keterlambatan dalam merujuk dengan adanya ketepatan penanganan bidan atau dokter umum
yang segera dan sesuai dengan kewenangannya, di harapkan akan menurunkan angka
kematian ibu dan anak.
DAFTAR PUSTAKA

Mitayani. 2009. Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : salemba medika

Rukiyah, Ai Yeyeh. S. Si. T, MKM, dkk. 2010. Asuhan kebidanan 4 patologi. Jakarta : TIM

Sarwono Prawirohardjo, Prof.Dr.dr, 1992, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka,


Jakarta

Sastrowinoto, Sulaiman, 1993, Obstetri Fisiologi, Fakultas Kedokteran UNPAD, Bandung

Anda mungkin juga menyukai