Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di Rumah Sakit dan
upaya pencegahan infeksi adalah tingkatan pertama dalam pemberian
pelayanan yang bermutu. Dalam pemberian pelayanan yang bermutu, seorang
petugas kesehatanharus memiliki kemampuan untuk mencegah infeksi dimana
hal ini memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan karena mencakup
setiap aspek penanganan pasien.
Kebutuhan untuk pengendalian infeksi nosokomial akan semakin
meningkat terlebih lagi dalam keadaan sosial ekonomi yang kurang
menguntungkan sepertiyang telah dihadapi Indonesia saat ini. Indikasi rawat
pasien akan semakin ketat, pasien akan datang dalam keadaan yang semakin
parah, sehingga perlu perawatan yang lebih lama yang juga berarti pasien
dapat memerlukan tindakan invasif yang lebih banyak. Secara keseluruhan
berarti daya tahan pasien lebih rendah dan pasien cenderung untuk mengalami
berbagai tindakan invasif yang akan memudahkan masuknya mikroorganisme
penyebab infeksi nosokomial.
Saat ini, masalah infeksi nosokomial makin banyak mendapat
perhatian para ahli karena di samping dapat meningkatkan morbilitas maupun
mortalitas, juga menambah biaya perawatan dan obat-obatan, waktu dan
tenaga yang pada akhirnya akan membebani pemerintah/rumah sakit, personil
rumah sakit maupun penderita dan keluarganya. Hal ini jelas bertentangan
dengan 3 kebijaksanaan pembangunan bidang kesehatan yang justru
menekankan peningkatan efisiensi pelayanan kesehatan.
Anak balita merupakan salah satu populasi yang paling beresiko untuk
terkena ganguan kesehatan (kesakitan) dan kematian. Menurut survey
Demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2007 , angka kematian
balita di indonesia sebesar 44/10.000 kelahiran hidup. Berarti dalam setiap
jam terjadi 22 kematian balita indonesia. Kementerian Kesehatan RI telah

1
meluncurkan berbagai program untuk menangulangi hal ini antara lain kelas
ibu hamil dan kelas ibu balita,
Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak
berusia antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar
pendapat, tukar pengalaman, tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan
kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya dibimbing
oleh fasilitator, dalam hal ini di gunakan buku KIA.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pengertian kelas ibu hamil ?
2. Apa yang dimaksud dengan Infeksi ?
3. Bagaimana cara penularan ?
4. Apa saja tanda dan gejalannya ?
5. Bagaimana cara tindakan pencegahan infeksi ?
6. Apa saja Persiapan Kegiatan Kelas Ibu Balita ?
7. Keterpaduan Kelas Balita dengan Gizi ?
8. Apa saja Faktor-Faktor Kelas Ibu Balita ?

C. Tujuan
Penyakit Infeksi
1. Untuk Mengetahui Pengertian Infeksi.
2. Untuk Mengetahui cara penularan infeksi.
3. Untuk Mengetahui tanda dan gejala infeksi.
4. Untuk mengetahui tindakan pencegahan infeksi.
Kelas Ibu Balita
Tujuan Umum :
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku ibu dengan mengunakan buku
KIA dalam mewujudkan tumbuh kembang balita yang optimal.
Tujuan Khusus :
1. Meningkatkan kesadaran pemberian ASI secara ekslusif
2. Meningkatkan pengetahuan ibu akan pentingnya Imunisasi pada bayi

2
3. Meningkatkan keterampilan ibu dalam pemberian MP-ASI dan gizi
seimbang kepada balita
4. Meningkatkan kemampuan ibu memantau pertumbuhan dan
melaksananakan stimulasi perkembangan balita
5. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara perawatan gigi balita dan
mencuci tangan yang benar
6. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyakit terbanyak , cara
pencegahan dan perawatan balita

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kelas Ibu hamil


1. Tujuan KIH (Kelas Ibu Hamil)
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar
memahami tentang Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama
kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan Nifas, KB
pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat
istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran.
b. Tujuan Khusus :
1) Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu
hamil dengan ibu hamil) dan antar ibu hamil dengan petugas
kesehatan/bidan tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan
selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, Perawatan
Nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir,
mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan
akte kelahiran.
2) Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang:
a) Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan (apakah kehamilan
itu?, perubahan tubuh selama kehamilan, keluhan umum saat
hamil dan cara mengatasinya, apa saja yang perlu dilakukan ibu
hamil dan pengaturan gizi termasuk pemberian tablet tambah
darah untuk penanggulangan anemia).
b) Perawatan kehamilan (kesiapan psikologis menghadapi
kehamilan, hubungan suami isteri selama kehamilan, obat yang
boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil, tanda bahaya
kehamilan, dan p4k (perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi).

4
c) Persalinan (tanda-tanda persalinan, tanda bahaya persalinan dan
proses persalinan).
d) Perawatan nifas (apa saja yang dilakukan ibu nifas agar dapat
menyusui ekslusif?, bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas,
tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas).
e) Kb pasca persalinan.
f) Perawatan bayi baru lahir (perawatan bayi baru lahir, pemberian
k1 injeksi, tanda bahaya bayi baru lahir, pengamatan
perkembangan bayi/anak dan pemberian imunisasi pada
mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat yang berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak.
g) Penyakit menular (ims, informasi dasar hiv-aids dan pencegahan
dan penanganan malaria pada ibu hamil).
h) Akte kelahiran.
2. Sasaran Kelas Ibu Hamil
Peserta kelas ibu hamil sebaiknya ibu hamil pada umur kehamilan
20 s/d 32 minggu, karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu sudah kuat,
tidak takut terjadi keguguran, efektif untuk melakukan senam hamil.
Jumlah peserta kelas ibu hamil maksimal sebanyak 10 orang setiap kelas.
Suami/keluarga ikut serta minimal 1 kali pertemuan sehingga dapat
mengikuti berbagai materi yang penting, misalnya materi tentang
persiapan persalinan atau materi yang lainnya.
3. Manajemen Kelas Ibu Hamil
Manajemen penyelenggaraan kelas Ibu Hamil dapat di dilaksanakan
oleh Pemerintah, Swasta LSM dan Masyarakat
1) Fungsi dan Peran (Provinsi, Kabupaten dan Puskesmas)
Pelaksanaan kelas ibu hamil dikembangkan sesuai dengan fungsi dan
peran pada masing-masing level yaitu : Provinsi, Kabupaten dan
Puskesmas.
a) Provinsi :
(1) Menyiapkan tenaga pelatih

5
(2) Mendukung pelaksanaan kelas ibu hamil (sarana dan prasarana)
(3) Monitoring dan evaluasi.
b) Kabupaten :
(1) Menyiapkan tenaga fasilitator kelas ibu hamil
(2) Bertanggung jawab atas terlaksananya kelas ibu hamil (dana,
sarana dan prasarana)
(3) Monitoring dan evaluasi.
c) Puskesmas :
(1) Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab dan
mengkoordinir pelaksanaan kelas ibu hamil di wilayah kerjanya.
(2) Bidan/tenaga kesehatan bertanggung jawab dalam pelaksanaan
kelas ibu hamil (identifikasi calon peserta, koordinasi dengan
stake holder, fasilitasi pertemuan, monitoring, evaluasi dan
pelaporan)
2) Fasilitator dan Nara Sumber
Fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau petugas kesehatan
yang telah mendapat pelatihan fasilitator kelas ibu hamil (atau melalui
on the job training) dan setelah itu diperbolehkan untuk melaksanakan
fasilitasi kelas ibu hamil. Dalam pelaksanaan kelas ibu hamil fasilitator
dapat meminta bantuan narasumber untuk menyampaikan materi
bidang tertentu. Narasumber adalah tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dibidang tertentu untuk mendukung kelas ibu hamil.
3) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan kelas ibu
hamil adalah :
a) Ruang belajar untuk kapasitas 10 orang peserta kira-kira ukuran 4
m x 5 m, dengan ventilasi dan pencahayaan yang cukup
b) Alat tulis menulis (papan tulis, kertas, spidol, bolpoin) jika ada o
Buku KIA
c) Lembar Balik kelas ibu hamil
d) Buku pedoman pelaksanaan kelas ibu hamil

6
e) Buku pegangan fasilitator
f) Alat peraga (KB kit, food model, boneka, metode kangguru, dll)
jika ada
g) Tikar/Karpet
h) Bantal, kursi(jika ada)
i) Buku senam hamil/CD senam hamil(jika ada)
Idealnya kelengkapan sarana dan prasarana seperti tersebut diatas,
namun apabila tidak ada ruangan khusus, dimanapun tempatnya bisa
dilaksanakan sesuai kesepakatan antara ibu hamil dan fasilitator.
Sedangkan kegiatan lainnya seperti senam hamil hanya merupakan
materi tambahan bukan yang utama.
4) Tahapan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil
a) Pelatihan bagi pelatih
Pelatihan bagi pelatih dipersiapkan untuk melatih bagi para
fasilitator ditempat pelaksanaan kelas ibu, baik di tingkat
kabupaten, Kecamatan sampai ke desa. Peserta TOT adalah bidan
atau petugas kesehatan yang sudah mengikuti sosialisasi tentang
Buku KIA dan mengikuti pelatihan fasilitator. Kegiatan TOT
bertujuan untuk mencetak para fasilitator dan selanjutnya
fasilitator akan mampu melaksanakan serta mengembangkan
pelaksanaan kelas ibu hamil. Pelatihan bagi pelatih dilakukan
secara berjenjang dari tingkat provinsi ke tingkat Kabupaten/Kota.
b) Pelatihan bagi fasilitator
Pelatihan fasilitator dipersiapkan untuk melaksanakan kelas
ibu hamil. Fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau petugas
kesehatan yang telah mendapatkan pelatihan fasilitator kelas ibu
hamil atau on the job training. Bagi bidan atau petugas kesehatan
ini, boleh melaksanakan pengembangan kelas ibu hamil di
wilayah kerjanya. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam
memfasilitasi kelas ibu hamil, fasilitator hendaknya menguasai
materi yang akan disajikan baik materi medis maupun non medis.

7
Beberapa materi non medis berikut akan membantu Kemampuan
fasilitator dalam pelaksanaan kelas ibu hamildiantaranya
(1) Komunikasi interaktif
(2) Presentasi yang baik
(3) Menciptakan suasana yang kondusif
(4) Penjelasan materi, lihat pegangan fasilitator.
c) Sosialisasi kelas ibu hamil pada Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat
dan Stakeholder
Sosialisasi kelas ibu hamil pada tokoh agama, tokoh
masyarakat dan stakeholder sebelum kelas ibu hamil dilaksanakan
sangat penting. Melalui kegiatan sosialisasi ini diharapkan semua
unsur masyarakat dapat memberikan respon dan dukungan
sehingga kelas ibu hamil dapat dikembangkan dan berjalan sesuai
dengan yang diharapkan. Materi sosialisasi antara lain :
(1) Buku KIA
(2) Apa itu kelas ibu hamil ?
(3) Tujuan Pelaksanaan kelas ibu hamil
(4) Manfaat kelas ibu hamil
(5) Peran Tokoh agama. Peran apa saja yang dapat dilakukan oleh
tokoh masyarakat, tokoh agama dan stakeholder untuk
mendukung pelaksanaan kelas ibu hamil, misalnya
memotivasi ibu hamil dan keluarganya agar mau mengikuti
kelas ibu hamil, memberikan informasi tentang kelas ibu
hamil pada masyarakat khususnya keluarga ibu hamil atau
memberikan dukungan fasilitas bagi kelas ibu hamil dan lain-
lain.
5) Persiapan pelaksanaan kelas ibu hamil
a) Melakukan identifikasi/mendaftar semua ibu hamil yang ada di
wilayah kerja. Ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah
ibu hamil dan umur kehamilannya sehingga dapat menentukan
jumlah peserta setiap kelas ibu hamil dan berapa kelas yang akan

8
dikembangkan dalam kurun waktu tertentu misalnya, selama satu
tahun.
b) Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan kelas ibu hamil,
misalnya tempat di Puskesmas atau Polindes, Kantor Desa/Balai
Pertemuan, Posyandu atau di rumah salah seorang warga
masyarakat. Sarana belajar menggunakan, tikar/karpet, bantal dan
lain-lain jika tersedia.
c) Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan dan jadwal
pelaksanaan kelas ibu hamil serta mempelajari materi yang akan
disampaikan.
d) Persiapan peserta kelas ibu hamil, mengundang ibu hamil umur
kehamilan antara 5 sampai 7 bulan.
e) Siapkan tim pelaksana kelas ibu hamil yaitu siapa saja
fasilitatornya dan narasumber jika diperlukan.
6) Pelaksanaan kelas ibu hamil
Pelaksanaan pertemuan kelas ibu hamil dilakukan sesuai dengan
kesepakatan antara bidan/petugas kesehatan dengan peserta/ibu hamil,
dengan tahapan pelaksanaan. (Terlampir Jadwal pelaksanaan kelas ibu
hamil). Pertemuan kelas ibu hamil dilakukan 3 kali pertemuan selama
hamil atau sesuai dengan hasil kesepakatan fasilitator dengan peserta.
Pada setiap pertemuan, materi kelas ibu hamil yang akan
disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil
tetapi tetap mengutamakan materi pokok. Pada setiap akhir pertemuan
dilakukan senam ibu hamil. Senam ibu hamil merupakan
kegiatan/materi ekstra di kelas ibu hamil, jika dilaksanakan, setelah
sampai di rumah diharapkan dapat dipraktekkan. Waktu pertemuan
disesuaikan dengan kesiapan ibu-ibu, bisa dilakukan pada pagi atau
sore hari dengan lama waktu pertemuan 120 menit termasuk senam
hamil 15 - 20 menit. Berikut contoh panduann pelaksanaan KIH:

9
a) Monitoring
Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan
dan pencapaian, serta masalah dalam pelaksanaan kelas ibu hamil,
hasil monitoring dapat dijadikaan bahan acuan untuk perbaikan dan
pengembangan kelas ibu hamil selanjutnya. Kegiatan monitoring
dilakukan secara berkala dan berjenjang mulai dari tingkat Desa ,
Kecamatan, Kabupaten/ Kota dan Provinsi. Monitoring di tingkat
Provinsi dan Kabupaten/Kota dilakukan minimal setiap 3 (tiga)
bulan sekali. Hal-hal yang perlu dimonitor :
(1) Peserta (keadaan dan minat peserta, kehadiran peserta,
keaktifan bertanya)
(2) Sarana prasarana (tempat, fasilitas belajar)
(3) Fasilitator (persiapan, penyampaian materi, penggunaan alat
bantu, membangun suasana belajar aktif)
(4) Waktu (mulai tepat waktu, efektif )
b) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak
baik positif maupun negatif pelaksanaan kelas ibu hamil
berdasarkan indikator. Dari hasil evaluasi tersebut bisa dijadikan
sebagai bahan pembelajaran guna melakukan perbaikan dan
pengembangan kelas ibu hamil berikutnya. Evaluasi oleh pelaksana
(Bidan/koordinator bidan) dilakukan pada setiap selesai pertemuan
kelas ibu. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta Dinas Kesehatan
Provinsi dapat melakukan evaluasi bersama sama misalnya 1 kali
setahun.
c) Pelaporan
Seluruh rangkaian hasil proses pelaksanaan kegiatan kelas
ibu hamil sebaiknya dibuatkan laporan. Pelaporan hasil
pelaksanaan kelas ibu hamil dijadikan sebagai dokumen, sehingga
dapat dijadikakn sebagai bahan informasi dan pembelajaran bagi
pihak-pihak yang berkepentingan. Pelaporan disusun pada setiap

10
selesai melaksanakan kelas ibu hamil. Isi laporan minimal memuat
tentang :
a. Waktu pelaksanaan
b. Jumlah peserta
c. Proses pertemuan
d. Masalah dan hasil capaian pelaksanaan
d) Hasil evaluasi
Pelaporan dilakukan secara berkala dan berjenjang dari
bidan/tenaga kesehatan pelaksana kelas ibu hamil ke Puskesmas –
Dinas Kesehatan Kabupaten – Dinas Kesehatan Provinsi –
Departemen Kesehatan. Pelaporan oleh bidan/pelaksana pertemuan
kelas ibu hamil dilakukan setiap selesai pertemuan atau setiap
angkatan pelaksanaan kelas ibu hamil, Kabupaten dan Provinsi
palaporan disusun setiap 3 (tiga) bulan sekali dan laporan tahunan.
4. Bidan Dalam Kelas Ibu Hamil
The State of Worlds Midwifery pada tahun 2011 menyebutkan
bahwa seorang bidan harus dapat memungkinkan adanya kebijakan dan
lingkungan untuk memaksimalkan peran bidan sebagai tenaga kesehatan
di kebidanan komunitas. Pada prinsipnya seorang bidan harus kreatif
dalam menciptakan kebijakan yang dapat membantu dalam meningkatkan
pelayanan kebidanan bagi ibu dan anak sehingga adanya kekurangan
dalam hal ketenagaan dapat diatasi. The State of Worlds Midwifery tahun
2011 menyebutkan bahwa bidan harus dapat bekerja dalam tim dan
berkolaborasi dengan profesi kesehatan lain, dalam hal ini bidan di desa
harusnya dapat berkolaborasi dengan tenaga kesehatan di puskesmas
dalam menjalankan setiap program kesehatan khususnya kelas ibu hamil.
Dalam ICM Triennal Congress di Prague tahun 2014 ini juga
dilaporkan bahwa international confederation of midwives (ICM)
menyebutkan bahwa seorang bidan harus dapat membentuk kebijakan
global dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran bidan dan
memperluas pengaruh bidan yang bertyanan kesehatan ibu, anak dan

11
kesehatan reproduksi. Selain itu dalam kongres ini juga menyebutkan
bahwa perlu adanya penguatan kebidanan melalui adanya kolaborasi
dengan teman sejawat yang bertujuan untuk memperkuat kerja tim untuk
meningkatkan derajat status kesehatan masyarakat dan berbagi visi untuk
meningkatkan promosi kesehatan bagi ibu dan keluarga dalam
memberikan dukungannya di setiap program kesehatan.

B. Kelas Ibu balita


1. Pengertian
a. Kelas ibu balita di selengarakan sekitar 3-6 kali berdasarkan
perencanaan kegiatan
b. Kelas ibu balita dilakukan secara partisipatif . dalam pelaksanaanya ibu
bukan sebagai murid melainkan sebagai warga belajar yang saling
belajar satu sama lain untuk mengetahui pengalaman dari sesama
peserta.
c. Jumlah peserta antara 10-15 peserta . jumlah yang sedikit akan lebih
memudahkan dalam proses diskusi , pemahaman , keterampilan,
kesepakatan, dan pemantauan tentang praktek perilaku ibu peserta
setelah selesai kelas ibu.
d. Fasilitator kelas ibu balita adalah TPG (tenaga gizi, bidan atau perawat)
fasilitator sebagai sumber belajar yang dapat mengarahkan , memberi
informasi/kejelasan dan memberi solusi /jawaban berbagai pertanyaan
/kesulitan dalam proses diskusi para peserta kelas ibu
e. Kader membantu dalam merencanakan dan kelancaran proses kelas ibu
balita.
2. Persiapan Kegiatan
a. Pertemuan Persiapan
KGM, Kader melaksanakan kegiatan persiapan untuk membahas
1) Identifikasi masalah salam kelompok ibu peserta posyandu
2) Menentukan waktu ,jadwal belajar dan tempat pelaksanaan

12
3) Jumlah peserta yang disesuaikan dengan kaidah, bila jumlah ibu
balita cukup banyak , di bagi beberapa kelas.
4) Undangan untuk peserta
5) Kader mencatat proses kelas ibu
b. Pembahasan Kebutuhan Bahan/Materi dan Peralatan :
1) TPG membantu menyiapkan materi/bahan yang akan digunakan
sebagai materi diskusi (sesuai topik : Buku pedoman ,poster,
leaflet, lembar balik, dll)
2) Sarana belajar (kursi, /Tika/Karpet, alat praktek dan /Demo masak)
3. Keterpaduan Kelas Balita dengan Gizi
Kegiatan – kegiatan yang dilakukan kelas ibu balita sebagian besar
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan ibu dalam
mengatasi masalah gizi.
Program kelas ibu balita saling memperkuat keberhasilan rogram gizi
dan KIA dengan tujuan meningkatkan keberhasilan indikator gizi lainnya.
a. Mencegah terjadinya gizi buruk dan kurang
b. Meningkatkan D/S melalui posyandu untuk memantau pertumbuhan
balita
c. Asi ekslusif
d. Mengunakan garam yodium
e. balita 6 bln- 5 thn mendapat VIT A
f. ibu hamil menpat fe 90 tablet
g. MP-ASI
Kelas ibu balita adalah salah satu upaya untuk mencapai target
tersebut diatas sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih
informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat juga antar
sesama masyarakat.
Diharapkan dengan adanya kelas balita di jadikan acuan oleh tenaga
gizi dan pelaksana di puskesmas untuk sarana poenyampain informasi
dengan tepat guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat luas.

13
4. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Kurang
1. Secara langsung
Makanan yang kurang dan penyakit infeksi yang mungkin di derita
anak.
2. Tidak langsung
a. Ketahanan pangan di keluarga
b. Pola Asuh anak
c. Pelayanan kesehatan dan sanitasi yang kurang
d. Pengetahuan tentang penyajian menu yang cukup mengandung
gizi, dan pengelolahan yang tepat.

C. Penyakit Infeksi
1. Pengertian
Penyakit infeksi adalah suatu keadaan sakit yang di sebabkan oleh
mikroorganisme seperti bakteri atau virus yang dapat menular. Cara
Penularan Infeksi Dengan Kontak Langsung Maupun Tidak Langsung.
Kontak langsung terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh, kontak
melalui luka terbuka atau jaringan lunak yang terbuka, atau kontak dengan
mukosa mulut, mata atau hidung. Kontak tidak langsung terjadi melalui
patogen yang ada di udara yang tersebar melalui partikel kecil selama
bernafas, batuk atau bersin, atau benda yang terkontaminasi seperti jarum,
pakaian, alat-alat makan dll.
Infeksi nosokomial atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit
adalah infeksi yang tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit
melainkan setelah ± 72 jam berada di tempat tersebut (Karen Adams &
Janet M. Corrigan, 2003).
2. Tanda Dan Gejala Penyakit Infeksi
Tanda merupakan perubahan yang dapat terukur dengan jelas dan
nyata, sedangkan gejala adalah hal yang dirasakan secara subjektif. Dalam
hal mengenai gejala dan tanda infeksi pada seseorang biasanya sangat
berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena perbedaan infeksi itu sendiri atau

14
perbedaan tiap-tiap penderita. Gejala universal yang paling sering muncul
biasanya adalah demam, yaitu peningkatan suhu diatas 37 ºC Gejala lain
yang dapat timbul seperti:
a) Mual
b) Kepala Pusing
c) Warna kekuningan pada mata dan telapak tangan
d) Batuk dan kesulitan bernafas
e) Diare, badan lemah dan penurunan berat badan
Secara umum gejala infeksi adalah : demam, batuk, sakit kepala, mata
kuning (bila hepatitis), diare (mencret) dan penurunan berat badan.
Penyakit AIDS , Hepatitis, dan TBC tidak segera menimbulkan gejala,
karena waktu masuknya kuman penyakit dengan munculnya gejala (masa
Inkubasi) relatif lebih lama dari penyakit lainnya. Penderita yang
sebenarnya mengandung kuman, namun tidak menujukkan gejala, dapat
menularkan penyakitnya ke orang lain. Orang dengan keadaan seperti ini
dikenal sebagai " carrier" (pembawa kuman)
3. Penyebab Infeksi
a. Agen Infeksi
Agen pencetus infeksi terdiri atas beberapa jenis dengan
kemampuan yang berbeda-beda dalam menimbulkan infeksi progresif
dan penyakit. Sebagai contoh, pada satu ujung spektrum, satu
mikroorganisme hidup mungkin cukup untuk menimbulkan penyakit
(misal Richettsia tsutsugamushi), sedangkan mikroba lain, sejuta
organisme atau lebih mungkin baru diperlukan untuk menimbulkan
penyakit (misal Salmonella typhi). Hanya dua sifat umum diperlukan
oleh suatu agen infeksi agar menimbulkan penyakit. Pertama, agen
infeksi tersebut harus mampu melakukan metabolisme dan
memperbanyak diri di dalam jaringan hospes. Agen infeksi tersebut
harus mampu mendapatkan tekanan oksigen, pH yang sesuai, suhu,
dan lingkungan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya. Kedua,
agen infeksius patogen harus memiliki kemampuan untuk menahan

15
mekanisme pertahanan hospes yang cukup lama untuk mencapai
jumlah kritis yang diperlukan sehingga agen tetap dapat menimbulkan
penyakit. Setiap ada gangguan dari mekanisme pertahanan hospes jelas
akan membantu terjadinya proses infeksi.
b. Bakteri
Bakteri merupakan organisme yang berukuran mikroskopis,
tidak dapat dilihat oleh manusia, dan ukurannya lebih besar daripada
virus maupun ricketsia. Jika dilihat menggunakan mikroskop, ukuran
bakteri ini bisa dilihat dengan pembesaran hingga beratus-ratus kali.
Tubuh bakteri terdiri dari berbagai macam zat telur yang belum jelas
susunannya. Selain itu, tubuh bakteri juga tidak memiliki inti sel yang
jelas dan tidak mengandung klorofil atau zat hijau daun. Bakteri
berkembang biak dengan cara membalah diri. Beberapa diantara jenis
bakteri dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Namun, tidak
semua bakteri bisa menimbulkan penyakit pada manusia, bahkan
beberapa diantaranya banyak yang menguntungkan manusia. Peran
bakteri dalam ekosistem sangat besar. Beberapa jenis bakteri yang
dapat menimbulkan penyakit menular pada manusia antara lain, basil
TBC, basil lepra, basil dysentrie, basil tetanus, basil pes.
c. Virus
Virus merupakan organisme yang berukuran sangat kecil.
Ukuran virus yang sangat kecil tidak bisa dilihat dengan mikroskop
biasa. Untuk dapat mengidentifikasi virus, maka diperlukan mikroskop
yang memiliki kapasitas pembesaran hingga 1.000.000 kali.
Mikroskop tersebut biasanya dikenal dengan mikroskop elektron. Jenis
virus sangat banyak, beberapa diantaranya dapat
menyebabkan penyakit menular pada manusia. Penyakit yang
disebabkan oleh virus, antara lain: influensa, selesma, gondongan,
cacar, penyakit lumpuh anak-anak, trachooma, demam berdarah,
penyakit anjing gila, flu burung, dan lain-lain.
d. Parasit dan Jamur

16
Parasit adalah hewan renik yang dapat menurunkan
produktivitas hewan yang ditumpanginya. Parasit dapat menyerang
manusia dan hewan, seperti menyerang kulit manusia. Parasitoid
adalah parasit yang menggunakan jaringan organisme lainnya untuk
kebutuhan nutrisi mereka sampai orang yang ditumpangi meninggal
karena kehilangan jaringan atau nutrisi yang dibutuhkan. Parasitoid
juga diketahui sebagai necrotroph.
Jamur atau cendawan merupakan mahluk hidup dari golongan
tumbuhan yang tidak memiliki klorofil atau zat hijau daun. Daur hidup
jamur ini tergantuk pada mahluk hidup lain atau makanan yang sudah
tersedia. Dilihat dari jumlah selnya, cendawan ada yang bersel satu,
misalnya ragi, dan ada pula yang tersusun atas banyak sel yang saling
terkait satu sama lain dan membentuk hifa. Kumpulan dari beberapa
hifa disebut dengan miselium. Jamur ada yang menguntungkan dan
ada yang merugikan manusia. Beberapa jenis jamur yang
menguntungkan manusia antara lain, Penicillium notatum,
dan Streptomyces gryseus. Jamur yang merugikan atau parasit dapat
menimbulkan penyakit pada manusia. Penyakit menular pada manusia
yang disebabkan oleh jamur antara lain, panu.
e. Rantai Penularan Infeksi

1) Reservoir Agen
Reservoir adalah tempat mikroorganisme patogen mampu bertahan
hidup tetapi dapat atau tidak dapat berkembang biak. Pseudomonas

17
bertahan hidup dan berkembang biak dalam reservoir nebuliser
yang digunakan dalam perawatan pasien dengan gangguan
pernafasan. Resevoir yang paling umum adalah tubuh manusia.
Berbagai mikroorganisme hidup pada kulit dan rongga tubuh,
cairan, dan keluaran. Adanya mikroorganisme tidak selalu
menyebabkan seseorang menjadi sakit. Carrier (penular) adalah
manusia atau binatang yang tidak menunjukan gejala penyakit
tetapi ada mikroorganisme patogen dalam tubuh mereka yang dapat
ditularkan ke orang lain. Misalnya, seseorang dapat menjadi carrier
virus hepatitis B tanpa ada tanda dan gejala infeksi. Binatang,
makanan, air, insekta, dan benda mati dapat juga menjadi reservoir
bagi mikroorganisme infeksius. Untuk berkembang biak dengan
cepat, organisme memerlukan lingkungan yang sesuai, termasuk
makanan, oksigen, air, suhu yang tepat, pH, dan cahaya (Perry &
Potter, 2005).
2) Portal keluar (Port of exit)
Setelah mikrooganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan
berkembang biak, mereka harus menemukan jalan ke luar jika
mereka masuk ke pejamu lain dan menyebabkan penyakit. Pintu
keluar masuk mikroorganisme dapat berupa saluran pencernaan,
pernafasan, kulit, kelamin, dan plasenta (Perry & Potter, 2005).
3) Cara penularan (Mode of transmision)
Cara penularan bisa langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung misalnya; darah/cairan tubuh, dan hubungan kelamin, dan
secara tidak langsung melalui manusia, binatang, benda-benda
mati, dan udara (Perry & Potter, 2005).
4) Portal masuk (Port of entry)
Sebelum infeksi, mikroorganisme harus memasuki tubuh. Kulit
adalah bagian rentang terhadap infeksi dan adanya luka pada kulit
merupakan tempat masuk mikroorganisme. Mikroorganisme dapat

18
masuk melalui rute yang sama untuk keluarnya mikroorganisme
(Perry & Potter, 2005).
5) Kepekaan dari host (host susceptibility)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap
agen infeksius. Kerentanan tergantung pada derajat ketahanan
individu terhadap mikroorganisme patogen. Semakin virulen suatu
mikroorganisme semakin besar kemungkinan kerentanan
seseorang. Resistensi seseorang terhadap agen infeksius
ditingkatkan dengan vaksin (Perry & Potter, 2005).
6) Tindakan Pencegahan Diri Dan Penderita Terhadap Infeksi Dan
Ancaman Lainnya
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Keamanan diri sendiri
Sebelum melakukan pertolongan harus diingat bahwa
seringkali kita memasuki keadaan yang berbahaya. Selain
resiko infeksi kita juga dapat menjadi korban jika tidak
memperhatikan kondisi sekitar pada saat melakukan
pertolongan, oleh karena itu diproritaskan keamanan diri
sendiri pada saat memasuki daerah tugas.
2. Keamanan lingkungan
Ingat rumus do no further harm karena ini meliputi juga
lingkungan sekitar penderita yang belum terkena cidera.
Sebagai contoh saat mendekati mobil yang mengalami
kecelakaan, dan keluar asap. Ingatan dengan segera kepada
orang-orang di sekitar tempat kejadian untuk cepat-cepat
menyingkir karna potensial terjadi ledakan/api.
3. Keamanan Penderita
Walaupun tujuan kita menolong korban kecelakaan/penderita,
tetapi keadaan penderita merupakan prioritas berikutnya,
karena penderita ini sudah cidera sejak awal. Harus

19
diperhaitkan bahwa tindakan yang diberikan tidak
memperparah keadaan korban/penderita
7) Upaya Untuk Membatasi Penularan Infeksi
a) Mencuci Tangan
Ada dua cara cuci tangan yaitu :
(1)HANDWASH - Dengan Air Mengalir
waktunya : 40 - 60 detik (8 gerakan berulang dalam setiap
langkah mencuci tangan) dilakukan pada saat tangan
tampak kotor dan setelah 5 kali handrub
(2)HANDRUB - Dengan Gel Berbasis Alkohol
waktunya 20 - 30 detik (4 gerakan berulang dalam setiap
langkah mencuci tangan) dilakukan pada saat tangan tidak
kotor.
b) Selalu gunakan Alat pelindung Diri
a. Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu
memberikan perlindungan terhadap bahaya-bahaya
kecelakaan (Suma’mur, 1991).
b. Alat pelindung diri mencakup sarung tangan, masker, alat
pelindung mata (pelindung wajah dan kaca mata), topi,
gaun apron dan pelindung lainnya.
Pedoman umum alat pelindung diri
a. Tangan harus selalu bersih walaupun mengunakan APD.
b. Lepas atau ganti bila perlu segala perlengkapan APD yang
dapat digunakan kembali yang sudah rusak atau sobek
segera setalah anda mengetahui APD tersebut tidak berfugsi
optimal.
c. Lepaskan semua APD sesegera mungkin setelah selesai
memberikan pelayanan dan hindari kontaminasi :
lingkungan di luar ruang isolasi, para pasien atau pekerja
lain, dan diri anda sendiri.

20
d. Buang semua perlengkapan APD dengan hati-hati dan
segera bersihkan tangan.
e. Perkiraan resiko terpajan cairan tubuh atau area
terkontaminasi sebelum melakukan kegiatan perawatan
kesehatan.
f. Pilih APD sesuai dengan perkiraan resiko terjadinya
pajanan.
g. Menyediakan sarana APD bila emergensi dibutuhkan untuk
dipakai (Depertemen Kesehatan, 2009).
c) Kapan kita harus mencuci tangan
(1)Sebelum kontak dengan pasien
(2)Sebelum tindakan asepsis
(3)Sesudah kontak dengan cairan tubuh pasien
(4)Sesudah kontak dengan pasien
(5)Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pencegahan infeksi membantu semua petugas pelayanan kesehatan
rumah sakit dan klinik, untuk memahami prinsip-prinsip dasar pencegahan
infeksi, termasuk siklus penyebaran penyakit dan konsep-konsep lainnya
yang penting.
pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dalam dan dari
setiap komponen perawatan. Pencegahan yang dilakukan antara lain adalah
dengan selalu mencuci tangan dan menggunakan alat perlindungan diri
(APD). Dengan demikian risiko terjadinya infeksi dapat di minimalkan.
Kelas Ibu Balita merupakan suatu aktifitas belajar kelompok dalam
kelas dengan anggota beberapa ibu yang mempunyai anak balita (usia 0-5
tahun) dibawah bimbingan satu atau beberapa fasilitator (pengajar) dengan
memakai buku KIA sebagai alat pembelajaran.

B. Saran
Disadari oleh penulis bahwa makalah yang telah disusun oleh penulis
yang berjudul “Upaya Perlindungan Diri Dan Pencegahan Infeksi” masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran
terhadap makalah yang bersifat membangun agar makalah yang dibuat dapat
menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain dan khususnya saya.
Peran bidan dalam pelayanan kebidanan komunitas kembali menjadi
perhatian dalam hal ini, seorang bidan bukan hanya berperan dalam
pelayanan kesehatan ibu dan anak saja melainkan juga dalam advokasi untuk
berjalannya sebuah program kesehatan dengan baik. Seorang bidan harus
mampu mengembangkan dan meningkatkan praktik mereka, berpikir inovatif
sebagai seorang pemimpin, berkontribusi dalam sistem pelayanan kebidanan.
Seorang bidan merupakan professional yang mandiri tetapi tetap memerlukan
kolaborasi dengan tenaga professional kesehatan lainnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Aurora, Nevada. Makalah Agen Infeksi. 18 April 2017.

Citra, Kusuma. Upaya Perlindungan Diri Dan Pencegahan Infeksi. 22 juli

2017.

Kliksma. Perbedaan Antara Jamur Dan Parasit. 10 september 2014.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses

dan Praktik. Edisi 4. Buku 1

Karen Adams, Janest M. Corigan. 2003. Priority Areas For National Action:

Transforming Health Care Quality. National Academies Press.

23

Anda mungkin juga menyukai