Anda di halaman 1dari 19

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2019


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh :
Rahyuni S.Ked
1055 054 049 18

Pembimbing :
dr. Agus Japari, M.Kes, Sp.KJ

(Dibawakan Dalam Rangka Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu


Kedokteran Jiwa)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Rahyuni, S.Ked


NIM : 1055 054 049 18
Judul Lapsus : Skizofrenia Paranoid

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian


Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Makassar, Oktober 2019

Pembimbing

dr. Agus Japari, M.Kes, Sp.KJ


LAPORAN KASUS
SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. A.N


No. Rekam Medik : 147050
Tempat/Tanggal Lahir : 05 November 1962
Usia : 57 tahun
Alamat : Jl. Cendrawasih No. 35
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SI Ekonomi
Pekerjaan : Tidak bekerja
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 1 Oktober 2019
Tempat Perawatan : Kenanga RSKD Dadi
Nama / No. Telp. Keluarga : Misna (Keluarga pasien) / 082343134783

LAPORAN PSIKIATRIK
Diperoleh dari alloanamnesis keluarga dan autoanamnesis dari pasien itu
sendiri.
II. RIWAYAT PSIKIATRI
1. Keluhan Utama
Gelisah Disertai Mengamuk
2. Riwayat Gangguan Sekarang
Keluhan dan Gejala
 Seorang perempuan usia 57 tahun masuk RSKD Dadi untuk
yang ketiga kalinya dengan keluhan gelisah disertai mengamuk
sejak ±3 bulan terahir. Gelisah dirasakan hampir setiap hari.
Dua hari sebelum masuk RS pasien sempat mengamuk di jalan
berteriak-teriak tidak jelas. Pasien sering mondar mandir, bicara
sendiri, dan bahkan pasien sering mendengar ada yang berbisik
ditelinganya mengatakan kalau dia adalah utusan tuhan yang
bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Selain itu, ketika
pasien marah, pasien kadang mengambil benda tajam dan
berusaha untuk melukai orang-orang disekitarnya. Pasien saat
tidur kadang dalam posisi duduk. Makan dan minum pasien
tidak teratur, mandi dan perawatan diri pasien sangat kurang.
 Awal perubahan perilaku dirasakan sejak ± 3 tahun yang lalu,
saat pasien ditinggal bercerai oleh suami, dan kondisi ekonomi
memburuk. Sebelumnya pasien adalah istri seorang pejabat
(Anggota DPR), namun setelah ditinggal cerai oleh suami,
perilaku pasien berubah secara drastis. Pasien bahkan mengaku
dirinya adalah seorang dukun yang bisa berkomunikasi langsung
dengan Tuhan, hingga pasien yakin bahwa dia adalah utusan
Allah yang diberi kemampuan untuk mengobati segala macam
penyakit.

a) Hendaya/disfungsi
Hendaya dalam bidang sosial (+)
Hendaya dalam bidang pekerjaan (+)
Hendaya dalam waktu senggang (+)

b) Faktor stressor psikososial:


Pasien bercerai dengan suami

c) Hubungan gangguan, sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis


sebelumnya:
 Riwayat infeksi (-)
 Riwayat trauma (-)
 Riwayat kejang (-)
 Riwayat merokok(+)
 Riwayat alkohol (-)
3. Riwayat Gangguan Sebelumnya :
1. Riwayat penyakit fisik: tidak ada.
2. Riwayat penggunaan NAPZA: tidak ada.
3. Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya: (+) skizofrenia paranoid.

2. Riwayat Kehidupan Pribadi :


1) Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir pada tanggal 5 November 1962 di rumah dengan persalinan
normal, dibantu oleh dukun. Pasien lahir cukup bulan dan mendapat ASI
eksklusif. Pertumbuhan dan perkembangan normal, sesuai usia.
2) Riwayat Masa Kanak Awal – Pertengahan
a. Usia 1-3 tahun
Perkembangan masa kanak-kanak pasien seperti berjalan dan
berbicara baik. Perkembangan bahasa dan perkembangan motorik
berlangsung baik.
b. Usia 3-5 tahun
Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya serta saudara-saudaranya
dan mendapatkan perhatian serta kasih sayang yang cukup.
c. Usia 6-11 tahun
Pasien menempuh pendidikan sampai SMP dengan baik.
3) Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Pasien menempuh pendidikan SI Ekonomi
4) Riwayat Masa Dewasa
 Riwayat Pendidikan: Pendidikan terakhir SI Ekonomi
 Riwayat Pekerjaan: Pasien seorang Wirausaha
 Riwayat Pernikahan: Pasien sudah menikah, dan memiliki 3 orang
anak, tapi sekarang pasien sudah bercerai
 Riwayat Agama: Pasien memeluk agama Islam dan menjalankan
kewajiban agama dengan cukup baik.
 Riwayat Kehidupan Keluarga :
1. Pasien merupakan anak ketiga dari enam bersaudara.
2. Pasien sudah bercerai
3. Pasien tinggal bersama orang tua
4. Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada
 Situasi sekarang :Saat ini pasien tinggal bersama orang tua.
Hubungan dengan keluarga saat ini cukup baik.
 Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya :Pasien tidak tau
dirinya sedang sakit dan mengalami gangguan jiwa.
III. STATUS MENTAL ( Tanggal 1 Oktober 2019 )
A. Deskripsi umum
 Penampilan: Seorang perempuan, tampak wajah sesuai usia (57
tahun). Perawakan pendek dan gemuk. Memakai baju daster merah
Rambut sebahu terikat. Perawatan diri kesan kurang
 Kesadaran: Compos mentis, kesadaran berubah
 Aktivitas psikomotor: Tenang
 Sikap terhadap pemeriksa: Kooperatif

B. Keadaan Afektif (mood), perasaan, dan empati, perhatian :


 Mood : Eutimik (mood dalam rentan normal, tidak ada
mood yang tertekan)
 Afek : reskriktif (sulit dinilai)
 Keserasian : Serassi
 Empati : Tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (kognitif) :


1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan: Sesuai dengan
tingkat pendidikan.
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi:
1. Waktu : Baik
2. Orang : Baik
3. Tempat : Baik
4. Daya ingat :
4. Jangka panjang : Baik
5. Jangka sedang : Baik
6. Jangka pendek : Baik
7. Jangka segera : Baik
5. Pikiran abstrak : Terganggu
6. Bakat kreatif : Tidak memiliki bakat kreatif
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Terganggu
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Ada, halusinasi Auditorik
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Pikiran
1. Arus pikiran : Cukup Relevan
2. Isi pikiran : waham Kebesaran
3. Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
F. Pengendalian impuls : Terganggu
G. Daya nilai dan Tilikan:
 Norma sosial : Terganggu
 Uji daya nilai : Terganggu
 Penilaian realitas : Terganggu
 Tilikan (insight) : Derajat I (Pasien tidak mengetahui dirinya
sakit).
H. Taraf dapat dipercaya : tidak dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI
1. Status Internus:
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis, berubah
c. Tanda vital:
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 78x/menit
- Suhu : 36.5°C
- Pernapasan : 20x/menit
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, jantung, paru dan abdomen
dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.
2. Status Neurologi
a. GCS : GCS 15 ( E4M6V5)
b. Tanda rangsang meninges : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Pupil: : bulat, isokor, diameter 2.5 mm/2.5
mm
d. Nervus kranialis : dalam batas normal
e. Sistem saraf motorik dan sensorik dalam batas normal
f. Tidak ditemukan tanda bermakna dari pemeriksaan neurologis

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA :


Dari alloanamnesis didapatkan :
 Seorang perempuan usia 57 tahun masuk RSKD Dadi untuk yang
ketiga kalinya dengan keluhan gelisah disertai mengamuk sejak ±3
bulan terahir. Pasien sering mondar mandir, bicara sendiri, dan bahkan
pasien sering mendengar ada yang berbisik ditelinganya mengatakan
kalau dia adalah utusan tuhan yang bisa menyembuhkan segala macam
penyakit. Selain itu, ketika pasien marah, pasien kadang mengambil
benda tajam dan berusaha untuk melukai orang-orang disekitarnya.
Pasien saat tidur kadang dalam posisi duduk. Makan dan minum
pasien tidak teratur, mandi dan perawatan diri pasien sangat kurang.
 Awal perubahan perilaku dirasakan sejak ± 3 tahun yang lalu, saat
pasien ditinggal bercerai oleh suami, dan kondisi ekonomi memburuk.
Sebelumnya pasien adalah istri seorang pejabat (Anggota DPR),
namun setelah ditinggal cerai oleh suami, perilaku pasien berubah
secara drastis. Pasien bahkan mengaku dirinya adalah seorang dukun
yang bisa berkomunikasi langsung dengan Tuhan, hingga pasien yakin
bahwa dia adalah utusan Allah yang diberi kemampuan untuk
mengobati segala macam penyakit.
 Pada autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan:
Seorang perempuan, tampak wajah sesuai usia (57 tahun). Perawakan
pendek dan gemuk. Memakai daster merah. Rambut sebahu terikat.
Perawatan diri kesan kurang
 Aktivitas psikomotor tenang
 Mood sulit dinilai, afek restriktif/terbatas, empati tidak dapat
dirabarasakan.
 Daya konsentrasi baik dan kemampuan menolong diri sendiri kurang
 Gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik yaitu pasien dapat
mendengar sura-suara yang berbisik ditelinganya.

VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL :


Aksis I:
Berdasarkan autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental,
ditemukan adanya gejala klinis yang bermakna berupa mengamuk.
Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada dirinya dan keluarga
serta terdapat hendaya (dissability) pada fungsi pekerjaan dan penggunaan
waktu senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita
Gangguan jiwa. Karena didapatkan hendaya berat dalam menilai realita,
sehingga pasien digolongkan dengan Gangguan Jiwa Psikotik.
Berdasarkan hasil pemeriksaan status internus dan pemeriksaan neurologis
tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasikan gangguan medis
umum yang dapat menimbulkan gangguan otak, sehingga penyebab
organik dapat disingkirkan sehingga dapat dikategorikan Gangguan Jiwa
Psikotik Non Organik.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan status mental pasien,
didapatkan gejala-gejala yang mengarah pada skizofrenia, yaitu:
 Halusinasi auditorik (pasien mendengar suara-suara berbicara bahwa
dia adalah utusan dari Tuhan yang bisa menyembuhkan segala macam
penyakit)
 Waham Kebesaran (pasien dapat berkomunikasi langsung dengan
Tuhan, dan mengaku dirinya adalah seorang wali yang di beri
kemampuan oleh Tuhan untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit)
Gejala-gejala tersebut telah berlangsung selama ±3 tahun, dengan
gejala yang paling menonjol adalah halusinasi auditorik, yang berlangsung
terus-menerus. Selain itu terdapat perubahan yang konsisten dari
kepribadian pasien, yang bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup
tidak bertujuan, dan penarikan diri dari lingkungan sosial.
Sehingga menurut PPDGJ III, pasien ini dapat di kategorikan ke
dalam diagnosis Skizofrenia paranoid (F20.0).

Axis II
Sebelum sakit, pasien adalah orang yang cukup ramah terhadap
lingkungan sekitarnya dan tertutup jika ada masalah. Namun sampai saat
ini belum ada cukup data yang dapat mengarahkan ke salah satu ciri
kepribadian tertentu.
Axis III
Tidak Ditemukan Adanya Penyakit Organobiologi pada pasien.
Axis IV
Stressor (Pasien ditinggal Cerai Oleh Suami)
Axis V
GAF Scale 50-41 (Berupa gejala berat, disabilitas berat)
VII. RENCANA TERAPI :
1. Psikofarmakoterapi :
- R/Haloperidol 5mg 1tab/8jam/Oral
- Clorpromazine 100mg 1tab/24jam/Oral (Malam)
2. Psikoterapi supportif :
- Ventilasi:Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
isi hati dan keinginannya sehingga pasien merasa lega.
- Konseling:Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien
tentang penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya, dan
memahami cara menghadapinya, serta memotivasi pasien agar tetap
minum obat secara teratur.
3. Sosioterapi :
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang
terdekat pasien tentang keadaan pasien agar tercipta dukungan sosial
sehingga membantu proses penyembuhan pasien sendiri.

VIII. PROGNOSIS :
 Ad Vitam : dubia ad bonam
 Ad Functionam : dubia ad bonam
 Ad Sanationam : dubia ad bonam
- Dukungan dari keluarga baik untuk kesembuhan pasien
- Tidak terdapat kelainan organik
 Faktor penghambat:
- Pasien belum sadar dirinya sakit

IX. FOLLOW UP :
Follow up tanggal 12 Oktober 2019

S : Pasien sudah tidak mengamuk dan gelisah. Pada malam hari pasien bisa
tidur..Halusinasi auditorik sudah berkurang, tetapi waham kebesaran
masih ada. Makan pasien baik.Selama dirawat inap, interaksi pasien dengan
pasien lainnya dan petugas di bangsal cukup baik.
O : Tanda vital
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- Suhu : 36,2°C
- Pernapasan : 20x/menit
Kontak mata (+), Verbal (+)
Psikomotor : Tenang
Verbalisasi : Spontan, lancar, intonasi normal
Mood : Eksaltasi
Afek : Restriktif
Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik (+)
Arus pikir : cukup Relevan
Gangguan isi pikir : Waham Kebesaran (+)

A :Skizofrenia paranoid (F20.0)


P:
 Psikofarmakoterapi :
1. R/Haloperidol 5mg 1tab/8jam/Oral
2. Clorpromazine 100mg 1tab/24jam/Oral (Malam)
 Psikoterapi supportif :
- Ventilasi : Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
isi hati dan keinginannya sehingga pasien merasa lega.

X. DIAGNOSIS BANDING
1. Gangguan waham menetap (F22.0)
2. Gangguan kepribadian paranoid (F60.0)
XI. PEMBAHASAN
Berdasarkan PPDGJ III, pada umumnya skizofrenia ditandai oleh
penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi,
serta oleh afek yang tidak wajar (Innapropriate) atau tumpul (blunted).
Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual
biasanya terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian.
Menurut PPDGJ III, kriteria diagnostik untuk skizofrenia adalah:
1) Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas).
a. Thought
 Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
 Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar
masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal); dan
 Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umumnya mengetahuinya.
b. Delusion
 Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
 Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
 Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar (tentang dirinya= secara
jelas ,merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran,
tindakan atau penginderaan khusus); atau
 Delusional perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik
dan mukjizat.

c. Halusional Auditorik
 Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
prilaku pasien; atau

 Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara


berbagai suara yang berbicara; atau

 Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat


dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan
diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain).

2. Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:

a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus;

b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan


(interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang
tidak relevan atau neologisme;
c. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor;

d. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons
emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial,
tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neureptika;

3) Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama


kurunwaktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal);

4) Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.

F.20 Skizofrenia Paranoid


Pedoman diagnostik:
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2. Sebagai tambahan:
 Halusinasi dan waham arus menonjol:
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing);
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,
atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada
tetapi jarang menonjol;
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence) atau passivity (delussion of passivity), dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.

 Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala


katatonik secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.

DIAGNOSIS BANDING

1. Gangguan waham menetap (F22.0)


Kelompok ini memiliki serangkaian gangguan dengan waham yang
berlangsung lama, sebagai satu-satunya gejala klinis yang khas atau yang
paling mencolok dan tidak digolongkan sebagai gangguan mental organik,
skizofrenik dan gangguan afektif.
Pentingnya faktor genetik, ciri-ciri kepribadian dan situasi kehidupan dalam
pembentukkan gangguan kelompok ini tidk pasti dan mungkin bervariasi.
F22.0 gangguan waham
Pedoman diagnostik
 Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis atau gejala yang
paling mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun sebagai
suatu sistem waham ) harus sudah ada sedikitnya tiga bulan lamanya dan
harus bersifat khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat.
 Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang
lengkap/”full-blown” mungkin terjadi secara intermitten, dengan syarat
bahwa waham-waham tersebut menetap pada saat-saat tidak terdapat
gangguan afektif itu.
 Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak
 Tidak boleh ada halusinansi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada
dan bersifat sementara.
 Tidak ada riawayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar
pikiran, penumpulan afek, dsb)
2. Gangguan kepribadian paranoid (F60.0)
Pedoman diagnostik
 Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:
a) Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan.
b) Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam misalnya menolak
untuk memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil.
c) Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk
mendistorsikan pengalaman dengan menyalahartikan tindakan orang
lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau
penghinaan.
d) Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa
memperhatikan situasi yang ada (actual situation)
e) Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification) tentang
kesetian seksual dari pasangannya.
f) Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan,
yang bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri
(self-refential attitude).
g) Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan
tidak substansif dari suatu peristiwa , baik yang menyangkut diri
pasien sendiri maupun dunia pada umumnya.
 Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan Dasar. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik
Kesehatan. Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa. Jakarta. 2006.
2. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan PPDGJ-III
dan DSM V. PT Nuh Jaya. Jakarta, 2013.
3. Kaplan and Saddock. Comprehensive Textbook Of Psychiatry. 7th Ed.
Lippincott Wiliams And Wilkins. Philadelphia, 2010.

Anda mungkin juga menyukai