OKTOBER, 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
GANGGUAN WAHAM
Oleh :
RAHYUNI, S. KED.
Pembimbing :
dr. Agus Japari M.Kes, Sp.Kj
(Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit jiwa)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah subhanu wa ta’ala karena atas
rahmat, hidayah, kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga refarat dengan judul “Gangguan
Waham” ini dapat terselesaikan. Salam dan shalawat senantiasa tercurah kepada Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam, sang pembelajar sejati yang memberikan pedoman hidup yang
sesungguhnya.
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing, dr. Agus Japari M.Kes, Sp.Kj
yang telah memberikan petunjuk, arahan dan nasehat yang sangat berharga dalam
penyusunan sampai dengan selesainya referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan dalam
penyusunan referat ini, baik dari isi maupun penulisannya. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak senantiasa penulis harapkan demi penyempurnaan referat ini.
Demikian, semoga refarat ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan penulis secara
khususnya.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Waham merupakan keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataannya atau tidak cocok dengan inteligensi dan latar belakang kebudayaannya
meskipun sudah dibuktikan hal itu mustahil. Keyakinan tentang dirinya yang dikendalikan
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar (delusion of control). Waham yang lain dapat be-
rupa waham tentang dirinya yang dipengaruhi oleh suatu kekuatan tetentu dari luar
(delusion of influence), waham tentang dirinya yang tidak berdaya dan pasrah pada
kekuatan tertentu dari luar (delusion of passivity), dapat pula berupa “delusional
perception” suatu pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi
dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat. Tentang “dirinya”, hal ini dimaksudkan
bahwasanya secara jelas hal tersebut merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau
ke pikiran, tindakan atau penginderaan khusus.1
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Gangguan waham adalah keyakinan salah, didasarkan pada kesimpulan yang
salah tentang kenyataan eksternal, tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar
belakang cultural yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan, waham juga diartikan
satu gangguan psikiatri yang didominasi oleh gejala-gejala waham.
Waham merupakan suatu keyakinan atau pikiran yang salah karena
bertentangan dengan kenyataan (dunia realitas), serta dibangun atas unsur-unsur yang
tak berdasarkan logika, namun individu tidak mau melepaskan wahamnya walaupun ada
bukti tentang ketidakbenaran atas keyakinan itu. Keyakinan dalam bidang agama dan
budaya tidak dianggap sebagai waham.
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi terjadinya gangguan waham di Amerika serikat berdasarkan DSM-IV-
TR adalah sekitar 0,03% , dimana angka ini jauh dibaawah angka kejadian skizofrenia
(1%) dan gangguan mood 95%). Insiden tahunan gangguan waham adalah 1 sampai 3
kasus baru per 100.000 populasi, yaitu kira-kira 4% dari semua perawatan pertama
pasien psikiatri. Usia rata-rata adalah 40 tahun, tetapi rentang usia untuk onsetnya
adalah berkisar antara 18 tahun sampai 90 tahun. Wanita lebih sering menderita
gangguan waham dengan rasio 3:1.
C. ETIOLOGI
Etiologi dari gangguan waham masih belum diketahui secara pasti. Pasien yang
saat ini digolongkan mengalami gangguaan waham mungkin mengalami sekelompok
keadaan heterogen dengan waham sebagai gejala yang menonjol.
a. Genetik
b. Faktor biologis
Keadaan neurologis yang paling sering disertai waham adalah keadaan
yang mengenai system limbik dan ganglia basalis. Pasien yang wahamnya di
sebabkan penyakit neurologis dan yang tidak memperlihatkan gangguan
intelektual cenderung mengalami waham kompleks yang serupa dengan
penderita gangguan waham. Sebaliknya, penderita gangguan neurologis dengan
gangguan intelektual sering mengalami waham sederhana tidak seperti waham
pada pasien dengan gangguan waham.
Gangguan waham dapat timbul sebagai repon normal terhadap
pengalaman abnormal pada lingkungan, system saraf tepi, atau system saraf
pusat. Oleh karena itu, jika pasien mengalami pengalaman sensorik salah yaitu
merasa diikuti (misalnya, mendengar langkah kaki), pasien mungkin percaya
bahwa mereka sebenarnya diikuti.
c. Faktor psikodinamik
Teori psikodinamik spesifik mengenai penyebab dan evolusi gejala
waham melibatkan anggapan mengenai orang hipersensitif dan mekanisme ego
spesifik; pembentukan reaksi, proyeksi, dan penyangkalan.
D. KLASIFIKASI
a. Waham yang sistematik
Yaitu waham yang sesudah dianalisis, memperlihatkan suatu pola sentral tertentu
yang kemudian dibesar-besarkan atau ditambah-tambah secara rapi menjadi
sistematik. Walaupun unsure-unsur dasarnya salah dan tak logis, akhirnya
diperoleh suatu waham yang telah terbentuk dan berkembang secara konsekuen
b. Waham yang non sistematik
Waham yang bekembang secara luas, tetapi tidak memperlihatkan suatu pola
sentral tertentu
c. Waham kebesaran (delusi megaloman)
Waham yang ekspansif, hendak meyakinkan orang tentang kebesaran daripada
individu bersangkutan (seperti jadi tuhan, presiden, panglima besar, dan
sebagainya).
d. Waham kehinaan (delusi nihilistic)
Waham yang hendak meyakinkan orang tentang sifat hina, rendah, miskin,
hampa, sia-sia dan sebagainya daripada individu yang bersangkutan, hal yang
mana sama sekali bertentangan dengan kenyataan.
e. Waham tuduhan diri
Keyakinan berdosa dan bersalah yang irrealistik dan irrasional. Konsekuensinya
adalah kepercayaannya bahwa sudah selayaknya ia harus dihukum berat atau
menjalani hukuman mati sekalipun
f. Waham kejaran (delution of persecution)
Waham individu itu senantiasa dikejar-kejar oleh orang atau sekelompok yang
bermaksud berbuat jahat kepadanya.
g. Waham sindiran
Waham bahwa individu yang bersangkutan itu selalu disindir oleh orang-orang
disekitarnya. Biasanya individu yang memiliki waham sindiran itu mencari-cari
hubungan antara dirinya dengan individu-individu sekitarnya yang bermaksud
menuduh atau menyindir hal-hal yang tak senonoh kepada dirinya
E. Manifestasi klinis
1. Status Mental
a. Deskripsi Umum
Pasien biasanya berdandan dengan baik dan berpakian baik, tanpa bukti
adanya disintegritas nyata pada kepribadian atau aktifitas harian. Tetapi pasien
mungkin terlihat aneh, pencuriga atau bermusuhan. Jika pasien berusaha
melibatkan klinisi sebagai suatu sekutu di dalam wahamnya, klinisi tidak boleh
berpura-pura menerima wahamnya, karena dengan melakukan hal itu akan lebih
jauh mengacaukan kenyataan dan menentukan batas untuk perkembangan
ketidakpercayaan antara pasien dan ahli terapi. Hal yang mencolok paling penting
dalam gangguan waham adalah bahwa pemeriksaan status mental menunjukkan
bahwa mereka sangat normal kecuali adanya system waham abnormal yang jelas.
Mood pasien biasanya konsisten atau sejalan dengan isi waham. Misalnya
pasien dengan waham kejar akan curiga.
c. Gangguan Persepsi
Menurut DSM-IV-TR, waham raba atau cium mungkin ditemukan jika hal
tersebut konsisten dengan waham (sebagai contoh; waham somatik tentang bau
badan). Beberapa pasien dengan gangguan waham juga mengalami pengalaman
halusinasi lainnya – hampir semuanya selalu dnegar, bukan visual.
d. Pikiran
a. Orientasi dan Daya Ingat Pasien dengan gangguan waham biasanya tidak memiliki
kelainan dalam orientasi, serta daya ingat dan proses kognitif lainnya tidak
terganggu.
b. Pengendalian Impuls
Klinisi harus memeriksa pasien dengan gangguan waham untuk menentukan ada
atau tidak gagasan atau rencana melakukan material wahamnya dengan bunuh
diri, membunuh atau melakukan tindakan kekerasan. Insidensinya tidak diketahui
pada penyakit ini.
c. Pertimbangan dan Tilikan Pasien dengan gangguan waham hampir seluruhnya
tudak memiliki tilikan terhadap konsisi mereka dan hampir seluruhnya dibawa ke
rumah sakit oleh keluarga, perusahaan atau polisi.
d. Kejujuran
F. KRITERIA DIAGNOSIS
1. Waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis atau gejala yang paling mencolok.
Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun sebagai suatu system waham) harus
sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus bersifat khas pribadi (personal)
dan bukan budaya setempat.
2. Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang lengkap mungkin
terjadi secara intermitten, dengan syarat bahwa waham-waham tersebut menetap
pada saat-saat tidak terdapat gangguan afektif tersebut.
3. Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak
4. Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada dan bersifat
sementara
5. Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar pikiran,
penumpulan afek, dan sebagainya).
G. DIAGNOSIS BANDING
2. Sebagai tambahan :
b. Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan serta gejala katatonik secara
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT-Scan
2. MRI
3. Pemeriksaan laboratorium darah dan cairan serebrospinal.
I. PENATALAKSANAAN
3. Psikoterapi
J. PROGNOSIS
Gangguan waham menetap diperkirakan merupakan diagnosis yang cukup stabil. Kurang
dari 25% dari semua pasien gangguan waham menetap menjadi skizofrenia. Kira-kira 50%
pasien pulih pada follow up jangka panjang, 20% lainnya mengalami penurunan gejalanya
dan 30% lainnya tidak mengalami perubahan pada gejalanya
K. KOMPLIKASI
Tingkat keparahan komplikasi dihubungkan dengan jenis waham dan daerah sistem limbik
pasien yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Dalam beberapa kasus kehidupan pasien
mungkin tampak hampir sama sekali tidak terganggu. Seorang pasien dengan paranoia
grandiosa mungkin menghabiskan banyak waktunya seharian di tempat yang tertutup dan
sendiri, membuat suatu sketsa/gambar yang rumit, namun perilakunya normal dengan
keluarga dan di tempat kerja. Pasien dengan paranoia cemburu biasanya mengirimkan
surat-surat ancaman untuk orang yang disangka berselingkuh dengan istri/suaminya.
Komplikasi yang paling berat adalah pembunuhan, khususnya pada pasien erotomania dan
persekutori. Sebagai contoh, seorang subtipe persecutory, yang "dianiaya", dapat menjadi
“penganiaya” dan membunuh orang yang menganiayanya sebelumnya.
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan waham menetap didefinisikan sebagai suatu gangguan psikiatrik yang tidak
diketahui penyebabnya dan memiliki gejala utama adalah waham. Prevalensi terjadinya
gangguan waham menetap dianggap sama dengan prevalensi di Amerika Serikat, yaitu
0,03%, dimana angka ini jauh berbeda dengan prevalensi terjadinya skizofrenia dan
gangguan mood. Angka munculnya kasus baru adalah 1 sampai 3 kasus baru per 100.000
per tahunnya. Gangguan waham menetap ini terjadi lebih banyak pada wanita dari pada
laki-laki dengan ratio perbandingannya adalah 3:1. Penyebab terjadinya gangguan waham
menetap masih belum diketahui. Namun, terdapat beberapa pendapat, yaitu faktor genetik
dan faktor biologi. Penderita gangguan waham menetap umumnya memiliki status mental,
sensorium dan kognisi yang baik. Terdapat tujuh tipe gangguan waham menetap,
diantaranya adalah tipe kejar, tipe erotomanik, tipe kebesaran, tipe cemburu, tipe somatik,
tipe campuran dan tipe tidak tidak ditentukan. Tipe kejar dan tipe cemburu merupakan tipe
gangguan waham menetap yang paling sering dijumpai, tipe kebesaran tidak begitu sering,
tipe erotomanik dan tipe somatik merupakan tipe yang paling jarang terjadi. Diagnosa
banding yang paling mendekati gangguan waham menetap adalah skizofrenia tipe
paranoid, dimana yang membedakannya adalah kualitas dari wahamnya. Penatalaksanaan
yang dapat diberikan pada penderita gangguan waham menetap adalah perawatan rumah
sakit, farmakoterapi, psikoterapi, faktor psikodinamik dan terapi keluarga. Gangguan
waham menetap memiliki prognosa yang bisa dikatakan baik, karena kurang dari 50%
penderitanya dapat sembuh dengan follow up jangka panjang.