Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perbankan merupakan organ vital yang penting dalam menjaga stabilitas

perekonomian suatu negara. Perbankan menjalankan fungsinya berasaskan prinsip

kehati-hatian (prudential banking). Karakteristik bank yang prudence menuntut

bank-bank di Indonesia untuk selalu berhati-hati dalam menjalankan aktivitasnya

agar tidak membahayakan nasabah atau perekonomian negara. Jika sewaktu-

waktu terjadi krisis moneter, maka perbankan tetap dapat bertahan dalam menjaga

stabilitas keuangan.

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi yang

dilakukan perusahaan dalam satu periode tertentu. Laporan keuangan merupakan

media bagi manajer untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai

pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pemenuhan kebutuhan pihak-

pihak eksternal yaitu diperolehnya informasi kinerja perusahaan dalam mengolah

sumber daya yang dimilikinya. Pentingnya informasi yang disajikan melalui

laporan keuangan, seharusnya laporan keuangan disajikan dengan tepat sesuai

dengan kondisi perusahaan pada periode tersebut sebagai mana yang telah

dijelaskan dalam PSAK 01 (Revisi 2009). Namun, kadang kala pihak manajemen

perusahaan memanfaatkan posisinya yaitu pihak yang lebih mengetahui transaksi-

transaksi lebih cepat, lebih banyak dan lebih valid (information asymmetry).

(Genis, 2015)

1
Sesuai dengan fungsinya, bank merupakan sarana intermediasi antara

masyarakat dengan lembaga keuangan dalam mewujudkan kesejahteraan

masyarakat. Sebagai lembaga yang menyalurkan jasa pelayanan transaksi

keuangan kepada masyarakat, maka bank dalam prakteknya sangat dituntut untuk

menerapkan prudencial principle atau prinsip kehatian-hatian dalam menjalankan

operasionalnya dalam mewujudkan praktek bank yang sehat. Prinsip kehati-hatian

yang dijalankan oleh perbankan selain untuk menjaga risiko kerugian yang timbul

bagi bank juga melindungi kerugian yang timbul bagi masyarakat pengguna jasa

bank atau nasabah (Ramadhoni, 2013)

Bagi perusahaan salah satu keputusan penting agar dapat bersaing dengan

perusahaan lain adalah keputusan pendanaan. Keputusan ini menentukan

kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya serta mempunyai

pengaruh terhadap keputusan pemberian kredit dan risiko perusahaan itu sendiri.

Manajer keuangan memegang peranan penting dalam memilih sumber pendanaan

yang paling baik bagi perusahaan. Dalam usahanya untuk mengelola dan

menjalankan kegiatan operasi perusahaan, manajer keuangan memerlukan dana

dan perusahaan memiliki dua alternatif dalam memenuhi dana tersebut yaitu dari

dana internal atau dari eksternal. Penggunaan dana eksternal seperti hutang rentan

terhadap konflik antara manajemen dan pemegang saham. (Keni, 2011)

Bisnis perbankan pada intinya adalah mengelola dana masyarakat dalam

bentuk Dana Pihak Ketiga yang disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk

kredit atau pinjaman. Pada umumnya mayoritas penghasilan bank berasal dari

pendapatan bunga kredit atau interest revenue. Dapat disimpulkan bahwa bisnis

2
utama perbankan adalah memberikan kredit kepada masyarakat dengan

mengambil keuntungan dari selisih bunga. Jika dilihat dari overview kinerja

perbankan maka beberapa tahun setelah terjadinya krisis ekonomi hingga akhir

tahun 2004 kinerja sektor perbankan menunjukkan trend yang terus membaik

yang tercermin antara lain dari meningkatnya pertumbuhan dan kredit perbankan,

meningkatnya Loan to Deposit Ratio (LDR), menurunnya Non Performing Loan

(NPL) serta meningkatnya profitabilitas. Perbaikan kinerja sektor perbankan pada

waktu itu tidak lepas dari dukungan kondisi makro yang terus membaik yang

dapat dilihat dari meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi, menurunnya laju

inflasi dan tingkat bunga dalam negeri serta semakin stabilnya tingkat rupiah.

Namun demikian memasuki tahun 2005 khususnya pada pertengahan tahun 2005

tekanan yang terjadi pada stabilitas ekonomi Makro telah membawa pengaruh

negative pada perkembangan kinerja sektor perbankan. Beberapa indikator kinerja

perbankan mulai menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan

yang tercermin antara lain dari meningkatnya kembali NPL, menurunnya NIM,

menurunnya profitabilitas, menurunnya CAR, serta meningkatnya rasio biaya

terhadap pendapatan (BOPO). (Ramadhoni, 2013)

Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan

melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau pemegang saham. Di lain sisi,

seringkali pihak manajemen mempunyai tujuan lain yang bertentangan dengan

tujuan utama tersebut sehingga timbul konflik kepentingan antara manajemen dan

pemegang saham. Konflik antara manajemen dan pemegang saham dalam

keputusan pendanaan terjadi disebabkan pemegang saham hanya peduli dengan

risiko sistematik dari saham perusahaan. Sebaliknya, manajemen peduli pada

3
risiko perusahaan secara keseluruhan karena menyangkut reputasinya. Konflik

kepentingan antara manajemen dan pemegang saham dapat diminimalisir dengan

suatu mekanisme pengawasan. Munculnya mekanisme pengawasan tersebut akan

menimbulkan biaya yang disebut biaya agensi (agency cost). (Keni, 2011)

Kepemilikan institusional akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap

kebijakan hutang. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh

pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti bank, perusahaan asuransi,

perusahaan investasi serta dana pensiun dan institusi lainnya. Adanya kepemilikan

institusional diharapkan dapat mendorong pengawasan yang lebih optimal

terhadap kinerja manajemen karena biasanya investasi yang dilakukan oleh pihak

institusional tersebut cukup besar dalam pasar modal. Hal ini tentunya akan

berimbas pada tingkat penggunaan hutang yang dilakukan oleh manajer.

Selain kepemilikan institusional terdapat faktor lain yang dapat

mempengaruhi sektor perbankan yaitu kepemilikan manajerial. Menurut Sujoko

dan Soebiantoro (2007) kepemilikan manajerial (managerial ownership) adalah

kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan yang diukur dengan

persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen. Dalam hal ini dijelaskan

bahwa seorang manajer memiliki peran ganda yakni sebagai manajer dan juga

sebagai pemegang saham. Kepentingan dalam peran manajer dan peran pemegang

saham terkadang akan menimbulkan suatu konflik. Konflik yang dimaksud adalah

konflik keagenan (agency conflict). Konflik keagenan adalah hal yang merugikan

untuk masing-masing pihak, karena konflik tersebut menuntut untuk

menyejajarkan kepentingan dari masing-masing pihak.

4
Berdasarkan beberapa teori yang mengindikasikan free cash flow sebagai

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adanya praktik manajemen laba serta

pentingnya penerapan good corporate governance (ukuran komite audit, proporsi

komite audit independen, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial)

dan peranan auditor dalam meminimalisasi dan mendeteksi manajemen laba.

Manajemen laba bisa menjadi salah satu faktor yang dapat mengurangi

kredibilitas laporan keuangan karena angka yang dilaporkan tersebut tidak

mencerminkan kondisi sebenarnya. Perilaku manajer yang melakukan manajemen

laba dapat diminimalisir dengan menerapkan good corporate governance (Dian,

2013)

Dalam penelitian Dian (2013) perusahaan dengan arus kas bebas (free

cash flow) yang tinggi akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk

melakukan manajemen laba, karena perusahaan tersebut terindikasi menghadapi

masalah keagenan yang lebih besar. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa

perusahaan dengan surplus arus kas bebas yang tinggi juga cenderung melakukan

praktik manajemen laba dengan meningkatkan laba yang dilaporkan untuk

menutupi tindakan pihak manajer yang tidak optimal dalam memanfaatkan

kekayaan perusahaan.

Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka

semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk

pertumbuhan, pembayaran hutang, dan deviden. Free cash flow merupakan

determinan penting dalam penentuan nilai perusahaan, sehingga manajer

perusahaan lebih terfokus pada usaha untuk meningkatkan free cash flow (Sawir,

2004: 94).

5
Adanya aliran kas bebas dari arus kas aktivitas operasional perusahaan

menimbulkan konflik bagi manajer dan pemegang saham. Masing-masing pihak

memiliki kepentingan sendiri terhadap aliran kas bebas tersebut. Salah satu solusi

solusi untuk mengurangi biaya keagenan yang timbul akibat konflik keagenan

yang timbul akibat konflik keagenan adalah dengan hutang (Mayang, 2014).

Keputusan yang diambil oleh manajemen dan prisipil bergantung pada

porsi kepemilikan investor dan manajerial yang dimiliki masing-masing pihak.

Semakin besar porsi kepemilikan yang dimiliki maka semakin besar pengaruh

yang dapat diberikan kepada perusahaan dalam mengambil keputusan mengenai

aktivitas perusahaan untuk tujuan pribadi. Keputusan dan aktivitas manajer yang

memiliki saham perusahaan tentu akan berbeda dengan manajer yang murni

sebagai manajer (Mayang, 2014)

Porsi yang dimiliki oleh investor dan manajemen diukur dengan

kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial. Dalam perusahaan dengan

kepemilikan manajerial, manajer sekaligus pemegang saham tentunya akan

menselaraskan kepentingannya dan kepentingannya sebagai pemegang saham.

Sementara dalam perusahaan tanpa kepemilikan manajerial, manajer yang bukan

pemegang saham kemungkinana hanya mementingkan dirinya sendiri.

Ukuran perusahaan merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan

perusahaan dalam menentukan kebijakan hutangnya. Hal ini disebabkan

perusahaan besar lebih mudah mengakses pasar modal guna memperoleh dana

dari pihak kreditor. Kreditor akan ragu-ragu memberikan pinjaman apabila

perusahaan mempunyai risiko bisnis yang tinggi, dimana risiko bisnis ini

6
diproksikan dengan earning volatility. Pembayaran deviden baru bisa dilakukan

apabila pinjaman telah dilunasi oleh perusahaan. Tentunya ini membuat manajer

semakin berhati-hati dalam menggunakan hutang. Perusahaan besar memiliki

keuntungan lebih dikenal oleh publik dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Namun untuk penggunaan hutang lebih banyak digunakan oleh perusahaan besar

dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Alasan penelitian ini dilakukan di perusahaan perbankan dikarenakan

perusahaan perbankan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan perusahaan

lainnya seperti, bank harus memenuhi kriteria modal minimum agar dikatakan

sehat. Selain itu perusahaan perbankan sangat rawan karena dana yang diterima

kebanyakan dari masyarakat, maka perusahaan perbankan seharusnya bisa

mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Perusahaan perbankan juga berbeda

dari perusahaan lainnya yang pelanggannya selalu didepan mata sehingga

penelitian di sektor perbankan menjadi rasional. (Sumanto et al., 2014)

Dari latar belakang permasalahan diatas, penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial,

Free Cash Flow dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang pada

Sektor Perbankan yang Tercatat pada Bursa Efek Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah kepemimpinan institusional berpengaruh signifikan terhadap

kebijakan hutang pada sektor perbankan yang tercatat pada Bursa Efek

Indonesia?

7
2. Apakah kepemimpinan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan

hutang pada sektor perbankan yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah free cash flow (arus kas bebas) berpengaruh signifikan terhadap

kebijakan hutang pada sektor perbankan yang tercatat pada Bursa Efek

Indonesia?

4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang

pada sektor perbankan yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini dapat

diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan institusional

terhadap kebijakan hutang pada sektor perbankan yang tercatat pada Bursa

Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan manajerial

terhadap kebijakan hutang pada sektor perbankan yang tercatat pada Bursa

Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh free cash flow (arus kas bebas)

terhadap kebijakan hutang pada sektor perbankan yang tercatat pada Bursa

Efek Indonesia.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap

kebijakan hutang pada sektor perbankan yang tercatat pada Bursa Efek

Indonesia.

8
1.4 Batasan Masalah

Dalam pembahasan penelitian ini, penulis hanya membatasi permasalahan

pada sektor perbankan seperti kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

free cash flow dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan sektor manufaktur yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia pada khususnya dan bagi perusahaan-perusahaan yang tercatat

di Bursa Efek Indonesia pada umumnya diharapkan penelitian ini dapat

memberikan masukan mengenai pentingnya mengetahui pengaruh

kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, free cash flow dan

ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang pada sektor perbankan.

2. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat dipakai sebagai

sebagai data dan landasan yang berguna bagi pihak-pihak yang

berkompeten yang ingin mengetahui mengenai kepemimpinan

institusional, kepemimpinan manajerial, free cash flow dan ukuran

perusahaan terhadap kebijakan hutang sehingga dapat mencapai tujuan

dari perusahaan dan dapat mengembangkan sumber daya manusia di

masa depan

3. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan pemikiran dan

pengetahuan peneliti.

9
4. Sebagai bahan dokumentasi atau koleksi penelitian yang

bermanfaat bagi peneliti selanjutnya.

5. Hasil/temuan penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi

positif terhadap faktor-faktor yang mampu mempengaruhi sektor

perbankan yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia, terutama sebagai

acuan bagi pelaksanaan penelitian yang relevan.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bank

Salah satu usaha dari bank adalah memberikan atau menyalurkan kredit

kepada masyarakat atau nasabah. Hal ini sesuai dengan pengertian bank yang

didefinisikan oleh Undang-Undang No.10 Tahun 1998 sebagai berikut : “Bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau

bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat

banyak”. Definisi ini mencerminkan dua pesan utama bank sebagai financial

intermediate maupun institute of development, atau memberi tekanan bahwa usaha

utama bank adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan

sumber dana bank, dan dari segi penyalurannya hendaknya bank tidak semata-

mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik bank, dan juga

kegiatan bank itu diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Hal

tersebut merupakan amanat dari Undang-Undang tersebut di atas bagi setiap bank

yang menjalankan usahanya di Indonesia (Ramadhoni, 2013).

Menurut PSAK No. 31 (2004;31-1) mendefinisikan bank sebagai berikut :

“Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial

intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana,

serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.

Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat.

11
Hal tersebut tampak dalam kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari

masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, deposito berjangka dan memberikan

kredit kepada pihak yang memerlukan dana”.

Kedua definisi tersebut di atas memberikan penjelasan bahwa kegiatan

usaha bank ditekankan untuk memberi banyak manfaat positif kepada masyarakat

untuk merubah tingkat kehidupan ekonomi masyarakat dengan menjalin

kerjasama ekonomi dengan pihak perbanknan. Selain dari pada itu bank harus

mampu menjadi jembatan penghubung antara masyarakat yang kelebihan dana

dengan masyarakat yang membutuhkan dana, sehingga menimbulkan kondisi

keseimbangan perekonomian dalam lingkungan masyarakat Indonesia.

2.2 Kebijakan Hutang Perusahaan

Chen dan Steiner (1999) menyatakan bahwa perusahaanmenggunakan

hutang untuk mendanai sebagian besar aset. Kebijakan hutang berhubungan

positif dengan risiko keuangan. Peningkatan risiko keuangan berarti menimbulkan

konflik sehingga diperlukan pengaturan terhadap penggunaan hutang untuk

mengurangi konflik keagenan.

Agar konflik keagenan tidak merugikan pemilik perusahaan, mekanisme

yang sering ditempuh adalah dengan meningkatkan monitoring dan kontrol

terhadap keputusan-keputusan manajemen. Dari sisi kreditor, transparansi

manajemen akan mengurangi debt agency problem. Dengan mempertimbangkan

bahwa perusahaan perusahaan multinasional mempunyai monitoring dan kontrol

yang lebih baik terhadap manajemendan juga lebih transparan, maka diharapkan

12
perilaku manajemen akan lebih sesuai dengan kepentingan pemilik perusahaan.

Dengan demikian maka keputusan pendnaa yang diambil diharapkan tidak akan

merugikan pemilik perusahaan dan juga krediturnya

2.3 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional ditunjukkan melalui proposi saham yang

dimiliki oleh investasi institusi dan blockholders. Adanya kepemilikansaham

institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen perusahaan guna

untuk mengurangi konflik agensi dalam suatu perusahaan. Dengan kepemilikan

saham institusional pada perusahaan asuransi, bank, perusahan investasi, dan

kepemilikan oleh institusi-institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan

yang lebih optimal terhadap kinerja dari manajer. Pelaksanaan monitoring ini akan

menjamin peningkatan pengawas yang lebih optimal (Listyani, 2003).

Menurut Swandari (2008) pada kasus Indonesia, kepemilikan institusional

cukup mampu menjadi alat monitoring yang baik. Hal ini dikarenakan pemegang

saham institusi telah memiliki kemampuan dan sarana yang memadai untuk

memonitor perusahaan dimana saham mereka miliki sehingga terjadi peningkatan

nilai perusahaan dengan meningkatkan kepemilikan institusional dapat

mengurangi masalah keagenan. Sehingga dengan kepemilikan institusional yang

tinggi dapat membantu kinerja perusahaan.

Semakin besar kepemilikan institusi keuangan maka akan semakin besar

kekuatan suara dan dorongan dari institusi keuangan tersebut untuk mengawasi

manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk

13
mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan meningkat.

Kinerja yang meningkat akan menguntungkan bagi penegang saham, dengan kata

lain pemegang saham akan mendapatkan banyak keuntungan berupa dividen.

Kepemilikan institusional bertindak sebagai pencegahan manjemen

melakukan pemborosan. Semakin besar kepemilikan saham institusi akan

menyebabkan usaha monitoring semakin efektif karena dapat mengendalikan

perilaku oportunistik manajemen. Tindakan ini akan mengurangi biaya agensi

karena memungkinkan perusahaan menggunakan tingkat hutang yang lebih

rendah

2.4 Kepemilikan Manajerial

Menurut Jansen dan Mackling (1976) dalam Sukarta (2006), salah satu

cara guna untuk mengurangi konflik antara prinsipal dan agen dapat dilakukan

dengan meningkatkan kepemilikan manajerial suatu perusahaan. Hal itu berarti

bahwa kepemilikan saham manjerial dalam suatu perusahaan akan mendorong

penyatuan kepentingan antara prinsipal dan agen sehingga manajer bertindak

sesuai dengan keinginan pemegang saham. Kepemilikan saham manajerial juga

dapat menyatukan kepentingan antara manajer dan pemegang saham sehingga

manajer akan berhati-hati dalam mengambil keputusan karena mereka ikut

merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut

menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang

salah (Listyani, 2003).

14
Semakin besar proposi kepemilikan saham manajerial pada perusahaan,

maka manajer cenderung berusaha lebih giat dan termotivasi untuk menciptakan

kinerja perusahaan secara optimal karena manajer mempunyai kewajiban untuk

memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham, namun disisi lain manajer

juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.

Manajer akan berusaha untuk mengurangi konflik kepentingan dan menurunkan

biaya keagenan serta dapat menurunkan kecenderungan manajer untuk melakukan

tindakan oportunistik (Listyani, 2003). Sehingga, akan dapat meningkatkan

kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Kepemilikan manajerial merupakan besarnya kepemilikan saham yang di

miliki oleh manajer. Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat

ditentukan oleh motivasi manajer perusahan. Motivasi yang berbeda akan

menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang

berbeda yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak

sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba,

sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan

pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada

perusahaan yang mereka kelola. Sehingga dapat dikatakan bahwa persentase

tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi

tindakan manajemen laba Gideon (2005).

Pengertian kepemilikan manajerial menurut Wahidahwati (2002)

merupakan pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam

pengambilan keputusan perusahaan (Direktur dan Komisaris). Kepemilikan

15
manajerial diukur dari jumlah prosentasesaham yang dimiliki manajer.

Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham

perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang

saham perusahaan. Keputusan yang akan diambil manajemen akan berbeda jika

dalam suatu perusahaan manajer bertindak sebagai manajemen juga sebagai

pemegang saham. Manajemen akan bertindak untuk menselaraskan

kepentingannya juga kepentingannya sebagai pemegang saham.

Kepemilikan manajerial menunjukkan adanya peran ganda seorang

manajer, dengan demikian manajemen akan bertindak dengan fungsi ganda yaitu

fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan. Meningkatkan kepemilikan

manajerial digunakan sebagai salah satu cara mengatasi masalah yang ada di

perusahaan. Peningkatan kepemilikan manajerial akan memotivasi manajer untuk

meningkatkan kinerjanya sehingga dalam hal ini akan berdampak baik kepada

perusahaan serta memenuhi keinginan dari para pemegang saham. Semakin besar

kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan lebih giat untuk

meningkatkan kinerjanya karena manajemen mempunyai tanggung jawab untuk

memenuhi keinginan dari pemegang saham yang tidak lain dirinya sendiri.

Manajemen akan lebih berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan, karena

manajemen akan ikut merasakan manfaat secara langsung dari keputusan yang

diambil. Selain itu, manajemen juga manajemen ikut menanggung kerugian

apabila keputusan yang mereka ambil salah.

16
2.5 Free Cash Flow (Arus Kas Bebas)

Free cash flow merupakan kas yang berlebih di perusahaan yang dapat

dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen. Pembagian

tersebut bisa dilakukan setelah perusahaan melakukan pembelanjaan modal

(capital expenditure) seperti pembelian aset tetap secara tunai. Jensen (1986)

menyatakan bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap dividend payout

ratio. Semakin tinggi free cash flow maka semakin tinggi dividend payout ratio

atau sebaliknya. Jensen (1986) menghubungkan free cash flow tersebut dengan

teori keagenan (agency theory).

Hal ini selaras dengan pemikiran peneliti bahwa pemilik/pemegang saham

berencana untuk membagikan dividen tunai dalam jumlah yang tinggi untuk

menghindari terjadinya overinvestment (free cash flow problem) yang dilakukan

oleh manajerial. Tindakan tersebut dilakukan untuk mengurangi agency cost pada

perusahaan atau dapat dikatakan sebagai bentuk mekanisme pengawasan

pemegang saham terhadap manajerial.

Arus kas bebas merupakan kas lebih perusahaan yang dapat

didistribusikan kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak diperlukan lagi

untuk modal kerja atau invetasi pada aset tetap.

Arus kas bebas akan mengarah pada perlaku manajer yang salah dan buruk

yang bukan untuk kepentingan pemegang saham. Dengan adanya arus kas yang

tinggi maka manajer cenderung menginginkan arus kas tersebut dibayarkan

sebagai bonus sebagai upah penghargaan atas kinerja manajemen. Di sisi lain

pemgang saham ini arus kas dibayarkan sebagai dividen untung meningkatkan

17
kepentingan pribadi. Ketika free cash flow tersedia, manajer disinyalir akan

menghamburkan free cash flow tersebut sehingga terjadi inefisiensi dalam

perusahaan atau akan menginvestasikan free cash flow dengan return yang kecil

(Smith & Kim, 1994)

2.6 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan mencerminan besar kecilnya perusahaan yang tampak

dalam nilai total aset perusahaan pada neraca akhir tahun (Sujoko dan

Soebiantoro, 2007). Semakin besar total aset maka semakin besar pula ukuran

suatu perusahaan. Perusahaan besar dengan jumlah aset yang besar memiliki dana

lebih banyak untuk diinvestasikan dalam intellectual capital. Ketersediaan dana

dalam jumlah yang besar akan membuat pengelolaan dan pemeliharaan

intellectual capital menjadi semakin optimal dan akan menghasilkan kinerja

intellectual capital yang lebih tinggi. Aset menunjukkan aktiva yang digunakan

untuk aktivitas operasional perusahaan.

Pada umumya, perusahaan yang besar mengungkapkan lebih banyak

informasi dibanding perusahaan kecil. Variable size merupakan variable yang

paling konsisten berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan

dalam penelitian-penelitan sebelumnya. (Meek, Roberts & Gray, 1995).

Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki

perusahaan. Dikarenakan total aktiva perusahaan bernilai milyaran rupiah maka

hal ini dapat disederhanakan dengan mentransformasikannya ke dalam logaritma

natural, sehingga ukuran perusahaan juga dapat dihitung dengan : Size = Ln

TotalAssets (Merliana Benardi dan Sutrisno : 2008)

18
Antara jumlah saham yang dimiliki oleh pihak dalam atau manajemen

perusahaan (insider ownership’s) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak

luar (outsider ownership’s).

Ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan

dalam hampir setiap studi dan untuk sejumlah alasan berbeda. Ukuran perusahaan

dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan dalam memperoleh dana dari

pasar modal dan menentukan kekuatan tawar-menawar (bargaining power) dalam

kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari

berbagai bentuk utang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan

dibandingkan dengan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang terlibat,

semakin memungkinkan membuat kontrak yang dapat dirancang sesuai dengan

preferensi kedua pihak, sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar utang. (Sri,

2015)

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu sangat penting sebagai acuan dalam penyusunan

penelitian ini. Kegunaannya untuk mengetahui hasil yang telah dilakukan peneliti

terdahulu.

Nuraini Desty Nurmasari (2015) dalam penelitiannya berjudul Pengaruh

Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen,

Pertumbuhan Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang

Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia). Dalam peneliannya menyatakan bahwa Kepemilikan Manajerial

19
tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan dibuktikan dengan nilai

koefisien sebesar -0,718 pada nilai signifikansi 0,586. Kepemilikan Institusional

tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan dibuktikan dengan nilai

koefisien sebesar -0,760 pada nilai signifikansi 0,133. Kebijakan Dividen tidak

berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan dibuktikan dengan nilai

koefisien sebesar -0,324 pada nilai signifikansi 0,314. Pertumbuhan Perusahaan

tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan dibuktikan dengan nilai

koefisien sebesar 0,725 pada nilai signifikansi 0,346. Profitabilitas berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan dibuktikan dengan

nilai koefisien sebesar -4,310 pada nilai signifikansi 0,001. Secara simultan

Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen,

Pertumbuhan Perusahaan, dan Profitabilitas berpengaruh terhadap Kebijakan

Hutang, hal ini dibuktikan dengan nilai F hitung sebesar 3,023 pada nilai

signifikansi sebesar 0,024.

Muhammad Faisal (2004) dengan penelitiannya yang berjudul Analisis

Pengaruh Free Cash Flow, Kesempatan Investasi, Kepemilikan Manajerial, dan

Ukuran Perusahaan terhadap kebijakan hutang (Studi empiris pada perusahaan-

perusahaan Sektor Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta). Hasil

penelitiannya menyatakan bahwa free cash flow dan ukuran perusahaan memiliki

pengaruh positif yang signifikan terhadap kebijakan hutang yang diwakili oleh

debt to equity ratio sementara kesempatan investasi dan kepemilikan manajerial

memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap hutang yang diwakili oleh

debt to equity ratio.

20
Keni dan Sofia Prima Dewi (2011) dengan judul penelitian Pengaruh

Kepemilikan Institusional, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aktiva, Ukuran

Perusahaan, Earning Volatility dan Kebijakan Deviden Terhadap Kebijakan

Hutang Perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan

institusional, pertumbuhan perusahaan, struktur aktiva, ukuran perusahaan,

earning volatility dan kebijakan deviden terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Sampel yang digunakan adalah 108 data perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2010. Analisis data dilakukan dengan

bantuan program PASW Statistics versi 18.00. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan, struktur aktiva dan

kebijakan deviden memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan

sedangkan ukuran perusahaan dan earning volatility tidak memiliki pengaruh

terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Ayu (2012) dengan judul penelitian Pengaruh Kepemilikan Manajerial,

Kepemilikan Institusional Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang

Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011). Dalam penelitian ini

analisis yang digunakan yaitu analisis regresi berganda untuk melihat pengaruh

variable independent terhadap variable dependen baik secara bersama-sama

maupun secara individu. Sebelum diuji dengan regresi linier berganda terlebih

dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak

18 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama

variable independent kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, d an

21
ukuran perusahaan, mempengaruhi variable dependen kebijakan hutang.

Sedangkan secara individu, hanya dua variable saja yaitu kepemilikan

institusional dan ukuran perusahaan yang berpengaruh secara signifikan terhadap

kebijakan hutang. Satu variable lain yaitu kebijakan dividen dan ukuran

perusahaan menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan mempengaruhi

kebijakan hutang.

Salvatore (2013) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Profitabilitas,

Free Cash Flow, Dan Investment Opportunity Set Terhadap Dividend Payout

Ratio (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI)

menyatakan bahwa variabel independen profitabilitas (ROA) berpengaruh positif

dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Sedangkan variabel free cash flow

dan investment opportunity set tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio.

Variabel kontrol ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

dividend payout ratio.

Penelitian Mayang (2014) dengan judul Pengaruh Kepemilikan

Institusional, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, Dan Arus Kas

Bebas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan, bertujuan untuk menguji secara

empiris pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, set

kesempatan investasi, dan arus kas bebas terhadap kebijakan hutang perusahaan

pada perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun

2010-2012. Teori yang digunakan dalam penelitin ini adalah teori agensi. Sampel

yang terpilih sebanyak 101 perusahaan. Data yang digunakan menggunakan cross

section dengan teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan

22
bahwa kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial berpengaruh secara

negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan, serta set kesempatan investasi dan

arus kas bebas berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Genis, (2015), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh

Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2014 bertujuan untuk

menganalisis pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba.

Kepemilikan institusional dihitung dari jumlah saham yang dimiliki institusi per

jumlah saham yang beredar. Discretionary accrual digunakan sebagai proksi

manajemen laba. Sampel penelitian adalah 38 perusahaan perbankan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang dipilih menggunakan purposive sampling

selama periode penelitian, tahun 2013-2014. Data dianalisis menggunakan regresi

sederhana. Berdasarkan hasil pengujian disimpulkan bahwa variabel kepemilikan

institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini

berarti perusahaan dengan kepemilikan institusi tinggi tidak menjamin dapat

meminimalisir praktik manajemen laba pada perusahaan.

23
BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN HIPOTESA

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, kajian teoritis, dan

tinjauan penelitian terdahulu, maka kerangka konseptual penelitian ini

digambarkan pada Gambar 31. di bawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Kepemilikan Institusional
(X1)
(-)
(X1)
Kepemilikan Manajerial (-)
(X2)
Kebijakan
(X1) Hutang
Free Cash Flow (X3) (+)

(+)

Ukuran Perusahaan (X4)

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian pada Gambar 3.1 menjelaskan pengaruh

kepemilikan institusonal, kepemilikan manajerial, free cash flow dan ukuran

perusahaan terhadap kebijakan hutang pada sektor perbankan yang tercatat Bursa

Efek Indonesia.

24
3.2 Hipotesis

Kerangka konseptual penelitian pada Gambar 3.1 menjelaskan pengaruh

kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, free cash flow dan ukuran

perusahaan terhadap kebijakan hutang pada sektor perbankan di PT Bursa Efek

Indonesia.

Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu dan berdasarkan kerangka

pemikiran maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang pada


sektor perbankan

Sebuah perusahaan membutuhkan dana eksternal untuk kegiatan

operasionalnya. Dana untuk kegiatan operasional dari pihak eksternal berupa

utang. Besarnya utang yang dipinjam perusahaan dari pihak kreditur

bergantung pada manajemen perusahaan, dengan adanya utang maka kinerja

manajemen dapat dipantau atau dikontrol oleh pemegang saham. Besarnya

kontrol dari pemegang saham bergantung seberapa besar kepemilikan

institusional pada perusahaan. Pemegang saham disini bertindak untuk

membatasi manajemen dalam menggunakan utang.

Soejoko dan Soebiantoro (2007) menyatakan bahwa semakin

terkonsentrasi kepemilikan saham, maka pengawasan yang dilakukan pemilik

akan semakin efektif. Manajemen akan semakin berhati-hati memperoleh

pinjaman. Dengan adanya kontrol yang ketat, menyebabkan manajer

menggunakan utang pada tingkat yang rendah.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai

berikut:

25
H1 : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap
kebijakan hutang pada sektor perbankan

2. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap kebijakan hutang pada


sektor perbankan

Manajemen dalam perusahaan memiliki informasi yang lebih tentang

keadaan perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham. Hal ini

menyebabkan manajemen dapat bertindak hal-hal yang menguntungkan diri

sendiri. Termasuk dalam hal kebijakan pendanaan yaitu kebijakan utang,

manajemen akan berusahan untuk mengatur kebijakan utang agar kinerja

manajemen tetap dinilai baik dihadapan para pemegang saham.

Berbeda jika manajemen memiliki kepentingan yang sama dengan

pemegang saham, maksudnya adalah manajemen memiliki hal dalam

penentuan besarnya kebijakan utang melalui kepemilikan manajerial dalam

perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan hutang akan

semakin berkurang seiring dengan meningkatnya kepemilikan manajerial

dalam perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis alternatif yang akan diuji

adalah sebagai berikut:

H2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap


kebijakan hutang pada sektor perbankan

26
3. Pengaruh Free cash flow terhadap kebijakan hutang pada sektor
perbankan

Free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan

kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal

kerja atau investasi pada aset. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik

kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Manajer lebih

menginginkan dana tersebut diinvestasikan lagi pada proyek-proyek yang

dapat menghasilkan keuntungan, karena hal ini dapat meningkatkan insentif

yang diterimanya, sedangkan di sisi lain, pemegang saham mengharapkan sisa

dana tersebut dibagikan dalam bentuk dividen sehingga akan menambah

kesejahteraan mereka (Hutomo & Perdana, 2008).

Jensen (1986) dalam Faisal (2004) mengenai free cash flow menyatakan

bahwa tekanan pasar akan mendorong manajer untuk mendistribusikan free

cash flow kepada pemegang saham atau risiko akan kehilangan kendali

terhadap perusahaan. Free cash flow biasanya menimbulkan konflik

kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Konflik kepentingan ini

dapat diminimalisasi dengan adanya utang. Penambahan hutang dapat

mengurangi free cash flow karena adanya pembayaran kembali bunga dan

pokok pinjaman, serta dapat mengurangi kemampuan manajer dalam

melakukan tindakan pemborosan. Hal ini membuat manajemen lebih disiplin

sehingga penggunaan sumber daya perusahaan menjadi lebih produktif.

Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis alternatif yang akan diuji

adalah sebagai berikut:

H3 : Free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang


pada sektor perbankan

27
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap kebijakan hutang pada sektor
perbankan

Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat diklasifikasikan dalam

besar kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, antara lain dengan total

aktiva, log size, nilai pasar saham, dan stabilitas penjualan (Hol & Wijst,

2006). Penentuan ukuran perusahaan ada juga didasarkan pada total asset

perusahaan (Sujoko & Soebiantoro, 2007). Besar kecilnya ukuran suatu

perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal, semakin besar

perusahaan maka akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan perusahaan

untuk melakukan investasi. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka

kecenderungan menggunakan modal juga semakin besar, hal ini disebabkan

karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk

menunjang operasionalnya.

Hubungan antara ukuran perusahaan dan leverage dipengaruhi oleh akses

perusahaan ke pasar modal. Perusahaan besar dapat dengan mudah mengakses

pasar modal. Kemudahan untuk mengakses pasar modal berarti perusahaan

memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapat dana lebih banyak

(Manan, 2004).

Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis alternatif yang akan diuji

adalah sebagai berikut:

H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan


hutang pada sektor perbankan

28
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kausal komperatif yang merupakan penelitian dengan karakteristik masalah

berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih, (Indiantoro, 1999).

4.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan jenis data runtun waktu

(time series) selama kurun waktu 5 tahun dari tahun 2011 sampai tahun 2015.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari beberapa sumber antara

bersumber dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan alamat situs www.idx.co.id

dan Indonesia Capital Market Directory (ICMD).

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006:72). Populasi

(N) pada penelitian ini adalah seluruh emiten perbankan di BEI tahun 2011-2015.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono,2006:73). Sampel yang digunakan oleh peneliti

dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling,

29
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,2004:78).

Pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

a. Lembaga Perbankan yang terdaftar secara terus menerus di BEI pada tahun

2011 hingga tahun 2015.

b. Memiliki Laporan Keuangan yang diaudit oleh Akuntan Publik yang

dipublikasikan dan opini yang diperoleh adalah unqualified opinion.

4.4 Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel-variabel dalam menganalisis data.

Variabel tersebut antara lain :

1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, dalam

hal ini sektor perbankan.

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Dalam

hal ini X1 (kepemilikan institusional), X2 (kepemilikan manajerial), free cash

flow (X3) dan ukuran perusahaan (X4).

4.5 Defenisi Operasional

4.5.1. Kepemilikan Institusional

Variabel Kepemilikan Institusional, dapat dirumuskan sebagai berikut

(Masdupi 2005):

Jumlah saham yang dimiliki institusi


Kepemilikan institusional =
Jumlah saham beredar akhir tahu n

30
4.5.2. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajemen adalah saham yang dimiliki oleh manajemen

secara pribadi maupun saham yang dimiliki oleh anak cabang perusahaan

bersangkutan beserta afiliasinya. Indikator untuk mengukur kepemilikan

manajerial adalah presentase perbandingan jumlah saham yang dimiliki pihak

manajemen dengan seluruh modal saham perusahaan yang beredar.

4.5.3. Free Cash Flow

Variabel free cash flow, diukur dengan menggunakan rumus yang

dikemukakan Ross, et al (2000) dalam Handayani & Perdana (2006), yang

dirumuskan sebagai berikut:

FCF it = AKOit – PMit – NWCit

Keterangan:

FCFit = free cash flow

AKOit = aliran kas operasi perusahaan i pada tahun t

PMit = pengeluaran modal perusahaan i pada tahun t

NWCit = modal kerja bersih perusahaan i pada tahun t = aset lancar-kwjbn lancar

4.5.4. Ukuran Perusahaan

Variabel ukuran perusahaan, merupakan rasio nilai logaritma natural dari

penjualan (sales). Variabel ini dirumuskan sebagai berikut:

Ukuran Perusahaan = Log (total aktiva)

31
4.6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode

dokumentasi. Pengumpulan data dimulai dengan tahap penelitian pendahuluan

yaitu melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku dan bacan lain

yang berhubungan dengan pokok bahasan penelitian. Pada tahap ini juga

dilakukan pengkajian data yang dibutuhkan, yaitu mengenai jenis data yang

dibutuhkan, ketersediaan data, cara memperoleh data, dan gambaran cara

pengolahan data. tahapan selanjutnya adalah penelitian pokok yang digunakan

untuk mengumpulkan keseluruhan data yang dibutuhkan guna menjawab

persoalan penelitian dan memperkaya literatur untuk menunjang data kuantitatif

yang diperoleh.

4.7 Metode Analisis Data

Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan

variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen dengan tujuan

untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata

variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui.Dalam

analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau

lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen. Variabel dependen diasumsikan random/stokastik, yang berarti

mempunyai distribusi probabilistik. Variabel independen/bebas diasumsikan

memiliki nilai tetap (dalam pengambulan sampel yang berulang (Ghozali, 2001).

32
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan

metode statistik uji regresi berganda (multipple regression analysis). Model

persamaan regresi untuk menguji hipotesis dengan formulasi berikut :

Y = α+β1Χ1+β2Χ2+β3Χ3+β4Χ4+е

Dimana :

Y = Sektor perbankan

X1 = Kepemilikan institusional

X2 = Kepemilikan manajerial

X3 = Free cash flow

X4 = Ukuran perusahaan

e = Error

4.7.1 Pengujian Hipotesis

Salah satu syarat untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan metode

regressi berganda adalah uji asumsi klasik. Jika asumsi-asumsi tersebut tidak

semua terpenuhi maka hasilnya akan bias. Uji ini meliputi: uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.

4.7.2 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,

variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi normal atau tidak. Model

regressi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

33
Menurut Ghozali, dkk (2007), ada dua cara untuk mendeteksi apakah

residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat grafik normal plot

dan secara statistic dengan Uji Kolmogorov Smirnov.

4.7.3 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model

regressi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable bebas. Konsekuensi praktis

yang timbul sebagai adanya multikoliniaritas ini adalah kesalahan standar

penaksir semakin besar dan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah

semakin besar. Multikolinearitas terjadi jika variabel bebas saling berkorelasi. Hal

ini bisa menyebabkan kesimpulan yang salah sehubungan dengan manakah

variabel bebas yang mempunyai pengaruh nyata dan yang tidak nyata.

Salah satu cara untuk mengetahui adanya multikoliniaritas adalah dengan

melakukan uji VIF (Variance Inflation Factor) tidak lebih dari 10 dan nilai

tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari

multikoliniaritas. VIF = 1/ Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/ 10 =

0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance.

4.7.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

34
Salah satu pengujian yang digunakan untuk mengetahui adanya

autokorelasi adalah dengan memakai uji statistik Durbin–Watson (DW test). Jika

nilai Durbin– Watson berada diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi

(Santoso, 2000).

4.7.5. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model

regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas.

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas

adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan

residualnya. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik menyebar diatas dan dibawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

35
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Theresia Pakpahan, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan


Institusional Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang
Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011), Tesis, Fakultas
Ekonomi, Universitas Gunadarma, Jakarta, 2012

Dian Agustia, Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow,
dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 15, No. 1, Mei 2013 Fakultas
Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga Surabaya, 2013.

Faisal, M. 2004. Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Set Kesempatan Investasi,
Kepemilikan Manajerial, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan
Hutang (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Industri Manufaktur di
Bursa Efek Jakarta). Tesis (Tidak dipublikasi) Pascasarjana Universitas
Diponegoro Semarang.

Genis Astari, Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen


Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2013-2014, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya,
2015

Ghozali, Imam dan Anis Chariri. Teori Akuntansi, Semarang: BP UNDIP, 2007

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,


Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Hol, S. & Wijst, N.V.D. 2006. The Financing Structure of Non Listed Firms.
Discussion Papers No. 468. Statistiscs Norway. Research Department.
August: 1-30.

Jensen, M. C. and Meckling, W.H. (1976). Theory of The Firm: Managerial


Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics, 3, 305-360.h

Keni dan Sofia Prima Dewi, 2010, Pengaruh Kepemilikan Institusional,


Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Earning
Volatility Dan Kebijakan Deviden Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan
; Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara, 2010.

Listyani, Theresia Tyas. Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, dan


Pengaruhnya Terhadap Kepemilikan Saham Institusional (Studi pada
Perusahaan Manufaktur diBursa Efek Jakarta), Jurnal Maksi, Vol3,
Agustus, 2003.

36
Manan, A. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebijakan Hutang
pada Industri Keuangan yang Go Publik di BEJ Tahun 1999- 2002:
Sebuah Pendekatan Agency Theory. Tesis (Tidak dipublikasi) Pascasarjana
Universitas Diponegoro Semarang.

Mayang, Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Set


Kesempatan Investasi, Dan Arus Kas Bebas Terhadap Kebijakan Hutang
Perusahaan, Skripsi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro, Semarang, 2014

Nuraini Desty Nurmasari, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan


Institusional, Kebijakan Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Dan
Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Skripsi,

Program Studi Manajemen-Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas


Negeri Yogyakarta, 2015

Ramadhoni Hasibuan, Pengaruh Resiko Kredit Terhadap Profit And Loss Pada
Bank Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Skripsi, Departemen
Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan, 2013

Ross, Westerfield and Jaffe, 2005. Corporate Finance. Seventh Edition. McGraw
Hill, America: New York.

Salvatore Wika Lingga Pradana dan I Putu Sugiartha Sanjaya, Pengaruh


Profitabilitas, Free Cash Flow, Dan Investment Opportunity Set Terhadap
Dividend Payout Ratio (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar Di BEI), Tesis, Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2013

Sawir, Agnes. Kebijakan Pendanaan dan Restrukturisasi Perusahaan. Jakarta:


PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004

Sri Hasnawati, Agnes Sawir, Keputusan Keuangan, Ukuran Perusahaan, Struktur


Kepemilikan Dan Nilai Perusahaan Publik di Indonesia, JMK, Vol. 17,
No. 1, Maret 2015, 65–75, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Lampung, 2015

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung.

Sujoko & Soebiantoro, U. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Leverage,


Faktor Intern, dan Faktor Ekstern terhadap Nilai Perusahaan (Studi
Empirik pada Perusahaan Manufaktur dan Non Manufaktur di Bursa Efek
Jakarta). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 9(1): 41-48.

Taufik, Marlina Widiyanti, Kepemilikan Terkonsentrasi Dan Kebijakan


Pembayaran Dividen Pada Perusahaan Sektor Perbankan Di Pt Bursa Efek

37
Indonesia, Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol.12 No.1 Maret
2014

Trisyanti. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Karakteristik Pemilik


Saham terhadap Initial Return pada Perusahaan yang Melakukan IPO di
BEI. Skripsi (Tidak dipublikasi) Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Lampung. Bandar Lampung, 2009.

Wahidawati. Kepemilikan Manajerial dan Agency Conflicts :Analisis Persamaan


Simultan NonLiner dari Kepemilikan Manajerial, Penerimaaan Risiko,
Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen. Prosiding Simposium Nasional
Akuntansi, Semarang, 5–6 September, 2002.

38

Anda mungkin juga menyukai