PENDAHULUAN
waktu terjadi krisis moneter, maka perbankan tetap dapat bertahan dalam menjaga
stabilitas keuangan.
dengan kondisi perusahaan pada periode tersebut sebagai mana yang telah
dijelaskan dalam PSAK 01 (Revisi 2009). Namun, kadang kala pihak manajemen
transaksi lebih cepat, lebih banyak dan lebih valid (information asymmetry).
(Genis, 2015)
1
Sesuai dengan fungsinya, bank merupakan sarana intermediasi antara
keuangan kepada masyarakat, maka bank dalam prakteknya sangat dituntut untuk
yang dijalankan oleh perbankan selain untuk menjaga risiko kerugian yang timbul
bagi bank juga melindungi kerugian yang timbul bagi masyarakat pengguna jasa
Bagi perusahaan salah satu keputusan penting agar dapat bersaing dengan
pengaruh terhadap keputusan pemberian kredit dan risiko perusahaan itu sendiri.
yang paling baik bagi perusahaan. Dalam usahanya untuk mengelola dan
dan perusahaan memiliki dua alternatif dalam memenuhi dana tersebut yaitu dari
dana internal atau dari eksternal. Penggunaan dana eksternal seperti hutang rentan
bentuk Dana Pihak Ketiga yang disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk
kredit atau pinjaman. Pada umumnya mayoritas penghasilan bank berasal dari
pendapatan bunga kredit atau interest revenue. Dapat disimpulkan bahwa bisnis
2
utama perbankan adalah memberikan kredit kepada masyarakat dengan
mengambil keuntungan dari selisih bunga. Jika dilihat dari overview kinerja
perbankan maka beberapa tahun setelah terjadinya krisis ekonomi hingga akhir
tahun 2004 kinerja sektor perbankan menunjukkan trend yang terus membaik
yang tercermin antara lain dari meningkatnya pertumbuhan dan kredit perbankan,
waktu itu tidak lepas dari dukungan kondisi makro yang terus membaik yang
inflasi dan tingkat bunga dalam negeri serta semakin stabilnya tingkat rupiah.
Namun demikian memasuki tahun 2005 khususnya pada pertengahan tahun 2005
tekanan yang terjadi pada stabilitas ekonomi Makro telah membawa pengaruh
yang tercermin antara lain dari meningkatnya kembali NPL, menurunnya NIM,
tujuan utama tersebut sehingga timbul konflik kepentingan antara manajemen dan
3
risiko perusahaan secara keseluruhan karena menyangkut reputasinya. Konflik
menimbulkan biaya yang disebut biaya agensi (agency cost). (Keni, 2011)
perusahaan investasi serta dana pensiun dan institusi lainnya. Adanya kepemilikan
terhadap kinerja manajemen karena biasanya investasi yang dilakukan oleh pihak
institusional tersebut cukup besar dalam pasar modal. Hal ini tentunya akan
persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen. Dalam hal ini dijelaskan
bahwa seorang manajer memiliki peran ganda yakni sebagai manajer dan juga
sebagai pemegang saham. Kepentingan dalam peran manajer dan peran pemegang
saham terkadang akan menimbulkan suatu konflik. Konflik yang dimaksud adalah
konflik keagenan (agency conflict). Konflik keagenan adalah hal yang merugikan
4
Berdasarkan beberapa teori yang mengindikasikan free cash flow sebagai
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adanya praktik manajemen laba serta
Manajemen laba bisa menjadi salah satu faktor yang dapat mengurangi
2013)
Dalam penelitian Dian (2013) perusahaan dengan arus kas bebas (free
cash flow) yang tinggi akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk
perusahaan dengan surplus arus kas bebas yang tinggi juga cenderung melakukan
kekayaan perusahaan.
Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka
semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk
perusahaan lebih terfokus pada usaha untuk meningkatkan free cash flow (Sawir,
2004: 94).
5
Adanya aliran kas bebas dari arus kas aktivitas operasional perusahaan
memiliki kepentingan sendiri terhadap aliran kas bebas tersebut. Salah satu solusi
solusi untuk mengurangi biaya keagenan yang timbul akibat konflik keagenan
yang timbul akibat konflik keagenan adalah dengan hutang (Mayang, 2014).
Semakin besar porsi kepemilikan yang dimiliki maka semakin besar pengaruh
aktivitas perusahaan untuk tujuan pribadi. Keputusan dan aktivitas manajer yang
memiliki saham perusahaan tentu akan berbeda dengan manajer yang murni
perusahaan besar lebih mudah mengakses pasar modal guna memperoleh dana
perusahaan mempunyai risiko bisnis yang tinggi, dimana risiko bisnis ini
6
diproksikan dengan earning volatility. Pembayaran deviden baru bisa dilakukan
apabila pinjaman telah dilunasi oleh perusahaan. Tentunya ini membuat manajer
Namun untuk penggunaan hutang lebih banyak digunakan oleh perusahaan besar
lainnya seperti, bank harus memenuhi kriteria modal minimum agar dikatakan
sehat. Selain itu perusahaan perbankan sangat rawan karena dana yang diterima
Free Cash Flow dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang pada
kebijakan hutang pada sektor perbankan yang tercatat pada Bursa Efek
Indonesia?
7
2. Apakah kepemimpinan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
hutang pada sektor perbankan yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah free cash flow (arus kas bebas) berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang pada sektor perbankan yang tercatat pada Bursa Efek
Indonesia?
terhadap kebijakan hutang pada sektor perbankan yang tercatat pada Bursa
Efek Indonesia.
terhadap kebijakan hutang pada sektor perbankan yang tercatat pada Bursa
Efek Indonesia.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh free cash flow (arus kas bebas)
terhadap kebijakan hutang pada sektor perbankan yang tercatat pada Bursa
Efek Indonesia.
kebijakan hutang pada sektor perbankan yang tercatat pada Bursa Efek
Indonesia.
8
1.4 Batasan Masalah
free cash flow dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang yang terdaftar di
masa depan
pengetahuan peneliti.
9
4. Sebagai bahan dokumentasi atau koleksi penelitian yang
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu usaha dari bank adalah memberikan atau menyalurkan kredit
kepada masyarakat atau nasabah. Hal ini sesuai dengan pengertian bank yang
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
banyak”. Definisi ini mencerminkan dua pesan utama bank sebagai financial
utama bank adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan
sumber dana bank, dan dari segi penyalurannya hendaknya bank tidak semata-
mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik bank, dan juga
kegiatan bank itu diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Hal
tersebut merupakan amanat dari Undang-Undang tersebut di atas bagi setiap bank
intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana,
11
Hal tersebut tampak dalam kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari
usaha bank ditekankan untuk memberi banyak manfaat positif kepada masyarakat
kerjasama ekonomi dengan pihak perbanknan. Selain dari pada itu bank harus
yang lebih baik terhadap manajemendan juga lebih transparan, maka diharapkan
12
perilaku manajemen akan lebih sesuai dengan kepentingan pemilik perusahaan.
Dengan demikian maka keputusan pendnaa yang diambil diharapkan tidak akan
yang lebih optimal terhadap kinerja dari manajer. Pelaksanaan monitoring ini akan
cukup mampu menjadi alat monitoring yang baik. Hal ini dikarenakan pemegang
saham institusi telah memiliki kemampuan dan sarana yang memadai untuk
kekuatan suara dan dorongan dari institusi keuangan tersebut untuk mengawasi
manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk
13
mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan meningkat.
Kinerja yang meningkat akan menguntungkan bagi penegang saham, dengan kata
rendah
Menurut Jansen dan Mackling (1976) dalam Sukarta (2006), salah satu
cara guna untuk mengurangi konflik antara prinsipal dan agen dapat dilakukan
merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut
14
Semakin besar proposi kepemilikan saham manajerial pada perusahaan,
maka manajer cenderung berusaha lebih giat dan termotivasi untuk menciptakan
miliki oleh manajer. Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat
menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang
berbeda yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak
sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba,
merupakan pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam
15
manajerial diukur dari jumlah prosentasesaham yang dimiliki manajer.
perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang
saham perusahaan. Keputusan yang akan diambil manajemen akan berbeda jika
manajer, dengan demikian manajemen akan bertindak dengan fungsi ganda yaitu
manajerial digunakan sebagai salah satu cara mengatasi masalah yang ada di
meningkatkan kinerjanya sehingga dalam hal ini akan berdampak baik kepada
perusahaan serta memenuhi keinginan dari para pemegang saham. Semakin besar
kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan lebih giat untuk
memenuhi keinginan dari pemegang saham yang tidak lain dirinya sendiri.
manajemen akan ikut merasakan manfaat secara langsung dari keputusan yang
16
2.5 Free Cash Flow (Arus Kas Bebas)
Free cash flow merupakan kas yang berlebih di perusahaan yang dapat
(capital expenditure) seperti pembelian aset tetap secara tunai. Jensen (1986)
menyatakan bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap dividend payout
ratio. Semakin tinggi free cash flow maka semakin tinggi dividend payout ratio
atau sebaliknya. Jensen (1986) menghubungkan free cash flow tersebut dengan
berencana untuk membagikan dividen tunai dalam jumlah yang tinggi untuk
oleh manajerial. Tindakan tersebut dilakukan untuk mengurangi agency cost pada
didistribusikan kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak diperlukan lagi
Arus kas bebas akan mengarah pada perlaku manajer yang salah dan buruk
yang bukan untuk kepentingan pemegang saham. Dengan adanya arus kas yang
sebagai bonus sebagai upah penghargaan atas kinerja manajemen. Di sisi lain
pemgang saham ini arus kas dibayarkan sebagai dividen untung meningkatkan
17
kepentingan pribadi. Ketika free cash flow tersedia, manajer disinyalir akan
perusahaan atau akan menginvestasikan free cash flow dengan return yang kecil
dalam nilai total aset perusahaan pada neraca akhir tahun (Sujoko dan
Soebiantoro, 2007). Semakin besar total aset maka semakin besar pula ukuran
suatu perusahaan. Perusahaan besar dengan jumlah aset yang besar memiliki dana
intellectual capital yang lebih tinggi. Aset menunjukkan aktiva yang digunakan
18
Antara jumlah saham yang dimiliki oleh pihak dalam atau manajemen
perusahaan (insider ownership’s) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak
dalam hampir setiap studi dan untuk sejumlah alasan berbeda. Ukuran perusahaan
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang terlibat,
preferensi kedua pihak, sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar utang. (Sri,
2015)
penelitian ini. Kegunaannya untuk mengetahui hasil yang telah dilakukan peneliti
terdahulu.
19
tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan dibuktikan dengan nilai
koefisien sebesar -0,760 pada nilai signifikansi 0,133. Kebijakan Dividen tidak
nilai koefisien sebesar -4,310 pada nilai signifikansi 0,001. Secara simultan
Hutang, hal ini dibuktikan dengan nilai F hitung sebesar 3,023 pada nilai
penelitiannya menyatakan bahwa free cash flow dan ukuran perusahaan memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap kebijakan hutang yang diwakili oleh
memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap hutang yang diwakili oleh
20
Keni dan Sofia Prima Dewi (2011) dengan judul penelitian Pengaruh
Sampel yang digunakan adalah 108 data perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2010. Analisis data dilakukan dengan
analisis yang digunakan yaitu analisis regresi berganda untuk melihat pengaruh
maupun secara individu. Sebelum diuji dengan regresi linier berganda terlebih
dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak
21
ukuran perusahaan, mempengaruhi variable dependen kebijakan hutang.
kebijakan hutang. Satu variable lain yaitu kebijakan dividen dan ukuran
kebijakan hutang.
Free Cash Flow, Dan Investment Opportunity Set Terhadap Dividend Payout
dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Sedangkan variabel free cash flow
dan investment opportunity set tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio.
kesempatan investasi, dan arus kas bebas terhadap kebijakan hutang perusahaan
pada perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2010-2012. Teori yang digunakan dalam penelitin ini adalah teori agensi. Sampel
yang terpilih sebanyak 101 perusahaan. Data yang digunakan menggunakan cross
22
bahwa kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial berpengaruh secara
negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan, serta set kesempatan investasi dan
Kepemilikan institusional dihitung dari jumlah saham yang dimiliki institusi per
23
BAB III
Kepemilikan Institusional
(X1)
(-)
(X1)
Kepemilikan Manajerial (-)
(X2)
Kebijakan
(X1) Hutang
Free Cash Flow (X3) (+)
(+)
perusahaan terhadap kebijakan hutang pada sektor perbankan yang tercatat Bursa
Efek Indonesia.
24
3.2 Hipotesis
Indonesia.
berikut:
25
H1 : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap
kebijakan hutang pada sektor perbankan
dalam perusahaan.
26
3. Pengaruh Free cash flow terhadap kebijakan hutang pada sektor
perbankan
kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal
kerja atau investasi pada aset. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik
Jensen (1986) dalam Faisal (2004) mengenai free cash flow menyatakan
cash flow kepada pemegang saham atau risiko akan kehilangan kendali
mengurangi free cash flow karena adanya pembayaran kembali bunga dan
27
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap kebijakan hutang pada sektor
perbankan
besar kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, antara lain dengan total
aktiva, log size, nilai pasar saham, dan stabilitas penjualan (Hol & Wijst,
2006). Penentuan ukuran perusahaan ada juga didasarkan pada total asset
perusahaan maka akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan perusahaan
menunjang operasionalnya.
(Manan, 2004).
28
BAB IV
METODE PENELITIAN
berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih, (Indiantoro, 1999).
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan jenis data runtun waktu
(time series) selama kurun waktu 5 tahun dari tahun 2011 sampai tahun 2015.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari beberapa sumber antara
bersumber dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan alamat situs www.idx.co.id
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
(N) pada penelitian ini adalah seluruh emiten perbankan di BEI tahun 2011-2015.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
29
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,2004:78).
a. Lembaga Perbankan yang terdaftar secara terus menerus di BEI pada tahun
Variabel dependen, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, dalam
2. Variabel Independen
(Masdupi 2005):
30
4.5.2. Kepemilikan Manajerial
secara pribadi maupun saham yang dimiliki oleh anak cabang perusahaan
Keterangan:
NWCit = modal kerja bersih perusahaan i pada tahun t = aset lancar-kwjbn lancar
31
4.6. Metode Pengumpulan Data
yaitu melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku dan bacan lain
yang berhubungan dengan pokok bahasan penelitian. Pada tahap ini juga
dilakukan pengkajian data yang dibutuhkan, yaitu mengenai jenis data yang
yang diperoleh.
variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen dengan tujuan
analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau
lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel
memiliki nilai tetap (dalam pengambulan sampel yang berulang (Ghozali, 2001).
32
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan
Y = α+β1Χ1+β2Χ2+β3Χ3+β4Χ4+е
Dimana :
Y = Sektor perbankan
X1 = Kepemilikan institusional
X2 = Kepemilikan manajerial
X4 = Ukuran perusahaan
e = Error
regressi berganda adalah uji asumsi klasik. Jika asumsi-asumsi tersebut tidak
semua terpenuhi maka hasilnya akan bias. Uji ini meliputi: uji normalitas, uji
variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi normal atau tidak. Model
regressi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
33
Menurut Ghozali, dkk (2007), ada dua cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat grafik normal plot
regressi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik
penaksir semakin besar dan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah
semakin besar. Multikolinearitas terjadi jika variabel bebas saling berkorelasi. Hal
variabel bebas yang mempunyai pengaruh nyata dan yang tidak nyata.
melakukan uji VIF (Variance Inflation Factor) tidak lebih dari 10 dan nilai
tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
34
Salah satu pengujian yang digunakan untuk mengetahui adanya
autokorelasi adalah dengan memakai uji statistik Durbin–Watson (DW test). Jika
nilai Durbin– Watson berada diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
(Santoso, 2000).
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan
residualnya. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik menyebar diatas dan dibawah
35
DAFTAR PUSTAKA
Dian Agustia, Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow,
dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 15, No. 1, Mei 2013 Fakultas
Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga Surabaya, 2013.
Faisal, M. 2004. Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Set Kesempatan Investasi,
Kepemilikan Manajerial, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan
Hutang (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Industri Manufaktur di
Bursa Efek Jakarta). Tesis (Tidak dipublikasi) Pascasarjana Universitas
Diponegoro Semarang.
Ghozali, Imam dan Anis Chariri. Teori Akuntansi, Semarang: BP UNDIP, 2007
Hol, S. & Wijst, N.V.D. 2006. The Financing Structure of Non Listed Firms.
Discussion Papers No. 468. Statistiscs Norway. Research Department.
August: 1-30.
36
Manan, A. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebijakan Hutang
pada Industri Keuangan yang Go Publik di BEJ Tahun 1999- 2002:
Sebuah Pendekatan Agency Theory. Tesis (Tidak dipublikasi) Pascasarjana
Universitas Diponegoro Semarang.
Ramadhoni Hasibuan, Pengaruh Resiko Kredit Terhadap Profit And Loss Pada
Bank Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Skripsi, Departemen
Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan, 2013
Ross, Westerfield and Jaffe, 2005. Corporate Finance. Seventh Edition. McGraw
Hill, America: New York.
37
Indonesia, Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol.12 No.1 Maret
2014
38