Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
1.1.1. Gambaran umum Organisasi

Pajak Daerah merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang memberikan
kontribusi besar bagi Penerimaan Daerah Kota Bandung. Dasar normatif dalam
pengelolaan pajak daerah adalah Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Lahirnya undang-undang tersebut bertujuan
memberikan kepastian hukum melalui penerapan closed-list pungutan daerah serta
memperbaiki pengelolaan pajak daerah melalui pengaturan yang jelas tentang
pemanfaatan hasil pungutan daerah.

Menyikapi hal tersebut Pemerintah Kota Bandung menerbitkan Peraturan


Daerah Kota Bandung No. 20 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah yang didalamnya
mengatur 9 (Sembilan) jenis pajak meliputi.

a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Parkir
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Bea perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
g. Pajak Reklame
h. Pajak Air Tanah
i. Pajak Bumi dan Bangunan

Berlakunya Peraturan Daerah Kota Bandung No. 20 Tahun 2011 Tentang


Pajak Daerah dan adanya penambahan kewenangan pengelolaan pajak daerah dari
sektor Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tentunya akan mengubah pola kerja Dinas
Pelayanan Pajak.

Sebagaimana diketahui bersama bahwa sektor pajak daerah merupakan


sumber pendapatan utama bagi Pemerintah Kota Bandung. Dalam rangka mencapai
target penerimaan pajak tersebut, diperlukan strategi pengelolaan pajak daerah yang

1
dipandang sebagai suatu pendekatan, metoda atau teknik pemanfaatan sumber daya
manusia, dan atau teknologi untuk mencapai suatu tingkat kinerja melalui
hubungan yang efektif antara sumber daya manusia, teknologi dan lingkungannya.

1.1.2. Visi dan Misi Badan Pengelolaan Pendapatan Kota Bandung


a. Visi
Profesional dan Prima dalam Pengelolaan Pajak Daerah Menuju Bandung
Unggul, Nyaman dan Sejahtera.
b. Misi
Untuk mewujudkan visi yang telah disepakati dan ditetapkan, disusun misi
organisasi yang merupakan dasar atau alasan keberadaan suatu
organisasi.Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010, Misi
Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung merupakan rumusan umum mengenai
upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi Dinas Pelayanan
Pajak Kota Bandung guna menggambarkan tindakan tersebut serta
menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan oleh Dinas Pelayanan
Pajak Kota Bandung.
1) Menjadikan Pajak Daerah sebagai Penopang Pembangunan
2) Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pajak Daerah

1.1.3. Logo BPPD Kota Bandung

Logo BPPD Kota Bandung dapat dilihat pada gambar 1.1:

Gambar 1.1 Logo BPPD Kota Bandung


Sumber: Data Internal Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung

2
Makna Logo BPPD Kota Bandung:
Lambang kota Bandung ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota besar Bandung
tahun 1953, tertanggal 8 Juni 1953, yang diperkuat dengan Keputusan Presiden
tertanggal 28 april 1953 No. 104 dan diundangkan dalam Berita Propinsi Jawa Barat
tertanggal 28 Agustus 1954 No. 4 lampiran No. 6.
Lambang tersebut bertokoh PERISAI yang berbentuk JANTUNG. Perisai
tersebut terbagi dalam dua bagian oleh sebuah BALOK- LINTANG mendatar
bertajuk empat buah, yang berwarna HITAM dengan pelisir berwarna
PUTIH(PERAK) pada pinggir sebelah atasnya:

a. bagian atas latar KUNING (EMAS) dengan lukisan sebuah GUNUNG


berwaarna HIJAU yang bertumpu pada blok-lintang daaan
b. bagian bawah latar PUTIH(PERAK) dengan lukisan empat bidaang jalur
mendatar berombak yang berwarna BIRU.

Di bawah perisai itu terlukis sehelai PITA berwarna KUNING (EMAS) yang
melambai pada kedua ujungnya, Pada pita itu tertulis dengan huruf-huruf besar latin
berwarna HITAM amsal dalam bahasa KAWI, yang berbunyi GEMAH RIPAH
WIBAWA MUKTI.

Sebagai tokoh lambang itu diambil bentuk perisai atau tameng, yang dikenal
kebudayaan dan peradaban sebagai senjata dalam perjuangan untuk mencapai
sesuatu tujuandengan melindungi diri. Perkakas perjuangan yang demikian itu
dijadikan lambang yang mempunyai arti menahan segala mara bahaya dan
kesukaran.

KUNING (EMAS), berarti : kesejahteraan, keluhungan.

HITAM (SABEL), berarti : kokoh, tegak, kuat.

HIJAU (SINOPEL), berarti : kemakmuran sejuk

PUTIH (PERAK), berarti : kesucian

BIRU (AZUUR), berarti : kesetiaan

Gemah ripah wibawa mukti, berarti : tanah subur rakyat makmur

3
1.1.4. Struktur Organisasi BPPD Kota Bandung

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung nomor 05 Tahun 2013 tentang


Perubahan kedua atas Peraturan Daerah Kota Bandung nomor 13 tahun 2007
tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah,struktur organisasi
Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung sebagaimana di tunjukan pada gambar 1.2

Gambar 1. 2 Struktur Organisasi BPPD Kota Bandung


Sumber: Data Internal BPPD Kota Bandung
1.1.5. Tugas Pokok dan Fungsi BPPD Kota Bandung

Tugas pokok Dinas Pelayanan Pajak adalah melaksanakan sebagian urusan


pemerintah daerah di bidang pajak daerah. Untuk melaksanakan tugas
pokok tersebut, Dinas Pelayanan Pajak mempunyai fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis operasional di bidang pelayanan pajak.


b. Pelaksanaan tugas teknis pelayanan pajak yang meliputi: Perencanaan pajak,
pemungutan pajak, dan pengendalian pajak daerah.
c. Pelaksanaan teknis administrasi dinas.

4
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai tugas pokok dan
fungsinya.
Berikut deskripsi jabatan dari BPPD Kota Bandung:
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, mengkordinasikan,
melaksanakan kerjasama, memfasilitasi dan mengendalikan pelaksanaan dan
pengelolaan pendapatan.
b. Sekretariat
Secretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas di
bidang pelayanan administrasi umum, kepegawaian, program, dan keuangan;
untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud diatas, secretariat
mempunyai fungsi :
1) Pelaksanaan penyusunan rencana kegiatan kesekretariatan.
2) Pelaksanaan kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum dan
kepegawaian, program, dan keuangan.
3) Pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan perencanaan, evaluasi, dan
pelaporan serta kegiatan Dinas.
4) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan laporan kegiatan secretariat.
c. Bidang Perencanaan
Bidang Perencanaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
dinas di bidang perencanaan. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana
dimaksud tersebut, Bidang Perencanaan mempunyai fungsi :
1) Perencanaan dan penyusunan program di bidang data dan potensi pajak,
program serta analisa dan pelaporan.
2) Pelaksanaan dan penyusunan petunjuk teknis dan bahan kebijakan data dan
potensi pajak, program serta analisa dan pelaporan.
3) Pelaksanaan di bidang data dan potensi pajak, program serta analisa dan
pelaporan.
4) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan di bidang data dan potensi pajak,
program serta analisa dan pelaporan.

5
d. Bidang Pajak Daerah
Bidang Pajak Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
Dinas di bidang pajak daerah. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana
dimaksud, Bidang Pajak Daerah mempunyai fungsi :
1) Perencanaan dan penyusunan program di bidang pelayanan dan pengaduan,
penetapan dan pembukuan serta penagihan.
2) Pelaksanaan dan penyusunan petunjuk teknis dan bahan kebijakan
pelayanan dan pengaduan, penetapan dan pembukuan serta penagihan.
3) Pelaksanaan di bidang pelayanan dan pengaduan, penetapan dan
pembukuan serta penagihan.
4) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan di bidang pelayanan dan pengaduan,
penetapan dan pembukuan serta penagihan.
e. Bidang Pengendalian
Bidang Pengendalian mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas Dinas di bidang pengendalian. Untuk melaksanakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud, Bidang Pengendalian mempunyai fungsi :
1) Perencanaan dan penyusunan program di bidang pembinaan
internal, pengawasan dan pemeriksaan serta penyuluhan, evaluasi
dan monitoring.
2) Pelaksanaan dan penyusunan petunjuk teknis dan bahan kebijakan
pembinaan internal, pengawasan dan pemeriksaan serta
penyuluhan, evaluasi dan monitoring.
1.2. Latar Belakang Masalah
Birokrasi atau bisa juga disebut sebagai intstrumen yang kedudukannya melekat
dan tidak bisa dipisahkan dari suatu negara, adalah suatu organisasi yang memiliki
rantai komando dengan berbentuk piramida yang dirancang untuk melayani
kebutuhan masyarakat dan untuk tercapainya visi dan misi pemerintah dan Negara.
Seperti yang tertera dalam UU Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara bahwa dalam rangka mewujudkan pelaksanaan reformasi
birokrasi, Aparatur Sipil Negara yang berkewajiban dalam mengelola dan
mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya, serta
mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu

6
menjalankan peran sebagai unsur pemersatu persatuan dan kesatuan bangsa
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Setiawan (2014: 5) Menjelaskan bahwa, “birokrasi dapat didefinisikan
sebagai keseluruhan organisasi pemerintah, yang menjalankan tugas-tugas Negara
dalam berbagai unit organisasi pemerintah dibawah presiden dan Lembaga-
lembaga Non Departemen, baik di tingkat pusat maupun di daerah seperti di tingkat
Propinsi, Kabupaten, dan Kecamatan, bahkan pada tingkat Kelurahan dan Desa”.

Setiawan (2014: 250) menyatakan bahwa “Apabila birokrasi mempunyai


kinerja yang baik, inovatif, kreatif dan produktif, maka akan baiklah negara dan
masyarakatnya. Sebaliknya, apabila birokrasi tidak baik dan tidak produktif, maka
juga akan menghancurkan negara”. Namun dalam perwujudannya masyarakat
justru akan menghadapi pelayanan yang prosedurnya sangat rumit, cenderung
berbelit-belit, tidak adanya kepastian waktu yang konsisten serta pemungutan biaya
liar yang tidak sesuai dan mengatasnamakan “biaya administrasi’ sedangkan dalam
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 menyatakan bahwa pelayanan prima adalah
pelayanan yang cepat, mudah, pasti, murah, dan akuntabel. Menurut Keputusan
Menteri Penerapan Aparatur Negara No.81/1993 pelayanan umum adalah segala
bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instasi pemerintah pusat,
di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk
barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam menghadapi tekanan tuntutan produktivitas dan kualitas pelayanan


di era sekarang ini, sudah menjadi suatu kewajiban dimana pentingnya
meningkatkan kualitas, produktivitas, dan motivasi sumber daya manusia yang ada.
Sumber daya manusia adalah suatu komponen yang sangat vital bagi perusahaan,
karena sumber daya manusia menjadi pelaksana utama aktivitas manajerial dan
operasional di dalam sebuah perusahaan. Elemen lain di perusahaan, seperti uang,
mesin, dan modal lainnya memang berperan dalam operasional organisasi namun
tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya campur tangan dari sumberdaya
manusia. Sumber daya manusia berfungsi sebagai alat organisasi dalam mencapai
tujuannya yaitu sebagai pengelola sistem yang ada di dalam organisasi tersebut.
Suwanto (2011: 16) Menyatakan bahwa “Manajemen sumber daya manusia adalah

7
suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia
dalam suatu organisasi perusahaan”. Kepuasan yang dimiliki masyarakat
merupakan sebuah pencapaian dari produktivitas kerja tinggi yang dilakukan oleh
pelayan masyarakat disetiap instasi pemerintah. Menurut Fahmi (2016: 1),
“Pemimpin memiliki peran besar dalam mengarahkan orang-orang yang berada di
organisasi untuk mencapai tujuan yang di harapkan, termasuk memikirkan
bagaimana memiliki manajemen sumber daya manusia (MSDM) yang mampu
bekerja secara efektif dan efisien. Memang sudah menjadi tujuan umum bagian
MSDM untuk mampu memberikan kepuasan kerja yang maksimal kepada pihak
manajemen perusahaan yang lebih jauh mampu membawa pengaruh pada nilai
perusahaan baik secara pendek maupun jangka panjang”.

Organisasi khususnya instasi pemerintah harus memperhatikan aspek-aspek


penting agar sistem dapat dikelola dengan efektif dan efesien terutama pada aspek
pengelolaan suber daya manusia yang di harapkan dapat berprestasi sebaik
mungkin demi mencapai tujuan organisasi. Pegawai merupakan asset utama
organisasi dan mempunyai peran yang strategis yaitu sebagai pemikir, perencana,
dan pengendali aktivitas yang tentu saja tidak bisa dilakukan oleh uang ataupun
sebuah mesin. Peranan sumber daya manusia sebagai sumber tenaga kerja dalam
suatu unit organisasi sangat dibutuhkan dalam rangka memaksimalkan hasil output
baik berupa produk ataupun jasa. Sedarmayanti (2013: 13) mengartikan bahwa “
Tujuan manajemen sumber daya manusia secara umum adalah untuk memastikan
nahwa organisasi mampu mencapai keberhasilan melalui orang. Sistem manajemen
sumber daya manusia dapat menjadi sumber kapabilitas organisasi yang
memungkinkan perusahaan atau organisasi dapat belajar dan mempergunakan
kesempatan untuk peluang baru”.

Mengetahui pentingnya peranan pegawai dalam organisasi, maka


diperlukan perhatian lebih serius terhadap pegawai atas tuntutan kinerja dan
pelayanan terhadap publik yang semakin meningkat sehingga tujuan organisasi
tercapai. Agar dapat menjawab tuntutan kinerja dan pelayanan publik yang semakin
meningkat, sebuah instasi pemerintah membutuhkan peningkatan produktivitas
disemua tingkatan. Untuk mencapai ini diperlukan motivasi yang kuat dari seluruh
aparatur. Menurut Sutrisno (2014:116) menyatakan bahwa “ Motivasi sebagai

8
proses psikologis dalam diri seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut dapata dibedakan atas faktor intern dan ekstern yang berasal
dari karyawan”. Faktor intern yang dapat mempengaruhi pemberian motivasi pada
seseorang antara lain adalah keinginan untuk dapat hidup layak, keinginan untuk
memiliki, keinginan untuk memperoleh penghargaan, keinginan untuk memperoleh
pengakuan, keinginan untuk berkuasa. Lalu ada faktor-faktor ekster yang meliputi
kondisi lingkungan kerja, kompensasi yang memadai, supervisi yang baik, adanya
jaminan pekerjaan, status dan tanggung jawab, peraturan yang fleksibel.

Menurut Mangkunegara (2009:67), “Menjelaskan bahwa faktor yang


mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuasn (ability) dan faktor
motivasi (motivation)“.

Dalam melakukan tugasnya pegawai yang mempunyai semangat kerja yang


tinggi akan dapat datang tepat waktunya secara teratur, sebaliknya pegawai yang
semangat kerjanya rendah akan datang terlambat atau bahkan tidak hadir di kantor.
Indikator motivasi kerja pegawai dapat dilihat dari tingkat kehadiran di kantor.
Tingkat kehadiran pegawai Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung
periode tahun 2018 dapat dilihat pada table 1.1.

9
TABEL 1.1
REKAP KEHADIRAN PEGAWAI BPPD KOTA BANDUNG
PERIODE FEBRUARI - APRIL 2018

Tidak hadir sehari


Datang tepat waktu Terlambat
penuh
Jumlah
Divisi
Pegawai

Feb Mar Apr Feb Mar Apr Feb Mar Apr

PAD 1 79 82,8% 80,1% 81,4% 11,3% 13,5% 14,5% 5,9% 5,4% 4,3%

PAD 2 39 85% 85,5% 87,2% 10,3% 11,2% 6,9% 4,7% 3,3% 6,5%

Bidang
17 80,3% 80,9% 81,5% 16,9% 12,8% 13,4% 2,8% 6,3% 5,1%
Perencanaan

Bidang
Pengendalia 41 80,3% 83,3% 87,8% 18% 12,6% 8,4% 1,7% 4,1% 3,6%
n

80,11
Sekretariat 40 80,4% 80,1% 13,8% 13,1% 11,5% 5,8% 6,8% 8,7%
%

81,07 3,07
UPT Selatan 19 83,7% 85% 14,2% 15,9% 11,5% 2,1% 3,5%
% %

UPT Tengah 19 85,9% 83,5% 76,9% 10,2% 13,7% 17,8% 3,9% 2,8% 4,8%

81,11 14,03
UPT Timur 19 83,1% 82,4% 14,7% 17,7% 2,2% 1,2% 3,2%
% %

UPT Utara 21 83,8% 82,2% 84,3% 10,4% 13,7% 5,2% 5,8% 4,1% 10%

81,03 83,09
UPT Barat 20 80,4% 17% 19,1% 6% 2% 0,5% 1%
% %

Sumber: Data Internal BPPD Kota Bandung


Dari Tabel 1.1 rekap kehadiran pegawai BPPD Kota Bandung periode
Februari, Maret dan April 2018 menunjukan dari 79 pegawai PAD 1 persentase
kedatangan tepat waktu meningkat dari 85% pada bulan Febuari menjadi 85,5%
pada bulan Maret dan 87,2% pada bulan April. Dengan jumlah pegawai 40

10
Persentase kehadiran tepat waktu sekretariat mengalami fluktuasi pada Februari
80,4% menurun menjadi 80,1% pada Maret dan meningkat 80,11% pada April.
Selanjutnya kedatangan tepat waktu UPT Tengah mengalami penurunan 76,9%
pada bulan April dari sebelumnya 83,5% pada bulan Maret dan 85,9% pada bulan
Februari. Selanjutnya keterlambatan divisi bidang pengendalian mengalami
peningkatan 18% pada bulan Februari menjadi 12,6% bulan Maret dan 8,4% bulan
April. Keterlambatan divisi PAD 1 mengalami penurunan 11,3% pada bulan
Februari meningkat 13,5% pada bulan Maret dan 14,5% pada April. Selanjutnya
pada divisi UPT Utara persentase tidak hadir seharipun sebesasar 5,8% pada bulan
Februari menurun 4,1% pada Maret dan kembali meningkat pada April sebesar
10%. Masih banyaknya tingkat ketidakhadiran, keterlambatan bahkan tidak hadir
sehari penuh perbulannya menandai kurangnya semangat kerja pegawai yang
seharusnya sebagai aparatur Negara yang memiliki tugas melayani masyarakat
dapat bekerja tepat waktu dan tidak menunda nunda pekerjaan. Hal ini menunjukan
masih rendahnya motivasi pegawai yang dapat berimplikasi pada tercapai tidaknya
target Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung karena kurangnya
perhatian pegawai terhadap kedisiplinan kerja.

Berlaku hukum sebab akibat antara motivasi kerja dengan semangat bekerja
yaitu dengan motivasi kerja yang tinggi, pegawai akan bekerja lebih giat dalam
melaksanakan pekerjaannya. Sebaliknya dengan motivasi yang rendah pegawai
tidak mempunyai semangat bekerja, mudah menyerah, dan kesulitan dalam
menyelesaikan pekerjaan Menurut Jex dalam Fattah (2017:63) menyatakan bahwa
“kepuasan kerja pada dasarnya merupakan perasaan positif karyawan yang
berpengaruh terhadap pekerjaan atau situasi pekerjaan”. Maka dapat disimpulkan
bahwa motivasi kerja karyawan merupakan sesuatu yang mendorong karyawan
untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi perusahaan atau organisasi. .

Untuk mengetahui bagaimana motivasi kerja di Badan Pengelolaan


Pendapatan Daerah Kota Bandung dapat dilihat dari perbandingan antara target
dengan capaian yang didapatnya karena Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah
(BPPD) sebagai lembaga negara yang memiliki fungsi utama sebagai pengelola
pajak daerah, dimana pajak daerah merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang memberikan kontribusi besar bagi penerimaan Daerah kota Bandung.

11
Ketika menilai motivasi kerja suatu instasi pemerintah dilihat dari perbandingan
target dan capaiannya. Tabel 1.2 menunjukan perbandingan target, realisasi, dan
capaian pendapatan pajak tahun 2015-2017:

TABEL 1.2
PERBANDINGAN TARGET DAN REALISASI TAHUN 2016-2018

Persentse
Tahun Target Realisasi Selisih
selisih

2015 1.598.000.000.000 1.484.397.682.504 -113.602.317.496 -7.11%

2016 2.186.416.770.000 1.710.305.186.215 -476.111.583.785 -21.78%

2017 2.400.097.139.060 2.176.900.150.574 -223.196.988.468 -9.30%

Sumber: Data Internal BPPD Kota Bandung


Dari Tabel 1.2 hasil perbandingan target dan realisasi pendapatan Badan
Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung pada tahun 2015 dengan target Rp
1.598.000.000.000 terealisasikan Rp 1.484.397.682.504 dengan persentase capaian
92,89% dan dengan selisih antara target dan realisasi sebesar Rp -113.602.317.496.
selanjutnya ditahun 2016 dengan menurun dengan target Rp 2.186.416.770.000
terealisasikan Rp 1.710.305.186.215 dengan persentase capaian 78,22% dan
dengan selisih antara target dan realisasi sebesar Rp -476.111.583.78. Dan ditahun
2017 meningkat dengan target Rp 2.400.097.139.060 terealisasikan Rp
2.176.900.150.574 dengan persentase capaian 90,70% dan dengan selisih antara
target dan realisasi sebesar Rp -223.196.988.468. Hal ini menunjukan adanya
fluktuasi target dan realisasi capaian selama 3 tahun terakhir dan belum adanya
target pendapatan daerah yang dapat terealisasikan yang dapat berimplikasi pada
tehambatnya capaian target tahunan Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota
Bandung.

Gambar 1.3 menunjukan grafik pencapaian target Badan Pengelolaan


Pendapatan Daerah Kota Bandung:

12
120%

100% 100% 100%


100% 92.89% 90.70%

78.22%
80%

60%

40%

20%

0%
2015 2016 2017

Gambar 1.3 Grafik Pencapaian Target BPPD Kota Bandung


Sumber: Data Internal Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung

Gambar 1.3 diatas menunjukan bahwa capaian Badan Pengelolaan Pendapatan


Daerah Kota Bandung ditahun 2015 adalah 92.89%, mengalami penurunan
signifikan sampai dengan 78.22% pada tahun 2016 dan kembali mengalamin
peningkatan pada tahun 2017 sampai dengan 90.7%. dalam tiga tahun terakhir
belum adanya target yang tercapai bahkan pada tahun 2016 menurun signifikan
sampai dengan 78.22% menurun sebesar 14.67% dari pencapaian tahun
sebelumnya. Dari grafik pencapaian target BPPD Kota Bandung diatas dapat dilihat
bahwa motivasi pegawai BPPD Kota Bandung masih sangat kurang.

Berdasarkan wawancara pada tanggal 14 mei 2018 pukul 11.00 WIB


dengan ibu Deriska selaku Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Badan
Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung diketahi bahwa masih terdapat
beberapa karyawan yang kurang disiplin. Seperti dalam hal waktu kehadiran
terdapat beberapa karyawan yang datang terlambat, hal ini dijelaskan oleh ibu
Deriska sebagai kebiasaan masing-masing individu yang sudah sulit untuk dirubah.
Juga pekerjaan yang mengharuskan pegawai untuk pergi ke lapangan menjadi
alasan untuk datang telat atau tidak kembali lagi kekantor selepas bertugas diluar.

13
Untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan maka dilakukan suatu analisis
terhadap faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya motivasi kerja yang
berdampak pada pencapaian target tersebut. Dengan latar belakang penelitian ini,
peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai permasalahan tersebut
dengan judul penelitian “Analisis faktor motivasi kerja Pegawai di Badan
Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung”

1.3.Identifikasi Masalah
Dalam uraian latar belakang yang peneliti kemukakan, maka perumusan masalah
terhadap penelitian ini adalah “Apa saja faktor-faktor motivasi kerja pada BPPD
Kota Bandung?”
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui kondisi-kondisi ke 14 faktor dan
faktor-faktor motivasi kerja apa saja yang dominan di BPPD Kota Bandung.
1.5. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat yang dapat dilihat secara teoritis dan praktis.
Berikut ini adalah manfaat teoritis dan praktis:
1.5.1. Aspek Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk menambah
pengetahuan keilmuan terutama dalam bidang sumber daya manusia, khususnya
yang terkait dengan motivasi kinerja pegawai. Serta dengan adanya penelitian ini
maka dapat digunakan sebagai salah satu bahan rujukan bagi penelitian berikutnya.
1.5.2. Aspek Praktis
Hasil dari penelitian Analisis faktor- faktor motivasi kerja pada BPPD Kota
Bandung ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan bagi
pihak kantor BPPD Kota Bandung untuk dapat lebih meningkatkan motivasi dan
produktivitas kerja.
1.6. Sistematika Penelitian
Sistematika penelitian bertujuan untuk memberikan gambaran tentang penelitian
yang dilakukan dan memiliki keterkaitan hubungan antara satu dengan lainnya,
sistematika penyajian penelitian ini adalah sebagai berikut:

14
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penlitian, dan sistematika
penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi uraian mengenai literatur penelitian terdahulu yang pernah dilakukan
oleh peneliti lain sebelumnya, landasan teori yang menguraikan teori-teori yang
menguatkan penelitian, kerangka pemikiran penelitian serta batasan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan mengenai jenis penelitian yang akan dilakukan serta
penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Selain
itu bab ini juga berisi mengenai variabel operasional, tahapan penelitian, populasi
dan sampel, pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, dan teknik analisis
data.

15

Anda mungkin juga menyukai