Anda di halaman 1dari 21

CRITICAL REVIEW JURNAL

PERAN KEPEMIMPINAN DALAM KINERJA ORGANISASI MELALUI


SISTEM AKUNTANSI DAN SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah

Teori dan Terapan Organisasi dan Manajemen Pemerintahan.

Dosen:

Dr. Rossy Lambelanova, AP, S.IP, M.Si

Oleh : Kelompok 4

Ferdelince Lunga Nani MTSP. 32.


Siti Hijriah Langkau MTSP.32.
Diana Primayanti MTSP. 32.
I Kadek MTSP.32.
Muhammad Arif MTSP.32.
Nikson MTSP.32.

1
JURUSAN STUDI TERAPAN ILMU PEMERINTAHAN
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR
2019
Identitas Jurnal
Judul : Peran Kepemimpinan Dalam Kinerja Organisasi Melalui Sistem
Akuntansi Manajemen Dan Sistem Pengendalian Manajemen

Penulis : Jeni Wardi


Alamat : Program Doktor Ilmu Manajemen
Universitas Persada Indonesia Y.A.I

E-mail : wardi_jeni@yahoo.com

Tahun Terbit : Maret 2018

Volume : 15

Nomor :1
Hal : 42-49
EISSN : 2442 – 9813

DOI : 10.31849/jieb.v15i1.832

ISSN : 1829 – 9822

2
Latar Belakang Masalah
Sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan seperti modal, metode, dan
mesin tidak bisa memberikan hasil yang optimum apabila tidak didukung oleh
sumber daya manusia yang mempunyai kinerja yang optimum. Bagian penting
dalam permasalahan sumber daya manusia yang berkaitan dengan kinerja
perusahaan adalah masalah kepemimpinan dan kinerja karyawan.
Dalam penelitian ini, penulis mempunyai tujuan untuk mempelajari
pengaruh langsung gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional pada
kinerja organisasi. Penelitian ini juga bertujuan untuk mempelajari pengaruh gaya
kepemimpinan transformasional dan transaksional pada kinerja organisasi melalui
sistem akuntansi manajemen organisasi dan sistem pengendalian manajemen.
Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk mempelajari efek langsung dari
manajemen organisasi sistem akuntansi dan sistem kontrol manajemen pada
kinerja organisasi. Penelitian ini menggunakan teknik sampling yaitu purposive
sampling. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2012, baik dari lembaga keuangan maupun
perusahaan yang bukan lembaga keuangan dengan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut: Sampel yang dipilih memiliki usia listing 5 tahun dan memiliki data
tahunan yang lengkap untuk tahun tahun 2012. Bukan lembaga keuangan,
perbankan maupun perusahaan pemerintah. Tidak memiliki laba atau total
ekuitas negatif pada tahun 2012. Sampel masih tercatat di Bursa Efek Indonesia
dan aktif diperdagangkan hingga saat ini.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan desain deskriptif dan inferensi dalam pemecahan
masalah penelitian dan menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui
metode survey dengan cara sebagian besar kuesioner dikirimkan melalui pos,
faximile, email, atau diberikan secara langsung dengan responden yakni para

3
manajer perusahaan yang diwakili oleh manajer akuntansi dan manajer keuangan
dengan posisi 1 dan 2 level di bawah tim manajemen puncak yang memiliki
komunikasi secara langsung dengan manajemen puncak. Selain itu data juga
dikumpulkan menggunakan data sekunder yang berupa laporan keuangan
perusahaan untuk menambah informasi dalam mendiskripsikan
penjelasan tujuan penelitian.
Pengujian hipotesis penelitian diuji menggunaan teknik analisis
persamaan model struktural. Structural Equation Modeling (SEM) adalah
sekumpulan teknik-teknik statistik yang memungkinkan pengujian sebuah
rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara simultan, yaitu rangkaian
hubungan yang dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen dengan
satu atau beberapa variabel independen dimana setiap variabel dependen dan
independen berbentuk faktor yang dibangun dari beberapa indikator yang
diobservasi atau diukur langsung. SEM dapat dikatakan sebagai kombinasi
antara analisis faktor dan analisis regresi berganda
Dalam jurnal ini, penulis meneliti peran kepemimpinan terhadap kinerja
organisasi. Fenomena yang terjadi adalah permasalahan kepemimpinan dan
kinerja karyawan sebagai sumberdaya yang dimiliki untuk dioptimalisasi untuk
meningkatkan eksistensi dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan serta
dapat memenangkan persaingan. Hal ini yang membuat peneliti melakukan
penelitian dengan menggunakan judul “Peran Kepemimpinan Dalam Kinerja
Organisasi Melalui Sistem Akuntansi Manajemen dan Sistem Pengendalian
Manajemen”.

4
Identifikasi Masalah
Dilihat dari Permasalahan pada jurnal di atas, kelompok kami mengidentifikasi
beberapa masalah yaitu :
1. Pengaruh langsung gaya kepemimpinan tranformasional dan transaksional pada
kinerja organisasi.
2. Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja organisasi melalui sistem
akuntansi manajemen organisasi dan sistem kontrol manajemen
3. Mempelajari efek langsung dari sistem akuntansi manajemen organisasi dan
sistem kontrol manajemen pada kinerja organisasi.

Rumusan Masalah
Dari Jurnal di atas, kelompok kami mengemukakan beberapa rumusan masalah,
yaitu :
1. Bagaimana pengaruh langsung gaya kepemimpinan tranformasional dan
transaksional pada kinerja organisasi?
2. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja organisasi melalui
sistem akuntansi manajemen organisasi dan sistem kontrol manajemen?
3. Bagaimana mempelajari efek langsung dari sistem akuntansi manajemen
organisasi dan sistem kontrol manajemen pada kinerja organisasi?

Teori yang digunakan


Pada penelitian ini, induk teori (grand theory) yang digunakan adalah
teori kontinjensi. Teori kontinjensi (contingency theory) menyatakan bahwa
keselarasan antara strategi dengan lingkungan bisnis eksternal menentukan
kelangsungan hidup dan kinerja perusahaan (Child, 1997; Lee & Miller, 1996).
Teori tersebut juga bermakna bahwa tuntutan dari ingkungan eksternal harus
dapat diakomodasi dalam perencanaan strategi (Elenkov, 1997). Hal demikian

5
dikarenakan menurut pandangan teori kontinjensi apabila tidak tercipta
keselarasan antara lingkungan eksternal dan perencanaan strategi maka suatu
organisasi atau perusahaan dapat mengalami krisis akibat terjadinya penurunan
kinerja (Elenkov, 1997).
Pada penelitian ini, teori antara (midle range theory) yang digunakan
adalah teori kinerja organisasi. Kinerja organisasi dalam hal ini dapat dipahami
dari definisi istilah kinerja itu sendiri. Mangkunegara (2006) menyatakan kinerja
dapat didefinisikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat
dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Sementara itu, Simamora
(2001) mengartikan kinerja sebagai tingkat peran karyawan mencapai
persyaratan-persyaratan pekerjaan, sedangkan Dharma (2002)
mendefinisikan kinerja sebagai sesuatu yang dikerjakan, produk, ataupun jasa
yang dihasilkan seseorang atau sekelompok orang. Berdasarkan uraian tersebut,
dapat dilihat bahwa kinerja organisasi dalam hal ini memuat dua aspek, yaitu
dari sisi individu-individu dalam organisasi maupun capaian dari organisasi itu
sendiri.

Pada penelitian ini, teori terapan (application theory) yang digunakan


adalah teori kepemimpinan. Pada dasarnya, kepemimpinan adalah tindakan-
tindakan seseorang atau beberapa orang yang mempengaruhi kelakuan orang
lain atau beberapa orang dalam suatu kerangka kelompok (Wirjana dan Supardo,
2005: 20). Masalah kepemimpinan telah muncul bersamaan dengan dimulainya
sejarah manusia, yaitu sejak manusia menyadari pentingnya hidup berkelompok
untuk mencapai tujuan bersama. Mereka membutuhkan seseorang atau
beberapa orang yang mempunyai kelebihan- kelebihan daripada yang lain,
terlepas dalam bentuk apa kelompok manusia itu dibentuk. Hal ini tidak dapat
dipungkiri karena manusia selalu mempunyai keterbatasan dan kelebihan-

6
kelebihan tertentu. Menurut Yuki (2005), kepemimpinan adalah proses untuk
mempengaruhi orang lain, untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu
dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk
memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama.
Sementara menurut Robbins (1996), kepemimpinan merupakan kemampuan
untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya suatu tujuan.
Pengertian tersebut menunjukan bahwa aspek untuk dapat mempengaruhi orang
lain merupakan aspek penting dalam kepemimpinan.
Lingkungan usaha yang selalu berubah membutuhkan pemimpin yang
berfungsi sebagai katalisator perubahan daripada manajer yang menjalankan
fungsi administrator, kontrol, dan inisiator (Kreitner dan Kinicki, 2004). Pemimpin
sebagai katalisator perubahan bertanggungjawab mempersiapkan dan memimpin
organisasi melewati berbagai perubahan dalam hal struktur, strategi, dan budaya
organisasi (Weese, 1995). Artinya, peran pemimpin untuk untuk membawa suatu
organisasi menuju ke arah pencapaian tujuan merupakan peran yang sangat
penting sebab dalam suatu organisasi terdapat berbagai situasi ketidakpastian
yang harus dihadapi.
Penelitian ini menggunakan teori kontinjensi dan struktural equation
model. Melalui penggunaan teori tersebut akan dapat ditunjukan variabel apa
yang berpengaruh terhadap variabel lainnya dan memeriksa hubungan langsung
dan bertahap antara variabel sebagai satu kesatuan (tidak seperti regresi
berganda yang pendekatannya piecemeal) serta dapat memberikan arah
pemodelan mengenai kesesuaian (fitness) hubungan kepemimpinan, budaya,
strategi, sistem akuntansi manajemen, dan sistem pengendalian manajemen
dengan kinerja perusahaan

7
Pembahasan

Dari hasil penelitian dalam jurnal ini diuraikan sebagai berikut :

No Variabel yang dinilai Nilai (t) Hasil uji hipotesis


1 a. Gaya kepemimpinan 7 a. Gaya kepemimpinan
transformasional terhadap transformasional terbukti
sistem akuntansi manajemen berpengaruh secara
signifikan terhadap sistem
akuntansi manajemen
Gaya kepemimpinan 5,059 ˃1,96 Gaya kepemimpinan
transformasional terhadap transformasional terbukti
sistem pengendalian manajemen berpengaruh secara
signifikan terhadap sistem
pengendalian manajemen
b. Gaya kepemimpinan 2,068 ˃1,96 b. Gaya kepemimpinan
transaksional terhadap sistem transaksional terbukti
akuntansi manajemen berpengaruh secara
signifikan terhadap sistem
akuntansi manajemen
Gaya kepemimpinan 1,678 ˂1,96 Gaya kepemimpinan
transaksional terhadap sistem transaksional terbukti tidak
pengendalian manajemen berpengaruh secara
signifikan terhadap sistem
pengendalian manajemen
2 a. Gaya kepemimpinan 5,137 ˃1,96 Gaya kepemimpinan

8
transformasional terhadap transformasional terbukti
kinerja organisasi berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja
organisasi
b. Gaya kepemimpinan 2,861 ˃1,96 Gaya kepemimpinan
transaksional terhadap kinerja transaksional terbukti
organisasi berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja
organisasi
3 a. Sistem akuntansi manajemen -1,094˂1,96 a. Sistem akuntansi manajemen
terhadap kinerja organisasi terbukti tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap
kinerja organisasi
b. Sistem pengendalian manajemen 5,790 ˃1,96 b. Sistem pengendalian
terhadap kinerja organisasi manajemen terbukti
berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja
organisasi
Gaya kepemimpinan transformasional, Nilai hitung F Gaya kepemimpinan
transaksional, sistem akuntasi 57,746 ˃2,21 transformasional,
manajemen dan sistem pengendalian transaksional, sistem
manajemen terhadap kinerja akuntasi manajemen dan
organisasi sistem pengendalian
manajemen terbukti
terpengaruh terhadap
kinerja organisasi

9
Variabel yang dominan dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan
transformasional.

Kesimpulan dan Saran

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan :


1. Gaya kepemimpinan transformasional terbukti berpengaruh secara signifikan
terhadap sistem akuntansi manajemen, sistem pengendalian manajemen dan
kinerja organisasi
2. Gaya kepemimpinan transaksional terbukti berpengaruh secara signifikan
terhadap sistem akuntansi manajemen dan kinerja organisasi, sedangkan sistem
akuntansi manajemen terhadap kinerja organisasi tidak berpengaruh secara
signifikan
3. Sistem pengendalian manajemen terbukti berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja organisasi
4. Sistem akuntansi manajemen terbukti tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja organisasi
Saran manajerial yang dapat direkomendasikan terkait hasil penelitian
sebagai berikut :
1. Perlunya upaya untuk meningkatkan pengaruh gaya kepemimpinan
transaksional terhadap sistem akuntansi manajemen sehingga sistem yang
diterapkan dapat lebih efektif.
2. Perusahaan dapat menggunakan balanced scorecard dalam sistem pengendalian
manajemen, karena balanced scorecard tidak hanya mengukur kinerja organisasi
dari sisi keuangannya, namun dapat pula mengukur kinerja organisasi non
keuangan, sehingga secara keseluruhan kinerja organisasi dapat diketahui dan
terciptanya keseimbangan.

10
3. Perlunya upaya untuk meningkatkan pengaruh gaya kepemimpinan
transaksional terhadap kinerja sehingga adanya keseimbangan dengan gaya
kepemimpinan transformasional.

Critical Review

Sudut pandang yang diangkat oleh peneliti dalam jurnal ini lebih
menekankan pada gaya kepemimpinan transformasional yang terbukti berpengaruh
secara signifikan terhadap sistem akuntansi management sistem pengendalian
management dan kinerja organisasi. Gaya kepemimpinan transaksional terbukti
berpengaruh secara signifikan terhadap sistem akuntansi management dan kinerja
organisasi, sedangkan terhadap kinerja organisasi tidak berpengaruh secara
signifikan. Peneliti melakukan penelitian ini tanpa menyebutkan secara rinci
perusahaan-perusahaan apa yang di pakai sebagai contoh untuk melihat dan
mengukur peran dari pemimpinnya yang bisa membawa perubahan pada kinerja
organisasi dan manajemennya. Penelitian yang dilakukan di jurnal ini adalah
penelitian kuantitatif secara keseluruhannya. Tetapi ketika di baca dari judulnya ini
adalah penelitian kualitatif. Kami melihat peneliti kurang membahas tentang tugas
dari seorang leader. Tugas leader dalam sebuah corporate adalah me-manage
keseluruhan operasional perusahaan agar tujuan korporasi dapat tercapai. Dalam
penelitian ini, uji validasi sangatlah diperlukan secara utuh untuk mengukur sampai
dimana keabsahan data-data yang ada di dalam penelitian ini. Di dalam penelitian
ini, tidak adanya pembahasan tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance
oleh pemegang saham di Bursa Efek, padahal yang dibahas adalah kepemimpinan
pada multinational corporate.

11
Dialektika Peran

Teori administrasi publik hari ini memungkinkan untuk lahirkan konsep yang
berbeda-beda dengan ide-ide ke dalam kerangka kerja konseptual yang berguna
dengan mengekspos saling ketergantungan dari perspektif yang berbeda untuk
melihat totalitas administrasi publik. Jun (2005) mengatakan konsep dan ide-ide
mengalami dialetika peran, dimana hubungan antara individu, organisasi,
masyarakat, dan dunia.

Pikiran-pikiran konseptual dan perilaku praktis erat hubungannya dengan


peningkatan kinerja organisasi publik, dapat ditemukan dalam berbagai pendekatan
manajemen. Setiap pendekatan memiliki kemampuannya sendiri, dan masing-
masing memiliki kekurangan sendiri dalam menjelaskan dan memahami dunia sosial
dan aplikasi organisasi publik.

Sebuah Kebutuhan Transformasi

Di Indonesia berbagai contoh dapat dilihat bahwa transformasi di bidang lain


selalu gagal karena belum ada kesungguhan adanya transformasi di bidang peran
kepemimpinan. Belum tuntasnya masalah korupsi, masalah perbankan, masalah
hukum dan kegagalan penuntasan masalah hukum pada kelompok elite. Hal ini
disebabkan karena kegagalan di bidang transformasi peran kepemimpinan yang dari
transaksional ke kepemimpinan yang bersih dan transparan.

Operasional Konsep

Konsep Sub Dimensi Indikator


Leadership Style Kebutuhan Kepemimpinan Kinerja Karyawan

12
Transformational dan Mengembangkan Visi Inovasi
Transaksional Transformasi
Organizational Performance Pentingnya Krisis Reaktif
Management Control System Menggerakkan Sumber Daya Komunikasi
Interpersonal
Management Accounting Memilih Metrik dan Pengukuran
System Penjelasan Kinerja yang
Tepat

Kebutuhan Kepemimpinan

Kebutuhan kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan zaman di dalam


transformasi dianggap sesuatu yang penting. Sesungguhnya kepemimpinan yang
dibutuhkan adalah kepemimpinan yang efektif dan efisien serta dicintai oleh
masyarakat atau karyawan dalam memimpin sebuah Negara atau Perusahaan.
Slavin dan Woodard (2006) berpendapat bahwa kebutuhan penting dalam
transformasi adalah kepemimpinan yang efektif dan efisien. Tanpa itu, unsur-unsur
yang tersisa dari upaya transformasi akan gagal. Dengan maksud, bahwa program
transformasi tidak boleh didelegasikan kepada pengaruh dunia luar.

Kepemimpinan yang kuat harus memiliki pembantu-pembantu yang kuat


pula. Pembantu-pembantu ini paling tidak berada di dua level. Level I adalah tim
kecil di lingkungannya secara khusus dan tertutup yang disebut dengan ring 1. Ada
dua model eksekusi kepemimpinan di level ini, yaitu pertama, close modle, yaitu
seorang pemimpin yang digunakan dalam sebuah ring rezim, apabila telah
dikeluarkan maka tidak dapat lagi kembali untuk selamanya. Kedua adalah open
modle, yaitu seorang pemimpin di ring rezim dapat bergantian masuk-keluar,

13
berdasarkan pada berbagai faktor yang mendorong dan menarik pemimpin itu
mengambang di berbagai ring kepemimpinan. Level II, adalah tim-tim besar yang
ada pada kelompok-kelompok masyarakat yang bergerak secara terbuka
mendukung kepemimpinan atau bahkan calon-calon pemimpin. Keberadaan tim-tim
ini bisa jadi berasal dari kelompok-kelompok budaya, institusi swasta, kelompok
bisnis, dan sebagainya.

Mengembangkan Visi Transformasi

McNabb (2009) mengatakan, visi transformatif adalah pandangan


kepemimpinan tentang bagaimana dan apa yang harus disikapi dalam beberapa
waktu yang tidak ditentukan di masa depan, dan itu sering kali berisi pernyataan
tentang apa nilai-nilai perusahaan. Namun visi dalam proses transformasi tidak sama
dengan visi dalam rencana strategis, meskipun mereka serupa dalam banyak cara.
Visi transformasional dimulai dengan deskripsi tentang apa yang harus perusahaan
capai dalam rangka efektif menangani krisis. Tujuannya adalah target bahwa semua
kelompok nasyarakat dapat mendukung, dan strategi transformasi terdiri dari
rencana spesifik tindakan untuk mencapai tujuan tersebut. Rencana strategis harus
di mulai dengan pemahaman yang teridentifikasi dengan jelas apa peristiwa atau
ancaman yang menyebabkan krisis dan kemudian menyatakan apa yang perlu
dilakukan, seiring dengan waktu untuk membawa perusahaan yang diinginkan atau
dilakukan perubahan.

14
Pentingnya Krisis

Ketidakseimbangan dalam sebuah organisasi atau management tidak terjadi


tanpa pembenaran, selalu ada alasan untuk krisis saat ini atau yang akan datang.
Peran kepemimpinan untuk benar- benar mengidentifikasi penyebab krisis sehingga
setiap orang dalam organisasi atau management memahami apa faktor yang berada
di balik krisis dan tindakan apa yang akan dilakukan. Penyebab krisis ini dapat
berasal dari dalam ataupun dari luar, bahkan bisa kedua-duanyakrisis yang berasal
dari dalam disebabkan karena ketidaksabaran masing-masing orang di lingkungan
dalam untuk mengekspresikan kemampuannya, atau bahkan ada orang orang yang
ingin segera mencapai kedudukan tertentu, atau bisa karena kondisi pucuk pimpinan
yang lemah, menyebabkan banyak ketidakpuasan yang melahirkan berbagai krisis.
Pimpinan yang lemah menjadi salah satu penyebab krisis dari dalam berkembang
menjadi sesuatu yang menggoyahkannya.

Krisis yang berasal dari luar disebabkan dari berbagai faktor, terutama faktor
ini berasal dari musuh-musuh yang selama ini tersembunyi. Musuh-musuh ini dapat
menggunakan berbagai faktor, seperti ekonomi, politik, agama, budaya, keamanan,
lingkungan, sosial, kesehatan dan sebagainya, baik regional maupun global untuk
menggoyangkan kepemimpinan perusahaan.

Krisis yang disebabkan dari dalam dan luar dapat menyebabkan kerusakan
yang lebih parah dan sulit diatasi. Krisis yang terakhir ini disebabkan karena
kelemahan kepemimpinan yang sudah lama dihinggapi perusahaan sehingga
berbagai kepentingan dari dalam dan luartelah lama bersemai di dalam sistem
sosial, ekonomi, politik, budaya, dan sebagainya di dalam suatu perusahaan.

Pemimpin harus menyadari semua ini dan harus memahaminya secara utuh
sehingga dapat menjelaskan apa penyebab krisis yang terjadi dan apakah mungkin

15
akan terjadi di waktu yang akan datang. Pemimpin harus jujur mengakui apa yang
terjadi da apa penyebab krisis bila perlu ia harus bertanggung jawab terhadap suatu
krisis yang terjadi di perusahaan.

Menggerakkan Sumber Daya

Langkah yang harus dilakukan dalam menginisiasi transformasi harus dimulai


dari pemimpin. Karena itu pemimpin harus memulainya dengan menginisisasi setiap
orang dilingkungannya, baik di level I maupun di level II. Untuk mengatasi hal ini,
kepemimpinan juga harus menyoroti visinya sebagai sarana untuk mengatasi krisis.
Pimpinan memulai dengan bekerja sama dengan tim untuk mengidentifikasi sarana
yang tepat dan pengukuran kinerja. Mengalokasi sumber daya, menetapkan
tanggungjawab dan wewenang, mengidentifikasi tujuan-tujuan serta membangun
penilaian kinerja merupakan bagian integral fase ini. Individu, tim, kelompok, dan
unit-unit yang lebih harus me-manage orang-orang untuk menentukan bagaimana
strategi transformasi dalam bentuk deskriptif menjadi kenyataan.

Empat Tingkat Transformasi

Transformasi adalah proses sosial yang terjadi di suatu perusahaan melalui


beberapa tingkat. McNabb (2009) mengatakan tingkatan transformasi adalah :

Tingkat I : Mengidentifikasi dan Menilai Triger Transformasi

Masukan perubahab berakar pada lingkungan ekonomi, administrasi, dan sosial


yang terjadi untuk mnedorong lahirnya hal-hal baru. Transformasi harus berjalan
sebagaimana hukum-hukum sosial dan hukum-hukum alam.

16
Tingkat II : Mengevaluasi dan Meningkatkan Proses Kerja

Sebuah transformasi dapat diarahkan pada empat proses kerja-aktivitas yang


berbeda di daerah organisasi yang ditargetkan. Keadaan ini secara luas menciptakan
setiap organisasi memilihi budaya organisasi tersendiri yang mengacu pada pola-
pola keyakinan, kemauan belajar, nilai-nilai dan perilaku yang khas disetiap individu
di dalam organisasi.

Tingkat III : Memilih Perspektif Transformasi

Tingkat ketiga dalam transformasi adalah memilih perspektif transformasi yang


sesuai yaitu berorientasi dasar-dasar filosofi dan inisiatif perubahan, dan berfungsi
sebagai pendekatan untuk membingkai perubahan yang direncanakan.

Tingkat IV : Mencapai Hasil dan Nilai yang Diinginkan

Meningkatkan dan memperkuat nilai-nilai dan proses kerja adalah hasil tertentu
transformasi yang diinginkan.

Karyawan

Perusahaan harus menggunakan kemapuan kinerja dan kriteria yang terkait


dengan sifat pekerjaan secara taat asas dalam mengambil keputusan mengenai
penerimaan karyawan. Penetapan besarnya gaji, keikutsertaan dalam pelatihan,
penetapan jenjang karir dan penentuan persyaratan kerja lainnya harus dilakukan
secara objektif, tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi
fisik seseorang, atau keadaan khusus lainnya yang dilindungi oleh peraturan
perundang-undangan. Perusahaan harus memiliki peraturan tertulis yang mengatur
dengan jelas pola rekrutmen serta hak dan kewajiban karyawan. Perusahaan harus
menjamin terciptanya lingkungan kerja yang kondusif. Untuk itu perusahaan harus

17
mempunyai sistem yang dapat menjaga agar setiap karyawan menjunjung tinggi
standar etika dan nilai-nilai perusahaan mematuhi kebijakan, peraturan dan
prosedur internal yang berlaku.

CGC Pada Pasar Modal Indonesia

Disadari salah satu rentannya perusahaan-perusahaan di Indonesia terhadap


gejolak perekonomian adalah lemahnya penerapan Good Corporate Governance
dalam pengelolaan perusahaan. Kondisi tersebut ditandai dengan standar laporan
yang minimal tentang kinerja keuangan perusahaan, khususnya tentang kewajiban
utang-piutang.

Di samping itu mekanisme yang mendorong perusahaan untuk menaati


peraturan dan penegakan hukum masih kurang sanksi yang diberikan kepada
mereka yang melanggar peraturan tidak memadai terutama pada situasi ekonomi
yang tidak menguntungkan.

Pelaksanaan Good Corporate Governance oleh Pemegang Saham di Bursa Efek

Kondisi-kondisi yang saat ini terjadi pada perusahaan yang tercatat di bursa,
dan perlu dilakukan pembenahan dalam rangka penerapan corporate governance
adalag sebagai berikut :

1. Konsentrasi Kepemilikan yaitu terjadi pemusatan kepemilikan pada suatu


pihak tertentu, sehingga memungkinkan terjadinya hubungan afiliasi antara
pemilik, pengawas, dan direktur perusahaan.
2. Penyaluran Pembiayaan, yaitu sumber dana yang diperoleh dari satu
perusahaan tertentu dipakai untuk membiayai perusahaan lainnya dalam
grup yang sama.

18
3. Terbentuknya Konglomerasi Usaha, yaitu pembentukan grup usaha yang
bergerak dalam bidang-bidang usaha yang komprehensif, yaitu perusahaan
yang bergerak dalam bidang penyediaan dana sampai dengan perusahaan-
perusahaan pengguna dananya.

Manfaat Implementasi GCG

Pengelolaan SDM berdasarkan prinsip GCG memerlukan komitmen penuh


dari top management dan konstitensi dalam implementasi disetiap jenjang
organisasi. Empat manfaat yang dapat diperoleh perusahaan yang mengelola SDM
berdasarkan prinsip GCG adalah sebagai berikut :

1. Suasana kerja menjadi kondusif dan tenang karena terbina hubungan yang
harmonis antara sesama karyawan serta antara karyawan dengan
manajemen.
2. Kinerja perusahaan meningkat, karena karyawan lebih kreatif dan inovatif
dalam bekerja, sehingga dapat memberikan hasil terbaik bagi perusahaan.
3. Terhindar dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang sangat
merugikan perusahaan karena segala kebijakan atau keputusan ditetapkan
secara transparan, dapat dipertanggungjawabkan, serta memenuhi prinsip
keadilan (fairness)
4. Daya saing perusahaan akan meningkat, karena memiliki karyawan yang
handal dan profesional.

19
Pakta Integritas

Pakta integritas merupakan komitmen manajemen atau pimpinan dalam


implementasi good corporate governance (GCG) di perusahaan. Pakta integritas
berisikan komitmen atau pernyataan janji untuk melaksanakan segala tugas,
kewajiban, dan tanggungjawab sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam hal ini,
manajemen meiliki tugas dan tanggungjawab untuk selalu bertindak jujur, dapat
dipercaya, menghindarkan diri dari benturan kepentingan, anti KKN, serta anti suap.

Fokus Penelitian Dalam jurnal Ini Ada tiga aspek, diantara lain :

1. GAYA KEPEMIMPINAN
2. KINERJA ORGANISASI
3. SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN DAN SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

Teori Pembanding

Kelompok kami menggunakan Teori Bussiness intelligence oleh Rubijanto


Siswosoemarto, Ph.D. dalam buku Intelijen Ekonomi Teori dan Aplikasi tahun 2012
sebagai teori pembanding untuk jurnal tersebut. Dikarenakan Bussiness Intellegence
merupakan suatu metodologi yang mencermati dan mengolah berbaga informasi
maupun gejolak serta berbagai perubahan eksternal yang memiliki dampak strategis
pada organisasi. Bussiness intelligence berguna membantu pimpinan organisasi
dalam proses pengambilan keputusan strategis, dengan kata lain Bussiness
intelligence adalah sebuah sistem kerja dengan serangkaian kegiatan intelijen yang
disatukan untuk menghasilkan sebuah kesimpulan yang menentukan sebuah
kebijakan

20
Kelebihan Penelitian ini :

Adapun kelebihan pada penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini merupakan rumpun ilmu ekonomi dan bisnis yang dilihat dari
sistem akuntansi dan managementnya. Tetapi di bahas dengan sudut
pandang ilmu-ilmu terapan dilihat dari kinerja organisasi.
2. Penelitian ini menggunakan pengukuran CGPI (Corporate Gocernance
Perception Index

21

Anda mungkin juga menyukai