Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN TERHADAP

KINERJA MANAJERIAL

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini akan dibahas empat sub-bab yang terdiri dari
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta
sistematika penulisan. Di sub-bab latar belakang masalah dibahas mengenai seba-
sebab perlu dilakukannya penelitian tentang pengaruh Pengaruh Sistem
Pengendalian Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial Pada Bank Perkreditan
Rakyat. Sedangkan di sub-bab rumusan masalah dibahas pertanyaan-pertanyaan
penelitian yang berlandasakan pada latar belakang tersebut.

Di sub-bab tujuan dan kegunaan penelitian dibahas mengenai beberapa


tujuan dan kegunaan dilakukannya penelitian ini. Dan di sub-bab terakhir pada
bab ini dibahas mengenai sistematika penulisan penelitian ini. Berikut penjelasan
secara rinci mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.

1.1 latar belakang

Industri perbankkan di Indonesia terlihat semakin semarak, pertumbuhannya


semakin meningkat, baik bank pemerintah maupun bank swasta. Munculnya
banyak jasa keuangan baik dari lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan
non bank mempunyai peran yang penting dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun
1992 tetang perbankan dan telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun
1998, bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam betuk simpanan dan menyalurkan dalam bentuk kredit atau bentuk lainya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dengan kondisi persaingan yang ketat, tajam, menuntut kemampuan


manajemen untuk mengelola perbankan sampai ke tingkat unit-unit usahanya di
mana berada dengan efisien. Untuk mewujudkan efisiensi perbankan, diperlukan
kemampuan seorang manajer profesional dapat disahkan ke dalam 4 (empat)
fungsi manajemen yang disingkat dengan POAC yaitu Planning (Perencanaan),
Organizing (Perorganisasian/menyusun), Actuating (Pelaksanaan) dan Controling
(Pengawasan / Pengendalain) (Terry yang dikutip oleh Herujito (2006:18)). M
Munandar (2001) mengemukakan anggaran adalah Suatu rencana yang disusun
secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan
dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu
yang akan datang. Menurut Welsch, Hilton, Gordon, (2000), perencanana
diartikan sebagai proses yang ditujukan untuk membantu melaksanakan funsi-
fungsi perencanaan pengendalian secara efektif.

Anthony dan Govindarajan yang diterjemahkan oleh F.X. Kurniawan


(2005:8) menyatakan bahwa pengendalian manajeman merupakan sebuah proses
dengan para manajer mempengaruhi anggota organisasi lainya untuk
mengimplentasikan strategi organisasi.

Pengertian sistem pengendalian manajeman ada berbagai pengertian antara


lain, menurut Mulyadi & Setyawan (2001:3) sistem pengendalian manajeman
adalah suatau sistem yang digunakan untuk merencanakan berbagai kegiatan
perwujudan visi organisasi melalui misi yang telah dipilih dan
mengimplementasikan dan memantau pelaksanaan rencana tersebut.

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67), kinerja adalah hasil


kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Jadi kinerja merupakan prestasi yang dihasilkan oleh seseorang didalam suatu
organisasi. Prawirosentono (1999:2), kinerja (performance)adalah hasil kerja yang
dapat dicapai oeh orang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai
tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral maupun etika.

Dalam penelitian ini akan lebih memfokuskan pada masalah pengaruh


penerapan sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajer pada BPR
Palembang . Topik ini dianggap penting untuk dikaji kembali karena untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan sistem pengendalian manajemen
terhadap kinerja manajer pada BPR Palembang .

Dalam pelaksanaan program–program pelayanan simpanan dan


penyediaan permodalan usaha terdapat aktivitas– aktivitas seperti, perencanaan
program, penganggaran, pelaksanaan program, dan pertanggung jawaban.
Diperlukannya sistem pengendalian manajemen adalah untuk menuntun dan
memotivasi usaha guna mencapai tujuan organisai maupun untuk mengetahui
pengaruh penerapan sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajer
pada BPR Palembang.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Bagaimana pengaruh penerapan struktur pengendalian manajemen
terhadap kinerja manajerial?
1.2.2 Bagaimana pengaruh proses pengendalian manajemen terhadap kinerja
manajerial

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengaruh penerapan struktur pengendalian
manajemen terhadap kinerja manajerial
1.3.2 Untuk mengetahui pengaruh proses pengendalian manajemen terhadap
kinerja manajerial

1.4 Manfaat penelitian

Berdasarkan uraian diatas dan rumusan masalah yang telah disebutkan


sebelumnya maka maanfaat penelitian dari penelitian ini adalah :

1.4.1 Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan untuk dapat memberikan manfaat bagi


Bank Penkreditan Rakyat untuk meningkatkan sistem pengendalian manajemen
guna meningkatkan kinerja manajerial.

1.4.2 Bagi Pengetahuan

Setiap hasil penelitian pada prinsipnya harus beguna sebagai alat bantu
untuk pengambilan keputusan. Manfaat tersebut baik bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, baik bagi objek yang diteliti dan bagi peneliti itu sendiri.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dimaksudkan untuk mempermudah pembahasan dalam


penulisan.Adapun sistematika penulisan tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang, identifikasi masalah,batasan
masalah, rumusan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini berisi penguraian tentang landasan teori yang digunakan dalam penelitian,
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini,
kerangka pemikiran, dan perumusan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan mengenai jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian,
populasi dan sampel, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik
pengambilan sampel, variabel penelitian, definisi operasional variabel, dan teknik
analisis data.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Bab ini memaparkan mengenai deskripsi objek penelitian, analisis data yang
digunakan, serta pembahasan hasil penelitian.

BAB V PENUTUP
Bab ini menguraikan mengenai kesimpulan atas hasil penelitian yang telah
dilakukan, keterbatasan penelitian, dan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Teori Kontijensi
Teori kontijensi merupakan suatu pendekatan terhadap perilaku
organisasi. Menurut Stoner et al., (1996:47) pendekatan kontijensi
merupakan suatu pandangan bahwa teknik manajemen yang paling baik
memberikan kontribusi untuk pencapaian sasaran organisasi mungkin
bervariasi dalam situasi atau lingkungan yang berbeda. Beberapa faktor
baik eksternal maupun internal akan senantiasa berubah dan dipenuhi
ketidakpastian. Setiap faktor-faktor ini berubah, ada kemungkinan dari
perusahaan untuk merancang ulang pula sistem pengendalian manajemen
(Peljhan dan Tekavcic, 2008:9). Keberhasilan suatu model sistem
akuntansi yang diciptakan sangat tergantung pada kondisi organisasi itu
sendiri. Akhirnya, perkembangan dalam sistem akuntansi menyebabkan
pula perkembangan pada sistem kontinjensi, sehingga suatu sistem
pengendalian akan berbeda-beda di setiap organisasi. Teori kontinjensi
mengemukakan bahwa tidak ada sistem yang sesuai dengan perusahaan
secara keseluruhan. Meskipun demikian, sering kali situasi perusahaan
harus mengadaptasi sistem secara spesifik agar perusahaan menjadi efisien
(Pock, 2007:8). 15 Teori kontinjensi berpendapat bahwa sistem
pengendalian dan seluruh faktor yang sesuai akan meningkatkan kinerja
individu dan organisasi. Teori ini menyetujui bahwa rancangan
pengendalian yang optimal dapat diaplikasikan pada seluruh perusahaan.
Selanjutnya, perancangan pengendalian dilakukan untuk meningkatkan
efisiensi (Pock, 2007:8). Teori kontinjensi memberi jawaban mengenai
kesesuaian sistem pengendalian dengan struktur perusahaan. Selain itu,
teori ini mengemukakan dampak dari kesesuaian tersebut dengan kinerja
(Islam dan Hu, 2012:5163). Dalam hal ini, sistem pengendalian
manajemen yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan akan memengaruhi
kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Teori struktur kontinjensi
menetapkan hubungan antara kesesuaian dan kinerja adalah valid
(Donaldson, 2006:40). Faktor-faktor konseptual meliputi strategi bisnis,
sistem pengendalian manajemen, dan sebagainya yang harus bersinergi
dengan baik. Dengan demikian, teori kontinjensi menjadi dasar dalam
menjelaskan hubungan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
ini. Manajer perusahaan harus peka terhadap setiap perubahan yang
terjadi, dengan didukung oleh informasi yang tepat melalui sistem
pengendalian manajemen yang sesuai. Di samping itu, struktur perusahaan
juga harus disesuaikan dengan keadaan lingkungan yang tidak pasti untuk
meminimalisir ketidaksesuaian (Hery, 2011:30). Setiap ketidaksesuaian
hanya akan memberi dampak negatif pada kinerja. Van de Ven dan Drazin
(1985:514) menyarankan manajer membuat keputusan untuk merespon
suatu konflik ketidaksesuaian. Perusahaan dapat memperoleh keuntungan
besar dengan memperbaiki sebuah ketidaksesuaian pada rancangan
organisasi (Donalson, 2006:40).

2.1.2 Sistem Pengendalian Manajemen

Perusahaan ibarat manusia yang butuh makan, bekerja dan istirahat


secara teratur serta terkendali. Demikian juga untuk mencapai kinerja yang
optimal, perusahaan harus terorganisasi dengan baik, memiliki visi dan
misi, memiliki daya pengendalian manajemen serta mempunyai
pengetahuan yang cukup untuk membantu orang agar dapat menciptakan
kondisi yang kondusif bagi proses pengambilan keputusan yang tepat.
Salah satu pengetahuan yang dimaksudkan adalah pengetahuan tentang
sistem pengendalian manajemen.
Menurut Anthony dan Govindarajan yang diterjemahkan oleh F.X.
Kurniawan (2005:8) menyatakan bahwa pengendalian manajeman
merupakan sebuah proses dengan para manajer mempengaruhi anggota
organisasi lainya untuk mengimplentasikan strategi organisasi. Menurut
R.A Supriyono (2000 : 27), sistem pengendalian manajemen adalah sistem
yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi anggota
organisasinya agar melaksanakan strategi dan kebijakan organisasi secara
efesien dan efektif dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Sedangkan
menurut Mulyadi & Setyawan (2001:3) sistem pengendalian manajeman
adalah suatau sistem yang digunakan untuk merencanakan berbagai
kegiatan perwujudan visi organisasi melalui misi yang telah dipilih dan
mengimplementasikan dan memantau pelaksanaan rencana tersebut.
Sumarsan (2013:4) menjelaskan sistem pengendalian manajemen
merupakan suatu rangkaian tindakan dan aktifitas yang terjadi pada
seluruh kegiatan organisasi dan berjalan secara terus menerus.
Pengendalian manajemen bukanlah suatu sistem terpisah dalam suatu
organisasi, melainkan harus dianggap sebagai bagian penting dari setiap
sistem yang dipakai manajemen untuk mengatur dan mengarahkan
kegiatannya. Fungsi manajemen

Menurut Terry yang dikutip oleh Herujito (2006:18) bahwa fungsi


manajemen menjadi empat fungsi yang disingkat dengan POAC yaitu
planning atau merencanakan, organizing atau menyusun, actuating atau
pelaksanaan dancontrolling atau mengawasi.
Ahmad Syakhroza (2000:10), menyatakan bahwa perusahaan akan
mampu bersaing dan mempertahankan sustainability-nya jika dapat
merespon ancaman dan peluang dengan cara merancang dan menggunakan
strategi serta sistem pengendalian yang prima. Selanjutnya jika perusahaan
gagal mengimplementasikan peluang ke dalam strategi yang tepat, maka
akan merusak kinerja perusahaan. Giglioni dan Bedein (1974) dalam J.G.
Fisher (1998:47) mengemukakan bahwa salah satu tipe sistem
pengendalian dalam organisasi yang kompleks adalah pengendalian
Cybernetic. Pengendalian Cybernetic didefinisikan sebagai suatu sistem
pengukuran standar dan kinerja yang sesungguhnya serta menyediakan
informasi feedback atas selisih yang terjadi. Sistem pengendalian ini
dibatasi dalam hal memonitoring aktivitas operasi, mereview informasi
feedback dan kalau perlu dilakukan tindakan koreksi (Reeves, T. et al.,
1970 dalam J.G. Fisher, 1998:63).
Sistem pengendalian manajemen yang terdiri dari struktur dan
proses pada gilirannya menentukan keterampilan (skillset) yang perlu
dimiliki oleh manajer untuk menjalankan sistem tersebut. Oleh karena itu,
manajer menjadi titik-titik pusat pengendalian manajemen.

2.1.3 Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Manajemen


Suatu sistem pengendalian manajemen yang dapat diandalkan
(reliable) harus memenuhi unsur-unsur berikut (Sumarsan, 2013:9):
a. Keahlian karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya.
b. Pemisahan tugas.
c. Sistem pemberian wewenang, tujuan dan teknik serta pengawasan
yang wajar untuk mengadakan pengendalian atas harta, utang
penerimaan dan pengeluaran.
d. Pengendalian terhadap penggunaan harta dan dokumen serta formulir
yang penting.
e. Periksa fisik harta dengan catatan-catatan harta dan utang, atau yang
benar benar ada, dan mengadakan tindakan koreksi jika dijumpai
adanya perbedaan.
2.1.4 Struktur Sistem Pengendalian Manajemen
Struktur merupakan bagian dari sistem pengendalian manajemen
yang berpusat pada bermacam-macam jenis pusat pertanggungjawaban.
Pusat pertanggungjawaban merupakan unit organisasi yang dipimpin oleh
seorang manajer yang bertanggung jawab. Pusat pertanggungjawaban
dapat dibedakan menurut tingkat besarkan masukan dan keluaran dalam
bentuk uang dan dari segi mana manajer bertanggung jawab. Terdapat
empat jenis pusat pertanggungjawaban menurut Anthony and
Govindarajan (1998:132), yaitu:

1. Pusat Pendapatan (Revenue Centers)


Menurut Anthony and Govindarajan (1998:693) pusat pendapatan
merupakan suatu pusat pertanggungjawaban dimana manajer pusat
tersebut bertanggungjawab atas jumlah output (diukur dalam unit
moneter) yang diperoleh tetapi tidak bertanggungjawab atas biaya
barang atau jasa yang dijual pusatnya (input). Kinerja keuangan pusat
pendapatan diukur atas dasar pendapatan yang diperoleh. Penentuan
tentang keberhasilan pusat pendapatan dapat dilakukan dengan
membandingkan antara pendapatan yang sesungguhnya diperoleh
dengan pendapatan yang dianggarkan.
2. Pusat Beban
Menurut Anthony and Govindarajan (1998:134) pusat beban
adalah pusat pertanggungjawaban biaya yang masukannya diukur
dalam satuan moneter, sedangkan keluarnya tidak diukur dalam satuan
moneter. Pusat beban terdiri dari pusat beban teknik dan pusat beban
kebijakan. Menurut Abdul Halim dkk (2000:74), beban teknik adalah
elemen biaya yang benar-benar terjadi dan dapat diukur secara pasti
karena mempunyai hubungan yang erat dengan output yang dihasilkan,
sedangkan beban kebijakan adalah merupakan biaya yang tidak melekat
secara langsung atas poduk yang dihasilkan. Biaya yang terjadi
tergantung pada kebijakan manajemen sesuai dengan keadaan dan
kelayakan.
3. Pusat Laba (Profit Centers)
Menurut Anthony and Govindarajan (1998:694) suatu pusat
pertanggungjawaban dapat disebut sebagai pusat laba jika kinerja pusat
pertanggungjawaban tersebut diukur berdasarkan selisi antara pusat
pendapatan dan pusat beban. Abdul Halim dkk (2000:94) menyebutkan
ada dua cara pengukuran tingkat profitabilitas pusat laba yaitu:
(1) dengan mengukur kinerja manajemen, yaitu seberapa baik seorang
manajer dalam memimpin pusat pertanggungjawaban, sehingga
prestasi manajer diukur sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya.
(2) dengan mengukur kinerja ekonomi pusat laba, yaitu sejauh mana
pusat laba dapat mencapai laba yang telahdianggarkan. Kinerja
ekonomi diukur sebagaimana mengukur kinerja sebuah kesatuan
usaha.
4. Pusat Investasi (investment Centers)
Menurut Anthony and Govindarajan (1998:698) pusat investasi
adalahpusat pertanggungjawaban yang kinerja pimpinannya dinilai dari
prestasi memanfaatkan aset perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan.Pengukuran prestasi suatu pusat investasi
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pusat investasi tersebut
dapat menghasilkan kembalian yang memuaskan bagi unit usaha dan
bagi perusahaan secara keseluruhan. Tolak ukur yang digunakan untuk
menentukan keberhasilan suatu pusat investasi adalah Return On
Invesment (ROI). Return On Invesment adalah perbandingan antara laba
operasi dengan investasi yang digunakan dalam pengukuran prestasi
pusat investasi.

2.1.5 Proses Sistem Pengendalian Manajemen


Proses pengendalian manajemen merupakan tahap-tahap yang
harus dilalui untuk mewujudkan tujuan sistem. Secara umum proses
pengendalian manajemen berbeda dari satu perusahaan ke perusahaan lain
dan dari satu pusat pertanggungjawaban dengan pusat
pertanggungjawaban lainnya. Menurut Anthony and Govindarajan
(1998:26) proses pengendalian manajemen terdiri dari empat tahap yaitu:
1. Pemrograman (perencanaan strategis)
Pemrograman adalah suatu proses untuk memilih atau memutuskan
program-program utama yang akan dilakukan demi tercapainya tujuan
perusahaan yang sudah ditetapkan. Hasil akhir dari proses
pemrograman (perencanaan strategis) adalah berupa dokumen yang
dinamakan program atau rencana strategi.
2. Penganggaran
Penganggaran adalah proses penyususan anggaran. Anggaran
merupakan rencana yang diungkapkan secara kuantitatif dalam unit
moneter untuk periode satu tahun, Abdul Halim, dkk (2000:172).
Anggaran menunjukan jabaran dari program dengan menggunakan
informasi terkini. Selanjutnya Abdul Hakim, dkk (2000:172) juga
menjelaskan bahwa anggaran mempunyai dua peran paling penting
didalam sebuah perusahaan. Disatu sisi anggaran berperan sebagai alat
untuk perencanaan (planning) dan disisi lain anggaran berperan
sebagai alat untuk pengendalian (control) jangka pendek bagi suatu
organisasi.
3. Pelaksanaan dan Pengukuran
Anggaran yang telah disepakati digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan pada masing-masing pusat
pertanggungjawaban. Setiap kegiatan yang telah dilakukan
dikomunikasikan kepada bagianbagiannya dan selanjutnya dijadikan
dasar dalam pembuatan laporan. Berdasarkan laporan yang disusun,
manajer pusat pertanggungjawab harus mengukur prestasi yang
mampu dicapai para bawahannya maupun prestasi bagian yang
menjadi tanggungjawabnya sendiri. Pengukuran dilakukan manajemen
dengan mengklasifikasi sumbersumber yang digunakan dan hasil yang
diperoleh selama satu periode. Sumber-sumber tersebut
dikelompokkan kedalam perkiraan beban, sedangkan hasil
dikelompokkan kedalam perkiraan penghasilan. Selanjutnya perkiraan
beban dan perkiraan penghasilan dibandingkan untuk mengetahui
berhasil tidaknya manajer dalam mengelola perusahaan dan semua ini
akan terlihat dalam laporan yang diperoleh dari pusan
pertanggungjawaban yang dipimpinnya.
4. Pelaporan dan Analisis
Tahap terakhir dari proses pengendalian manajemen adalah
melaporkan hasil kerja dari pusat-pusat pertanggungjawaban.
Pelaporan harus dilakukan secara teratur. Laporan ini berisikan
perbandingan antara pendapatan dan biaya sesungguhnya dengan
anggaran yang telah ditetapkan. Agar dapat memantau hasil kerja
pusat pertanggungjawaban diperlukan sebuah sistem pelaporan.
Laporan harus mampu menunjukan hasil kerja pusat
pertanggungjawaban beserta anggarannya, sehingga dapat diketahui
penyimpangan yang terjadi terhadap anggaran. Jika terjadi
penyimpangan maka harus diberikan penjelasan secara terperinci dan
agar dapat lebih bermanfaat laporan harus disertai dengan analisis
tentang penyebab timbunya penyimpangan, disamping perlu
memperhatikan kebenaran laporan yang disampaikan.

2.1.6 Kinerja Manajerial


Kinerja menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti “suatu yang
dicapai” atau prestasi yang dicapai atau diperlihatkan sehingga kinerja
dapat diartikan sebagai prestasi kinerja oleh individu perusahaan.
Sedangkan kinerja menurut (Donelly et all : 1996) adalah suatu tingkatan
keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, kinerja itu sendiri dapat dinyatakan baik dan
sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.
Kinerja manajerial dapat diartikan sebagai kinerja manajer dalam
kegiatan-kegiatan yang meliputi perencanaan, pengkordinasian, evaluasi,
investigasi, pengawasan, pengaturan staf (staffing), dan perwakilan/
representatif di lingkungan organisasinya (Sastrohadiwiryo, 2002:98).
Stoner mendefinisikan kinerja manajerial adalah seberapa efektif dan
efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi (Stoner,
1992: 87). Evaluasi atas kinerja yang dilakukan oleh manajer beragam
tergantung pada budaya yang dikembangkan masing masing perusahaan
(Ivancevich, 1999:166).

2.2 Penelitian Terdahulu


Penelitian-penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk
melakukan penelitian. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan
dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti lain.
Akrim (1994), dengan judul penelitian “Hubungan antara Sistem
Pengendalian Manajemen dengan Prestasi Manajer Pusat Pertanggungjawaban
pada PT. Telkom. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sistem pengendalian
manajemen berpengaruh positif dengan prestasi kerja manajer pusat
pertanggungjawaban, artinya semakin baik struktur pengendalian manajemen,
semakin baik pula prestasi manajer pusat pertanggungjawaban. Terdapat
korelasi positif antara proses pengendalian manajemen dengan prestasi manajer
pusat pertanggungjawaban, artinya semakin baik proses pengendalian
manajemen semakin baik prestasi manajer pusat pertanggungjawaban.
Anisma Yuneita (2003) yang meneliti “Pengaruh Sistem Pengendalian
Manajemen Terhadap Kinerja Perusahaan pada Hotel Berbintang di Propinsi
Riau. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis jalur menunjukan bahwa
sistem pengendalian manajemen baik secara simultan dan parsial berpengaruh
positif terhadap kinerja perusahaan dengan besarnya pengaruh 91%.

2.3 Kerangka Pikiran


Kerangka penelitian ini digunakan untuk mempermudah jalan pemikiran
terhadap permasalahan yang dibahas. Adapun kerangka pemikiran penelitian
ini digambarkan pada model berikut ini:

Gambar 2.1

Kerangka pikiran

Sistem Pengendalian
Manajemen
Struktur
Pengendalian
Manajemen (X1)
Kinerja Manajerial (Y)
2.4 Hipotesis Penelitian
2.4.1 Pengaruh Penerapan Struktur Pengendalian Manajemen Terhadap Kinerja
Manajerial.
Menurut Gibson et al (1996:127) kinerja perusahaan merupakan
suatu tingkatan keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, kinerja itu sendiri dapat
dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai
dengan baik. Untuk mencapai tujuan ini maka dibutuhkan suatu sistem
pengendalian manajemen yang memadai. Salah satu unsur penting dalam
sistem pengendalian manajemen adalah struktur pengendalian manajemen.
Tujuan adanya struktur pengendalian manajemen yaitu dapat memberi
atau meminta tanggung jawab terhadap manajer pusat
pertanggungjawaban sesuai dengan karakteristik yang dimiliki. Karena
jika kinerja suatu perusahaan baik maka akan berpengaruh juga terhadap
lingkungan, baik karyawan maupun pengunjung.
Penelitian yang dilakukan Chinthia R.N (2013:95) menyimpulkan
bahwa struktur pengendalian manajemen berpengaruh positif terhadap
kinerja manajerial. Hal ini sesuai dengan penelitiannya Akram (1994:88)
dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada korelasi positif antara
struktur pengendalian manajemen dengan prestasi manajer pusat
pertanggungjawaban. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji kembali
hubungan Penerapan struktur pengendalian manajemen pada pusat
pendapatan dan pusat biaya terhadap kinerja manajerial.
Berdasarkan identifikasi masalah, sebagai jawaban sementara dari
permasalahan yang telah dikemukakan diatas yang mengacu kepada kajian
teori dan kerangka konseptual, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H1 : Apakah ada pengaruh penerapan struktur pengendalian
manajemen terhadap kinerja manajerial.
2.4.2 Pengaruh Penerapan Proses Pengendalian Manajemen Terhadap Kinerja
Manajerial
Sistem pengendalian manajemen merupakan alat atau cara
terstruktur yang digunakan oleh manajer untuk memastikan bahwa orang-
orang yang diawasinya mengimplementasikan strategi yang dimaksud.
Salah satu unsur penting dalam sistem pengendalian manajemen adalah
proses pengendalian manajemen. Proses pengendalian manajemen sangat
berhubungan erat dengan kinerja perusahaan karena proses pengendalian
manajemen merupakan seperangkat tindakan yang dilakukan untuk
memastikan bahwa organisasi bekerja sesuai dengan tujuan yang
melibatkan interaksi dalam sebuah organisasi, dimana proses ini dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan karena proses ini meliputi perencanaan
strategis, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan evaluasi kinerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Chinthia R.N (2013:95)
menyimpulkan bahwa sistem pengendalian manajemen berpengaruh
positif dengan prestasi kerja manajer pusat pertanggungjawaban. Terdapat
korelasi positif antara proses pengendalian manajemen dengan prestasi
manajer pusat pertanggungjawaban. Hal ini serupa dengan penelitian yang
dilakukan Animah (2002:87) yang menyimpulkan bahwa struktur
pengendalian manajemen berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
melalui proses pengendalian manajemen.
Berdasarkan identifikasi masalah, sebagai jawaban sementara dari
permasalahan yang telah dikemukakan diatas yang mengacu kepada kajian
teori dan kerangka konseptual, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H2 : Apakah ada pengaruh penerapan proses pengendalian
manajemen terhadap kinerja manajerial.

Anda mungkin juga menyukai