PROPOSAL
Diajukan Oleh:
DYAH KELASWORO
NPM : 08.0102.0051
B. Rumusan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian ini, maka rumusan
penelitian ini adalah:
1. Apakah lingkungan organisasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi?
2. Apakah lingkungan organisasi berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan
dalam pencapaian kinerja organisasi?
3. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja organisasi?
4. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja organisasi
melalui budaya organisasi?
5. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja organisasi
melalui strategi organisasi?
6. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja organisasi
melalui sistem akuntansi manajemen organisasi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan organisasi terhadap kinerja
organisasi.
2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan organisasi terhadap gaya
kepemimpinan dalam pencapaian kinerja organisasi.
3. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja
organisasi.
4. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja
organisasi melalui budaya organisasi.
5. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja
organisasi melalui strategi organisasi.
6. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja
organisasi melalui sistem akuntansi manajemen organisasi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi Teori
Memberikan bukti empiris tentang hubungan contingent antara lingkungan
organsiasi dan gaya kepemimpinan dan kinerja perusahaan, baik secara
langsung maupun secara tidak langsung melalui variabel kontekstual, yaitu:
budaya, strategi, dan sistem akuntansi manajemen organisasi.
2. Bagi Praktik
Memberikan kontribusi bagi pimpinan perusahaan dalam upaya
meningkatkan kinerja organisasi perusahaan.
E. Tinjauan Pustaka
1. Teori Kontijensi
Menurut Robbins (2006: 169) bahwasanya teori kontijensi terdiri
dari:
a. Model Fiedler
Model pertama kontijensi yang menyeluruh tentang kepemimpinan
telah dikembangkan oleh Fred Fiedler. Model ini menyatakan bahwa kinerja
kelompok yang tergantung pada pasangan yang cocok antara gaya
pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya dan tingkatan dimana
keadaan memberi pengaruh serta kendali terhadap pemimpin.
b. Teori Path Goal
Merupakan suatu model kontijensi kepemimpinan dimana tugas
pemimpin untuk membantu anggotanya dalam mencapai tujuan mereka dan
untuk memberi arah dan dukungan atau keduanya yang dibutuhkan untuk
menjamin tujuan mereka sesuaii dengan tujuan kelompok atau organisasi
secara keseluruhan. Menurut Teori Path-Goal, suatu perilaku pemimpin
dapat diterima oleh bawahan pada tingkatan yang ditinjau oleh mereka
sebagai sebuah sumber kepuasan saat itu atau masa mendatang.
c. Model Leader-Participation
Teori ini dikaitkan dengan prilaku dan peran serta kepemimpinan
dalam pembuatan keputusan. Menyadari bahwa struktur tugas memiliki
unit-unit bervariasi terhadap aktivitas rutin dan non rutin. Dijelaskan
bahwasanya prilaku pemimpin harus disesuaikan untuk memahami struktur
tugas.
2. Lingkungan Organisasi
Lingkungan organisasi perusahaan terdiri dari lingkungan eksternal
dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal terdiri dari unsur-unsur di
luar perusahaan yang sebagian besar tak dapat dikendalikan dan
berpengaruh dalam pembuatan keputusan oleh manajer (Handoko, 2003:
62), sedangkan lingkungan internal adalah kejadian dan kecendrungan
dalam suatu organisasi yang mempengaruhi manajemen, karyawan, dan
budaya organisasi. Jika dibandingkan dengan lingkungan eksternal
perusahaan, lingkungan internal perusahaan lebih dapat dikendalikan
(Bowo, 2008).
3. Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi suatu
kelompok kearah tercapainya suatu tujuan. Kepemimpinan adalah pribadi
yang dijalankan dalam situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses
komunikasi ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu.
Kepemimpinan menyangkut proses pengaruh sosial yang disengaja
dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas
dan pengaruh didalam kelompok atau organisasi (Robbins, 2006).
Menurut Tjiptono (2006: 161) gaya kepemimpinan adalah suatu cara
yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Gaya
kepemimpinan adalah perilaku atau car yang dipilih dan dipergunakan
pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para
anggota organisasi bawahannya (Nawawi, 2003: 115).
Gaya kepemimpinan merupakan perilaku manajer dalam berinteraksi
dengan lingkungan organisasi misalnya dengan bawahan, atasan (Nor,
2007). Sistem pengendalian non formal dapat dibagi menjadi dua yaitu
social control dan self control. Gaya kepemimpinan dapat menjadi solusi
untuk menghadapi masalah yang muncul dalam lingkungan organisasional
yang kondusif untuk meningkatkan kinerja dan kepuasan yang tinggi
terletak pada pola hubungan sosial yang dikenal dengan gaya
kepemimpinan.
Kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: gaya
kepemimpinan transformasional dan gaya kepemimpinan transaksional
(Robbins, 2006).
a. Karakteristik kepemimpinan transaksional
1) Penghargaan bersyarat (contingent reward), pertukaran kontrak
imbalan antara pemimpin dan bawahan untuk usaha yang dilakukan
oleh bawahannya, pemimpin menjanjikan imbalan untuk kinerja
yang baik, serta pengakuan atas hasil kerja. Melalui janji
pemberian imbalan tertentu diharapkan bawahan mau melakukan
kegiatan meningkatkan kinerja bawahan.
2) Manajemen dengan eksepsi-aktif (Management by Exception
(active)), pemimpin melihat dan mencari penyimpangan dari aturan
dan standar kerja, serta mengambil tindakan koreksi. Pemimpin
selalu memantau setiap aktivitas yang dilakukan oleh bawahan
melalui tindakan proaktif.
3) Manajemen dengan eksepsi-pasif (Management by Exception
(passive)), pemimpin akan melakukan intervensi hanya jika standar
kerja tidak dipenuhi. Dalam hal ini pemimpin hanya akan
mengambil tindakan jika telah terjadi penyimpangan terhadap
standar yang telah ditentukan atau melakukan tindakan yang
bersifat reaktif.
4) Lepas kendali (Laissez-faire)-pemimpin menghindari pengambilan
keputusan. Pada hakekatnya pemimpin membiarkan bawahan
bekerja sesukanya. Pemimpin hanya mempunyai tugas representatif
organisasi yang berhubungan dengan dunia luar.
b. Karakteristik kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasional merupakan proses
mempengaruhi perubahan dalam sikap, asumsi anggota organisasi dan
membangun komitmen untuk misi organisasi, tujuan dan strategi.
Seorang pemimpin dapat melakukan transformasi pada bawahan
melalui (1) membuat kesadaran tentang arti penting dan nilai dari
outcome tugasnya, (2) mempengaruhi mereka untuk meningkatkan
perhatian demi kepentingan organisasi atau tim, (3) mengaktifkan
kebutuhan yang lebih tinggi, oleh kearena itu kepemimpinan
transformasional ditunjukkan dengan karakteristik perilaku pemimpin
seperti tertera di bawah ini (Robbins, 2006):
1) Pengaruh idealis (idealized influence/charisma), kepemimpinan
terjadi melalui kombinasi faktor yang dapat diungkapkan melalui
kata seperti visi, komunikasi, simbol dan kharisma. Pemimpin
menyediakan kesadaran pada visi dan perasaan pada misi,
kebanggaan, menaruh perhatian dan rasa saling percaya pada para
bawahannya.
2) Motivasi Inspirasional (inspirational motivation), pemimpin
mengkomunikasikan harapan-harapan yang tinggi, penggunaan
simbol untuk memusatkan usaha, mengekspresikan tujuan penting
melalui cara yang sederhana. Pemimpin berusaha memberikan
motivasi dan inspirasi dengan memberikan arti atau makna dan
tantangan bagi para bawahannya. Perilaku pemimpin yang
inspirasional akan meningkatkan kepercayaan bawahan dan
kemampuan untuk mencapai tujuan organisasi, serta memberikan
visi sebagai penciptaan citra dari pernyataan organisasi di masa
depan yang dapat menjadi sebuah pedoman melakukan strategi,
keputusan dan perilaku.
3) Rangsangan intelek (intellectual stimulation), pemimpin
mempromosikan intelejensia, rasionalitas dan penyelesaian
masalah secara hati-hati kepada para bawahannya. Pemimpin
merangsang intelek bawahannya melalui proses kreatif
penyelesaian masalah, memberi semangat untuk keluar dari
pekerjaan rutin, serta merangsang jalan keluar yang inovatif.
4) Konsiderasi individual (individualized consideration), pemimpin
memberi perhatian secara personal, menjamu tiap karyawan secara
individual, melatih dan memberi nasehat atau saran. Konsiderasi
individual memiliki tiga orientasi utama, yaitu orientasi
pengembangan pengikut, orientasi perhatian individu dan
mentoring. Konsiderasi individual dapat dilakukan melalui
perilaku: (a) mengekspresikan penghargaan untuk setiap pekerjaan
yang dilakukan dengan baik, (b) mengkritik secara konstruktif, (c)
menugaskan pekerjaan khusus sehingga meningkatkan kepercayaan
diri bawahan, (d) menggunakan bakat khusus, dan (e) memberi
kesempatan belajar.
4. Budaya Organisasi
Budaya organisasi didefinisikan sebagai suatu kerangka kerja
kognitif yang memuat sikap-sikap, nilai-nilai, norma-norma dan
pengharapan-pengharapan bersama yang dimiliki oleh anggota-anggota
organisasi (Greenberg dan Baron, 2000). Budaya organisasi adalah sistem
makna, nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut bersama dalam suatu
organisasi yang menjadi rujukan untuk bertindak dan membedakan
organisasi satu dengan organisasi lain. Budaya organisasi selanjutnya
menjadi identitas atau karakter utama organisasi yang dipelihara dan
dipertahankan. Suatu budaya yang kuat merupakan perangkat yang sangat
bermanfaat untuk mengarahkan perilaku, karena membantu karyawan untuk
melakukan pekerjaan yang lebih baik sehingga setiap karyawan pada awal
karirnya perlu memahami budaya dan bagaimana budaya tersebut
terimplementasikan (Mas’ud, 2004).
Robins (2006) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan
suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi
yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain. Budaya
organisasi adalah suatu sistem nilai yang diperoleh dan dikembangkan oleh
organisasi dan pola kebiasaan dan falsafah dasar pendirinya, yang terbentuk
menjadi aturan yang digunakan sebagai pedoman dalam berfikir dan
bertindak dalam mencapai tujuan organisasi. Budaya yang tumbuh menjadi
kuat mampu memacu organisasi ke arah perkembangan yang lebih baik.
Sistem nilai tersebut dibangun oleh 7 karakteristik sebagai sari (essence)
dari budaya organisasi, 7 karakteristik adalah:
a. Inovasi dan pengambilan risiko (Innovation and risk taking). Tingkatan
dimana para karyawan terdorong untuk berinovasi dan mengambil
risiko.
b. Perhatian yang rinci (Attention to detail). Suatu tingkatan dimana para
karyawan diharapkan memperlihatkan kecermatan (precision), analisis
dan perhatian kepada rincian.
c. Orientasi hasil (Outcome orientation). Tingkatan dimana manajemen
memusatkan perhatian pada hasil bukannya pada teknik dan proses
yang digunakan untuk mencapai hasil.
d. Orientasi pada manusia (People orientation). Suatu tingkatan dimana
keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil – hasil pada orang–
orang anggota organisasi itu.
e. Orientasi tim (Team orientation). Suatu tingkatan dimana kegiatan kerja
diorganisir di sekitar tim-tim, bukannya individu-individu.
f. Keagresifan (Aggressiveness). Suatu tingkatan dimana orang-orang
(anggota organisasi) itu memiliki sifat agresif dan kompetitif dan
bukannya santai-santai.
g. Stabilitas (Stability). Suatu tingkatan dimana kegiatan organisasi
menekankan di pertahankannya status quo daripada pertumbuhan.
Lebih lanjut Robins (2006), mengatakan perubahan budaya dapat
dilakukan dengan : (1) menjadikan perilaku manajemen sebagai model, (2)
menciptakan sejarah baru, simbol dan kebiasaan serta keyakinan sesuai
dengan budaya yang diinginkan, (3) menyeleksi, mempromosikan dan
mendukung pegawai, (4) menentukan kembali proses sosialisasi untuk nilai-
nilai yang baru, (5) mengubah sistem penghargaan dengan nilai-nilai baru,
(6) menggantikan norma yang tidak tertulis dengan aturan formal atau
tertulis, (7) mengacak sub budaya melalui rotasi jabatan, dan (8)
meningkatkan kerja sama kelompok.
5. Strategi Organisasi
Strategi organisasi adalah rencana besar dan penting yang tidak
berjangka waktu tertentu yang merupakan arah yang digunakan oleh
manajemen organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (Supriyono, 2000:
145). Menurut Wibisono (2006) strategi organisasi merupakan pola atau
rencana yang mengintegrasikan tujuan utama atau kebijakan perusahaan
dengan rangkaian tindakan dalam pernyataan yang saling mengikat. Strategi
merupakan alat untuk melakukan adaptasi dan merupakan penentu kunci
kinerja perusahaan, (Kusmadiyah dan Kartawan).
Menurut Supriyono (2000: 149-150) strategi yang disusun dengan
baik mempunyai manfaat untuk
a. Mengantisipasikan kekuatan dan kelemahan organisasi dalam lingkungan
yang berubah-ubah secara cepat dan rumit.
b. Memberikan arah pada para manajer dan karyawan mengenai cara-cara
untuk mencapai tujuan organisasi di masa depan.
c. Mendorong proses manajemen sesuai dengan lingkungan yang berubah
cepat dan rumit.
d. Mendorong efektivitas organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya.
Strategi adaptif merupakan pendekatan yang didasarkan pada
keberhasilan organisasi dalam beradaptasi dengan lingkungan persaingan
yang tidak pasti. Karakteristik strategi bersaing dapat dibagi menjadi empat
jenis strategi (Kuncoro, 2005: 88)yaitu
a. Strategi prospektor (prospector)
Yaitu strategi yang mengutamakan pada keberhasilan organisasi
dalam berinovasi, selalu menciptakan produk baru dan kesempatan
pasar yang baru. Perusahaan yang menganut strategi prospektor akan
selalu berinovasi, berkembang dan melakukan penelitian pada produk
dan jasa baru yang dapat diciptakan untuk mengikuti perubahan
lingkungan.
b. Strategi bertahan (defender)
Perusahaan dengan strategi bertahan biasanya mementingkan
stabilitas pasar yang menjadi targetnya. perusahaan dengan strategi ini
hanya memiliki sedikit lini produk dengan segmen pasar yang sempit.
Hal ini dikarenakan perusahaan memilih untuk mempertahankan pasar
dibandingkan dengan memperluasnya dengan lingkup pasar yang kecil,
perusahaan dengan strategi ini akan merasa lebih fokus untuk bisa
mempertahankan pasarnya dari serangan pesaing dari luar sehingga
mereka mempersulit pesaing yang akan masuk ke pasar yang sudah
dikuasainya. Perusahaan dengan strategi bertahan dapat terus sukses
mempertahankan strategi ini selama teknologi dan konsep lini produk
yang sempit mereka pakai itu masih kompetitif.
c. Strategi penganalisis (analyzer)
Yaitu merupakan strategi analisis dan imitasi. Organisasi yang
mengutamakan strategi ini akan menganalisis ide bisnis baru sebelum
organisasi memasuki bisnis tersebut. Para penganalisis akan
memperhatikan dan meniru ide yang dilakukan yang berhasil dalam
menjalankan bisnis tertentu. Setelah menganalisis dan merasa yakin
bahwa orgnisasinya dapat menjalankan ide tersebut, barulah perusahaan
dengan strategi analyzer ini terjun ke dalam bisnis tersebut.
d. Strategi reaktor (reactor)
Yaitu organisasi yang bereaksi terhadap perubahan lingkungan
dan membuat suatu perubahan hanya apabila terdapat tekanan dari
lingkungannya yang memaksa organisasi tersebut untuk berubah.
Akibatnya, tidak jarang mereka tidak dapat memenuhi tuntutan untuk
beradaptasi dikarenakan ketidakpastian mereka, baik karena masalah
sumber daya ataupun kapabilitas perusahaan.
Strategi generik yang berbeda pada level bisnis di bagi menjadi tiga
antara lain strategi kepemimpinan biaya (cost leadership),yaitu strategi yang
digunakan organisasi apabila organisasi ingin menjadi pemimpin pasar
berbasis biaya rendah dengan basis pelanggan yang luas; strategi
diferensiasi (differentiation), yaitu strategi yang digunakan organisasi
(perusahaan) yang ingin bersaing dengan pesaingnya dalam hal keunikan
produk dan jasa yang ditawarkan; dan strategi fokus, yaitu strategi yang
digunakan organisasi (perusahaan) apabila perusahaan melayani kebutuhan
spesifik keruk pasar. Perusahaan dapat memilih strategi fokus berbasis biaya
atau diferensiasi. Strategi ini mengkonsentrasikan diri pada pangsa pasar
yang lebih kecil dengan maksud untuk menghindarkan diri dari konfrontasi
langsung dengan para pesaing (Kuncoro, 2005; 90-97)
6. Sistem Akuntansi Manajemen
Sistem akuntansi manajemen adalah sistem informasi yang
mengumpulkan data operasional dan finansial, memprosesnya,
menyimpannya dan melaporkan kepada pengguna. Produk yang dihasilkan
oleh sistem akuntansi manajemen adalah informasi akuntansi manajemen
(Atkinson et al., 2009).
Perusahaan mendesain sistem akuntansi manajemen adalah
membantu organisasi yang bersangkutan melalui para manajernya, yaitu
dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengambilan
keputusan. Untuk membantu aktivitasnya, para manajer membutuhkan
dukungan informasi. Sistem akuntansi manajemen (SAM) merupakan
sistem formal yang dirancang untuk menyediakan informasi bagi manajer.
Perencanaan SAM yang merupakan bagian dari sistem pengendalian
organisasi perlu mendapat perhatian, hingga dapat diharapkan akan
memberikan kontribusi positif dalam mendukung keberhasilan sistem
pengendalian manajemen. SAM dapat membantu manajer dalam
pengendalian aktivitas sehingga diharapkan dapat membantu perusahaan
dalam pencapaian tujuan (Atkinson et al., 2009).
Pada dasarnya dimensi SAM terdiri dari karateristik informasi
"broad scope, dan aggregation". Deskripsi dari kedua karakteristik
informasi SAM tersebut adalah sebagai berikut Syam dan Maryasih, 2006):
a. Informasi SAM broad scope (cakupan yang luas) meliputi informasi
yang berhubungan dengan ekonomi (seperti total penjualan, pangsa
pasar serta gross national product) dan bukan ekonomi (kemajuan
teknologi, perubahan sosial, perkembangan demografi), kuantitatif dan
bukan kuantitatif, yang berkaitan dengan lingkungan internal serta
eksternal organisasi dan menyediakan informasi yang berkenaan
dengan prediksi tentang kemungkinan terjadinya peristiwa yang di
waktu yang akan datang. informasi broad scope ini meliputi dimensi
fokus, ufuk waktu (time horizon) serta penghitungan (quantification).
b. Informasi SAM aggregation (pengumpulan) adalah informasi yang
berkenaan dengan model-model membuat keputusan formal dan model
analitikal yang disediakan menurut areal operasional organisasi dan
pemasarannya atau areal fungsional dari unit operasional tertentu. Hal
ini harus konsisten dengan model keputusan formal yang digunakan
oleh organisasi. Informasi ini dapat mengurangi atau menghemat waktu
yang diperlukan untuk mengambil sesuatu keputusan oleh karena
informasi telah dikumpulkan dan disusun menurut areal fungsional atau
menurut jangak waktu yang berbeda.
7. Kinerja Organisasi
Robbins (2006), mengatakan kinerja merupakan suatu hasil yang
dicapai oleh pekerja dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang
berlaku untuk suatu pekerjaan. Kinerja adalah keberhasilan personel, tim
atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah
ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan (Mulyadi, 2007:
337). Menurut Budiwibowo dan Ikhsan (2003) kinerja merupakan suatu
hasil yang telah dicapai oleh perusahaan, dan merupakan sebuah proses
berkesinambungan yang melibatkan sumber daya manusia untuk mencapai
hasil yang diinginkan.
Faktor keberhasilan dari suatu perusahaan meliputi ukuran yang
bersifat finansial seperti laba dan bersifat non finansial seperti
pengembangan produk baru, kualitas produk dan kepuasan pelanggan.
Hanya melalui keberhasilan pada faktor sukses ini perusahaan dapat
mempertahankan keunggulan kompetitif strateginya. Kinerja merupakan
jantung dari keunggulan bersaing dan pengimplemntasian strategi
perusahaan untuk beradaptasi dengan lingkungan (Kusmadiyah dan
Kartawan). Kinerja organisasi tercapai apabila organisasi secara
keseluruhan telah mencapai sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi
tersebut.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian Yuliana (2011) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan
berpengaruh terhadap budaya organisasi, budaya organisasi berpengaruh
terhadap strategi organisasi, strategi organisasi berpengaruh terhadap sistem
akuntansi manajemen organisasi, dan sistem akuntansi manajemen organisasi
berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Gaya kepemimpinan tidak berpengaruh
langsung terhadap sistem akuntansi manajemen, tetapi sistem akuntansi
manajemen berpengaruh langsung terhadap kinerja organisasi. Tidak terciptanya
kesesuaian (fit) antara gaya kepemimpinan dan sistem akuntansi manajemen
disebabkan oleh adanya variabel lain sebagai variabel mediasi, yaitu strategi
organisasi.
Hasil penelitian Kusmayadi dan Kartawan (2009) menunjukkan bahwa
penerapan akuntansi pertanggung-jawaban berpengaruh positif dan signifikan
terhadap implementasi strategi pada perusahaan industri manufaktur aneka
industri yang menjual saham ke publik (go public) di Bursa Efek Jakarta, (2)
penerapan akuntansi petanggungjawaban dan implemetasi strategi baik secara
parsial maupun simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
perusahaan pada perusahaan industri manufaktur aneka industri yang menjual
saham ke publik (go public) di Bursa Efek Jakarta.
Hasil penelitian Suaib (2008) menunjukkan bahwa kinerja karyawan
pengolahan data di Pemerintah Kabupaten Sorong, Papua dipengaruhi oleh
lingkungan, perilaku, struktur organsiasi dan implementasi sistem informasi
berbasis komputer, artinya peningkatan lingkungan, perilaku, struktur organisasi
serta implementasi sistem informasi berbasis komputer akan meningkatkan
kinerja karyawan. Pengaruh lingkungan kerja terhadap pencapaian kinerja
karyawan paling banyak ditemukan oleh kondisi positif berupa kesempatan yang
sama untuk dipromosikan dan adanya fasilitas kerja yang memadai.
Syam dan Maryasih (2006) meneliti terkait sistem akuntansi manajemen,
persepsi ketidakpastian lingkungan, desentralisasi dan kinerja organisasi.
Hasilnya menunjukkan bahwa sistem akuntansi manajemen berhubungan positif
dan signifikan dengan kinerja organisasi yang dimediasi oleh persepsi
ketidakpastian lingkungan dan desentralisasi.
G. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Lingkungan Organisasi terhadap Kinerja Organisasi
Lingkungan kerja merupakan alat perkakas yang akan berpengaruh
terhadap kinerja karyawan jika lingkungan yang ada di perusahaan itu baik.
Lingkungan kerja yang menyenangkan bagi karyawan melalui pengikatan
hubungan yang harmonis dengan atasan maupun bawahan, serta didukung
oleh sarana dan prasarana yang memadai yang ada di tempat bekerja akan
membawa dampak positif bagi karyawan, sehingga kinerja organisasi
meningkat (Handoko, 2003).
Lingkungan usaha yang selalu berubah membutuhkan pemimpin
yang berfungsi sebagai katalisator perubahan daripada manajer yang
menjalankan fungsi administrator, kontrol, dan inisiator (Kreitner dan
Kinicki, 2005). Hasil penelitian Suaib (2008) menunjukkan bahwa pengaruh
lingkungan kerja terhadap pencapaian kinerja karyawan paling banyak
ditemukan oleh kondisi positif berupa kesempatan yang sama untuk
dipromosikan dan adanya fasilitas kerja yang memadai.
H1 : Lingkungan organisasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi.
2. Pengaruh Lingkungan Organisasi terhadap Gaya Kepemimpinan
dalam Pencapaian Kinerja Organisasi
H. Model Penelitian
Gambar 1
Model Penelitian
Budaya
Organisasi
Lingkungan
Organisasi
Strategi Kinerja Organisasi
Organisasi
Gaya
Kepemimpinan
Sistem
Akuntansi
Manajemen
(SAM)
I. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data penelitian ini adalah data primer yang datanya diperoleh
secara langsung dari sumber aslinya. Data yang dibutuhkan dalam penelitian
ini adalah jawaban responden terhadap atribut atau faktor-faktor yang
diteliti yang meliputi pernyataan responden tentang lingkungan organisasi,
gaya kepemimpinan, budaya organisasi, strategi organisasi, sistem akuntansi
manajemen, dan kinerja organisasi.
2. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2010) bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan
b. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang dipergunakan oleh seorang
pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain (Thoha, 2005,
343). Variabel gaya kepemimpinan diukur dengan menggunakan
instrument yang dikembangkan oleh Ohio University yaitu LBDQ
(Leader Behavior Description Questioner) dalam Musyarofah (2003).
Instrumen ini terdiri dari 6 (enam) item pernyataan dengan
menggunakan skala likert 5 (lima) point yang menunjukkan (1) sangat
tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) setuju, (4) setuju sekali, (5) sangat
setuju sekali.
c. Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah nilai-nilai yang menjadi pegangan sumber
daya manusia dalam menjalankan kewajibannya dan juga perilakunya
dalam organisasi. Selain itu juga unsur yang mempengaruhi fungsi-
fungsi yang ada dalam organisasi, seperti: akuntansi, produksi,
pemasaran, personalia (Yuliana, 2010). Instrumen ini terdiri dari 16
pernyataan yang dikembangkan oleh Doise (2008) dalam Yuliana
(2010) dengan menggunakan skala likert 5 (lima) point yang
menunjukkan (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) setuju, (4)
setuju sekali, (5) sangat setuju sekali.
d. Strategi Organisasi
Strategi organisasi adalah aspek penting dari manajemen yang efektif
karena dapat menghasilkan kinerja yang superior melalui strategi
diferensiasi yang menekankan efektivitas dan strategi low cost yang
menekankan efisiensi (Yuliana, 2010). Instrumen ini terdiri dari 10
pernyataan yang dikembangan oleh Gani dan Jermias (2005) dalam
Yuliana (2010) dengan menggunakan skala likert 5 (lima) point yang
menunjukkan (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) setuju, (4)
setuju sekali, (5) sangat setuju sekali.
Atkinson, Anthony A., Rajiv D banker., Robert S Kaplan dan S. Mark Young. 2009.
Akuntansi Manajemen. Edisi Kelima Jilid 1. PT. Index, Jakarta.
Kreitner, Robert dan Angelo Kinicki. 2005. Perilaku Organisasi, Buku 1, Edisi
Kelima. Salemba Empat, Jakarta.
Syam, Fazli dan Lilis Maryasih. 2006. Sistem Akuntansi Manajemen, Persepsi
Ketidakpastian Lingkungan, Desentralisasi, dan Kinerja Organisasi (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Provinsi NAD). Simposium Nasional
Akuntansi 9, Padang, 23-26 Agustus 2006, Hal. 1-22.
Tjahjono, Gunawan dan Heru Kristanto. 2004. Analisis Pengaruh Potensi Insani
Perbankan dan Perilaku Kepemimpinan Gaya Transaksional dan Gaya
Transformasional. Telaah Bisnis. Vol. 5, No. 1, hal 49-52.