a.) Pelestarian, yang harus dilakukan terhadap berbagai sumberdaya budaya dan alam (cultural
and natural resources), terutama yang tidak tergantikan dan tidak terbalikka (irreversible).
b.) Pemanfaatan dan optimalisasi, yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dayaguna berbagai
aset yang masih belum termanfaatkan secara optimal.
c.) Pembangunan dan eksploitasi, yang dapat dilakukan terhadap bagian-bagian kawasan untuk
memperoleh keuntungan, baik dari sisi sosial budaya kemasyarakatan, maupun dari sisi
ekonomi-finansial.
Suatu zona adalah suatu kawasan yang memiliki kesamaan karakteristik fisik, biologi, ekologi,
dan ekonomi yang ditentukan berdasarkan kriteria tertentu untuk mengelompokkan kegiatan yang
bersifat sinergis dan memilahnya dari kegiatan yang bertentangan (Departemen Kelautan dan
Perikanan, 2003).
Konsep perencanaan tata ruang pesisir tidak dapat mengikuti sepenuhnya konsep daratan
karena karakteristik ekobiologis dan prinsip dasar yang berbeda. Secara garis besar wilayah pesisir
dipilah menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Kep.34/Men/2002 Tentang
Pedoman Umum Penataan Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Departemen Kelautan dan Perikanan,
2002):
a) Zona konservasi merupakn zona perlindungan yang didalamnya terdapat zona preservasi dan
penyangga dapat dimanfaatkan secara terbatas yang didasarkan atas pengaturan yang ketat
bagi pemanfaatan ruang.
b) Zona pemanfaatan (kawasan budidaya) merupakan zona pemanfaatan yang dapat dilakukan
secara intensif namun pertimbangan daya dukung lingkungan tetap merupakan syarat utama,
pada zona ini terdapat area-area yang merupakan zona perlindungan setempat seperti
sempadan sungai dan pantai.
c) Zona tertentu merupakan kawasan khusus untuk kegiatan pertahanan dan militer, kawasan
cepat berkembang serta alur laut.
1. Zona Intensif, yaitu suatu kawasan yang dirancang untuk dapat menerima kunjungan dan tingkat
kegiatan yang tinggi dengan memberikan ruang yang luas untuk kegiatan dan kenyamanan
pengunjung.
2. Zona Ekstensif, yaitu suatu kawasan yang dirancang untuk menerima kunjungan dan tingkat
kegiatan terbatas, untuk menjaga kualitas karakter sumber daya alam.
3. Zona Perlindungan, yaitu suatu kawasan yang dirancang untuk tidak menerima kunjungan dan
kegiatan pariwisata.
Perencanaan tata ruang dimulai dari kegiatan evaluasi ruang yang mengindentifikasi karakteristik
dan menilainya untuk keperluan tipe wilayah tertentu secara spasial, perencanaan pemusatan
kegiatan tertentu juga pengelompokkan wilayah tertentu untuk tujuan yang ditetapkan (Branch,
1998).
Salah satu konsep perencanaan zonasi dalam kawasan wisata bahari dapat dilihat sebagai berikut:
a) Tripartite Concept
1) Core Zone atau Main Zone, merupakan zona inti atau atraksi sebuah kawasan pariwisata
yang harus tetap terjaga dan memberi khas atau tema kawasan pariwisata tersebut.
Building rationya antara 10%-20% dari luas keseluruhan.
2) Buffer zone, merupakan zona penyangga berupa area natural yang berbentuk lanskap yang
berfungsi sebagai penyangga atau penyeimbang untuk aktifitas maupun fasilitas yang ada di
kawasan tersebut. Building rationya antara 60%-80% dari luas keseluruhan.
3) Service Zone atau Public Zone, merupakan zona pelayanan yang biasanya digunakan untuk
pengembangan fasilitas dan pelayanan untuk dikomersialkan. Building rationya 20% dari
luas keseluruhan.
b) Concept of Honey Pot
Konsep ini merupakan salah satu aplikasi dari Clustering concept yang mengkonsentrasikan
fasilitas, prasarana, dan aktifitas pengunjung pada suatu area.
satuan ruang Destinasi pariwisata yang direpresentasikan oleh keberadaan obyek dan atraksi
wisata dalam satu cluster atau lebih; akses atau koridor sirkulasi utama yang diwakili oleh
prasarana transportasi serta adanya linkages yang menghubungkan seluruh fungsi yang ada
7. satuan Tapak atau lokasi pariwisata
a) satuan table atau lokasi pariwisata merupakan satuan ruang Destinasi wisata there kecil di
mana obyek dan atraksi wisata berlokasi
b) satuan Tapak atau lokasi dapat memiliki fungsi nukleus yang bekerja pada faktor-faktor fisik,
ekologis, sosio-ekonomi, dan sosial budaya
c) daya tarik wisata adalah
1) segala sesuatu yang dapat menarik pengunjung untuk berwisata ke suatu tempat
tertentu
2) segala sumber daya yang telah ditentukan dan dikendalikan dan yang dikelola untuk
dinikmati, disenangi, menjadi tempat hiburan
secara luas hal ini diwakili oleh keindahan dan kekayaan alam; kondisi klimatologi Lansekap;
peninggalan sejarah dan agama; atraksi spesifik yang diselenggarakan secara Periodik dan
sebagainya
UU No. 27 Tahun 2007 merupakan UU Yang mengatur tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil di mana terdapat pengaturan menyangkut perencanaan, pemanfaatan, serta pengelolaan
sumberdaya pesisir, dan pulau-pulau kecil
UU No. 27 Tahun 2007 pasal I ayat (1) menyatakan bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil adalah suatu proses perencanaa, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian sumber daya
pesisir dan pulau-pulau kecil antar sektor, Dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Pasal 28 ayat (1) menyatakan bahwa konservasi wilayah pesisir dan pulau pulau kecil diselenggarakan
untuk menjaga kelestarian ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil untuk melindungi alur migrasi ikan
dan biota laut lain, melindungi habitat biota laut dan melindungi situs budaya tradisional
2. Peraturan menteri kelautan dan perikanan republik Indonesia No. 17 tahun 2008 Tentang
kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Pasal 3:
a) Konservasi wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil adalah upaya perlindungan kelestarian
dan pemanfaatan wilayah persisir dan pulau-pulau kecil serta ekosistem nya untuk
menjamin keberadaan dan Kesinambungan sumberdaya pesisir
b) kawasan konservasi adalah bagian wilayah pesisir dan pulau pulau kecil yang
mempunyai ciri khas tertentu sebagai suatu kesatuan ekosistem yang dilindungi dan
dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk mewujudkan pengelolaan pesisir
3. peraturan menteri kebudayaan dan pariwisata No. KM.67/UM.001/MKP/2004 Tentang
Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata di pulau-pulau kecil
prinsip pengembangan disebutkan penyelenggaraan pengembangan pariwisata di pulau
pulau kecil harus menggunakan prinsip berkelanjutan secara ekonomi yang memberikan
keuntungan dan kontribusi terhadap masyarakat lokal
arahan pengembangan sub-bab penataan ruangan disebutkan beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam penataan ruang:
a) pemerintah daerah harus menyusun dan menetapkan tata ruang pulau melalui proses
konsultasi dengan para pihak
b) penataan ruang kawasan harus didasarkan pada hasil kolaborasi antara masukan para
pihak dengan Perencana kawasan
c) penataan ruang harus memperhatikan aspek lingkungan termasuk konservasi
sumberdaya alam dan sensitivitas ekosistem serta aspek sosial budaya dan ekonomi
masyarakat
4. Peraturan Menreteri Dalam Negeri nomor 33 tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan
Ekowisata di daerah
Pasal 3:
prinsip pengembangan sebagaimana dalam pasal 3 meliputi:
a. kesesuaian antara jenis dan karakteristik ekowisata
b. konservasi, yaitu melindungi, mengawetkan, dan memanfaatkan Secara Lestari sumber daya
alam yang dapat digunakan untuk ekowisata
c. ekonomis, yaitu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan menjadi Penggerak
pembangunan ekonomi di Bilaya nya serta memastikan usaha ekowisata dapat
berkelanjutan
d. edukasi, yaitu mengandung unsur pendidikan untuk mengubah presepsi seseorang agar
memiliki Kepedulian terhadap Pelestarian lingkungan dan budaya
e. memberikan kepuasan dan pengalaman kepada pengunjung
f. partisipasi masyarakat yaitu berperan serta masyarakat dalam kegiatan pemanfaatan dan
pengendalian ekowisata dengan menghormati nilai nilai sosial budaya dan keagamaan
masyarakat disekitar kawasan
g. menampung kearifan lokal
5. rencana tata ruang wilayah Kabupaten Takalar tahun 2012-2032
a) rencana pengembangan kawasan pariwisata memperhatikan kawasan dan jenis wisata yang
dikembangkan terdiri dari:
1) kawasan wisata budaya dan religi
2) kawasan wisata alam berupa wisata pantai dan laut serta wisata pegunungan
3) Kawasan wisata buatan meliputi Suaka Margasatwa dan Taman Buru Ko’mara
b) arahan pengembangan kawasan strategis kabupaten (KSK) Pulau Tanakeke dan Pulau
Sandrobengi
1) Penyususnan RDTR dan peraturan Zonasi kawasan ekowisata
2) pengembangan dan pembangunan fasilitas Penunjang wisata
3) pengembangan dan pembangunan infrastruktur Penunjang termasuk mitigasi bencana
4) penyiapan dan pelibatan masyarakat dalam penetapan kawasan
5) pengembangan industri rakyat dan cendramata untuk mendukung kawasan ekowisata
6) Preservasi dan konservasi terumbu karang di sekitar kawasan
7) melaksanakan promosi wisata dalam dan luar negeri
8) melaksanakan even-even wisata baru berbasis maritim
9) pemeliharaan dan pengembangan kawasan
H. Studi Banding
1. konsep perencanaan wisata Mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali
A. Atraksi Wisata:
1) Treking Mangrove, Diawali dengan pemberian informasi pra-tour selama 30 menit di
dalam kelas. pengunjung diberikan informasi tentang arti, fungsi, jenis dan Ekologi
Mangrove yang dinyatakan dengan menggunakan video dan presentasi dari staf yang
bertugas di bagian ekowisata. di sepanjang jalur trekking pengunjung dapat melihat
berbagai jenis pohon Mangrove, kepiting, ikan, udang, burung dan lain lain
2) Memancing merupakan salah satu aktivitas untuk berinteraksi dengan alam yang sangat
menyenangkan di kawasan Mangrove Information Center (MIC) terdapat beberapa
tempat untuk memancing yang terletak di sepanjang jembatan kayu dan tempat
peristirahatan
3) Pengamatan Satwa, kegiatan pengamatan burung di awali dengan kegiatan lapangan
yaitu dengan melihat langsung burung burung yang ada di kawasan Mangrove
information center (MIC) selama dua jam, setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan di
dalam ruangannya untuk mendapatkan penjelasan yang lebih mendalam tentang
burung-burung yang baru saja dilihat
4) Perahu Kano ( canoeing) kegiatan ekowisata bermain kano dilakukan dengan
menelusuri aliran air yang menyerupai Sungai yang ada di kawasan Mangrove
Information Center (MIC)
5) Boating, waktunya sama dengan canoeingtetapi jarak yang dilakukan lebih jauh
6) penanaman pohon ditujukan kepada pengunjung yang mempunyai keperdulian tinggi
terhadap hutan Mangrove untuk menanam atau mengadopsi salah satu jenis pohon
Mangrove dan diberikan sertifikat pengadopsian Mangrove
B. Aksesibilitas
1) perahu motor moda yang digunakan untuk mengakses lokasi wisata
C. Akomodasi
1) Kios-kios Sovenir, Kios yang menjual barang barang khas obyek wisata berupa
kerajinan khas masyarakat, cinderamata, dll
2) Resting Hut, rest area Yang telah ada di Tahura Bali pada Floating dek fasilitas yang
disediakan adalah tempat untuk duduk bersantai melepas lelah
3) kios kios makanan dan minuman, tempat menjual kebutuhan wisatawan seperti
makanan dan minuman
4) Musolah merupakan tempat beribadah
5) Toilet sebagai sarana sanitasi bagi wisatawan untuk memenuhi kebutuhan MCK
6) gardu pandang merupakan menara pandang yang di Fang fungsikan untuk melihat
pemandangan di sekitar hutan Mangrove dengan ketinggian 10
7) dermaga kapal merupakan Dermaga tempat bersandar kapal pengunjung atau
wisatawan
8) Track kayu sepanjang 2,4 km dengan lebar 2 m yang terbuat dari kayu Ulin hitam
9) parkir merupakan tempat parkir kendaraan wisatawan ekowisata
D. Informasi
1) Track Map, menggambarkan rute tracking Mangrove beserta atraksi-atraksi yang
ada
2) papan larangan yang memberikan penjelasan mengenai hal hal yang tidak boleh
dilakukan di tempat wisata
3) papan informasi yang memberikan informasi tentang Mangrove maupun informasi
lain yang terkait dengan wisata Mangrove
E. Promosi
1) promosi media cetak melalui media cetak berupa poster pamflet dan se lebaran
wisata
2) promosi wisata melalui even-even khusus wisata
berdasarkan studi banding maka pengembangan dan perencanaan kawasan ekowisata Mangrove yang
kemudian dapat diterapkan di wilayah kepulauan Tanakeke adalah sebagai berikut:
1. Atraksi Wasata
atraksi wisata yang disesuaikan dengan karakteristik obyek wisata. Untuk ekowisata Mangrove
atraksi yang dapat dikembangkan berupa Jelajah dan menikmati Panorama serta pemancingan
2. Akomodasi
akomodasi disesuaikan dengan kebutuhan pengunjung yaitu kios Sovenir, restoran, tempat
ibadah, fasilitas Sanitasi, f loading dek, papan treking, gardu pandang, Dermaga kapal dan
ruang parkir
3. Aksesibilitas
aksesibilitas kawasan di Representasikan oleh mode dan prasarana transportasi, berupa jalan
Setapak, Dermaga, perahu wisata, perahu kano.