Berat badan berlebih (overweight) termasuk obesitas adalah keadaan dimana terjadinya akumulasi lemak berlebihan pada tubuh.1 Obesitas sudah menjadi masalah gizi dan kesehatan yang dihadapi masyarakat dunia, baik di negara maju maupun berkembang. Kejadian overweight dan obesitas adalah faktor resiko utama dari penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular (biasanya penyakit jantung dan stroke), diabetes, penyakit tulang (seperti osteoarthritis), dan beberapa jenis kanker (termasuk payudara, ovarium, prostat, kandung kemih, hati, dan usus besar)1,2 Pada beberapa tahun terakhir, prevalensi kejadian obesitas meningkat dan telah menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Di dunia, setiap tahunnya sudah 2,8 juta meninggal terkait dengan peningkatan berat badan dan obesitas dimana 300.000 terjadi di Amerika Serikat dan 350.000 di Asia Tenggara.3,2 Berdasarkan data dari Noncommunicable Disease in South-East Asia Region tahun 2008 prevalensi individu yang memiliki IMT ≥ 25 kg/m2 mengalami peningkatan di beberapa negara dan di Indonesia persentasinya mencapai 16% pada laki-laki dan 25% pada perempuan.3 Data yang di ambil Riskesdes 2007 juga meperlihatkan bahwa prevalensi obesitas pada orang dewasa di Sumatera Barat adalah sebesar 10,4% pada laki-laki dan 21,2% pada perempuan.4 Kejadian obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan antara asupan makanan dan akitvitas, dan peningkatan kejadian obesitas juga diakibatkan oleh perubahan perilaku yang disebabkan oleh globalisasi.5 Faktor dalam globalisasi yang memegang peran penting dalam hal ini adalah kemajuan teknologi yang berakibat mengakibatkan pola hidup kurang aktif, globalisasi produksi makanan, pemasaran, dan teknik distribusi, ekspansi media massa, dan faktor lainnya.5,6 Terjadi pergeseran pola konsumsi gizi yang dapat ditemukan dari meningkatnya konsumsi daging, produk susu, garam dan gula serta penurunan konsumsi sereal dan kacang-kacangan.6 Kejadian obesitas dan beberapa penyakit tidak menular lainnya berkaitan dengan keaadan ini.7 Ketidakseimbangan antara berat badan dan tinggi badan pada obesitas disebabkan oleh jumlah jaringan lemak tubuh yang berlebihan yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan, namun karena mengalami gangguan atau kerusakan maka lemak terakumulasi dilapisan viseral.8 Terdapat dua macam obesitas yaitu obesitas umum dan obesitas sentral/abdominal hal ini dapat diketahui melalui indikator IMT ≥ 25 kg/m2 (9) atau ≥ 30 kg/m2 (menurut WHO), sedangkan obesitas sentral/abdominal dapat diketahui melalui rasio lingkar 1,9,10,11 pinggang dan panggul (RLPP). Di Asia termasuk di Indonesia, batasan RLPP pada laki-laki adalah >0,90 dan pada perempuan adalah >0,85.12 Obesitas sentral memilki hubungan yang sangat erat dengan terjadinya sindroma metabolik yang salah satu tandanya adalah peningkatan kolesterol.11,12 Obesitas merupakan masalah kesehatan yang kejadian dan prevalensinya terus meningkat, bersama dengan beberapa penyakit penyerta yang terkait dengannya, seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia, aterosklerosis, gagal ginjal, dan respon inflamasi.13 Komponen dislipidemia termasuk tingginya kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan rendahnya kadar HDL memiliki peran utama dalam peningkatan aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular. Salah satu indikator yang menentukan resiko terjadinya penyakit kardiovaskular adalah kadar kolesterol total. Umumnya, hiperkolesterolemia atau peningkatan kadar kolesterol total tidak menimbulkan gejala, sehingga pemeriksaan untuk pencegahan dan pemeriksaan rutin kadar kolesterol total sangat diperlukan sebagai tindakan pencegahan bagi orang yang beresiko tinggi.14 Peningkatan kadar kolesterol yang merupakan faktor resiko terhadap penyakit jantung dan stroke memiliki angka kematian sebesar 15,2 juta.15 Angka kematian tertinggi sekitar 54% terjadi di Eropa, kemudian di Amerika 48%. Wilayah Afrika dan Asia Tenggara menunjukkan 22,6% untuk Afrika dan 29% untuk Asia Tenggara.1,15
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum 1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat penelitian
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indeks Massa Tubuh 2.1.1 Definisi Indeks massa tubuh (IMT) adalah sebuah pengukuran sederhana yang digunakan untuk menentukan status gizi dari orang dewasa. Sebelum disebut indeks masa tubuh, IMT disebut dengan Indek Quatelet10. IMT juga diartikan sebagai pembagian dari berat seseorang dalam kilogram (kg) dengan kuadrat tinggi orang tersebut dalam meter kuadrat (m2).10,16 Indeks massa tubuh sudah banyak digunakan dalam skrining, diagnosis, dan klasifikasi dari overweight dan obesitas.16 IMT biasanya berkaitan erat dengan efek penumpukan lemak, namun IMT tidak dapat menunjukkan sejauh mana kelebihan timbunan lemak dapat menyebabkan gangguan fungsi sel-sel lemak yang berujung pada gangguan metabolisme.10,16 IMT terkadang dapat mengklasifikasikan seseorang kepada klasifikasi yang tidak tepat, misalnya akibat dari peningkatan massa otot.9 Klasifikasi IMT untuk populasi Asia- Pasifik telah ditentukan oleh World Health Organization seperti terlihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Klasifikasi IMT untuk populasi Asia-Pasifik menurut WHO9 Klasifikasi IMT (kg/m2) Berat Badan Kurang <18,5 Normal 18,5-22,9 Berat Badan Lebih 23-24,9 Obesitas I 25-29,9 Obesitas II >30
2.2. Kolesterol (C27H45OH)
2.2.1 Definisi Kolesterol adalah lipid amfipatik utama dalam pengaturan permeabilitas dan fluiditas membran plasma dan sebagai lapisan luar lipoprotein plasma. Kolesterol merupakan senyawa prekursor dari steroid lainnya di dalam tubuh, termasuk kortikosteroid, hormon seks, asam empedu, dan vitamin D.17,18 Lebih dari separuh kolesterol di tubuh disintesis dari jaringan (sekitar 700 mg/hari) di sisanya didapatkan dari asupan makanan.18 Dalam proses patologis, kolesterol mempunyai peran utama sebagai faktor pembentuk aterosklerosis arteri-arteri vital, yang dapat menyebabkan penyakit pembuluh darah perifer, koroner, dan serebrovaskular.18 2.2.2 Pembentukan Kolesterol Hampir seluruh jaringan yang mengandung sel berinti dapat mensintesis kolesterol, terutama di hepar dan usus yang menyumbang 10% dari seluruh jumlah yang disintesis.18,19 Kolesterol disintesis dari Asetil-KoA dengan 4 enzim kunci yang meregulasi proses sintesis tersebut.17 Biosintesis kolesterol dibagi menjadi 5 tahap, yaitu:17,18 1. Mevalonat yang berupa senyawa enam-karbon, disintesis dari asetil- KoA. HMG-KoA (3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA) dibentuk melalui reaksi-reaksi yang digunakan di mitokondria untuk membentuk badan keton. Namun karena sintesis kolesterol berlangsung di luar mitokondria, kedua jalur ini berbeda. Pada awalnya, dua molekul asetil-KoA bersatu membentuk asetoasetil-KoA yang dikatalisasi oleh tiolase sitosol. Asetoasetil-KoA mengalami kondensasi molekul asetoasetil-KoA lainnya yang dikatalisasi oleh HMG-KoA sintase untuk membentuk HMG-KoA yang direduksi menjadi mevalonat oleh NADDPH dan dikatalisis oleh HMG-KoA reduktase. 2. Unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat dengan melalui pelepasan CO2.. Mevalonat mengalami fosforilasi secara sekuensial oleh ATP dengan tiga kinase, dan setelah dekarbosilasi terbentuk unit isoprenoid aktif, isopentenil difosfat. 3. Enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk skualen. Isopentenil difosfat mengalami isomerisasi melalui pergeseran ikatan rangkap untuk membentuk dimetilalil difosfat, yang kemudian bergabung dengan molekul lain isopentenil difosfat untuk membentuk zat antara sepuluh-karbon geranil difosfat. Kondensasi lebih lanjut dengan isopentenil difosfat membentuk farnesil difosfat. Dua molekul farnesil difosfat bergabung di ujung difosfat untuk membentuk skualen. Pada awalnya, pirofosfat anorganik dieliminasi, yang membentuk praskualen difosfat, yang kemudian mengalami reduksi oleh NADPH disertai eliminasi satu molekul pirofosfat anorganik lainnya. 4. Skualen mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk, yaitu lanosterol. Skualen dapat melipat membentuk struktur yang sangat mirip dengan inti steroid. Sebelum terjadi penutupan cincin, skualen diubah menjadi skualen 2,3-epoksida oleh oksidase berfungsi-campuran, skualen epoksidase, di retikulum endoplasma. Gugus metil di C14 dipindahkan C13 dan yang ada di C8 ke C14 sewaktu terjadi siklasi, dikatalisis oleh oksidoskualen-lanosterol siklase. 5. Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melewati beberapa tahap lebih lanjut, termasuk pelepasan tiga gugus metal. Pembentukan kolesterol dari lanosterol berlangsung di retikulum endoplasma dan melibatkan pertukaran-pertukan di inti steroid dan rantai samping. Gugus metil di C14 dan C4 dikeluarkan dan membentuk 14-desmetil lanosterol dan kemudian zimosterol. Ikatan rangkap di C8 –C9 kemudian dipindahkan ke C5 –C6 dalam dua langkah, yang memmbentuk desmosterol. Akhirnya ikatan rangkap rantai samping direduksi dan menghasilkan kolesterol.
2.5.1 Transport Kolesterol
Kolesterol yang dihasilkan hepar didistribusikan ke seluruh tubuh dengan bantuan lipoprotein terutama VLDL (very low density lipoprotein), IDL (intermediate density lipoprotein), dan LDL (low density lipoprotein) yang mengangkut olesterol ester ke jaringan yang membutuhkan kolesterol untuk sintesis membran sel, hormon steroid, vitamin D. Sedangkan HDL (high density lipoprotein) berfungsi mengangkut kolesterol kembali ke hepar untuk proses metabolisme.18,20 Transportasi kolesterol terdiri dari 3 jalur utama yaitu, jalur eksogen, jalur endogen, dan reverse cholesterol transport. 1. Jalur Eksogen Pada siklus eksogen,triasilgliserol dan kolesterol yang berasal dari makanan yang mengandung lemak diserap di usus halus dan dibawa dalam bentuk kilomikron, selanjutnya masuk ke sirkulasi limfe, dari ductus toracicus ke sirkulasi darah dan dihidrolisis oleh LPL (lipoprotein lipase) menjadi FFA (free fatty acid) yang kemudian diserap oleh jaringan adiposa dan muskuloskeleteal.18 Kilomikron menjadi chylomicron remnant (kilomikron sisa) karena kehilangan sebagian triasilgliserolnya. Chylomicron remnant dapat diresintesis menjadi kilomikron ester yang disimpan di hepar, menjadi kilomikron bebas yang akan digunakan oleh hepar untuk membentuk membran sel, hormon, mielin, dan sebagainya. Kilomikron bebas juga menjadi asam empedu yang akan dieksresikan ke feses, dan menjadi lipoprotein endogen yang dikeluarkan menuju plasma.18 2. Jalur Endogen Pada jalur endogen, di dalam hepar terjadi sintesis VLDL dari triasilgliserol dan kolesterol. Saat di hepar VLDL dapat diubah menjadi IDL dan LDL oleh LPL. Setelah dari hepar, VLDL menuju jaringan adiposa, yang kemudian dihidrolisis oleh LPL adiposa menjadi IDL. Di dalam sirkulasi darah VLDL dihidrolisis oleh LPL endotel pembuluh darah menjadi IDL, kemudian dipecah lagi menjadi LDL. Hepar dan jaringan steroidogenik yang mempunyai reseptor LDL dioksidasi dan ditangkap oleh makrofag menjadi sel busa (foam cell).20 3. Reverse Cholesterol Transport jalur reverse cholesterol transport adalah membawa kolesterol untuk dikembalikan ke hepar dengan bantuan HDL yang merupakan hasil esterifikasi pre-β-HDL oleh LCAT (lechitin cholesterol acyl transferase). Sistem reseptor scavenger kelas B tipe 1 /SR-B1 (scavenger receptor B class type 1) atau melalui bantuan CETP (cholesterol ester transfer protein) menukar kolesterol ester HDL dengan triasilgliserol pada VLDL dan LDL untuk kembali ke hepar melalui reseptor LDL.20 2.5.2 Metabolisme Kolesterol 2.5.3 Pengukuran Kolesterol 2.5.4 Hiperkolesterolemia 2.5.5 Faktor-faktor yang Memperngaruhi Kadar Kolesterol BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
1.1 Kerangka konseptual penelitian
Kerangka konseptual disintesis, diabstraksi dan diektrapolasi dari berbagai teori serta pemikiran ilmiah. Kerangka konseptual mencerminkan paradigma sekaligus tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian.
1.2 Hipotesis Hipotesis merupakan preposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka konseptual penelitian dengan penalaran deduksi dan merupakan jawaban yang dihadapi dan dapat diuji kebenarannya
BAB 4 METODE PENELITIAN
Format Bab Metode Penelitan untuk penelitian kualitatif menyesuaikan dengan
kaidah metode kualitatif. Sedangkan untuk penelitian kuantitatif, bab metode penelitian secara rincian memuat hal berikut:
1.1 Jenis rancangan penelitian yang digunakan
1.2 Lokasi dan waktu penelitian
Bagian ini berisi uraian tentang tempat dilakukan penelitian dan periode waktu dari pembuatan proposal sampai seminar hasil skripsi.
1.3 Populasi, sampel, besar sampel, dan teknik pengambilan sampel
1.4 Variabel penelitian meliputi klasifikasi variabel dan definisi operasional
1.5 Bahan penelitian terutama untuk penelitian percobaan
Berisi uraian mengenai macam, spesifikasi bahan penelitian yang digunakan. Bahan adalah segala sesuatu yang dikenai perlakuan atau yang dipakai untuk perlakuan.
1.6 Instrumen penelitian
Bagian ini berisi uraian tentang macam spesifikasi instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data. Ini perlu disertai dengan uraian tentang realiabilitas dan validitasnya, serta pembenaran atau alasan penggunaan instrumen tersebut.
1.7 Prosedur pengambilan atau pengumpulan data
Bagian ini memuat uraian tentang cara dan prosedur pengumpulan data secara rinci. Bila pengumpulan data dilakukan oleh orang lain perlu dijelaskan berbagai langkah yang ditempuh oleh penelitian dalan menjamin realibilitas dan validitas data yang diperoleh.
1.8 Cara pengolahan dan analisis data
Bagian ini berisi uraian tentang cara yang digunakan dalam pengolahan dan analisis data disertai pembenaran atau alasan penggunaan cara analisis tersebut, termasuk penggunaan statistik. Daftar pustaka
1. World Health Organization. Obesity and overweight [Internet]. 2018 [cited
2020 Jan 22]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact- sheets/detail/obesity-and-overweight 2. Rahmouni K, Correia MLG, Haynes WG, Mark AL. Obesity-associated hypertension: New insights into mechanisms. Hypertension. 2005;45(1):9– 14. 3. WHO/SEARO. Noncommunicable diseases in the South-East Asia region. Situation and response. In India: WHO; 2011. 4. RIKESDAS DKR kesehatan dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan. Riset kesehatan dasar (RIKESDAS). Dep Kesehat Ri. 2007; 5. Popkin BM. Technology, transport, globalization and the nutrition transition food policy. Food Policy. 2006;31(6):554–69. 6. Lang T. International and public health group symposium on “feeding the world in the future”. Diet, health and globalization: Five key questions. Proc Nutr Soc. 1999;58(2):335–43. 7. Kesehatan B, Pencegahan K. Globalisasi dan Pola Makan Mahasiswa : Studi Kasus di Jakarta BAKERY. 2013;40(6):416–21. 8. Ibrahim MM. Subcutaneous and visceral adipose tissue: Structural and functional differences. Obes Rev. 2010;11(1):11–8. 9. Regional Office for the Western Pacific of the World Health Organization. World Health Organization, International Association for the Study of Obesity and International Obesity Task Forc A 2000. The Asia Pacific perspective: Redefining obesity and its treatment. 2000. p. 8–45. 10. WHO Regional Office for Europe. Body mass index - BMI [Internet]. [cited 2020 Jan 25]. Available from: http://www.euro.who.int/en/health- topics/disease-prevention/nutrition/a-healthy-lifestyle/body-mass-index- bmi 11. Hastuty YD. Perbedaan Kadar Kolesterol Orang Yang Obesitas Dengan Orang Yang Non Obesitas. J Kedokt dan Kesehat Malikussaleh. 2015;47– 56. 12. World Health Organisation (WHO). WHO | Waist Circumference and Waist–Hip Ratio. Report of a WHO Expert Consultation. Geneva, 8-11 December 2008. 2008;(December):8–11. Available from: http://www.who.int 13. Bravo P. Leptin and Hypertension in Obesity, Vaskuler Health and Risk Management. 2006;2(2):163–9. 14. Shah SZA, Devrajani BR, Devrajani T, Bibi I. Frequency of Dyslipidemia in Obese Versus Non - Obese in Relation To Body Mass Index ( Bmi ), Waist Hip Ratio ( Whr ) and Waist Circumference ( Wc ). Pak J Sci. 2010;62(1):27–31. 15. World Health Organisation (WHO). Cardiovascular diseases (CVDs). 2017. 16. Gonzalez-Campoy JM, Hurley DL, Garvey WT. Bariatric endocrinology: Evaluation and management of adiposity, adiposopathy and related diseases. Bariatr Endocrinol Eval Manag Adiposity, Adiposopathy Relat Dis. 2018;1–453. 17. Liscum L. Cholesterol biosynthesis. Biochem Lipids, Lipoproteins Membr. 2008;(Ldl):399–421. 18. Rodwell VW, Bender DA, Botham KM, Kennelly PJ, Weil PA. Harper’s illustrated biochemistry. 30th ed. McGraw-Hill Education; 2017. 19. Haryanto A, Sayogo S. Hiperkolesterolemia: Bagaimana Peran Hesperidin. CDK-200. 2013;40(1):12–5. 20. Lieberman MA, Peet A. Marks’ essentials of medical biochemistry : a clinical approach — Second edition. Foreign Language Annals. 2015. 516– 525 p.