Anda di halaman 1dari 81

Utilization of Local Materials

in Green Concrete Technology

TEKNOLOGI BETON
KOMPOSISI MATERIAL PENYUSUN BETON
dan PETUNJUK PRAKTIKUM
Ridho Bayuaji, PhD
14 September 2015
Civil Engineering Department
Faculty of Civil Engineering and Planning
Surabaya
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
PETUNJUK SINGKAT PRATIKUM
TEKNOLOGI BETON
Pengujian Bahan Pembentuk Beton
1. SEMEN: Konsistensi Normal Semen Portland, Waktu
Pengikatan Semen dengan vicat, Berat Jenis Semen
Portland.
2. PASIR: Analisa saringan pasir, Kelembaban Pasir, Berat
Jenis Pasir, Air Resapan Pasir, Pengembangan Volume
pasir, Kebersihan Pasir Terhadap Bahan Organik,
Kebersihan Pasir Terhadap Lumpur (Basah), Kebersihan
Pasir Terhadap Lumpur (Kering), Berat Volume Pasir
Lepas, Berat Volume Pasir dirojok.
3. KERIKIL : Analisa Saringan Kerikil, Kelembaban kerikil,
Berat Jenis Kerikil, Kadar air resapan kerikil, Kebersihan
Kerikil Terhadap Lumpur (Kering), Berat Volume Kerikil
Lepas, Berat Volume Kerikil dirojok.
Kelompok Praktikum Bahan Penyusun Beton
Group Pengujian Keterangan
Berat Jenis Kerikil Mix Desain
1
Pengujian Konsistensi normal semen Pemahaman
Berat Jenis Pasir Mix Desain
2
Berat Jenis Semen Pemahaman
Analisa gradasi pasir Mix Desain
3
Waktu pengikatan awal semen Pemahaman
Analisa gradasi kerikil Mix Desain
4
Berat volume lepas kerikil dan pasir Pemahaman
Kelembaban pasir Mix Desain
5
Berat volume isi dirojok kerikil dan pasir Pemahaman
Kelembaban kerikil Mix Desain
6
Kebersihan pasir terhadap bahan organik dan lumpur (metode basah) Pemahaman
Kadar air resapan pasir Mix Desain
7
Pengembangan volume pasir Pemahaman
Kadar air resapan kerikil Mix Desain
8
Kebersihan kerikil dan pasir terhadap lumpur (metode kering) Pemahaman
Kenapa harus dilakukan pengujian laboratorium
material penyusun beton?
Kenapa harus dilakukan pengujian laboratorium
material penyusun beton?
• Tiap material mempunyai karakter fisik dan kimia dan yang akan
mempengaruhi kekuatan, keawetan, workability, dan berat jenis beton.
• Memberikan informasi akurat dalam perencanaan komposisi material
penyusun beton atau mix desain
• Memperkecil kesalahan mix desain dan mutu yang ditargetkan
Sebagai contoh:
• Semen mempunyai waktu ikat dan konsistensi sesuai bahan dasar dan proses
industrinya.
• Pasir dan mempunyai karakter dari modulus kehalusan, kelembaban,
resapan, kandungan lumpur, berat jenis, kandungan organik sesuai lokasi
pengambilannya
Berat jenis kerikil/batu pecah
• Kerikil direndam dalam air
24 jam (1 hari sebelumnya,
Langkah Kerja
grup telah
mempersiapkannya )
• Kerikil diangkat dan dilap
satu demi satu sehingga
kondisi kering permukaan
(SSD).
• Ditimbang kondisi SSD
sebanyak 3000 gram 3 kg
• Agregat ditimbang dalam
air (C).
• Dilakukan pengujian
sampai 3x
Contoh Hasil Pengujian
• Kerikil SSD = 3000 gram
• Kerikil ditimbang dalam air = 1860 gram
• Berat Jenis = 3000 gram/(3000-1620)gram =
2,63
Berat Jenis Pasir (ASTM C 128-93 )
1. Timbang labu takar 1000 cc
2. Timbang pasir kondisi SSD Langkah Kerja
(Saturated Surface Dry ) 500
gram.
1
2
3. Pasir dimasukkan ke dalam
labu takar, ditimbang lagi(
3 3
untuk control).
4. Labu takar diisi air sampai
batas kapasitas, dan diputar –
putar dengan posisi tangan
miring supaya gelembung 4
udara keluar.
5. Sesudah itu ditambah air
hingga batas kapasitas dan
ditimbang( B ).
6. Pasir dan air dikeluarkan dari
labu takar, lalu labu takar diisi C
B
air hingga batas kapasitas dan
ditimbang( C ).
Contoh Hasil Pengujian
• Pasir SSD = 500 gram
• Pasir SSD + Air +Labu = 1582,3 gram
• Air +Labu = 1263,1 gram
• Berat Jenis Passir= 500 gram/(500-(1582,3-
1263,1))gram = 2,77
Analisa saringan pasir (ASTM C 136-93)
1. Bersihkan saringan dan pan Langkah Kerja
dengan ukuran # 4,76 ; 2,38; 1,19; Analisa saringan kerikil
0,59; 0,297; 0,149; pan 3 4
2. Timbang saringan dan pan
3. Susun saringan dan pan dari atas
ke bawah dengan urutan nomor
saringan besar ke kecil
4. Timbang pasir kering oven 1000
gram. 5 6
5. Masukan ke dalam susunan
saringan dan pan
6. Digetarkan dengan mesin
penggetar dengan waktu + 10
menit.
7. Timbang dan catat berat pasir 7 7
pada tiap-tiap nomor saringan,
ketelitian dalam menimbang
diijinkan dengan kesalahan lebih
dan kurang 0,5-1%.
Flow chart
PERSYARATAN GRADASI AGREGAT HALUS

16
GRADASI AGREGAT HALUS MENURUT BS DAN SK.SNI
T-15-1990-03

Kekasaran Pasir dikelompokkan menjadi 4 Zona


• Zone/Daerah 1 : Pasir Kasar
• Zone/Daerah 2 : Pasir Agak Kasar
• Zone/Daerah 3 : Pasir Agak Halus
• Zone/Daerah 4 : Pasir Halus

17
MODULUS KEHALUSAN

Modulus Kehalusan / Fineness Modulus / FM = Jumlah %


kumulatif yang tertinggal di setiap ayakan / 100
Jika FM makin besar, maka pasir tersebut semakin kasar
FM untuk pasir berkisar antara 2.3 – 4 (ASTM C33) dan
kerikil antara 6,5 – 8.
Crd-c 104-80 Method Of Calculation Of The Fineness Modulus Of
Aggregate

18
Contoh Hasil Analisis Ayakan
Berat Contoh Pasir 1000 gram

Berat Prosent. S Batas Batas


Ukuran S lolos
No tertahan Tertahan Tertahan atas bawah
Ayakan (%)
(gram) (%) (% ) (%) (%)
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h)
1 9.5 mm 0 0 0 100 100 100
2 4.75 mm 20 2 2 98 100 90
3 2.36 mm 27 2,7 4,7 95,3 100 85
4 1.18 mm 58 5,8 10,5 89,5 100 75
5 0.6 mm 179 17,9 28,4 71,6 79 60
6 0.3 mm 529 52,9 81,3 18,7 30 10
7 0.15 mm 172 17,2 98,5 1,5 0 15
8 Pan 15 1,5 100 0 0
9 Jumlah 1000 100 225,4

Zone/Daerah 3 : Pasir Agak Halus

FM = Modulus kehalusan = S Tertahan/100 = 2,254


19
Analisa saringan kerikil
(ASTM C 136 – 93 )
1. Bersihkan saringan dan pan dengan
ukuran # 1 ½” ; ¾ “ ; 3/8 “ ditambah
Langkah Kerja
# 4,76 ; 2,38 ; pan
2. Timbang saringan dan pan
3. Susun saringan dan pan dari atas ke
bawah dengan urutan nomor
saringan besar ke kecil
4. Timbang kerikil 16 kg
5. Masukan ke dalam susunan saringan
dan pan
6. Digetarkan dengan mesin penggetar
dengan waktu + 10 menit.
7. Timbang dan catat berat kerikil
pada tiap-tiap nomor saringan,
ketelitian dalam menimbang
diijinkan dengan kesalahan lebih dan
kurang 0,5-1%.
Contoh Perhitungan
Hasil Analisa Ayakan Batu Pecah
Lubang
Batu Pecah
Ayakan
inc/mm Gram % E%
2"
1 1/2 " 0 0 0
3/4 " 6310 52,58 52,58
3/8 " 5115 42,63 95,21
4,76 575 4,79 100,00
2,38 0 0,00 100,00
1,19 100,00
0,59 100,00
0,297 100,00
0,149 100,00

Jumlah 12000 747,79


FM = 7,48
Kelembaban pasir dan kerikil (ASTM C
556-71)
1. Tempat pasir/kerikil Langkah Kerja
ditimbang.
2. Timbang pasir/kerikil (kondisi
asli ) 500 gram (B ).
3. Masukan pasir /kerikil ke
dalam oven 24 jam dengan
temperature 110o+ 5o C.
4. Kering oven ditimbang ( A ),
ditimbang dalam keadaan
dingin

Jika tempat oven memungkinkan buat tiga


pengujian sekaligus
Perhitungan Kelembaban Pasir

Pasir Kondisi Asli (B ) = 500 gram


Pasir Setelah Kering Oven ( A ) = 489,6 gram

B-A 500 - 489,6


Kelembaban = x 100 % = x 100%
A 489,6

= 2,12 %

Perhitungan Kelembaban Kerikil

Kerikil Kondisi Asli ( B ) = 1000 gram


Kerikl Setelah Kering Oven ( A ) = 992,7 gram

B-A 1000 - 992,7


Kelembaban = x 100 % = x 100%
A 992,7

= 0,74 %
Air resapan pasir (ASTM C 128-93)
• Tempat nampan Langkah Kerja Air Resapan Pasir
ditimbang.
• Timbang pasir SSD
(Saturated Surface Dry )
500 gram.
• Dimasukan oven 24 jam
dengan temperature 110o+
5o C.
• Kering oven keadaan
dingin ditimbang( A ).
Perhitungan Resapan

Pasir Kondisi SSD ( B ) = 500 gram


Pasir Setelah Kering Oven ( A ) = 492,2 gram

B-A 500 - 492,2


Resapan = x 100 % = x 100%
A 492,2

= 1,58 %
• Kadar air resapan kerikil (ASTM C 127 – 88 )
Langkah Kerja
• Tempat nampan
ditimbang.
• Timbang kerikil SSD
(Saturated Surface Dry )
3000 gram.
• Dimasukanoven 24 jam
dengan temperature
110o+ 5o C.
• Kering oven keadaan
dingin ditimbang( A ).
Perhitungan Resapan Kerikil

Kerikil Kondisi SSD ( B ) = 3000 gram


Kerikil Setelah Kering Oven ( A ) = 2903,3 gram

B-A 3000 - 2903


Resapan = x 100 % = x 100%
A 2903,3

= 3,33 %
Pengujian konsistensi normal semen
Sumber acuan: SNI-03-6826-2002 dan ASTM
C 187-98
Bahan dan alat pengujian konsistensi normal semen
Siapkan alat dan bahan untuk pengujian sebagai
berikut:
1. Semen
2. Air bersih/air suling
3. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
4. Alat vikat
5. Jarum vikat diameter 10 mm, dengan beban
sendiri 300 gram
6. Cincin ebonite
7. Plat kaca atau plastic
8. Pisau aduk dari logam
9. Gelas ukur 100 ml
10. Sarung tangan
11. stopwatch
Alat vikat
Cincin ebonite
Plat kaca atau plastic
Gelas ukur 100 ml
- Semen
- Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
- Alat vikat
- Jarum vikat
diameter 10 mm,
dengan beban
sendiri 300 gram
- Cincin ebonite
- Plat kaca atau
plastic
Langkah Kerja pengujian konsistensi normal semen

1. Semen ditimbang 250 gram ( A ).


2. Ukur air suling sebanyak antara 24-28 % dari berat semen sekitar 60-70 cc.
3. Bentuk pasta semen menjadi bola dengan kedua tangan (yang memakai sarung
tangan karet), lemparkan 6 kali dari tangan satu ke tangan lainnya dengan jarak
sekitar 15 cm selama 3 menit (B).
4. Pegang cincin ebonite dengan tangan kiri, dengan posisi lobang yang kecil menempel
telapak tangan kiri
5. Letakkan bola pasta tadi dengan satu telapak tangan (kanan) ke dalam lobang cincin
ebonite yang besar, sampai pasta semen terasa menempel pada tangan kiri
6. Ambil kelebihan pasta pada lobang cincin yang besar dengan sekali gerakan telapak
tangan.
7. Letakkan cincin dengan lobang yang besar terletak pada permukaan kaca/plastic
8. Potong kelebihan pasta pada lobang cincin yang kecil dengan sekali gerakan tepi
pisau aduk pada permukaan cincin
9. Selama pekerjaan ini, hindarkan tekanan pada pasta
Mengukur Penetrasi :

1. Segera setelah pasta selesai dicetak (diratakan)


dalam cincin, letakkan pada tempat pengujian
tepat di bawah jarum vikat
2. Tempatkan ujung jarum vikat tepat menyentuh
permukaan atas pasta, kencangkan sekrup
3. Setel penunjuk tepat pada angka nol (0)
4. Siapkan stop watch,setel untuk waktu 30 detik
5. Buka sekrup jarum vicat sehingga jarum turun,
biarkan jarum turun selama 30 detik
6. Kencangkan sekrup jarum vikat tersebut
7. Baca penunjuk penetrasi
8. Angka yang ditunjuk oleh jarum penunjuk
adalah masuknya jarum vikat ke dalam pasta
Pengulangan tes :
1. Konsistensi normal semen PC tercapai bila penetrasi /penurunan
yang terjadi 10 mm . Catat jumlah air pada penurunan tsb
(Konsistensi Normal PC ).

2. Bila konsistensi normal belum tercapai, maka perlu dilakukan


pengujian ulang dengan kadar air dirubah. Misalnya dengan
kadar air 24% didapat angka penetrasi 5 mm, ini berarti pasta
terlalu kental, maka pada pengujian berikutnya air harus
ditambah atau kadar air ditingkatkan. Misalnya untuk pengujian
berikutnya dapat dicoba dengan kadar air 26%. Jika pengujian
baru belum berhasil, maka perlu dilakukan pengujian ketiga.
Demikian seterusnya sampai didapat angka penetrasi 10 mm.
misalnya konsistensi normal didapat pada kadar air 26%, maka
dikatakan bahwa konsistensi normal semen adalah 26%.
Waktu pengikatan awal semen dg Vicat
Sumber acuan: SNI-03-6827-2002 dan ASTM
C 191-01a
Siapkan alat dan bahan untuk Bahan dan Alat untuk
pengujian sebagai berikut: Waktu Pengikatan Semen
1. Semen
2. Air bersih/air suling
3. Timbangan dengan ketelitian
0,01 gram
4. Alat vikat
5. Jarum vikat diameter 1 mm
6. Cincin ebonite
7. Plat kaca atau plastic
8. Pisau aduk dari logam
9.Gelas ukur 100 ml
10. Sarung tangan
11. Stopwatch
1. Semen ditimbang 250 gram ( A ).
2. Ukur air suling sesuai dengan hasil konsistensi normal Langkah Kerja
3. Bentuk pasta semen menjadi bola dengan kedua tangan (yang memakai sarung
tangan karet), lemparkan 6 kali dari tangan satu ke tangan lainnya dengan jarak
sekitar 15 cm selama 3 menit (B).
4. Pegang cincin ebonite dengan tangan kiri, dengan posisi lobang yang kecil menempel
telapak tangan kiri
5. Letakkan bola pasta tadi dengan satu telapak tangan (kanan) ke dalam lobang cincin
ebonite yang besar, sampai pasta semen terasa menempel pada tangan kiri
6. Ambil kelebihan pasta pada lobang cincin yang besar dengan sekali gerakan telapak
tangan.
7. Letakkan cincin dengan lobang yang besar terletak pada permukaan kaca/plastic
8. Potong kelebihan pasta pada lobang cincin yang kecil dengan sekali gerakan tepi
pisau aduk pada permukaan cincin
9. Selama pekerjaan ini, hindarkan tekanan pada pasta
10. Pasta dibiarkan selama 45 menit, lalu diukur penetrasi dengan jarum kecil alat vicat.
11. Selanjutnya setiap 15 menit di test dan penurunan yang terjadi dicatat.
12. Dibuat grafik penurunan.

• Waktu awal mulai mengikat pada penurunan 25 mm.


• Waktu mulai mengeras pada penurunan 0 mm.
Berat jenis semen
Sumber acuan: ASTM C 188-78
Bahan Dan Alat untuk Berat Jenis Semen
1. Siapkan semua bahan dan
alat-alat yang diperlukan,
yaitu:
2. Semen
3. Minyak tanah
4. Timbangan dengan
ketelitian 0,01 gram
5. Labu takar 500 ml
6. Kapas/kertas saring
7. Mangkok/cawan
8. Sendok
1. Semen ditimbang 250 gram ( A ). A Langkah Kerja
2. Saring minyak tanah dengan
mengunakan kasa penyaring atau 1
kapas
3,4
3. Timbang labu takar 500 cc.
4. Masukkan semen kedalam labu
takar dengan mengunakan corong
dan ditimbang lagi (untuk cek )
5. Labutakar yang sudah terisi semen 5
dimasuki minyak tanah sampai
batas garis, agar tidak ada
gelembung udara di dalam semen
labu takar diposisikan miring dan 5 B C
diputar–putar, dan ditimbang ( B ).
6. Timbang labu takar dan minyak
tanah saja sampai batas garis, dan
ditimbang( C ).

Dimana : 0,8 adalah berat jenis minyak tanah


Semen Portland
• SNI 15-2049-2004, Semen Portland
atau OPC = Ordinary Portland
Cement
• Semen Portland didefinisikan
sebagai semen hidrolis yang
dihasilkan dengan cara menggiling
terak semen portland terutama yang
terdiri atas kalsium silikat yang
bersifat hidrolis dan digiling
bersama-sama dengan bahan
tambahan berupa satu atau lebih
bentuk kristal senyawa kalsium sulfat
dan boleh ditambah dengan bahan
tambahan lain
Semen Portland Pozolan
• (PPC = Portland Pozzolan Cement),
SNI 15-0302-2004
• Semen Portland Pozolan didefinisikan
sebagai suatu semen hidrolis yang
terdiri dari campuran yang homogen
antara semen portland dan pozolan
halus, yang diproduksi dengan
menggiling klinker semen portland
dan pozolan bersama-sama, atau
mencampur secara merata bubuk
semen portland dengan bubuk
pozolan, atau gabungan antara
menggiling dan mencampur, di mana
kadar pozolan 6% sampai dengan 40%
massa semen portland.
Semen Portland Komposit
• (PCC = Portland Composite Cement)
SNI 15-7064-2004
• Semen Portland Komposit didefinisikan
sebagai bahan pengikat hidrolis hasil
penggilingan bersama-sama terak semen
portland dan gips dengan satu atau lebih
bahan anorganik, atau hasil pencampuran
antara bubuk semen portland dengan bubuk
bahan anorganik lain. Bahan anorganik
tersebut antara lain terak tanur tinggi (blast
furnace slag), pozolan, senyawa silikat, batu
kapur, dengan kadar total bahan anorganik
6% - 35 % dari massa semen portland
komposit
Komponen utama dari semen
portland
• Batu kapur yang mengandung komponen CaO
(kapur,lime)
• Lempung yang mengandung komponen SiO2
(silika), Al2O3 (oksida alumina), Fe2O3 (oksida
besi)
Proses Pembuatan Semen
• Pertama-tama batu
kapur/gamping dan lempung
diambil dari tambang sebagai
bahan baku semen.
• Bahan baku dikirim ke pabrik
dan diproses menjadi lumpur.
• Kemudian lumpur dimasukkan
ke dalam Tungku dan dibakar
pada suhu 1450 C untuk
membentuk sebuah klinker.
• Setelah itu klinker didinginkan
dalam pendingin dan
dihancurkan dalam
penggilingan bersama gipsum
dan admixtures khusus.
• Klinker ini dipindahkan, digiling
sampai halus disertai
penambahan 3-5 % gips untuk
mengendalikan waktu Dan tahap terakhir dari proses semen portland
pengikatan semen supaya tidak yang telah diperoleh. Semen itu dipindahkan dari
berlangsung terlalu cepat. pabrik ke silo(tempat penyimpanan) untuk
menyimpan nya.
POZZOLANS

Iron oxide, calcium oxide,


Silica&Alumina magnesium oxide,
(higher amounts) alkalies
(lesser amounts)

POZZOLANIC REACTIONS
Calcium Hydroxide+Silica+Water → “Calcium-Silicate-Hydrate”
(C-S-H)
C-S-H provides the hydraulic binding property of the material.

Pozzolanic Activity: Capacity of pozzolan to form alumino-


silicates with lime to form cementitious products. (How good
how effective the pozzolan is!)
Klasifikasi Semen Portland SNI 15-2049-2004

Tipe ASTM Penggunaan Keterangan

Tipe I Standar bangunan-bangunan Dipakai untuk keperluan konstruksi yang tidak memerlukan persyaratan
beton biasa khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada
tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0,0 - 0,10 % dan dapat
digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat
dan lain-lain.
Tipe II Pembetonan masal dan Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan
Modified Panas biasa ketahanan sulfat (pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara
hidrasi, ketahanan 0,10 – 0,20 %) dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut,
ter hadap sulfat bangunan dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam
sedang dan landasan jembatan
Tipe III Pembetonan dimusim Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal
cepat mengeras dingin tinggi pada fase pemulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk
kekuatan awal pembuatan jalan beton, bangunan tingkat tinggi, bangunan dalam air yang
tinggi tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat.
Tipe IV Pembetonan masal Dipakai untuk kebutuhan pengecoran yang tidak menimbulkan panas,
Panas hidrasi pengecoran dengan penyemprotan (setting time lama) yang dalam
rendah penggunaannya memerlukan panas hidrasi yang rendah.
Tipe V Air mengan-dung sulfat Dipakai untuk konstruksi bangunan pada tanah/air yang mengandung sulfat
Tanah terhadap atau air di laut melebihi 0,20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik,
Sulfat konstrksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan dan pembangkit tenaga
nuklir.
54
• Pengembangan volume pasir (bulking)
Langkah Kerja
• Gelas ukur 1000 cc
diisi pasir ¾ nya,
volume dibaca (A).
• Pasir
dikeluarkan,kemud
ian masukkan air
kedalam gelas ukur
½ bagian (500 cc ).
Masukkan kembali
pasir ke dalam
gelas ukur sedikit
demi sedikit sambil
diaduk, diamkan
dan endapannya
dicatat ( B ).
Perhitungan Bulking

Pasir Asli ( A ) 750 ml


Pasir dalam Air ( B ) 560 ml

A- B 750 - 560
Berat Volume = x 100 % = x 100%
B 560

= 33,93 %
• Kebersihan Pasir Terhadap Bahan Organik
(ASTM C 40 – 92 )
• Botol bening
diisi pasir 3 cm
Langkah Kerja
(130 cc )
• Lalu diisi 200
cc larutan
NaOH 3 %,
ditutup rapat
lalu dikocok–
kocok, dan
didiamkan 24
jam.
• Warna yang
terjadi diamati
dan
dibandingkan
dengan warna
standar
Syarat kadar organik dalam pasir
• Pengujian metoda Abrams-Harder,
agregat halus direndam dengan
larutan NaOH 3%, dikocok 10
menit dan dibiarkan 24 jam.
• Warna pembanding 1 dan 2 ,
dapat digunakan tanpa dicuci
• Warna pembanding 3 dan 4 wajib
dicuci sebelum digunakan.
• Warna pembanding 5, tidak boleh
digunakan
Kebersihan Pasir Terhadap Lumpur (Basah)
(ASTM C 117 – 76 )
• Botol bening diisi
pasir 6 cm Langkah Kerja
• Lalu diisi air
secukupnya,
ditutup rapat dan
dikocok – kocok
sampai merata
dan didiamkan 24
jam, endapan
lumpur diukur
tingginya, pasir
bersih diukur
tingginya.
Perhitungan Kadar Lumpur

Tinggi Endapan Lumpur ( A ) = 0,5 mm


Tinggi Pasir Bersih ( B ) = 55 mm

A 0,5
Kadar Lumpur = x 100 % = x 100%
B 55

= 0,91 %
Syarat Agregat Halus, (SNI 03-2461-1991)

• Kadar lumpur < 3% berat kering (beton yang mengalami


abrasi), kadar lumpur < 5% berat kering (beton yang
tidak mengalami abrasi)
• Penyerapan air maks 2%
• Indeks Kekerasan = 2
• Loss of Ignition (Hilang Pijar) < 5 %
• Kekekalan (soundness) < 10% ( 5 siklus dengan
perendaman Na2S04)
Kebersihan Kerikil Terhadap Lumpur (kering)
(ASTM C 117 – 76)
• Timbang kerikil
1000 gr. Langkah Kerja
• Ditaruh dalam
tempat lalu diberi
air dan dicuci
sampai bersih.
• Sesudah bersih
kerikil dimasukkan
kedalam oven
selama 24 jam
temp. 110 ± 5 C,
• Kering keadaan
dingin ditimbang
(A gram).
Perhitungan Kadar Lumpur

Kerikil Asli ( A ) = 1000 gram


Kerikil Setelah di Cuci ( B ) = 991,3 gram

A- B 1000 - 991,3
Kadar Lumpur = x 100 % = x 100%
A 1000

= 0,87 %
SYARAT AGREGAT KASAR
• Tidak mengandung lumpur > 1% berat kering
• Penyerapan air < 3%
• Agregat pipih + agregat panjang < 20%
• Keausan dengan los angeles 500 putaran, bagian
yang hancur < 1,7 mm: <50% untuk mutu ≤20MPa,
<40% untuk mutu ≤21-40MPa, <27% untuk mutu
>40MPa
Berat Isi (Berat Volume) Lepas Pasir
(ASTM C 29-78)
Langkah Kerja
• Takaran ditimbang
(A) pasir memakai
tempat yang
volumenya 3 liter.
Kerikil memakai
tempat yang
volumenya 10 liter.
• Lalu takaran diisi
pasir atau kerikil
dan diratakan,
• Dan ditimbang (B),
volume
takaran(C)maka,
• Berat Volume (Berat Isi) Dirojok.
Langkah Kerja
• Takaran ditimbang (A) pasir
memakai tempat yang
volumenya 3 liter. Kerikil
memakai tempat yang
volumenya 10 liter.
• Takaran diisi pasir atau kerikil
1/3 dan dirijok 25 x, dan diisi
1/3 lagi dirojok 25 x, diisi lagi
1/3 dirojok 25 x,
lalupermukaandiratakan.
• Dan ditimbang (B), volume
takaran(C)maka,
Air

Air mempunyai fungsi sebagai media pencampur material lainnya,


dimana penambahan air ini sangat menentukan nilai kekuatan
campuran semen. Sebagaimana grafik dibawah:

Compressive strength (kg/cm2)

Water cement ratio ( f.a.s = faktor air semen)

 Jika jumlah air terlalu besar maka akan menghalangi proses


pengikatan.
 Jika jumlah air terlalu sedikit maka reaksi semen dan air tidak
selesai.
MIX DESIGN
17. MENYIAPKAN MIX DESIGN

 Yang harus disiapkan antara lain :


 Gradasi prosentase campuran (pasir +
kerikil).
 Berat jenis pasir + kerikil.
 Kelembaban.
 Resapan.
18. MENCAMPUR BETON
Alat & Bahan yang harus disiapkan:
- Cetakan kubus / silinder
- Bahan – bahan yang akan dicampur
- Takaran berat volume
- Slump test
- rojokan
- molen untuk pengaduk beton.
• Cetakan beton diolesi oli dan baut – bautnya dirapatkan.
• Mesin molen dijalankan masukan dulu air secukupnya untuk
membasahi permukaan ketel mesin.
• Lalu masukan kerikil, lalu pasir, lalu semen, baru air, kita
biarkan sampai homogen betul campurannya, bila kurang
encer kita tambah lagi air secukupnya, lalu campuran beton
dituang kedalam bak dan di aduk – aduk dan siap untuk
dimasukan cetakan.
19. BERAT VOLUME BETON SEGAR

Langkah:
1. Takaran (tempat) ditimbang ( A gram).
2. Takaran diisi beton segar 1/3 nya lalu dirojok sebanyak 25 x,
dan diisi lagi 1/3 nya dirojok lagi 25 x, diisi lagi 1/3 nya dirojok
lagi 25 x.
3. Setelah itu permukaannya beton diratakan.
4. Lalu beton dalam takaran ditimbang (B).
5. Volume takaran (C)
6. Maka,
20. SLUMP BETON

• Alat slump dibasahi dulu permukaannya.


• Lalu kerucut slump diletakan di atas alasnya, dan dijaga
kekokohannya (posisinya) dengan kaki / tangan.
• Diisi/ dimasukan kedalamnya beton segar 1/3 nya lalu dirojok
sebanyak 25 x, dan diisi lagi 1/3 nya dirojok 25 x, diisi lagi 1/3
nya dirojok 25 x, dan permukaannya supaya diratakan dan
ditunggu ± 30 detik sambil membersihkan beton yang
tercecer di sekitar kerucut, setelah itu kerucut diangkat pelan
– pelan dan diletakan di samping beton yang terbalik.
• Selisih tinggi beton dan kerucut diukur => slump
21. MENCETAK BETON

• Disiapkan cetakan beton termasuk baut –baut harus sudah


dikeraskan
• Permukaan cetakan disapu dengan minyak/ olie
• Cetakan diisi beton hingga penuh.
• Lalu digetar – getar dengan jarum penggetar (vibrator)
• Setelah beton padat dan rata, jarum penggetar bisa dipakai
lainnya.
• Sesudah ditunggu beberapa saat, beton diberi tanda
• Kita tunggu selama 24 jam baru cetakan dapat dibongkar dan
beton langsung dimasukan ke dalam bak air yang tersedia.
22. MENGE-TEST KUBUS/SILINDER BETON

 Sehari sebelum beton ditest, beton diangkat dulu dari dalam


bak air.
 Pengetesan kubus pada umur 28 hari.
 Untuk test yang 28 hari beton diangkat dari dalam air sesudah
beton itu berumur 14 hari, lalu ditaruh pada tempat yang
aman.
 Tepat pada umur 28 hari, sebelum ditest Tekan Hancur, kubus
beton supaya ditest alat Hamer Test terlebih dulu.
LATIHAN SOAL
Lubang Pasir 1000 Gram Hitung Fine Modulus (FM) aggregat
Ayakan halus berikut dan tentukan masuk di
Gram % E%
inc/mm zone apa?
4,76 17,1
2,38 47,7
1,19 128,1
0,59 296,3
0,297 219,7
0,149 250,3
0 40,8
Jumlah 1000
FM =

Anda mungkin juga menyukai