TEKNOLOGI BETON
KOMPOSISI MATERIAL PENYUSUN BETON
dan PETUNJUK PRAKTIKUM
Ridho Bayuaji, PhD
14 September 2015
Civil Engineering Department
Faculty of Civil Engineering and Planning
Surabaya
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
PETUNJUK SINGKAT PRATIKUM
TEKNOLOGI BETON
Pengujian Bahan Pembentuk Beton
1. SEMEN: Konsistensi Normal Semen Portland, Waktu
Pengikatan Semen dengan vicat, Berat Jenis Semen
Portland.
2. PASIR: Analisa saringan pasir, Kelembaban Pasir, Berat
Jenis Pasir, Air Resapan Pasir, Pengembangan Volume
pasir, Kebersihan Pasir Terhadap Bahan Organik,
Kebersihan Pasir Terhadap Lumpur (Basah), Kebersihan
Pasir Terhadap Lumpur (Kering), Berat Volume Pasir
Lepas, Berat Volume Pasir dirojok.
3. KERIKIL : Analisa Saringan Kerikil, Kelembaban kerikil,
Berat Jenis Kerikil, Kadar air resapan kerikil, Kebersihan
Kerikil Terhadap Lumpur (Kering), Berat Volume Kerikil
Lepas, Berat Volume Kerikil dirojok.
Kelompok Praktikum Bahan Penyusun Beton
Group Pengujian Keterangan
Berat Jenis Kerikil Mix Desain
1
Pengujian Konsistensi normal semen Pemahaman
Berat Jenis Pasir Mix Desain
2
Berat Jenis Semen Pemahaman
Analisa gradasi pasir Mix Desain
3
Waktu pengikatan awal semen Pemahaman
Analisa gradasi kerikil Mix Desain
4
Berat volume lepas kerikil dan pasir Pemahaman
Kelembaban pasir Mix Desain
5
Berat volume isi dirojok kerikil dan pasir Pemahaman
Kelembaban kerikil Mix Desain
6
Kebersihan pasir terhadap bahan organik dan lumpur (metode basah) Pemahaman
Kadar air resapan pasir Mix Desain
7
Pengembangan volume pasir Pemahaman
Kadar air resapan kerikil Mix Desain
8
Kebersihan kerikil dan pasir terhadap lumpur (metode kering) Pemahaman
Kenapa harus dilakukan pengujian laboratorium
material penyusun beton?
Kenapa harus dilakukan pengujian laboratorium
material penyusun beton?
• Tiap material mempunyai karakter fisik dan kimia dan yang akan
mempengaruhi kekuatan, keawetan, workability, dan berat jenis beton.
• Memberikan informasi akurat dalam perencanaan komposisi material
penyusun beton atau mix desain
• Memperkecil kesalahan mix desain dan mutu yang ditargetkan
Sebagai contoh:
• Semen mempunyai waktu ikat dan konsistensi sesuai bahan dasar dan proses
industrinya.
• Pasir dan mempunyai karakter dari modulus kehalusan, kelembaban,
resapan, kandungan lumpur, berat jenis, kandungan organik sesuai lokasi
pengambilannya
Berat jenis kerikil/batu pecah
• Kerikil direndam dalam air
24 jam (1 hari sebelumnya,
Langkah Kerja
grup telah
mempersiapkannya )
• Kerikil diangkat dan dilap
satu demi satu sehingga
kondisi kering permukaan
(SSD).
• Ditimbang kondisi SSD
sebanyak 3000 gram 3 kg
• Agregat ditimbang dalam
air (C).
• Dilakukan pengujian
sampai 3x
Contoh Hasil Pengujian
• Kerikil SSD = 3000 gram
• Kerikil ditimbang dalam air = 1860 gram
• Berat Jenis = 3000 gram/(3000-1620)gram =
2,63
Berat Jenis Pasir (ASTM C 128-93 )
1. Timbang labu takar 1000 cc
2. Timbang pasir kondisi SSD Langkah Kerja
(Saturated Surface Dry ) 500
gram.
1
2
3. Pasir dimasukkan ke dalam
labu takar, ditimbang lagi(
3 3
untuk control).
4. Labu takar diisi air sampai
batas kapasitas, dan diputar –
putar dengan posisi tangan
miring supaya gelembung 4
udara keluar.
5. Sesudah itu ditambah air
hingga batas kapasitas dan
ditimbang( B ).
6. Pasir dan air dikeluarkan dari
labu takar, lalu labu takar diisi C
B
air hingga batas kapasitas dan
ditimbang( C ).
Contoh Hasil Pengujian
• Pasir SSD = 500 gram
• Pasir SSD + Air +Labu = 1582,3 gram
• Air +Labu = 1263,1 gram
• Berat Jenis Passir= 500 gram/(500-(1582,3-
1263,1))gram = 2,77
Analisa saringan pasir (ASTM C 136-93)
1. Bersihkan saringan dan pan Langkah Kerja
dengan ukuran # 4,76 ; 2,38; 1,19; Analisa saringan kerikil
0,59; 0,297; 0,149; pan 3 4
2. Timbang saringan dan pan
3. Susun saringan dan pan dari atas
ke bawah dengan urutan nomor
saringan besar ke kecil
4. Timbang pasir kering oven 1000
gram. 5 6
5. Masukan ke dalam susunan
saringan dan pan
6. Digetarkan dengan mesin
penggetar dengan waktu + 10
menit.
7. Timbang dan catat berat pasir 7 7
pada tiap-tiap nomor saringan,
ketelitian dalam menimbang
diijinkan dengan kesalahan lebih
dan kurang 0,5-1%.
Flow chart
PERSYARATAN GRADASI AGREGAT HALUS
16
GRADASI AGREGAT HALUS MENURUT BS DAN SK.SNI
T-15-1990-03
17
MODULUS KEHALUSAN
18
Contoh Hasil Analisis Ayakan
Berat Contoh Pasir 1000 gram
= 2,12 %
= 0,74 %
Air resapan pasir (ASTM C 128-93)
• Tempat nampan Langkah Kerja Air Resapan Pasir
ditimbang.
• Timbang pasir SSD
(Saturated Surface Dry )
500 gram.
• Dimasukan oven 24 jam
dengan temperature 110o+
5o C.
• Kering oven keadaan
dingin ditimbang( A ).
Perhitungan Resapan
= 1,58 %
• Kadar air resapan kerikil (ASTM C 127 – 88 )
Langkah Kerja
• Tempat nampan
ditimbang.
• Timbang kerikil SSD
(Saturated Surface Dry )
3000 gram.
• Dimasukanoven 24 jam
dengan temperature
110o+ 5o C.
• Kering oven keadaan
dingin ditimbang( A ).
Perhitungan Resapan Kerikil
= 3,33 %
Pengujian konsistensi normal semen
Sumber acuan: SNI-03-6826-2002 dan ASTM
C 187-98
Bahan dan alat pengujian konsistensi normal semen
Siapkan alat dan bahan untuk pengujian sebagai
berikut:
1. Semen
2. Air bersih/air suling
3. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
4. Alat vikat
5. Jarum vikat diameter 10 mm, dengan beban
sendiri 300 gram
6. Cincin ebonite
7. Plat kaca atau plastic
8. Pisau aduk dari logam
9. Gelas ukur 100 ml
10. Sarung tangan
11. stopwatch
Alat vikat
Cincin ebonite
Plat kaca atau plastic
Gelas ukur 100 ml
- Semen
- Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
- Alat vikat
- Jarum vikat
diameter 10 mm,
dengan beban
sendiri 300 gram
- Cincin ebonite
- Plat kaca atau
plastic
Langkah Kerja pengujian konsistensi normal semen
POZZOLANIC REACTIONS
Calcium Hydroxide+Silica+Water → “Calcium-Silicate-Hydrate”
(C-S-H)
C-S-H provides the hydraulic binding property of the material.
Tipe I Standar bangunan-bangunan Dipakai untuk keperluan konstruksi yang tidak memerlukan persyaratan
beton biasa khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada
tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0,0 - 0,10 % dan dapat
digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat
dan lain-lain.
Tipe II Pembetonan masal dan Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan
Modified Panas biasa ketahanan sulfat (pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara
hidrasi, ketahanan 0,10 – 0,20 %) dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut,
ter hadap sulfat bangunan dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam
sedang dan landasan jembatan
Tipe III Pembetonan dimusim Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal
cepat mengeras dingin tinggi pada fase pemulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk
kekuatan awal pembuatan jalan beton, bangunan tingkat tinggi, bangunan dalam air yang
tinggi tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat.
Tipe IV Pembetonan masal Dipakai untuk kebutuhan pengecoran yang tidak menimbulkan panas,
Panas hidrasi pengecoran dengan penyemprotan (setting time lama) yang dalam
rendah penggunaannya memerlukan panas hidrasi yang rendah.
Tipe V Air mengan-dung sulfat Dipakai untuk konstruksi bangunan pada tanah/air yang mengandung sulfat
Tanah terhadap atau air di laut melebihi 0,20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik,
Sulfat konstrksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan dan pembangkit tenaga
nuklir.
54
• Pengembangan volume pasir (bulking)
Langkah Kerja
• Gelas ukur 1000 cc
diisi pasir ¾ nya,
volume dibaca (A).
• Pasir
dikeluarkan,kemud
ian masukkan air
kedalam gelas ukur
½ bagian (500 cc ).
Masukkan kembali
pasir ke dalam
gelas ukur sedikit
demi sedikit sambil
diaduk, diamkan
dan endapannya
dicatat ( B ).
Perhitungan Bulking
A- B 750 - 560
Berat Volume = x 100 % = x 100%
B 560
= 33,93 %
• Kebersihan Pasir Terhadap Bahan Organik
(ASTM C 40 – 92 )
• Botol bening
diisi pasir 3 cm
Langkah Kerja
(130 cc )
• Lalu diisi 200
cc larutan
NaOH 3 %,
ditutup rapat
lalu dikocok–
kocok, dan
didiamkan 24
jam.
• Warna yang
terjadi diamati
dan
dibandingkan
dengan warna
standar
Syarat kadar organik dalam pasir
• Pengujian metoda Abrams-Harder,
agregat halus direndam dengan
larutan NaOH 3%, dikocok 10
menit dan dibiarkan 24 jam.
• Warna pembanding 1 dan 2 ,
dapat digunakan tanpa dicuci
• Warna pembanding 3 dan 4 wajib
dicuci sebelum digunakan.
• Warna pembanding 5, tidak boleh
digunakan
Kebersihan Pasir Terhadap Lumpur (Basah)
(ASTM C 117 – 76 )
• Botol bening diisi
pasir 6 cm Langkah Kerja
• Lalu diisi air
secukupnya,
ditutup rapat dan
dikocok – kocok
sampai merata
dan didiamkan 24
jam, endapan
lumpur diukur
tingginya, pasir
bersih diukur
tingginya.
Perhitungan Kadar Lumpur
A 0,5
Kadar Lumpur = x 100 % = x 100%
B 55
= 0,91 %
Syarat Agregat Halus, (SNI 03-2461-1991)
A- B 1000 - 991,3
Kadar Lumpur = x 100 % = x 100%
A 1000
= 0,87 %
SYARAT AGREGAT KASAR
• Tidak mengandung lumpur > 1% berat kering
• Penyerapan air < 3%
• Agregat pipih + agregat panjang < 20%
• Keausan dengan los angeles 500 putaran, bagian
yang hancur < 1,7 mm: <50% untuk mutu ≤20MPa,
<40% untuk mutu ≤21-40MPa, <27% untuk mutu
>40MPa
Berat Isi (Berat Volume) Lepas Pasir
(ASTM C 29-78)
Langkah Kerja
• Takaran ditimbang
(A) pasir memakai
tempat yang
volumenya 3 liter.
Kerikil memakai
tempat yang
volumenya 10 liter.
• Lalu takaran diisi
pasir atau kerikil
dan diratakan,
• Dan ditimbang (B),
volume
takaran(C)maka,
• Berat Volume (Berat Isi) Dirojok.
Langkah Kerja
• Takaran ditimbang (A) pasir
memakai tempat yang
volumenya 3 liter. Kerikil
memakai tempat yang
volumenya 10 liter.
• Takaran diisi pasir atau kerikil
1/3 dan dirijok 25 x, dan diisi
1/3 lagi dirojok 25 x, diisi lagi
1/3 dirojok 25 x,
lalupermukaandiratakan.
• Dan ditimbang (B), volume
takaran(C)maka,
Air
Langkah:
1. Takaran (tempat) ditimbang ( A gram).
2. Takaran diisi beton segar 1/3 nya lalu dirojok sebanyak 25 x,
dan diisi lagi 1/3 nya dirojok lagi 25 x, diisi lagi 1/3 nya dirojok
lagi 25 x.
3. Setelah itu permukaannya beton diratakan.
4. Lalu beton dalam takaran ditimbang (B).
5. Volume takaran (C)
6. Maka,
20. SLUMP BETON