Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Maslahat
Menurut Jalil al-Din Abd al-Rahman, al-maslahah secara etimologi adalah
segala sesuatu yang mengandung manfaat bagi manusia.
Makna termonologinya adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi
manusia, yang dapat diraih oleh manusia dengan cara memperolehnya
maupun dengan cara menghindarinya. Seperti halnya menghindari
perbudakan yang tentu membahayakan manusia.1

B. Pembagian Maslahat
1. Al-Mashlahah al-Mu’tabarah
Al-Maslahah al-Mu’tabarah adalah kemaslahatan yang bisa dijadikan
hujjah dan tidak diragukan lagi penggunaannya. Dalam kasus hukum yang
secara eksplisit dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadis, kemaslahatan ini
dapat ditelusuri melalui teks yang ada. Maka kemaslahatan seperti ini
lazim dijadikan titik tolak penetapan hukum.
2. Al-Mashlahah al-Mulghah (al-Maslahah al-Mardud)
Al-Mashlahah al-Mulghah adalah kemaslahatan yang tidak ada teksnya
dalam syariah, bahkan bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadis. Dan
menjadikan maslahah itu sendiri dihilangkan (mulghah) dan tidak
dianggap. Kemaslahatan seperti ini dipandang batil oleh syara’ dan tidak
berlaku untuk menetapkan suatu hukum. Maslahah ini bersifat sangat
subjektif dan terkesan dibuat-buat.
Contoh bahasan ini yaitu banyak manusia yang mengaitkan hal-hal
yang sudah jelas dilarang dalam Al-Quran dan Hadis untuk alasan
kemaslahatan. Contohnya seperti pendapat beberapa pihak yang
menganggap adanya kemaslahatan dalam praktik riba. Padahal sudah

1
Dr. Ika Yunia Fauzia, Lc., M.E.I. dan Dr. Abdul Kadir Riyadi, Lc., M.S.Sc., Prinsip Dasar Ekonomi
Islam (Jakarta: PRENAMEDIA GROUP, 2015), hlm. 47.

3
sangat jelas diungkapkan bahwa riba adalah sesuatu yang sangat
diharamkan dan dicela dalam Islam.2
3. Al-Mashlahah al-Mursalah
Al-Mashlahah al-Mursalah adalah kemaslahatan yang dimutlakkan,
yang menurut ulama ushul adalah kemaslahatan dimana syari’ tidak
mensyariatkan hukum untuk mewujudkan maslahah tersebut, akan tetapi
juga tidak terdapat dalil yang menunjukan atas peengakuannya ataupun
pembatalannya. Maslahah ini mutlak karena tidak dibatasi oleh dalil
pengakuan dan pembatalannya.
Contohnya adalah karena kemaslahatan, para sahabat Rasulullah SAW
mensyariatkan pengadaan penjara, mencetak mata uang ataupun maslahah
lainnya yang dituntut oleh keadaan darurat yang bertujuan untuk
kebutuhan atau kebaikan.3

C. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Masalahat dalam Ekonomi


1. Al-Baqarah (2): 168

ِ ‫ش أي َط‬
ۚ ‫ان‬ َّ ‫ت ال‬ ُ ‫ط ِيباا َو ًَل تَت َّ ِبعُوا ُخ‬
ِ ‫ط َوا‬ ِ ‫اس ُكلُوا ِم َّما فِي أاْل َ أر‬
َ ‫ض َح ََل اًل‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
َ ‫ِإنَّهُ لَ ُك أم‬
‫عد ٌُّو ُم ِبين‬
Artinya:
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;
karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada surat di atas bahwa ada dua hal
yang menjadi kandungan maslahah, yaitu halal dan tayyib. Artinya bahwa
seorang konsumen akan mendapatkan maslahah manakala makanan yang
dikonsumsi adalah makanan yang diperbolehkan atau halal, dan sekaligus
suci, bersih, sehat, bermanfaat dan tidak mengandung mudharat, baik bagi
tubuh maupun bagi akal sebagai makna dari kata tayyib. Dalam ilmu

2
Ibid., hlm. 51-52.
3
Ibid., hlm. 24.

4
ekonomi modern, tayyib merujuk pada istilah utility, sedangkan kata halal
diungkapkan dengan istilah berkah.
Utility adalah manfaat yang diterima oleh seseorang ketika
mengonsumsi suatu barang, atau ukuran tingkat kepuasan yang diperoleh
konsumen saat mengonsumsi suatu barang atau jasa.23 Maka semakin
tinggi manfaat dan kepuasan yang diterima, semakin tinggi pula utilitynya.
Halal, berarti barang/makanan yang dikonsumsi tidak dilarang, baik
karena dzatnya yang memang diharamkan maupun karena sebab lain,
misalnya karena cara mendapatkannya yang tidak dibenarkan. Tayyib
adalah kondisi di mana barang/makanan yang dikonsumsi bersih, suci,
sehat, bermanfaat dan tidak mengandung mudharat.4

2. Al-Baqarah (2): 279

ُ ‫سو ِل ِه ۖ َو ِإ أن ت ُ أبت ُ أم فَلَ ُك أم ُر ُء‬


‫وس‬ ٍ ‫فَ ِإ أن لَ أم ت َ أف َعلُوا فَأأذَنُوا ِب َح أر‬
ِ َّ ‫ب ِم َن‬
ُ ‫َّللا َو َر‬
َ ‫أ َ أم َوا ِل ُك أم ًَل ت َ أظ ِل ُم‬
َ ‫ون َو ًَل ت ُ أظ َل ُم‬
‫ون‬
Artinya:
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu;
kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.

3. An-Nisa (4): 6

‫شداا فَا أدفَعُوا ِإلَ أي ِه أم‬ ‫النكَا َح فَ ِإ أن آنَ أ‬


‫ست ُ أم ِم أن ُه أم ُر أ‬ ِ ‫َوا أبتَلُوا ا أل َيتَا َم ٰى َحت َّ ٰى ِإذَا َبلَغُوا‬
ۖ‫ف‬ ‫غنِيًّا فَ أليَ أ‬
‫ست َ أع ِف أ‬ َ ‫َارا أ َ أن يَ أكبَ ُروا ۚ َو َم أن ك‬
َ ‫َان‬ ‫أ َ أم َوا َل ُه أم ۖ َو ًَل تَأ أ ُكلُو َها ِإ أ‬
‫س َرافاا َو ِبد ا‬
ِ ‫يرا فَ أليَأ أ ُك أل ِبا أل َم أع ُر‬
‫وف ۚ فَ ِإذَا َدفَ أعت ُ أم ِإلَ أي ِه أم أ َ أم َوالَ ُه أم فَأَش ِأهدُوا‬ ‫َان فَ ِق ا‬
َ ‫َو َم أن ك‬
َّ ‫علَ أي ِه أم ۚ َو َكفَ ٰى ِب‬
‫اَّللِ َحسِيباا‬ َ
Artinya:

4
Journal.trunojoyo.ac.id

5
Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin.
Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai
memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya.
Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan
dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka
dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah
ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa
yang miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut.
Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka
hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka.
Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).

4. An-Nisa (4): 29

‫ارةا ع أَن‬
َ ‫ُون تِ َج‬ ِ َ‫ِين آ َمنُوا ًَل تَأ أ ُكلُوا أ َ أم َوالَ ُك أم بَ أينَ ُك أم بِا ألب‬
َ ‫اط ِل إِ ًَّل أ َ أن تَك‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذ‬
َ ‫َّللا ك‬
‫َان بِ ُك أم َر ِحي اما‬ َ ُ‫اض ِم أن ُك أم ۚ َو ًَل ت َ أقتُلُوا أَ أنف‬
َ َّ ‫س ُك أم ۚ إِ َّن‬ ٍ ‫ت َ َر‬
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.

5. Al-Maidah (5): 8
Sistem Ekonomi Syariah mempunyai beberapa tujuan, salah satunya
membentuk masyarakat dengan tatanan sosial yang solid, berdasarkan
keadilan dan persaudaraan yang universal.

‫شنَآ ُن‬ ‫ش َهدَا َء ِبا أل ِق أ‬


َ ‫س ِط ۖ َو ًَل يَجأ ِر َمنَّ ُك أم‬ َ ‫ام‬
ُ ِ‫ين ِ ََّّلل‬ َ ‫َيا أَيُّ َها الَّذ‬
ِ ‫ِين آ َمنُوا كُونُوا قَ َّو‬
‫َّللاَ َخ ِبير ِب َما‬ ُ ‫علَ ٰى أ َ ًَّل ت َ أع ِدلُوا ۚ ا أع ِدلُوا ُه َو أ َ أق َر‬
َ َّ ‫ب ِللت َّ أق َو ٰى ۖ َواتَّقُوا‬
َّ ‫َّللا ۚ ِإ َّن‬ َ ‫قَ أو ٍم‬
َ ُ‫ت َ أع َمل‬
‫ون‬

6
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Kata adil dalam surat Al-Maidah (5) ayat 8, yang diungkapkan dengan
kata ta’dilu berarti memperlakukan setiap orang sama berdasarkan satu
standar tertentu. Perlakuan adil disini tidak memandang ras, starifikasi
social, bahkan agama sekalipun. Lebih dari itu, kebencian terhadap suatu
kaum atau pribadi, tidak boleh seseorang bertindak tidak adil. Lebih lanjut
disebutkan bahwa keadilan lebih dekat kepada ketakwaan. Ini berarti
kebenaran harus ditegakkan atau menegakkan kebenaran tidak pandang
bulu, merupakan perbuatan adil.5

5
Jurnal.iainponorogo.ac.id

Anda mungkin juga menyukai