Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERILAKU DAN BUDAYA ORGANISASI


GROUP DAN TEAMWORK

DISUSUN OLEH:

Radian Putri Zainal 4121611029


Angga Alfahmi 4121711003
Siti Halimah 4121711015
Lola Angelia 4121711016
Ulfa Rizky 4121711019

PROGRAM STUDI
MANAJEMEN BISNIS
PRODI ADMINISTRASI BISNIS TERAPAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Makalah ini dibuat oleh penulis sebagai pemenuhan tugas matakuliah Perilaku dan Budaya
Organisasi, dengan materi Group dan Teamwork. Bersama dengan kata pengantar ini,
penulis ingin berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian makalah ini.

Pertama-tama penulis ingin mengucapkan puji syukur terhadap kehadirat Allah SWT,
karena tanpa seizin-Nya penulis tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada orang tua penulis yang telah mendukung penulis baik
secara materil maupun moril, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak dosen
matakuliah Perilaku dan Budaya Organisasi yaitu Bapak Rahmat Hidayat,S.AB,M.AB.

Penulis sangat mengaharapkan kritik serta saran yang membangun sehingga secara
bertahap penulis dapat memperbaikinya.

Penulis juga berharap kiranya makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat menjadi
bahan pembelajaran bagi penulis dan pembaca, sekaligus koreksi untuk pembahasan
berikutnya.

Batam, 28 Januari 2020

Penulis,
(Kelompok 6)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Group dan Formasi Group ........................................................... 3
2.2 Pengembangan Group .................................................................................... 6
2.3 Struktur Group dan Konsekuensinya ............................................................. 7
2.4 Mendesign Kerja Efektif Tim ......................................................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesendirian apapun bentuknya cenderung menghasilkan suatu kelemahan,
ketidakmampuan, keterasingan dan bahkan membawa kehancuran. Setiap individu
pasti memiliki sisi lemah dan sisi kuatnya. Namun kita sering mempersoalkan
kelemahan orang lain dan terlalu sombong dengan kekuatan diri sendiri.
Sudah saatnya kita mengubah perilaku demikian. Kelompok adalah dua
individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung, yang bergabung untuk
mencapai tujuan tertentu, yang dapat bersifat formal ataupun informal Menurut
Robbins (2006) tim kerja adalah kelompok dimana individu menghasilkan tingkat
kinerja yang lebih besar daripada jumlah masukan individu tersebut. sedangkan
kelompok kerja adalah kelompok dasar yang berinteraksi untuk berbagi informasi dan
mengambil keputusan untuk membantu tiap anggota berkinerja sesuai bidang
tanggung jawabnya.
Melalui kerjasama dan saling berbagi pengetahuan serta ketrampilan, sebuah
tim seringkali mampu menyelesaikan tugas secara efektif, ketimbang dilakukan oleh
seorang individu. “A team is a group organized to work together to accomplish a set
of objectives that cannot be achieved effectively by individuals”. Tim boleh jadi
merupakan kelompok kerja yang relatif permanen, namun juga bisa bersifat temporer
yang bertugas untuk menyelesaikan sebuah proyek tertentu.Tim yang relatif
permanen biasanya dinamakan “natural team work”, sedangkan yang temporer
banyak disebut sebagai “a cross-functional action team”biasanya terdiri dari orang-
orang dari berbagai bagian atau departemen. Bentuk tim yang dianggap paling maju
adalah “self-directed”, karenanya tim semacam ini kurang memerlukan pengawasan,
dan memiliki otoritas penuh dalam penyelesaian tugas-tugasnya. Agar tim bisa
bekerja secara efektif dalam mengembangkan motivasi, kedekatan, dan produktivitas,
banyak organisasi yang memandang pembangunan tim merupakan salah satu aspek
dari pengembangan organisasi.
Kelompok dan Tim adalah dua konsep berbeda. Kelompok atau groups
didefinisikan sebagai dua atau lebih individu yang saling bergantung dan
bekerjasama, yang secara bersama berupaya mencapai tujuan. Kelompok kerja (work
groups) adalah kelompok yang para anggotanya saling berinteraksi terutama untuk

1
saling berbagi informasi untuk membuat keputusan guna membantu satu sama lain
dalam wilayah kewenangannya masing-masing. Kelompok kerja tidak memiliki
kebutuhan ataupun kesempatan untuk terlibat di dalam kerja kolektif yang
memerlukan upaya gabungan dari seluruh anggota tim. Akibatnya, kinerja mereka
sekedar kumpulan kontribusi parsial dari seluruh individu anggota kelompok. Tidak
ada sinergi positif yang menciptakan tingkat kinerja keseluruhan yang lebih besar
ketimbang totalitas input yang mereka berikan. Sementara itu, Tim Kerja
mengembangkan sinergi positif melalui upaya yang terkoordinasi. Upaya individual
mereka menghasilkan suatu tingkat kinerja yang lebih besar ketimbang totalitas input
para individunya.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan group dan formasi group?
2. Bagaimana pengembangan group?
3. Bagaimana struktur group dan konsekuensinya?
4. Bagaimana mendesign kerja efektif tim?

1.3. Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengertian group dan formasi group.
2. Dapat mengetahui bagaimana mengembangkan group.
3. Dapat mengetahui struktur group dan konsekuensinya.
4. Dapat mendesign kerja efektif tim.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Group dan Formasi Group

Kelompok atau Group dapat didefinisikan sebagai dua individu atau lebih yang
saling berinteraksi dan saling tergantung antara satu sama lainnya dan saling
bergabung untuk mencapai tujuan tertentu. Ciri-ciri Kelompok diantaranya adalah
saling berinteraksinya anggota kelompok sehingga tindakan seseorang akan
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh orang lain dan menyakini adanya kemungkinan
untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Robbins (1998) group adalah kelompok yang terdiri dari beberapa
orang yang saling mempengaruhi dan saling tergantung, yang datang untuk mencapai
sasaran tertentu.

Karyawan atau siapapun manajer akan mencapai sesuatu yang bermanfaat jika
manajer bekerja bersama dalam satu tim daripada bekerja sendiri-sendiri. Para
karyawan akan merasa lebih peduli dan komit bekerja dalam satu tim karena dengan
cara itu terjadi interaksi antar karyawan yang positif. Juga terjadi saling mengisi dan
saling memperkuat karena terjadi fenomena barbagi informasi, pengalaman, dan
berbagi bakat dan keahlian sekaligus memperkecil kelemahan yang dimiliki masing-
masing karyawan.

Kelompok dapat berbentuk kelompok formal dan informal:

1) Kelompok Formal

Kelompok formal adalah kelompok-kelompok yang didefinisikan oleh


struktur organisasi dengan penentuan tugas dan berdasarkan penunjukan
penugasan kerja. Dalam kelompok formal, perilaku yang harus dianut oleh
seseorang ditetapkan dan diarahkan menuju tujuan-tujuan organisasi. Contoh
kelompok formal: kelompok kerja, panitia, departemen kecil, dan tim proyek.
Tujuan kelompok formal: peraturan-peraturan, keanggotaan, pemilihan
pemimpin biasanya ditentukan oleh organisasi dalam ketentuan-ketentuan atau
perintah organisasi ini.

3
Kelompok ini dibangun selaku akibat dari pola struktur organisasi dan
pembagian kerja yang ditandai untuk menegakkan tugas-tugas. Kebutuhan dan
proses organisasi menimbulkan formulasi tipe-tipe kelompok yang berbeda–
beda. Khususnya ada dua tipe kelompok formal, di antaranya :

a. Kelompok Komando (Command Group)

Kelompok komando ditentukan oleh bagan organisasi. Kelompok terdiri dari


bawahan yang melapor langsung kepada seorang supervisor tertentu.
Hubungan wewenang antara manajer departemen dengan supervisor, atau
antara seorang perawat senior dan bawahannya, merupakan kelompok
komado.

b. Kelompok Tugas (Task Group)

Kelompok tugas terdiri dari para karyawan yang bekerja – sama untuk
menyelesaikan suatu tugas atau proyek tertentu. Misalnya, kegiatan para
karyawan administrasi dalam perusahaan asuransi pada waktu orang
mengajukan tuntutan kecelakaan, merupakan tugas yang harus dilaksanakan.

2) Kelompok Informal
Kelompok informal adalah pengelompokan secara wajar dari orang-orang
dalam situasi kerja untuk memenuhi kebutuhan sosial. Dengan perkataan lain,
kelompok informal tidak muncul karena dibentuk dengan sengaja, tetapi muncul
secara wajar.
Orang mengenal dua macam kelompok informal khusus diantaranya:
a. Kelompok Kepentingan (Interest Group)
Orang yang mungkin tidak merupakan anggota dari kelompok komando atau
kelompok tugas yang sama, mungkin bergabung untuk mencapai sesuatu
sasaran bersama. Para karyawan yang bersama-sama bergabung dalam
kelompok untuk membentuk front yang terpadu menghadapi manajemen
untuk mendapatkan manfaat yang lebih banyak dan pelayan wanita yang
mengumpulkan uang persen mereka merupakan contoh dari kelompok
kepentingan. Perlu diketahui juga tujuan kelompok semacam itu tidak
berhubungan dengan tujuan organisasi, tetapi tujuan itu bersifat khusus bagi
tiap – tiap kelompok.

4
b. Kelompok Persahabatan (Friendship Group)
Banyak kelompok dibentuk karena para anggotanya mempunyai sesuatu
kesamaan, misalnya usia, kepercayaan politis, atau latar belakang etnis.
Kelompok persahabatan ini seringkali melebarkan interaksi dan komunikasi
mereka sampai pada kegiatan diluar pekerjaan.

Jika Pola gabungan karyawan dicatat, maka akan segera menjadi jelas
bahwa mereka termasuk dalam berbagai macam kelompok yang sering
bersamaan. Maka diadakan perbedaan diantara dua klasifikassi kelompok yang
luar: kelompok formal dan informal. Perbedaan utama antara keduanya adalah
bahwa kelompok formal (kelompok komando dan kelompok tugas) dibentuk oleh
organisasi formal dan merupakan alat untuk mencapai tujuan, sedangkan
kelompok informal (kelompok kepentingan dan kelompok persahabatan) adalah
penting untuk keperluan mereka sendiri ( artinya, mereka memenuhi kebutuhan
pokok akan berkelompok).

Kelompok-kelompok informal memenuhi bermacam-macam kebutuhan


para pekerja. Keanggotaan dalam kelompok informal memberikan kesempatan
untuk memuaskan kebutuhan–kebutuhan sosial, seperti: berkawan, kasih-sayang
serta pembinaan atau pendidikan.
Fungsi khusus kelompok informal yang penting adalah pengaturan perilaku
sosial dan kerja. Meskipun beberapa norma aktivitas sosial diciptakan oleh
organisasi dan oleh kebudayaan luar, namun terdapat kebutuhan untuk
mengoperasikan norma-norma tersebut dalam situasi kerja.
Kelompok-kelompok ini adalah formasi-formasi alami dalam
lingkungan kerja yang timbul sebagai respons terhadap kebutuhan akan
kontak sosial.

5
2.2 Pengembangan Group
Hal yang sangat mendasar dalam mewujudkan keutuhan sebuah group agar
dapat berkinerja dan berdaya guna adalah dengan melakukan pengembangan dan
perancangan tim yang baik.
Menurut Robbins (2008), ada lima pengembangan group, The Five-Stage
Model, model ini menggambarkan perkembangan grup dalam lima tahap mulai dari
pembentukan hingga pembubaran.
1) Tahap Pembentukan ( forming ), memiliki karakteristik besarnya ketidakpastian
atas tujuan, struktur, dan kepimimpinan kelompok tersebut. Para anggotanya
“menguji kedalaman air” untuk menentukan jenis – jenis perilaku yang dapat
diterima. Tahap ini selesai ketika para anggotanya mulai menganggap diri mereka
sebagai bagian dari kelompok.
2) Tahap Timbulnya konflik ( storming stage ) adalah satu dari konflik
intrakelompok. Para anggotanya menerima keberadaan kelompok tersebut, tetapi
terdapat penolakan terhadap batasan – batasan yang diterapkan kelompok
terhadap setiap individu. Ketika tahap ini selesai, terdapat sebuah hierarki yang
relatif jelas atas kepemimpinan dalam kelompok tersebut.
3) Tahap Normalisasi ( norming stage ) adalah tahap di mana hubungan yang dekat
terbentuk dan kelompok tersebut menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini
terbentuk sebuah rasa yang kuat akan identitas kelompok dan persahabatan.
Tahap ini selesai ketika struktur kelompok tersebut menjadi solid dan kelompok
telah mengasimilasi serangkaian ekspektasiumum definisi yang benar atas
perilaku organisasi.
4) Tahap Berkinerja ( performing ) adalah tahap di mana struktur telah sepehunya
fungsional dan diterima. Energi kelompok telah berpindah dari saling mengenal
dan memahami menjadi mengerjakan tugas yang ada.
5) Tahap Pembubaran ( adjourning stage ). Dalam tahap ini, kelompok tersebut
mempersiapkan diri untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi
menjadi prioritas tertinggi kelompok. Sebagai gantinya, perhatian diarahkan
untuk menyelesaikan aktivitas – aktivitas

6
2.3 Struktur Group dan Konsekuensinya
Struktur suatu kelompok dapat terlihat dari pola hubungan yang berlaku tetap antara
anggota kelompok yang bersangkutan. Pola hubungan ini menimbulkan
kecenderungan pada tiap anggota untuk menempatkan diri mereka masing-masing
pada tempat yang menurut mereka merupakan tempat yang tepat untuk mereka.
1) Hubungan Antar-Status
Susunan status atau urutan sosial dapat berkembang karena berbagai sebab.
Namun secara umum dapat dikatakan bahwa status bergantung pada berapa besar
seseorang memberikan sumbangannya bagi tercapainya tujuan. Seseorang yang
merasa mempunyai ‘jasa’ terbesar cenderung berusaha mendapatkan status yang
tinggi.
Susunan status dalam suatu kelompok, dan juga dalam suatu organisasi, selalu
tampil dalam dua wujud, yaitu berupa status formal dan status sosial.
2) Status dan Pola Interaksi Manusia
Fisek dan Ofshe mengemukakan bahwa tingkah laku atau cara berinteraksi suatu
kelompok sering sekali memberikan suatu gambaran mengenai struktur status
dalam kelompok tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang
banyak mendapatkan interaksi dari yang lain biasanya merupakan pimpinan
kelompok.

2.4 Mendesign Kerja Efektif Tim


Ada empat komponen penting untuk mendesign tim yang efektif, yaitu :
1) Rancangan Pekerjaan
Keefektifan tim membutuhkan kerjasama dan menempatkan tanggung jawab
bersama untuk melaksanakan tugas penting. Rancangan kerja ini menggambarkan
motivasi karena meningkatkan rasa tanggung jawab anggota dan pemilik pada
pekerjaan dan karena membuat pekerjaan lebih menarik untuk dikerjakan.
contoh: sebuah perusahaan menerapkan progam kerja yang harus dilaksanakan
oleh semua pegawainya. Setiap lini departemen memiliki masing masing program
kerja yang berbeda. Misalnya, departemen HRD (Human Resource Development)
akan memiliki program kerja menjaring tenaga kerja andal untuk tahun
berikutnya, mencari tambahan karyawan pada periode selanjutnya, atau program
kerja HRD Departemen bisa juga berisi tentang jadwal pelatihan karyawan. Setiap

7
program yang sudah mendapatkan program kerja, baik program kerja minggua,
program kerja bulanan, atau program kerja tahunan harus melaksanakannya
dengan maksimal. Umumnya didalam sebuah program kerja berisi target dan
waktu pengerjaan suatu pekerjaan serta kapan pekerjaan tersebut harus dilaporkan
ke atasan. Memakai dan melaksanakan sebuah program kerja akan memberikan
efektivitas dalam pekerjaan. Anda akan lebih terarah dalam bekerja karena
mengetahui target dan waktu pekerjaan yang harus dilakukan. Tak ada lagi istilah
keteteran bekerja karena deadline yang mendesak
2) Konteks
Tiga faktor kontekstual yang muncul paling signifikan sehubungan dengan kinerja
tim adalah adanya sumber daya yang mencukupi, kepemimpinan yang efektif, dan
evaluasi kinerja dan sistem reward yang mencerminkan kontribusi tim.
 Sumber daya mencukupi.
Tim yang efektif memiliki sumber daya yang memadai untuk melaksanakan
semua pekerjaan dalam mencapai tujuan. Hal ini meliputi pengaruh seperti
informasi yang tepat waktu, teknologi, ketersediaan staf, dorongan dan asisten
administrasi.
 Kepemimpinan dan Struktur.
Anggota tim harus sependapat mengenai siapa melakukan apa dan memastikan
bahwa semua anggota menyumbang secara sama dalam berbagi beban kerja.
Disamping itu tim perlu menetapkan bagimana jadwal ditentukan,
keterampilan apa yang diperlukan untuk dikembangkan, bagimana kelompok
akan memecahkan konflik, dan bagaimana kelompok akan mengambil dan
memodifikasi keputusan. Menyepakati mengenai hal-hal yang spesifik dari
kerja dan bagimana hal itu cocok dalam memadukan keterampilan-
keterampilan individual menuntut kepemimpinan dan struktur.
 Evaluasi Kinerja dan Sistem Reward. Secara tradisional, evaluasi berorientasi
individu dan sistem reward harus dimodifikasi guna merefleksikan kinerja tim.
Evaluasi kinerja individu seperti upaya resmi per jam, insentif individu, dan
sejenisnya tidak konsisten dengan perkembangan kinerja tinggi yang
ditunjukkan tim. Jadi, selaku tambahan guna pengevaluasian dan
mereward pekerja bagi kontribusi individualnya di dalam tim, manajemen
harus mempertimbangkan appraisal berdasar kelompok, pembagian

8
keuntungan, perolehan saham, insentif kelompok, dan modifikasi sistem
lainnya yang akan menguatkan upaya dan komitmen tim.
3) Komposisi
Kategori ini terdiri atas variabel-variabel yang berhubungan tentang bagaimana
tim harus dibentuk melalui:
 Kemampuan anggota
Untuk bekerja dengan efektif, suatu tim menuntut tiga tipe keterampilan yang
berbeda. Pertama, tim perlu orang-orang dengan keahlian teknis. Kedua, perlu
orang dengan keterampilan pemecah masalah dan pengambilan keputusan agar
mampu mengidentifikasi masalah, membangkitkan alternative, mengevaluasi
alternatif, dan membuat pilihan yang kompeten. Ketiga, tim memerlukan orang
dengan keterampilan mendengarkan dengan baik, umpan balik, penyelesaian
konflik, dan keterampilan antar pribadi lainnya.
 Personalitas
Personalitas mempengaruhi individu dalam perilaku. Macam-macam karakter
personal dalam tim akan mempengaruhi kinerja tim secara keseluruhan.
Kepribadian dan karakter yang berbeda akan menimbulkan cara pendekatan
yang berbeda dalam kelompok.
 Mengalokasikan peran dan menggalakkan keanekaragaman
Mempunyai kebutuhan berbeda, dan orang hendaknya diseleksi untuk sebuah
tim berdasarkan pada kepribadian dan pilihan kesukaan mereka. Tim yang
berkinerja tinggi benar-benar mencocokkan orang dengan berbagai peran.
Terdapat sembilan peran potensial dalam tim yaitu; penghubung, pencipta,
promosi, penaksir, pengorganisasi, penghasil, pengontrol, pemelihara, dan
penasehat. Tim kerja yang berhasil adalah tim yang memiliki orang-orang
untuk mengisi semua peran dan menyeleksi orang-orang untuk bermain dalam
peran-peran ini berdasarkan pada keterampilan dan pilihan meraka.
 Fleksibilitas anggota
Tim terdiri atas individu-individu fleksibel yang anggotanya dapat saling
melengkapi tugas satu sama lain. Ini nyata berguna bagi suatu tim karena secara
signifikan mampu meningkatkan adaptabilitas dan membuatnya luwes di mata
para anggotanya. Jadi, pemilihan anggota dilancarkan atas mereka yang

9
memiliki nilai fleksibilitas, yang lalu secara silang melakukan lahihan untuk
saling mengerjakan pekerjaan anggota lain.
 Pilhan anggota
Tidak semua anggota merupakan pemain tim. berikan pilihan, beberapa pekerja
akan menyeleksi secara sendirinya keluar dari parstisipasi tim. kinerja tim yang
tinggi seperti menggabungkan orang yang senang bekerja sebagai bagian
dalam tim.
4) Proses
Kategori terakhir berhubungan dengan efektivitas tim adalah variabel proses.
Variabel-variabel proses terdiri atas komitmen setiap anggota tim terhadap tujuan,
pembentukan sasaran tim secara khusus, efikasi tim, manajemen konflik yang
terorganisasi baik, serta pengurangan social loafing.
 Tujuan Bersama. Tim yang efektif harus punya tujuan bersama sekaligus
bermakna, berfungsi sebagai arahan, momentum, dan komitmen di antara
anggotanya. Tujuan ini dapat diibaratkan sebuah visi. Ia lebih luas ketimbang
sasaran tertentu saja.
 Sasaran Spesifik. Tim yang sukses adalah yang mampu menerjemahkan tujuan
bersama mereka ke dalam sasaran kinerja yang realistik, spesifik, dan bermakna.
 Efikasi Tim. Tim yang efektif punya kepercayaan diri. Mereka yakin mereka
akan berhasil. Hanyak sukses yang mampu melahirkan sukses. Tim yang telah
sukses meningkat keyakinan mereka untuk meraih sukses di masa datang.
Kesuksesan akan memotivasi mereka lebih keras lagi untuk mencapai
kesuksesan yang lebih besar.
 Tingkat Konflik. Konflik dalam tim tidak selamanya buruk. Tim yang sama
sekali tidak pernah terlibat konflik akan mandek dan apatis. Jadi, konflik
sebenarnya meningkatkan efektivitas tim, kendati tidak semua konflik punya
pengaruh positif. Konflik hubungan yang berdasarkan ketidaknyamanan antar
individu, ketegangan, dan permusuhan terhadap orang lain selalu bersifat
disfungsi, merugikan. Kendati begitu, pada tim yang menunjukkan kegiatan
nonrutin, ketidaksetujuan antar anggota seputar pekerjaan tidak terlampau
punya daya rusak tinggi.
 Social Loafing. Individu dapat bersembunyi di dalam kelompok. Mereka dapat
terlibat dalam social loafing dalam upaya kelompok karena kontribusi individu

10
tidak bisa diidentifikasi secara mudah. Tim yang efektif menggarisbawahi
kecenderungan ini dengan menahan mereka yang akuntabel baik di tingkat
individu ataupun tim.

11
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kelompok atau Group dapat didefinisikan sebagai dua individu atau lebih
yang saling berinteraksi dan saling tergantung antara satu sama lainnya dan saling
bergabung untuk mencapai tujuan tertentu. Ciri-ciri Kelompok diantaranya adalah
saling berinteraksinya anggota kelompok sehingga tindakan seseorang akan
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh orang lain dan menyakini adanya kemungkinan
untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Hal yang sangat mendasar dalam mewujudkan keutuhan sebuah tim agar dapat
berkinerja dan berdaya guna adalah dengan melakukan pengembangan dan
perancangan tim yang baik.
Dalam sebuah kelompok kerja terdapat struktur yang membentuk perilaku
anggotanya dan memungkinkan untuk menjelaskan dan meramalkan sebagian besar
perilaku individu di dalam kelompok maupun kinerja kelompok itu sendiri.

12
DAFTAR PUSTAKA

Stephen Robbins-Timothy A. Judge. Perilaku Organisasi. Edisi 12. Salemba Empat:


Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai