Anda di halaman 1dari 2

“Prioritas Budaya Dalam Komunitas Drummer Guyub Yogyakarta”

dandessurya@gmail.com
Surya Dandes
A. Pendahuluan
Drummer guyub Yogyakarta merupakan komunitas yang lahir pada tahun 2014.
Kelahiran komunitas ini awalnya digagas oleh beberapa drummer senior yang berdomisili di
Yogyakarta sebagai tempat berbagi informasi dan sebagai penjembatan bertemunya drummer
yang ada di Yogyakarta. Nama guyub sendiri mengadaptasi bahasa lokal sebagai identitas
komunitas. Menurut KBBI istilah guyub dapat diartikan sebagai rukun, berkelompok, dan
berkumpul sesuai dengan misi awal dari komunitas ini sebagai wadah bertemu, berbagi ,
mengedukasi tentang drum baik secara empiris maupun secara akademisi.
Pergerakan dari komunitas ini sangat banayak diperbincangkan para musisi maupun
komunitas musik lainnya. Banyaknya respon positive tentang komunitas ini memunculkan
banyak persepsi, sehingga memunculkan banyak pertanyaan bagi orang-orang diluar komunitas
karena saat ini dapat dibilang bahwa drummer guyub yogyakrta merupakan salah satu komunitas
yang produktif terhitung semenjak kelahirannya 3 tahun yang lau. Menyinggung terhadap
produktifitas dalam komunitas ini, bahwa komunitas mengusung program-program yang
menarik, dan konsisten sehingga komunitas ini memiliki penawaran yang sederhana, menarik
dan berbeda.

Kehadiran komunitas drummer guyub Yogyakarta yang disingkat dengan DGYK, saat ini
mampu membuat suatu pandangan yang berbeda terhadap drummer, pandangan ini dipecahkan
melihat dari fungsi drum sendiri sebagai penjaga gawang dalam musik, dengan adanya
komunitas ini setiap drummer dapat menjadi komposer, konseptor, arranger, dalam karya yang
akan di tawarkan terhadap masyarakat. Ruang-ruang seperti ini yang membuat komunitas ini
menjadi menarik, sehingga drummer bukan dilihat sebagai orang-orang di bagian belakang tetapi
sebagai komunal yang mampu memproduksi musik dengan latar belakang drummer.

Semua kesenian tidak luput dari cerminan perilaku masyarakat dan bagaimana pelukisan
masyarakat terdahulu hingga sampai perkembangan kesenian itu sendiri pada saat ini, dan
menjadi kebudayaan dari masyarakat pemiliknya (Ihromi, 2013, 7). Berangkat dari sudut
pandang di atas dengan lingkup musik tradisional yang menjadi indentitas Indonesia, bahwa kita
berada dalam ruang lingkup yang perkusif,, sudut pandang ini dilihat dari setiap kesenian yang
hidup dan berkembang di Indonesia. Melihat dari tradisi yang kita miliki bahwa secara tidak
langsung saat kita mengenal musik tradisi, kita sudah ada diruang lingkup perkusi. Sebagai
contoh kita dapat melihat dari musik setiap klan ataupun sekte di Indonesia bahwa musik-musik
perkusi sudah menjadi darah daging dan setiap suku maupun daerah memiliki ragam perkusinya
masing-masing. Spirit tentang perkusi di Indonesia ini membentuk pola pemikiran bagi
komunitas DGYK ini bahwa drum yang merupakan instrument yang berkembang dalam musik
barat namun dapat disikapi secara Indonesia. Dengan hadirnya DGYK di Indonesia setidaknya
perwujudan dari keinginan sedang dilakukan terhitung dari pendokumentasian beberapa karya
dari drummer Indonesia dengan membuat karya drum dengan pertimbangan kearifan lokal. Saat
ini sudah banyak genre perkusi tradisi di luar Indonesia yang sudah diimitasikan kedalam drum
seperti genre latin. Mereka mampu membuat gaya sendiri dalam drum dengan mengimitasikan
sebuah ensamble perkusi ke dalam genre drum. Indonesia yang memiliki ragam perkusi
seharusnya mampu lebih nantinya ketika hal ini dilakukan, sehingga Indonesia mempunyai gaya
drum sendiri menjadi sebuah kebaruan melalui pola piker tradisi untuk universal.

Pemikiran-pemikiran dari DGYK sangatlah menarik dimana fungsi komunitas bukan


hanya wadah untuk perkumpulan musisi dengan profesi yang sama namun memikirkan tentang
hal yang bersifat kontekstual dimana dari pemikiran kecil dapat menjadikan sesuatu yang
bermamfaat untuk kedepannya baik itu dari segi drum, kebudayaan Indonesia dan sebuah inovasi
dalam musik dunia.

B. DESKRIPSI
a. Strukral dan leader dalam komunitas drummer guyub Yogyakarta
b. Kontribusi , edukasi dalam komunitas
c. Interpretasi drummer tehadap produktivitas karya dalam sebuah komposisi
d. proses mandiri sebagai sustain komunitas
C. ANALISIS
D. KESIMPULAN
KEPUSTAKAAN

Anda mungkin juga menyukai