Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ansietas bisa dialami siapa saja dari latar belakang sosial, budaya
maupun ekonomi. Selain itu ansietas dapat menyerang lanjut usia, wanita,
pria remaja dan dewasa bahkan anak-anak sekalipun. Ansietas adalah
perasaan yang dialami ketika terlalu mengkhawatirkan kemungkinan
peristiwa yang menakutkan yang terjadi di masa depan yang tidak bisa
dikendalikan jika itu terjadi, dan akan dinilai sebagai ‘mengerikan’, atau
dapat mengungkapkan bahwa kita adalah orang yang benar-benar tidak
mampu menata pikiran diri sendiri.
Pada dasarnya seluruh manusia itu dalam keadaan seimbang, namun
dalam hidup pasti ada masalah yang harus dihadapi, ada yang diterima
dengan baik adapula yang harus diproses, bahkan ditolak. Namun, masalah
tak dapat ditolak tetapi pikiran ingin menolak itulah yang menyebabkan
cemas, stres sampai depresi. Fenomena belakangan ini di kota-kota besar,
bahkan di Negara maju terutama Indonesia menunjukkan peningkatan
tajam terhadap perilaku cemas yang berlebihan atau ansietas, hal ini
kelihatannya disebabkan oleh kondisi ekonomi negara kita yang masih
belum stabil, sehingga semakin banyak orang yang mengalami kecemasan,
stres, sampai depresi.
Menurut penelitian kecenderungan pengidap gangguan jiwa
meningkat, hal ini dapat dilihat dari data Bank Dunia pada 1995.
Disebutkan bahwa telah terjadi kehilangan hari-hari produktif (disability
adjusted life years) di beberapa negara, sebesar 8,1 % dari total Global
Burden Disease akibat gangguan kesehatan jiwa. Angka ini tercatat lebih
tinggi jika dibandingkan dengan penyakit lain seperti tuberculosis (7,2 %),
kanker (5,8%), penyakit jantung (4,4 %) maupun malaria (2,6%).
Gangguan kecemasan diperkirakan mengidap 1 dari 10 orang. Menurut
data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat

1
terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun
sampai pada usia lanjut .
Obat-obatan yang digunakan untuk menekan ansietas sudah
berkembang sejak 1950 hingga sekarang. Hingga kini, antiansietas masih
merupakan penangkal utama, baik yang memiliki aksi tunggal maupun
ganda.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Ansietas ?
2. Bagaimana etiologi dari Ansietas ?
3. Bagaimana komplikasi pada Ansietas ?
4. Apa saja macam dari Ansietas ?
5. Apa saja tingkatan dari Ansietas ?
6. Bagaimana fisiologi dari Ansietas ?
7. Bagaimana cara mengobati Ansietas ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Ansietas.
2. Untuk mengetahui etiologi dari Ansietas.
3. Untuk mengetahui komplikasi pada Ansietas.
4. Untuk mengetahui macam-macam Ansietas.
5. Untuk mengetahui tingkatan dari Ansietas.
6. Untuk mengetahui fisiologi dari Ansietas.
7. Untuk mengetahui cara pengobatan Ansietas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Ansietas
Ansietas adalah rasa takut yang tidak jelas disertai dengan perasaan
ketidakpastian , ketidakberdayaan , isolasi dan ketidakamanan. Ansietas
juga dapat didefinisikan sebagai kondisi kejiwaan di mana adanya
perasaan subjektif berupa kegelisahan, ketakutan, atau firasat-firasat
buruk. Ansietas, atau dikenal juga sebagai gangguan cemas, merupakan
gejala kejiwaan atau psikiatri yang paling sering muncul di
masyarakat.Penting untuk di ingat bahwa ansietas adalah bagian dari
kehidupan sehari-hari . Sekitar 15-20% ansietas terjadi di masayarakat,
dimana perempuan lebih sering menderita ansietas.
B. Etiologi dari Ansietas
Penyebab gangguan ansietas pada anak , sebagaimana semua
gangguan jiwa dan gangguan perilaku lain , pada dasarnya tidak
diketahui.Tidak ada temuan fisik ataupun uji laboratorium khusus yang
membantu menegakkan diagnosis gangguan ansietas . Individu yang
mengalami GAD sering kali melaporkan gejala yang mulai muncul sejak
awal dalam fase kehidupan.OCD tercatat berkaitan erat dengan gangguan
pada neurotransmiter otak.
Salah satu tipe khusus OCD , gangguan neuropsikiatrik autoimun
pediatrik yang berkaitan dengan streptokokus grup A , dapat muncul
mendadak setelah infeksi akibat bakteri strepotokokus . PANDAS
berkaitan dengan OCD dan awitan cepat gangguan tik. Pada satu
penelitian terhadap 12 anak yang mengalami PANDAS rata-rata usia saat
awitan ditemukan adalah usia 7 tahun dengan resiko anak laki-laki
terhadap anak perempuan 4:1 . Semua anak ini mengalami awitan cepat
OCD atau gangguan tik setelah infeksi streptokokus pada tenggorok ,
orang tua dapat mengidentifikasikan secara langsung di hari itu ketika
gejala tersebut mulai muncul . Sebelum tanggal tersebut , tidak ada bukti

3
gangguan neuropsikiatrik apa pun pada semua anak ini. Tujuh puluh lima
persen kompulsi berkaitan dengan bakteri , dan lebih dari separuh anak
juga mengalami urgensi dan sering berkemih tanpa infeksi. Anak tersebut
diobati dengan antibiotik spektrum luas selama 10 hari , dan gejala OCD
reda dalam 14 hari . Enam dari seluruh anak tersebut mengalami
kekambuhan dan kembali memiliki kultur tenggorok positif untuk
streptokokus grup A. Rekomendasi penelitian tersebut adalah
mempertimbangkan PANDAS pada anak yang mengalami perilaku aneh
awitan mendadak setelah baru saja mengalami nyeri , tenggorok atau
demam . Anak tersebut harus mendapat serangkaian antibiotik , sebagai
tambahan intervensi psikiatik . Hingga kini , tidak diketahui PANDAS
merupakan prediktif awitan lambat OCD atau gangguan tik.
Ansietas perpisahan cinderung lebih sering ditemukan pada keluarga
yang sangat dekat satu sama lain . Variasi budaya terdapat dalam jumlah
interdependensi yang di dukung oleh keluarga . Gangguan ini dapat
muncul setelah stresor besar dalam hidup , seperti kematian orang tua atau
kakek nenek gangguan ini dapat ditandai dengan periode eksaserbasi dan
remisi.Mutisme selektif berkaitan erat dengan gangguan ansietas lain
termasuk gangguan stress pascatrauma , dan tidak berkaitan semua faktor
penyebab khusus yang diketahui .
C. Komplikasi Ansietas
Untuk sebagian besar bagian , semua gangguan ansietas mulai terjadi
pada titik yang sama di masa kanak-kanak dan dapat memburuk , remisi
total saat remaja , atau terus memburuk dan membaik di sepanjang dewasa
. Gangguan ansietas sangat ko-morbid dengan gangguan psikiatrik lain
pada masa kanak-kanak , dan pengkajian terdapat ansietas harus dilakukan
ketika timbul dugaan masalah kesehatan jiwa pada anak atau remaja.
Sering kali gejala ansietas perpisahan dan mutisme selektif hilang pada
masa dewasa. Mutisme selektif berkaitan dengan gangguan ansietas lain
termasuk gangguan stress pascatrauma, dan tidak berkaitan dengan semua
faktor penyebab khusus yang diketahui.

4
D. Macam-macam Ansietas
Ada tiga jenis kecemasan :
1. Kecemasan obyektif (realistis) Kecemasan obyektif/realistis adalah
kecemasan Akan bahaya-bahaya dari luar.
2. Kecemasan Neurotis Kecemasan neurosis adalah kecemasan bila
instink-instink tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan orang
berbuat sesuatu yang dapat dihukum.
3. Kecemasan Moral Kecemasan moral adalah kecemasan yang timbul
dari kata hati terhadap perasaan berdosa apabila melakukan dan
sebaliknva berpikir melakukan sesuatu yang bertentangan dengan
norma-norma moral.
E. Tingkat Kecemasan
1. Kecemasan Ringan(mild anxiety)
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Kemampuan melihat dan mendengar menjadi meningkat serta
cemas ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan kreatifitas.
2. Kecemasan Sedang(moderate anxiety)
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting
dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian
yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
3. Kecemasan Berat(severe anxiety)
Sangat membatasi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak dapat
berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan sehingga
dapat memusatkan pada suatu objek lain.

F. Fisiologi Ansietas
Jika anak atau remaja dihadapkan pada peristiwa atau situasi yang
memicu ansietas, mereka dapat menunjukkan gejala serangan

5
panik.serangan panik merupakan periode khas ketakutan luar biasa ketika
tidak ada bahaya yang nyata. Serangan panik memiliki beberapa gejala
kognitif dan fisik termasuk peningkatan laju denyut jantung dan tekanan
darah ( diikuti oleh penurunan tekanan darah secara cepat ketika terjadi
respon vasovagal), pendek napas, palpitasi,berkeringat,tremor,sensasi
tercekik,mual,limbung,baal,ketakutan ekstrem, takut mati, atau perasaan
akan datangnya malapetaka. Anak yang mengalami serangan panik sering
kali tidak dapat mendeskripsikan apa yang mereka rasakan,dan dapat
dianggap sebagai perilaku tantrum oleh orang dewasa. Remaja yang
mengalami serangan panik lebih menyerupai orang dewasa,dan mereka
dapat mendeskripsikan apa yang mereka alami dengan lebih baik.
Serangan panik sering kali disertai hasrat untuk meloloskan atau melarikan
diri. Serangan ini dapat berlangsung selama beberapa menit hingga satu
jam atau lebih dapat melumpuhkan anak atau remaja yang mengalaminya.
G. Pengobatan Ansietas
Pengobatan untuk ansietas dapat dilakukan dengan kombinasi
intervensi psikoterapi, obat-obatan (farmakoterapi), dan pengobatan
suportif. Intervensi psikoterapi yang dilakukan seperti terapi perilaku dan
kognitif dengan cara relaksasi.
Obat-obatan untuk ansietas berlangsung dalam jangka waktu panjang
dan mungkin berlangsung seumur hidup. Alasan ini yang menyebabkan
pengobatan ansietas tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Beberapa
jenis obat yang digunakan untuk ansietas, yaitu golongan benzodiazepine,
SSRI (serotonin-specific reuptake inhibitors), buspirone, dan venlafaxine.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ansietas adalah rasa takut yang tidak jelas disertai dengan perasaan
ketidakpastian , ketidakberdayaan , isolasi dan ketidakamanan Macam-
macam ansietas ada tiga macam yaitu kecemasan obyektif , Neuoritis dan
Moral. Tingkatan ansietas ada tiga tingkatan yaitu ringan , sedang , berat.
B. Saran
Ansietas merupakan gangguan kejiwaan berupa cemas yang tidak
berobyek, sehingga memerlukan pencegahan sedini mungkin pada tiap
lapisan masyarakat. Langkah-langkah pencegahan tersebut dapat berupa :
1. Kurikulum pendidikan kesehatan jiwa pada tiap jenjang
pendidikan
2. Perbaikan pelayanan kesehatan jiwa pada di setiap lapisan
institusi kesehatan
3. Gaya hidup yang sehat
4. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
5. Tidur yang cukup.
6. Cukup olahraga.
7. Tidak merokok.
8. Tidak meminum minuman keras.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ballard,Karen A . 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatrik . Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran.

Stuart,Gail W . 2016 . Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart Buku 1 .


Jakarta:Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai