Anda di halaman 1dari 48

UPAYA MENINGKATKAN SIKAP SANTUN DAN HASIL BELAJAR

PESERTA DIDIK PADA SUBTEMA ORGAN GERAK HEWAN


MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING.

(Penilitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN 184 Buahbatu Kota Bandung


Jln. H. Ibrahim Adjie No.65 Kecamatan Buahbatu Kota Bandung)

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penulisan Skripsi


Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh
RESTU WITRIANI YULIAN
145060082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2018
i
UPAYA MENINGKATKAN SIKAP SANTUN DAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK PADA SUBTEMA ORGAN GERAK HEWAN
MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING.

(Penilitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN 184 Buahbatu Kota Bandung


Jln. H. Ibrahim Adjie No.65 Kecamatan Buahbatu Kota Bandung)

Oleh
RESTU WITRIANI YULIAN
145060082

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL

Menyetujui

Penelaah I Penelaah II

Dra. Aas Saraswati, M.Pd Drs. H. Jaka Permana, M.M., M.Pd


NIP. 19591016 1984032001 NIPY 151 100 64

Mengetahui

Ketua Prodi PGSD

Dra. Aas Saraswati, M.Pd


NIP. 19591016 1984032001

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, ucapan syukur kami
atas kekuatan dan kelancaran yang telah diberikan kepada kami selama melaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas dan penyususnan laporan ini.
Harapan penulis semoga proposal UPAYA MENINGKATKAN SIKAP
SANTUN DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA SUBTEMA ORGAN
GERAK HEWAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Proposal PTK ini diajukan untuk mengikuti sidang proposal dalam menempuh
penyusunan tugas akhir. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman,
penulis yakin masih banyak kekurangan dalam proposal ini. Meskipun demikian,
penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membaca dan memerlukannya.

Bandung, Februari 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

A. JUDUL PENELITIAN ........................................................................................... 1


B. LATAR BELAKANG MASALAH ....................................................................... 1
C. IDENTIFIKASI MASALAH ................................................................................. 4
D. PEMBATASAN DAN RUMUSAN MASALAH ................................................. 5
E. TUJUAN PENELITIAN ........................................................................................ 6
F. MANFAAT PENELITIAN .................................................................................... 6
G. DEFINISI OPERASIONAL .................................................................................. 7
H. KAJIAN TEORI .................................................................................................... 9
I. HASIL PENELITIAN TERDAHULU ................................................................ 18
J. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................ 19
K. ASUMSI DAN HIPOTESIS ....................................................................................... 21
L. METODE DAN DESIGN PENELITIAN ................................................................. 22
M. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN ................................................................ 26
N. OPERASIONAL VARIABEL ............................................................................. 26
O. RANCANGAN PENGUMPULAN DATA DAN ISNTRUMEN PENELITIAN 28
P. RANCANGAN ANALISIS DATA ..................................................................... 31
Q. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN.............................................................. 35
R. JADWAL PENELITIAN ..................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 38


LAMPIRAN ...................................................................................................................

iii
A. JUDUL PENELITIAN
”UPAYA MENINGKATKAN SIKAP SANTUN DAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK PADA SUBTEMA ORGAN GERAK HEWAN
MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING.” (Penilitian
Tindakan Kelas di SDN 184 Buahbatu Kota Bandung)
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar bagi kehidupan setiap
manusia, gambaran kehidupan manusia atau masyarakat didalam suatu bangsa akan
tercermin dari bagaimana kualitas pendidikan yang diperoleh oleh masing-masing
pribadi masyarakat tersebut. Suatu bangsa dikatakan sebagai bangsa yang maju dapat
terlihat dari bagaimana cara bangsa tersebut memanfaatkan potensi sumber daya
manusia yang ada didalamnya.
Berdasarkan Pasal 3 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. “ Fungsi Pendidikan Nasional adalah mengembangkan kempampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa.”(Wahyudin, D, dkk, 2008, hlm. 2.9). Adapun Tujuan Pendidikan
Nasional adalah “Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serat
bertanggung jawab.” (Wahyudin, D, dkk, 2008, hlm. 2.9).
Menurut pengertian diatas, jelas bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang
dimaksudkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam berbagai hal, segi
maupun aspek kehidupan masyarakat. Hal tersebut harus sejalan dengan fungsi
pendidikan nasional yakni dalam hal pengembangan kemampuan dan potensi peserta
didik itu sendiri.
Wahyudin, D, dkk, (2008, hlm. 29) menjelaskan tentang pengertian pendidikan
berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional. Pasal 1 sebagai berikut :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar pesertadidik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
1
2

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan


dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendapat di atas dijelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dalam
proses pembelajaran agar peserta didik menjadi manusia yang lebih baik. Pendidikan
dasar sebagai pendidikan awal juga sangat berpengaruh terhadap pendidikan yang
selanjutnya.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang
saling berhubungan dan mempengaruhi. Komponen tersebut adalah guru, peserta
didik, tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Komponen-komponen pembelajaran
tersebut, tujuan dijadikan fokus utama pengembangan, artinya komponen-komponen
yang lain dikembangkan mengacu pada komponen tujuan yang ingin dicapai.
Menurut UU pasal 1 ayat 1 Tentang Guru dan Dosen menerangkan bahwa :
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.

Untuk menjadi guru yang profesional tentunya mempunyai beberapa kualifikasi


yang sudah diatur sesuai standar yang seharusnya. Berdasarkan UU No. 14 tahun
2005 Pasal 8 menyatakan guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kemudian Pasal 9 menyatakan kualifikasi
akademik sebagaimana dimaksud 5 dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan
tinggi program sarjana atau program diploma empat.
Standarisasi kualifikasi guru tersebut jelaslah bahwa orang-orang yang memenuhi
syarat sebagai guru profesional adalah yang berkompeten melalui pendidikan yang
semestinya. Salah satu kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang guru adalah
kompetensi pedagogik. Dalam kompetensi ini guru dituntut untuk mempunyai
kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta
3

didiknya sehingga nantinya dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran sesuai


dengan karakteristik peserta didik.
Dalam Undang-Undang No.14 tahun 2005 Pasal 10 Ayat 1 menyatakan bahwa
kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, sosial, dan kompetensi professional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi. Sudah seharusnya guru memenuhi aspek aspek
tersebut agar keberhasilan pencapaian kompetensi dapat dicapai secara maksimal dan
mutu pendidikan akan meningkat. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Selain dengan kompetensi guru yang harus dipenuhi dan dicapai, hal lain yang
penting dalam pendidikan Indonesia sekarang adalah perubahan kurikulum, tantangan
terbaru dan cukup besar pada perubahan kurikulum dari kurikulum tingkat satuan
pendidikan menjadi kurikulum 2013. Kurikulum bersifat dinamis, selalu akan
mengalami perubahan dan pengembangan agar dapat mengikuti perubahan dan
tantangan zaman. Kurikulum 2013 dimaknai sebagai suatu konsep kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kemampuan yang mengeksplorasi domain afektif
secara lebih dominan. Kurikulum ini diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan
sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh
tanggungjawab. Dalam praktik pelaksanaannya, kurikulum 2013 harus
diimplementasikan melalui pembelajaran berbasis hasil belajar yang berbasis
pendekatan ilmiah dan tematik integratif. Melalui beberapa pendekatan baru
diharapkan peserta didik memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan lebih
produktif. Lebih lanjut Mulyasa, E (2014, hlm.169) menyatakan kurikulum sekolah
dasar 2013 lebih ditekankan pada aspek afektif, dengan penilaian yang ditekankan
pada nontes dan portofolio. Dalam implementasi kurikulum yang berbasis
kompetensi dan karakter ini, murid SD idealnya tidak lagi banyak menghapal, karena
kurikulum ini dirancang untuk mempersiapkan peserta didik memiliki budi pekerti
4

atau karakter yang baik, sebagai bekal untuk mengikuti pendidikan pada jenjang
berikutnya.
Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk
mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1
Ayat 19).
Pada tahun 2016 kegiatan pembelajaran dihampir seluruh sekolah dasar
menerapkan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan seperangkat pembelajaran
yang menekankan kepada pembelajara tematik terpadu, sehingga diharapkan peserta
didik mampu untuk berperan secara aktif dalam pembelajaran, dalam proses
pembelajaranyapun menggabungkan berbagai mata pelajaran sehingga menimbulkan
kesan yang bermakna bagi peserta didik tersebut.
Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran pada
kurikulum 2013. Problem based learning (selanjutnya disebut PBL) merupakan salah
satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013. PBL berakar
dari keyakinan John Dewey bahwa guru harus mengajar dengan menarik naluri alami
peserta didik untuk menyelidiki dan menciptakan. PBL berbasis masalah sebagai hal
yang muncul pertama kali pada saat proses pembelajaran. Masalah tersebut disajikan
sealamiah mungkin dan selanjutnya peserta didik bekerja dengan masalah yang
menuntut peserta didik mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuannya.
Kemendikbud (dalam Abidin, Y, 2014, hlm. 55) memandang bahwa, “Problem
Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik
untuk ‘belajar bagaimana belajar’, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi
dari permasalahan dunia nyata.”
Dengan PBL pembelajaran akan lebih bermakna. Peserta didik yang belajar
memecahkan suatu masalah akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau
berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna
dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi tempat konsep
5

diterapkan. Dengan demikian, hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung akan semakin tinggi sehingga prestasi belajar belajarpun akan
meningkat.
Ada beberapa kendala yang terjadi di lapangan berkaitan dengan implementasi
kurikulum 2013. Sebagian besar pendidik masih merasa kebingungan memahami dan
mempelajari seperti apa esensi dari kurikulum 2013 ini. Berbagai seminar dan
pelatihan sedang gencar dilakukan agar pelaksanaan kurikulum 2013 dapat berjalan
dengan optimal. Sehingga meskipun beberapa sekolah yang disebut-sebut sudah
menggunakan kurikulum 2013, kegiatan belajar mengajar yang terlihat masih seperti
kegiatan pembelajaran pada kurikulum tingkat satuan pendidikan. Aspek kognitif
masih memiliki bagian yang besar untuk dijadikan indikator pencapaian tujuan
pembelajaran. Peserta didik masih terlihat belum berpartisipasi dengan aktif selama
proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut juga berdampak terhadap prestasi
belajar peserta didik setelah melalui proses belajar mengajar yang cenderung masih
rendah.
Berdasarkan wawancara dan observasi yang saya lakukan pada guru di SDN 184
Buahbatu sebelumnya, hal tersebut di atas tampak pada kegiatan belajar mengajar
yang terlihat di kelas V SDN 184 Buahbatu yang sudah diberlakukannya kurikulum
2013, seringkali peserta didik banyak yang kurang mengikuti pembelajaran secara
baik. Hal tersebut terjadi karena penyampaian materi hanya dilakukan dengan
menggunakan metode ceramah dan rendahnya partisipasi peserta didik ketika
kegiatan belajar berlangsung.
Metode guru yang masih konvensional atau metode ceramah berlebihan
menyebabkan peserta didik menjadi pasif dan sering tidak mengerjakan pekerjaan
rumah, hal tersebut sangat mempengaruhi ketercapaian KKM didalam kelas. Oleh
karena itu salah satu usaha untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas yaitu
dengan memberikan pendidikan pada jenjang sekolah dasar (SD).
Keberhasilan pencapaian kompetensi suatu mata pelajaran bergantung pada
beberapa aspek antara lain adalah peserta didik, guru, mata pelajaran, kurikulum,
metode pengajaran, sarana prasarana, salah satu aspek yang paling terlibat secara
6

langsung dalam upaya mempengaruhi, membina, dan mengambangkan kemampuan


peserta didiknya supaya menjadi cerdas, terampil dan bermoral tinggi serta berjiwa
social.
Proses pendidikan di sekolah terjadi melalui proses pembelajaran. Dalam hal ini
guru sangat berperan dalam terciptanya proses pembelajaran tersebut, sebagai
seorang guru dituntut untuk menguasai berbagai bidang yang terkait dalam
terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan efisien, sehingga dapat berdampak
kepada peserta didik untuk menimbulkan sikap santun yang selanjutnya dapat
meningkatkan ketercapain nilai peserta didik yang memuaskan. Guru juga dituntut
harus menguasai berbagai model dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Salah satunya adalah model pembelajaran Problem Based Learning yang dapat
memotivasi peserta didik untuk belajar secara mandiri maupun bekerjasama dengan
teman kelompoknya, menjadikan dan memotivasi peserta didik untuk belajar
mengemukakan pendapat senidiri, menjadikan peserta didik belajar secara aktiv
menemukan sendiri hal-hal yang mereka anggap harus diselesaikan selama
pembelajaran berlangsung, diharapkan melalui model ini dapat untuk meningkatkan
ketercapaian nilai minimal didalam kelas dan memotivasi peserta didik untuk
meningkatkan sikap santun.
Seorang guru harus mampu untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran
yang efektif dan atraktif didalam kelas, sehingga memotivasi peserta didik untuk
meningkatkan sikap santun. Maka dari itu guru dituntut untuk memahami kurikulum,
teori belajar, model pembelajaran serta menguasai materi yang akan diberikan.
Karena, seorang guru adalah ujung tombak dan kunci untuk tercapainya tujuan
pendidikan nasional, selain itu ada kurikulum dan lembaga pendidikan yang menjadi
ujung tombak dilapangan.
Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk
mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
7

mencapai tujuan pendidikan tertentu (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1


Ayat 19).
Pada tahun 2016 kegiatan pembelajaran dihampir seluruh sekolah dasar
menerapkan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan seperangkat pembelajaran
yang menekankan kepada pembelajara tematik terpadu, sehingga diharapkan peserta
didik mampu untuk berperan secara aktif dalam pembelajaran, dalam proses
pembelajaranyapun menggabungkan berbagai mata pelajaran sehingga menimbulkan
kesan yang bermakna bagi peserta didik tersebut.
Pada proses pembelajaran di dalam kelas, guru dituntut untuk menguasai berbagai
model pembelajaran yang terdapat didalam kurikulum 2013, tujuannya adalah untuk
memotivasi peserta didik untuk meningkatkan sikap santun didalam kelas sehingga
meningkatkan ketercapaian KKM tersebut, salah satunya adalah model pembelajaran
Problem Based Learning.
Pengertian PBL menurut Hudojo ( dalam Guntara,2014 hlm 2) adalah “proses
yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya
sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalah baginya”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model Problem Based
Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam
memecahkan masalah nyata. Model ini menyebabkan motivasi dan sikap santun
menjadi meningkat. Model PBL juga menjadi wadah bagi peserta didik untuk dapat
mengembangkan cara berpikir kritis dan keterampilan berpikir yang lebih tinggi.
Pada kenyataan dilapangan, sikap santun yang ditunjukan peserta didik masih
kurang terlihat pada saat pembelajaran tersebut berlangsung, hal itu sangat
berpengaruh pada hasil belajar peserta didik yang kurang tercapai, sikap santun yang
dimasksud dalam hal ini adalah sikap peserta didik berpikir kritis, terbuka dan jujur.
Sikap-sikap santun yang ditekankan tersebut masih kurang terlihat, sehingga perlu
adanya pengkajian ulang yang benar-benar dilakukan untuk menumbuhkan sikap
santun tersebut.
Model Problem Based Learning adalah model pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran peserta didik pada masalah autentik sehingga peserta didik dapat
8

menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih


tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik dan meningkatkan kepercayaan diri
sendiri (Murfiah, 2017. Hlm 164). Pembelajaran dengan model Problem Based
Learning menuntut guru untuk kreatif menciptakan suasana belajar yang dapat
membuat peserta didik belajar aktif untuk menemukan sendiri jawaban dari
permasalahan yang diberikan kepadanya dengan bimbingan guru. Model ini sangat
mementingkan partisipasi aktif dari peserta didik di dalam pembelajaran serta guru
berperan sebagai pembimbing dalam belajar.
Berdasarkan hal di atas, model Problem Based Learning menjadi salah satu
model yang mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik dan meningkatkan sikap
santun peserta didik didalam kelas. Dari beberapa keunggulan dari model ini maka
peneliti menerapkan model Problem Based Learning dalam menyusun sebuah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Upaya Meningkatkan Sikap santun
Dan Hasil Belajar Peserta didik Pada Subtema Organ gerak hewan Menggunakan
Model Problem Based Learning.”

C. IDENTIFIKSI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka diidentifikasikan adalah sebagai
berikut :
1. Rendahnya ketercapaian KKM peserta didik didalam kelas, dikarenakan guru
masih menggunakan metode yang konvensional (metode ceramah).
2. Kurangnya minat peserta didik untuk belajar aktiv di dalam kelas.
3. Kurangnya pemahaman guru mengenai bagaimana cara penerapan kurikulum
terbaru di dalam kelas.
4. Kurangnya motivasi peserta didik untuk belajar didalam kelas.

D. PEMBATASAN DAN RUMUSAN MASALAH


1. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, peneliti membuat
batasan masalah sebagai berikut :
9

a. Penelitian ini dibatasi dengan hanya menggunakan model Problem Based


Learning saja.
b. Penelitian ini terbatas hanya dilaksanakan di kelas V SDN 184 Buahbatu
c. Penelitian ini dibatasi hanya untuk meningkatkan sikap santun dan hasil belajar
peserta didik saja.

2. RUMUSAN MASALAH
a. Rumusan Masalah Umum
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah secara umum yaitu :
“ Apakah penerapan model PBL dalam Subtema Organ gerak hewan dapat
meningkatkan sikap santun dan keaktifan peserta didik di SDN ?
b. Rumusan Masalah Khusus
Secara khusus penulis merinci rumusan masalah sebagai berikut :
1) Bagaimana perencanaan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran PBL dapat meningkatkan sikap santun dan keaktifan peserta didik
kelas V SDN 184 Buahbatu pada subtema organ gerak hewan?
2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
PBL dapat meningkatkan sikap santun dan keaktifan peserta didik kelas V SDN
184 Buahbatu pada subtema perubahan lingkungan ?
3) Bagaimana model pembelajaran PBL dapat meningkatkan sikap santun peserta
didik kelas V SDN Buahbatu pada subtema perubahan lingkungan ?
4) Bagaimana model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik kelas V SDN Buahbatu pada subtema perubahan lingkungan ?

E. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum yang akan dicapai dari pelaksanaan peneltian ini yaitu untuk
mengetahui sikap santun dan keaktifan peserta didik pada subtema Organ gerak
hewan pada kelas V dengan menggunakan model PBL.
2. Tujuan Khusus
10

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :


a. Untuk mengetahui perencanaan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran PBL dapat meningkatkan sikap santun dan keaktifan peserta
didik kelas V SDN pada subtema organ gerak hewan.
b. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran PBL dapat meningkatkan sikap santun dan keaktifan peserta didik
kelas V SDN pada subtema organ gerak hewan.
c. Untuk mengetahui model pembelajaran PBL dapat meningkatkan sikap santun
peserta didik kelas V SDN 184 Buahbatu pada subtema organ gerak hewan.
d. Untuk mengetahui model pembelajaran PBL dapat meningkatkan keaktifan
peserta didik kelas V SDN 184 Buahbatu pada subtema organ gerak hewan.

F. MANFAAT PENELITAN
Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan bagi
pembaca tentang peningkatan sikap santun dan keaktifan peserta didik SDN 184
Buahbatu dalam subtema Organ gerak hewan menggunakan model pembelajaran
PBL. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak antara
lain sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Dapat membantu meningkatkan rasa ingin tahu dan keaktifan siswa pada sub
tema manusia dan benda di lingkungannya di kelas V.
b. Dapat mengembangkan pola pikir siswa dalam pembelajaran.
c. Dapat mengeksplor kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif siswa.

2. Bagi Guru
a. Dapat memberikan gambaran mengenai penyusunan RPP yang baik serta
penggunaan model yang sesuai dengan kurikulum 2013
b. Dapat memberikan wawasan baru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas
yang sesuai dengan model dalam kurikulum 2013
c. Dapat mengetahui hasil pembelajaran dikelas yang ingin dicapai sebelumnya.
11

3. Bagi Sekolah
a. Memberikan suatu referensi yang bermanfaat bagi perkembangan proses
pembelajaran terutama pendidikan di sekolah dasar.
b. Sebagai nilai tambah dan perbaikan materi pelajaran.

4. Bagi Penulis
a. Untuk menambah pengetahuan tentang fakta-fakta yang terjadi di dunia
pendidikan serta sebagai bekal dalam dunia pendidikan terutama sekolah
dasar.
b. Untuk membantu peneliti dalam mengatasi sikap pasif siswa di dalam kelas.
c. Untuk membantu peneliti dalam memilih berbagai aspek yang tepat dan
menarik dalam pembelajaran sehigga kegiatan belajar mengajar dapat terjadi
secara efektif dan efisien.

G. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap istilah-istilah yang
terdapat dalam variable penelitian ini, maka istilah-istilah tersebut kemudian
didefinisikan sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran Problem Based Learning


Model PBL adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran peserta
didik pada masalah autentik sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya
sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri,
memandirikan peserta didik dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Murfiah, U,
2017. hlm 164).
Pembelajaran dengan model PBL menuntut guru untuk kreatif menciptakan
suasana belajar yang dapat membuat peserta didik belajar aktif untuk menemukan
sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan kepadanya dengan bimbingan
guru. Model ini sangat mementingkan partisipasi aktif dari peserta didik di dalam
pembelajaran serta guru berperan sebagai pembimbing dalam belajar.
12

2. Hasil Belajar.
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.Sudjana, N (2009
hlm.3) mendefinisikan “Hasil belajar peserta didik pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang
kognitif, afektif, dan psikomotorik”.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima
pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
3. Sikap santun
Sikap santun senantiasa akan memotivasi diri untuk terus mencari dan
mengetahui hal-hal yang baru sehingga akan memperbanyak ilmu pengetahuan dan
pengalaman dalam kegiatan belajar. Hal ini di dukung juga menurut Samani, dkk
(2012, hlm. 104) “sikap santun (curiosity) merupakan “keinginan untuk menyelidiki
dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam”. Sedangkan menurut Mustari (2011,
hlm.103)“sikap santun yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat dan
didengar”. Hal ini berkaitan dengan kewajiban terhadap diri sendiri dan alam
lingkungan.

H. KAJIAN TEORI
1. Belajar dan Pembelajaran.
a. Belajar.
1) Definisi belajar.
Belajar dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju
ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar
dimaksudkan sebagai usaha penguasaan meteri ilmu pengetahuan yang merupakan
sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2011 hlm.
22).
13

Dari definisi diatas, belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku seseorang
yang dipengaruhi dan terbentuk oleh pengalaman maupun ilmu pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang yang dihasilkan oleh pengalaman interkasinya.
2) Jenis-jenis Belajar
Menurut Rusman (2012, hlm. 97-99), jenis-jenis aktivitas belajar siswa
diantaranya adalah :
a) Belajar Arti Kata.
Yaitu menangkap arti terkandung dalam kata –kata yang digunakan. Seorang anak
mengenal suku kata, belum tentu mengetahui arti kata tersebut.
b) Belajar Kogntif
Yaitu proses bagaimana mengahayati, mengorganisasi, dan mengulangi informasi
tentang suatu masalah, peristiwa, obyek serta upaya yang menghadirkan kembali
hal tersebut melalui tanggapan, gagasan, atau lambang dalam bentuk kata-kata
atau kalimat.
c) Belajar Menghafal.
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal melalui proses
mental dan menyimpannya dalam ingatan, sehingga dapat diproduksi kembali
kealam sadar ketika diperlukan.
d) Belajar Teoritis
Adalah menyusun kerangka fikiran yang menjelaskan fenomena alam atau
fenomena sosial tertentu.
e) Belajar Konsep.
Adalah merumuskan melalui proses mental tentang lambang, benda, serta
peristiwa yang mengamati ciri-cirinya.
f) Belajar Kaidah.
Adalah menghubungkan dua konsep atau lebih sehingga terbentuk suatu
ketentuan yang mempresentasikan suatu keteraturan.
g) Belajar Berfikir.
Adalah aktivitas kognitif yang dilakukan secara mental untuk memecahkan suatu
masalah melalui proses yang abstrak.
14

h) Belajar Keterampilan Motorik


Adalah belajar melakukan kegiatan gerak-gerik berbagai anggota badan secara
terpadu.
i) Belajar Estetis
Adalah proses mencipta melalui penghayatan yang berdasarkan pada nilai-nilai
seni.
Dengan demikian beberapa aktivitas belajar tersebut, disimpulkan bahwa Seorang
guru harus mengerti dengan jelas jenis-jenis belajar karena akan sangat penting
digunakan dalam proses pembelajaran agar pembelajaran tidak monoton sehingga
siswa lebih semangat dalam belajar.
3) Tujuan Belajar.
Dalam proses belajar pasti ada suatu tujuan yang ingin dicapai, ada beberapa hal
yang menjadi tujuan dalam belajar. Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin
Bloom (Nana Sudjana, 2010 hlm. 22-23), yaitu:
a) Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajara intelektual yang terdiri dari enam
aspek yang meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisi, sintesis, dan
evaluasi.
b) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yang meliputi
penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar yang berupa ketrampilan dan
kemampuan bertindak, meliputi enam aspek yakni gerakan refleks, keterampilan
gerak dasar, kemampuan perceptual, ketepatan, keterampilan kompleks, dan
gerakan ekspresif dan interpretatif.
Dengan demikian tujuan belajar adalah bertujuan untuk ingin mendapatkan
pengetahuan keterampilan dan sikap mental yang baik, dengan adanya tujuan belajar
tersebut secara tidak langsung dapat diperoleh hasil belajar itu sendiri.
b. Pembalajaran
Berbagai definisi mengenai pembelajaran dikemukakan oleh para ahli. Salah
satunya yaitu Dimyati dan Mudjiono (2009 hlm. 7) yang mengemukakan bahwa
“Pembelajaran adalah suatu persiapan yang dipersiapkan oleh guru guna menarik dan
15

memberi informasi kepada siswa, sehingga dengan persiapan yang dirancang oleh
guru dapat membantu peserta didik dalam menghadapi tujuan”.
Jadi, setelah melihat dan mengetahui pengertian pembelajaran menurut ahli
tersebut, maka penulis menyimpulkan pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan
oleh seorang guru atau interaksi yang dilakukan antara pendidik dengan peserta didik
pada suatu lingkungan belajar.
2. Kurikulum 2013
a. Pengertian Kurikulum 2013
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum
biasanya dibedakan antara kurikulum sebagai rencana dengan kurikulum yang
fungsional. Rencana tertulis merupakan dokumen kurikulum, sedangkan kurikulum
yang dioperasikan di dalam kelas merupakan kurikulum fungsional (Nana, S, 2009
hlm. 5).
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang dirancang untuk
mengantisipasi kebutuhan kompetensi abad 21. Kurikulum 2013 mempunyai tujuan
untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik melakukan observasi,
bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan) apa yang mereka
peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pelajaran.
b. Tujuan pengembangan kurikulum
Ada beberapa alasan mengapa tujuan perlu dirumuskan dalam kurikulum. Alasan
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Tujuan erat kaitannya dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh setiap
upaya pendidikan.
2) Melalui tujuan yang jelas, maka dapat membantu para pengembang kurikulum
dalam mendesain model kurikulum yang dapat digunakan, bahkan akan
membantu guru dalam mendesain sistem pembelajaran.
3) Tujuan kurikulum yang jelas dapat digunakan sebagai control dalam menentukan
batas-batas dan kualitas pembelajaran.
16

c. Klasifikasi Tujuan
Menurut Bloom (dalam Dimyati & Mudjiono, 2009 hlm 298 )bentuk perilaku
sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan ke dalam tiga klasifikasi
atau tiga domain (bidang), yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
1) Domain Kognitif
Domain Kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan
kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir seperti kemampuan mengingat dan
kemampuan memecahkan masalah.
2) Domain Afektif
Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai dan aspresiasi. Domain ini
merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain kognitif. Artinya
seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap sesuatu objek manakala telah
memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi.
3) Domain Psikomotor
Domain Psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan
keterampilan seseorang. Ada enam tingkatan yang termasuk ke dalam domain ini:
a) Gerak refleks;
b) Keterampilan dasar;
c) Keterampilan perseptual;
d) Keterampilan fisik;
e) Gerakan keterampilan;
f) Komunikasi nondiskursif;
Dengan bahasa lain, ketiga domain itu (kognitif,afektif dan psikomotor) dapat
digambarkan dala “3H”, yaitu “Head” (kelapa) atau pengembangan bidang intelektual
(kognitif), “Heart” (hati), yaitu pengembangan sikap (afektif) dan "Hand” (tangan)
atau pengembangan keterampilan (pisikomotor). Pencapaian ketiga dominan secara
seimbang harus menjadi acuan dan target setiap guru dalam proses pembelajaran.
17

3. Model Problem Based Learning


a. Definisi Model PBL
Delisle (dalam Abidin, Y, 2014. Hlm 159) menyatakan bahwa model PBL
merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk membantu guru
mengembangkan kemampuan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah pada
peserta didik selama mereka mempelajari materi pembelajaran. Model ini
memfasilitasi peserta didik untuk berperan aktif di dalam kelas melalui aktivitas
memikirkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehariharinya,
menemukan prosedur yang diperlukan untuk menemmukan informasi yang
dibutuhkan, memikirkan situasi konstektual, memecahkan masalah, dan menyajikan
solusi masalah tersebut.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, model PBL merupakan model
pembelajaran yang menyediakan pengalaman otentik yang mendorong peserta didik
untuk belajar aktif, mengonstruksi pengetahuan, dan mengintegrasikan konteks
belajar disekolah dan belajar di kehidupan nyata secara alamiah.
b. Karakteristik Model PBL
Sejalan dengan orientasi diatas, menurut Abidin, Y (2014, hlm.161) model PBL
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Masalah menjadi titik awal pembelajaran.
2) Masalah yang digunakan dalam masalah yang bersifat konstektual dan otentik.
3) Masalah mendorong lahirnya kemampuan peserta didik berpendapat secara
multiperspektif.
4) Masalah yang digunkan dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan serta kompetensi siswa.
5) Model PBL berorientasi pada pengembangan belajar mandiri.
6) Model PBL memenfaatkan berbagai sumber belajar.
7) Model PBL dilakukan melalui pembelajaran yang menekankan aktivitas
kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.
8) Model PBL menekankan pentingnya pemerolehan keterampilan meneliti,
memecahkan masalah, dan penguasaan pengetahuan.
9) Model PBL mendorong peserta didik agar mampu berfikir tingkat tinggi; analisis,
sintesis, dan evaluatif.
10) Model PBL diakhiri dengan evaluasi, kajian pengalaman belajar, dan kajian
proses pembelajaran.
18

Berdasarkan karakteristik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model PBL


memiliki karakteristik yang bertujuan agar peserta didik dapat memecahkan suatu
masalah dengan cara bertanya, menganalisis, mengevaluasi, menyusun, menciptakan,
dan sebagainya.

c. Kelemahan dan Kelebihan Model Problem Basede Learning


Keunggulan model PBL juga ditambahkan beberapa hal oleh Abidin (2014,hlm.
162) yaitu sebagai berikut:
1) Model PBL mampu mengembangkan motivasi belajar siswa.
2) Model PBL mendorong peserta didik untuk mampu berfikir tingkat tinggi.
3) Model PBL mendorong peserta didik mengoptimalkan kemampuan
metakognisinya.
4) Model PBL menjadikan pembelajaran bermakna sehingga mendorong peserta
didik memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mampu belajar secara mandiri.
Dari beberapa keunggulan yang di kemukakan ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa model PBL ini sangat baik untuk mengembangkan rasa percaya diri peserta
didik yang tinggi dan mampu belajar secara mandiri sehingga peneliti menggunakan
model ini dalam proses KBM.
Kekurangan dalam model PBL menurut Abidin, Y (2014, hlm. 163) adalah
sebagai berikut:
1) Peserta didik yang terbiasa dengan informasi yang diperoleh dari guru sebagai
narasumber utama, akan merasa kurang nyaman dengan cara belajar sendiri dalam
pemecahan masalah.
2) Jika peserta didik tidak mempunyai rasa kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan makan mereka akan merasa enggan untuk
memcoba masalah.
3) Tanpa adanya pemahaman peserta didik mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan msalah yang sedang dipelajari maka mereka tidak akan belajar apa
yang ingin mereka pelajari.
19

Berdasarkan uraian diatas, sama halnya dengan model pembelajaran yang lain
model PBL juga memiliki kelemahan dalam penerapannya, yaitu jika peserta didik
kurang memahami materi maka peserta didik akan sulit untuk memecahkan masalah,
jika peserta didik tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang diberikann itu
sulit maka peserta didik akan merasa enggan dalam memecahkan masalah tersebut,
dan model PBL ini membutuhkan waktu cukup lama untuk mempersiapkannya.
d. Langkah-Langkah Pembelajaran model Discovery Learning.
Sintak atau langkah-langkah model PBL telah dirumuskan secara beragam oleh
bebrapa ahli pembelajaran. Sintak model PBL berikut merupakan sintak hasil
pengembangan yang dilakukan atas sintak terdahulu. Abidin, Y (2014, hlm. 163-165)
menyajikan hasil perkembangan tersebut dalam sebuah gambar yaitu sebagai berikut:
1) Prapembelajaran
Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru di sebelum kegiatan
pembelajaran iti dimulai. Pada tahap ini guru merancang mempersiapkan media dan
sumber belajar, mengorganisasikan siswa. Dan menjelaskan prosedur pembelajaran.
2) Fase 1: menemukan masalah
Pada tahap ini peserta didik membaca masalah yang disajikan guru secara
individu. Berdasarkan hasil membaca peserta didik menuliskan berbagai informasi
penting , menemukan hal yang dianggap sebagai masalah, dan menentukan
pentingnya masalah tersebut bagi dirinya secara individu. Tugas guru pada tahap ini
adalah memotivasi peserta didik untuk mampu menemukan masalah.
3) Fase 2: membangun struktur kerja
Pada tahap ini peserta didik secara individu membangun struktur kerja yang akan
dilakukan dalam menyelesaikan masalah. Upaya membangun struktur kerja ini
diawali dengan aktivitas peserta didik mengungkapkan apa yang mereka ketahui
tentang masalah, apa yang ingin diketahui dari masalah, dan ide apa yang bisa
digunakan untuk memecahkan masalah. Hal terakhir yang harus peserta didik lakukan
pada tahap ini adalah merumuskan rencana aksi yang akan dilakukan dalam
menyelesaikan masalah. Tugas guru pada tahap ini adalah memberikan kesadaran
akan pentingnya rencana aksi untuk memecahkan masalah.
20

4) Fase 3: menetapkan masalah


Pada tahap ini peserta didik menetapkan masalah yang dianggap paling penting
atau masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan nyata. Masalah tersebut
selanjutnya dikemas dalam bentuk pertanyaan menjadi sebuah rumusan masalah.
Tugas guru pada tahap ini adalah mendorong peserta didik untuk menemukan
masalah dan membantus peserta didik menyusun rumusan masalah.
Selain itu langkah – langkah model PBL dalam buku Kosasih, E (2014, hlm 91)
yaitu:
1) Mengamati, mengorientasikan peserta didik terhadap masalah. Guru meminta
peserta didik untuk melakukan kegiatan pengamatan terhadap fenomena tertentu,
terkait dengan KD yang akan dikembangkannya.
2) Menanya, memunculkan permasalahan. Guru mendorong peserta didik untuk
merumuskan suatu masalah terkait dengan fenomena yang diamatinya. Masalah
itu dirumuskan berupa pertanyaan yang bersifat problematis.
3) Menalar,mengumpulkan data. Guru mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan informasi (data) dalam rangka menyelesaikan masalah, baik
secara individu ataupun berelompok, dengan membaca berbagai referensi,
pengamatan lapangan, wawancara, dan sebagainya.
4) Mengasosiasi, merumuskan jawaban Guru meminta peserta didik untuk
melakukan analisis data dan merumuskan jawaban terkait dengan masalah yang
mereka ajukan sebelumnya.
5) Mengomunikasikan. Guru memfasilitasi peserta didik untuk mempresentasikan
jawaban atas permasalahan yang mereka rumuskan sebelumnya. Guru juga
membantu peserta didik melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses
pemecahan masalah yang dilakukan.

4. Sikap santun
a. Pengertian Sikap santun
Menurut Suryani (2017, hlm. 115) Perilaku sopan-santun adalah peraturan hidup
yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok manusia di dalam masyarakat dan
21

dianggap sebagai tuntunan pergaulan sehari-hari masyarakat itu. Sopan santun


merupakan istilah bahasa Jawa yang dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang
menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati, menghargai, dan berakhlak mulia. Sopan
santun bisa dianggap sebagai norma tidak tertulis yang mengatur bagaimana
seharusnya kita bersikap atau berperilaku.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap sopan santun
patutlah dilakukan dimana saja. Sesuai dengan kebutuhan lingkungan, tempat, dan
waktu karena sopan santun bersifat relatif dimana yang dianggap sebagai norma
sopan santun berbeda-beda di setiap tempatnya, seperti sopan santun dalam
lingkungan rumah, sekolah, kampus, pergaulan, dan lain sebagainya.
b. Karakteristik Sikap Santun.
Sikap santun memiliki karakteristik yang dapat menjadi acuan dalam melihat
sikap seseorang.
1) Menghormati orang yang lebih tua.
2) Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur.
3) Tidak meludah di sembarang tempat.
4) Tidak menyela pembicaraan pada waktu yang tidak tepat.
5) Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain.
6) Bersikap 3S (salam, senyum, sapa).
7) Meminta ijin ketika akan memasuki ruangan orang lain atau menggunakan barang
milik orang lain.
8) Memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan.

Karakteristik sikap santun juga di ungkapkan dalam Buku Panduan Penilaian SD


(2016, hlm. 24) menyebutkan karakteristik seseorang yang memiliki sikap santun
sebagai berikut :
1) Menghormati orang lain dan menghormati cara bicara yang tepat.
2) Menghormati pendidik, pegawai sekolah, penjaga kebun, dan orang yang lebih
tua.
3) Berbicara atau bertutur kata halus tidak kasar.
22

4) Berpakaian rapi dan pantas.


5) Dapat mengendalikan emosi dalam menghadapi masalah, tidak marah-marah.
6) Mengucapkan salam ketika bertemu pendidik, teman, dan orang-orang di sekolah.
7) Menunjukkan wajah ramah, bersahabat, dan tidak cemberut.
8) Mengucapkan terima kasih apabila menerima bantuan dalam bentuk jasa atau
barang dari orang lain.
Berdasarkan beberapa pendapat yang menjelaskan mengenai karakteristik sikap
santun, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik sikap santun antara lain :
1) Berbicara atau bertutur kata halus tidak kasar.
2) Berpakaian rapi dan pantas.
3) Dapat mengendalikan emosi dalam menghadapi masalah, tidak marah-marah.
4) Mengucapkan salam ketika bertemu pendidik, teman, dan orang-orang di sekolah.
5) Memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan

5. Hasil Belajar.
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana
(2009 hlm.3) mendefinisikan hasil belajar peserta didik pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dimyati & Mudjiono (2006 hlm.3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Berdasarkan pengertian beberapa ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwa
pengertian hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik
setelah mereka menerima pengalaman dari pembelajaran yang mereka lakukan,
kemampuan tersebut mencakup tiga aspek, yakni aspek kognitif, aspek afektif dan
aspek psikomotor. Selanjutnya data hasil belajar peserta didik dapat diperoleh dari
23

kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh guru yang bertujuan untuk mendapatkan data
pembuktian yang akan menunjukan tingkat keberhasil belajar siswa.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak
terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sugihartono,
dkk. (2007 hlm.76- 77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar,
sebagai berikut:
1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

I. PENELITIAN TERDAHULU
a. Nama Peneliti : Fetty Rosalina Pratiwi
Tahun Penelitian : 2016
Judul :Penerapan Model Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Tanggung Jawab Dan Hasil Belajar Siswa
Pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku.
Latar Belakang
Penelitian ini dilatar belakangi oleh beberapa permasalahan diantaranya: (1) Sebagian
besar siswa belum mencapai Ktiteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diharapkan;
(2) Pembelajaran tidak interaktif; (3) Kurangnya tanggung jawab siswa; (4) Guru
masih mendominasi pembelajaran sementara siswa pasif.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan peningkatan sikap tanggung jawab dan
hasil belajar pada setiap siklusnya. Hasil penelitian pada siklus I rata-rata sikap
tanggung jawab yaitu sebesar 68% (cukup) sedangkan nilai rata-rata hasil belajar
siswa yaitu sebesar 68 (54% skor siswa mencapai KKM), pada siklus II diperoleh
rata-rata sikap tanggung jawab sebesar 87% (baik) sedangkan nilai rata-rata hasil
belajar siswa yaitu sebesar 80,4 (92% skor siswa mencapai KKM). Berdasarkan
24

analisis data hasil penelitian yang diperoleh di lapangan maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning pada pembelajaran
tematik meningkatkan sikap tanggung jawab dan hasil belajar siswa kelas IV SDN
Asmi Kecamatan Regol Kota Bandung.

b. Nama Peneliti : Riri Nurul Indah Safitri


Tahun Penelitian : 2016
Judul : Penerapan Model Problem Based Learning Pada Subtema
Keberagaman Budaya Bangsaku Untuk Menumbuhkan Sikap
Rasa Percaya Diri Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV.

Latar Belakang
Penelitian ini dilaksanakan berawal dari pengamatan dan diskusi dengan guru yang
menyatakan bahwa siswa kelas IV-B masih banyak yang merasa kurang semangat
dan cenderung diam ketika pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan
sub tema keberagaman budaya bangsaku. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk
memperoleh data tentang cara mengefektifkan penggunaan model Problem Based
Learning untuk menumbuhkan sikap rasa percaya diri dan hasil belajar siswa di kelas
IV-B SD Negeri Asmi Bandung.

Hasil Penelitian
Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada siklus I memperoleh skor
rata-rata 2,2 sedangkan hasil yang diperoleh pada siklus II memperoleh skor rata-rata
2,9. Nilai aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I memperoleh skor
rata-rata 2,5. Sedangkan pada siklus II memperoleh skor rata-rata 3,56. Sementara
pada hasil penilaian terhadap rasa sikap percaya siswa pada siklus I memperoleh skor
rata-rata 1,96 sedangkan pada siklus II memperoleh skor rata-rata 3,27. Lalu
pencapaian hasil nilai rata-rata hasil belajar siswa setiap siklusnya meningkat. Data
yang diperoleh mulai dari siklus I yakni 66,67 sedangkan pada siklus II memperoleh
85,83. Berdasarkan hasil yang telah dicapai oleh siswa maka dapat disimpulkan
25

bahwa dengan penerapan model Problem Based Learning, sikap percaya diri dan
hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik dalam tema indahnya kebersamaan sub
tema keberagaman budaya bangsaku dapat meningkat.

J. KERANGKA PEMIKIRAN
Pada zaman seperti sekarang ini, kurikulum di sekolah sudah menggunakan
Kurikulum 2013, kurikulum ini menggunakan pendekatan scientific yang tidak
mudah untuk diaplikasikan oleh guru pada saat pembelajaran. Dewasa ini guru belum
cakap dalam menyusun RPP dengan baik, dan juga siswanya kurang aktif dan hasil
belajarnyapun kurang.
Dari beberapa model pembelajaran yang ada pada sekarang ini yang sesuai
dengan kurikulum 2013, penulis memilih model PBL untuk meningkatkan hasil
belajar dan keaktifan peserta didik begitu pula dengan kemampuan guru untuk
membuat dan menyusun RPP dengan menggunakan Model PBL.
Dalam model PBL terdapat kelebihan dari model ini berdasarkan pemeparan
diatas, pada esensinya pembalajaran berbasis pemecahan masalah adalah model
pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran
yang dilakukan.
26

BAGAN KERANGKA BERFIKIR

Guru kurang cakap dalam membuat


RPP dengan baik dalam Sub Organ
Gerak hewan di SDN 184 Buahbatu
KONDISI
AWAL Peserta didik kurang berperan secara
aktif pada proses pembelajaran dan
hasil belajar yang kurang optimal

Siklus I : Perencanaa, Pelaksanaan,


Pengamatan, Refleksi kegiatan KBM
Pembelajaran 1 dan 2

Siklus II : Perencanaan, Pelaksanaan,


TINDAKAN Pengamatan Refleksi kegiatan KBM
Pembelajaran 3 dan 4

Siklus II : Perencanaan, Pelaksanaan,


Pengamatan Refleksi kegiatan KBM
Pembelajaran 5 dan 6

Melalui model Problem Based


KONDISI
Learning dapat meningkatkan sikap
AKHIR santun dan hasil belajar peserta didik
pada Sub Tema organ gerak hewan

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran


27

Instrument yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data untuk menjawab
permasalahan dan pertanyaan penelitian dengan metode tes dan non tes dengan teknik
angket dan observasi.

K. ASUMSI DAN HIPOTESIS


1. Asumsi
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dijelaskan diatas, maka asumsi tersebut
antara lain :
Melalui penggunaan model PBL dalam pembelajaran tematik pada subtema
Organ gerak hewan mampu meningkatkan sikap santun dan hasil belajar peserta didik
kelas V SDN 184 Buahbatu.
2. Hipotesis
a. Hipotesis tindakan secara umum.
Berdasarkan perumusan masalah, hipotesis tindakan sebagai berikut : jika guru
menggunakan model PBL dalam pembelajaran tematik dikelas pada sub tema Organ
gerak hewan maka sikap santun dan hasil belajar peserta didik kelas V SDN 184
Buahbatu akan meningkat.
b. Hipotesis tindakan secara khusus
1) Jika rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model PBL dalam
pembelajaran tematik pada subtema Organ gerak hewan makasikap santun dan
hasil belajar peserta didik kelas V SDN 184 Buahbatu akan meningkat.
2) Jika guru menerapkan model pembelajaran PBL dalam pembelajaran tematik pada
subtema Organ gerak hewan maka sikap santun dan hasil belajar peserta didik
kelas V SDN 184 Buahbatu akan meningkat.
3) Jika proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran
PBL dalam pembelajaran tematik pada subtema Organ gerak hewan makasikap
santun dan hasil belajar peserta didik kelas V SDN 184 Buahbatu akan
meningkat.
28

L. METODE DAN DESIGN PENELITIAN


1. Metode Penelitian.
PTK merupakan penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru (sebagai peneliti)
atas sebuah permasalahan nyata yang ditemui saat pembelajaran berlangsung guna
meningkatkan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan dan kualitas pendidikan
dalam arti luas (Iskandar dan Narsim, 2015).
Menurut Suhardjono dalam Iskandar dan Narsim (2015 hlm.5) “PTK merupakan
penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik
pembelajaran di kelas”.
Berdasarkan definisi ahli diatas, maka penulis menyimpulkan PTK adalah sebuah
kegiatan yang dilaksanakan untuk mengamati kejadian-kejadian di dalam kelas guna
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secarara berkelanjutan.
2. Desain Penelitian
a. Model Penelitian
Model penelitian yang diadopsi dalam penelitian ini mengacu kepada model
spiral Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan McTaggart (Iskandar dan Narsim, 2015
hlm. 18). Setiap siklus terdiri dari empat langkah yaitu Perencanaan, Pelaksanaan,
Tindakan, Pengamatan dan Refleksi, tahap-tahap tersebut membentuk alur.
29

Gambar 1.2 Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart

b. Alur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam tiga siklus, ketiga siklus
tersebut merupakan langkah tindakan yang merupakan pelaksanaan dari rencana
pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh penulis untuk mengetahui tingkat
kemampuan peserta didik dalam sikap cinta lingkungan dan hasil belajar siswa.
Setiap tindakan menggunakan model PBL dalam setiap pembelajarannya, setiap
siklus dilakukan 2 tindakan. Pada setiap siklusnya dilakukan 2 tindakan. Pada setiap
siklusnya meliputi perencanaan, pelaksanaan, tindakan/observasi dan refleksi.
30

c. Tahapan Perencanaan Tindakan.


Perencanaan mengacu kepada tindakan yang dilakukan, dengan
mempertimbangkan keadaan dan suasana objektif dan subjektif. Perencanaan
tindakan pembelajaran dengan model PBL dengan langkah sebagai berikut :
1) Permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada pihak fakultas, BPKBPM
Kota Bandung, Dinas Pendidikan, dan Kepala Sekolah 184 Buahbatu
2) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah.
3) Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan.
4) Merumuskan masalah, menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan
jawaban, berupa hipotesis tindakan.
5) Berdiskusi dengan observer tentang waktu pelaksanaan untuk pembelajaran sub
tema Manusia dan Lingkungan dengan menggunakan model PBL.
6) Pengkajian silabus dan penyusunan RPP.
7) Menyusun alat pengumpul data.
8) Melaksanakan tindakan.
d. Tahapan Pelaksanaan Tindakan.
Tahapan pelaksanaan tindakan yaitu tahap mengimplementasikan rencana
pelaksanaan yang telah disusun. Menurut Kunandar (2008 hlm. 72) berpendapat
bahwa “Tindakan yang dimaksud dalam tindakan kelas adalah tindakan yang
dilakukan secara sadar dan terkendali yang merupakan variasi praktik yang cermat
dan bijaksana”.
Adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Siklus I
a) Pada siklus I pelaksanaan kegiatan belajar mengajar terdiri dari 2 kegiatan
pembelajaran setiap pembelajaran yaitu pembelajaran 1 dan pembelajaran 2,
setiap pembelajaran dilakukan selama 6 x 35 menit, setiap langkah pembelajaran
disusun sesuai dengan langkah-langkah model PBL. Apabila siklus I belum
berhasil maka dilakukan perbaikan-perbaikan dari hasil refleksi dari siklus I
tersebut yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan siklus II. Pada
pembelajaran I memadukan mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPA yang
31

membahas materi organ gerak hewan dan mencari ide pokok paragraf dalam
bacaan. Sedangkan pada pembelajaran 2 memadukan pelajaran Bahasa Indonesia,
IPA dan SBdP yang membahas materi menyebutkan organ gerak hewan serta
fungsinya, menyusun gambar cerita dan menemukan ide pokok dari bacaan.
b) Melakukan observasi terhadap aktivitas peneliti selama proses pembelajaran yang
dilakukan oleh observer.
c) Pelaksanaan observasi speserta didik yang dilakukan oleh peneliti.
d) Membagikan lembar tes kepada peserta didik.
e) Menganalisis dan melakukan refleksi dari hasil pembelajaran, jika hasil
pembelajaran belum sesuai dengan yang diharapkan maka dilanjut ke siklus III.
2) Siklus II
a) Pada siklus II pelaksanaan kegiatan belajar mengajar terdiri dari 2 kegiatan
pembelajaran setiap pembelajaran yaitu pembelajaran 3 dan pembelajaran 4,
setiap pembelajaran dilakukan selama 6 x 35 menit, setiap langkah pembelajaran
disusun sesuai dengan langkah-langkah model PBL. Apabila siklus I belum
berhasil maka dilakukan perbaikan-perbaikan dari hasil refleksi dari siklus II
tersebut yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan siklus III. Pada
pembelajaran 3 memadukan antara mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPS dan
PKn yang membahas materi tentang sikap yang terkandung dalam nilai-nilai
pancasila, mengenal peta Indonesia. Pada pembelajaran 4 memadukan mata
pelajaran Bahasa Indonesia, IPS dan PKn yang membahas materi
mengidentifikasi perilaku yang sesuai dengan nilai yang terkandung dalam
pancasila, mengidentifikasi letak geografi Indonesia, dan menemukan ide pokok
bacaan dengan tepat.
b) Melakukan observasi terhadap aktivitas peneliti selama proses pembelajaran yang
dilakukan oleh observer.
c) Pelaksanaan observasi speserta didik yang dilakukan oleh peneliti.
d) Membagikan lembar tes kepada peserta didik.
a) Menganalisis dan melakukan refleksi dari hasil pembelajaran, jika hasil
pembelajaran belum sesuai dengan yang diharapkan maka dilanjut ke siklus III.
32

3) Siklus III
a) Pada siklus II pelaksanaan kegiatan belajar mengajar terdiri dari 2 kegiatan
pembelajaran setiap pembelajaran yaitu pembelajaran 5 dan pembelajaran 6,
setiap pembelajaran dilakukan selama 6 x 35 menit, setiap langkah pembelajaran
disusun sesuai dengan langkah-langkah model PBL. Pada pembelajaran 5
memadukan mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA dan SBdP yang membahas
mengenai ciri-ciri hewan vertebrata dan avertebrata, membuat gambar cerita, dan
menemukan ide pokok bacaan. Sedangkan pada pembelajaran 6 memadukan mata
pelajaran Bahasa Indonesia, IPA dan SBdP yang membahas materi tentang organ
gerak hewan vertebrata dan avertebrata, mengamati gambar dan dapat menyusun
menjadi cerita dan menemukan ide pokok bacaan.
b) Melakukan observasi terhadap aktivitas peneliti selama proses pembelajaran yang
dilakukan oleh observer.
c) Pelaksanaan observasi speserta didik yang dilakukan oleh peneliti.
d) Membagikan lembar tes kepada peserta didik.
e) Menganalisis dan melakukan refleksi dari hasil pembelajaran.

e. Observasi.
Observasi ini dilakukan untuk melihat pelaksanaan semua rencana yang telah
dibuat dengan baik, tidak ada penyimpangan-penyimpangan yang dapat memberikan
hasil yang kurang maksimal dan meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Kegiatan observasi dapat dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, lembar
wawancara, angket dan tes atau dengan yang lain sesuai dengan data yang
dibutuhkan.

f. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan atau evaluasi tentang perubahan yang terjadi atau hasil yang diperoleh atas
data yang terhimpun sebagai bentuk dampak tindakan yang telah dirancang
sebelumnya. Berdasarkan langkah ini dapat diketahui perubahan terjadi dan
33

dilakukan telaah mengapa, bagaimana dan sejauhmana tindakan ditetapkan mampu


mencapai perubahan atau mengatasi masalah secara signifikan. Refleksi dalam PTK
mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan
yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses reflkesi maka dilakukan proses
pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan : perencanaan
ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi
(Hopkins,1993 hlm.98).

M. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN


1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN I84 Buahbatu Kecamatan
Buahbatu Kota Bandung, dengan jumlah peserta didik yaitu 30 orang, yang terdiri
dari 19 peserta didik laki-laki dan 11 peserta didik perempuan.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Sikap santun dan Hasil belajar siswa, melalui model
PBL, peneliti ingin meningkatkan hasil sikap santun dan hasil belajar peserta didik
kelas V SDN 184 Buahbatu.

N. OPERASIONAL VARIABEL
Variabel-variabel penelitian yang menjadi titik incar untuk menjawab
permasalahan yang dihadapi diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Variabel input penelitian ini adalah kemampuan awal pendidik dan peserta didik
pada sub tema Organ gerak hewan dengan model PBL dilakukan penelitian
tindakan kelas.
2. Variabel proses yang terkait dengan penelitian ini yaitu kinerja pendidik dalam
mengelola pembelajaran sub tema Organ gerak hewan dengan model PBL
3. Variabel Output yang terkait dengan penelitian ini yaitu peningkatan sikap santun
dan hasil belajar peserta didik pada sub tema Organ gerak hewan dengan model
PBL.
34

O. RANCANGAN PENGUMPULAN DATA DAN INSTRUMEN


PENELITIAN
Menurut Emory dalam Sugiyono (2015 hlm.102) pada prinsipnya meneliti adalah
melakukan pengukuran terhadap fenomena social maupun alam. Meneliti dengan data
yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari pada melakukan
penelitian. Namun demikian dalam skala yang lebih rendah laporan juga dinyatakan
dalam bentuk penelitian.
Jadi instrument penelitian itu adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data selama penelitian. Teknik pengumpulan data yang dipilih peneliti adalah berupa
tes dan non tes sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau ketidak berhasilan
tindakan perbaikan pembelajaran yang diterapkan bersifat kualitatif dan kuantitatif
atau kombinasi. Untuk mengumpulkan data penelitian ini dilakukan dengan cara
menentukan sumber data terlebih dahulu, kemudian jenis data, dan cara pengumpulan
data.
1. Sumber Data
Data diperoleh dari beberapa sumber data yakni diantaranya guru, peserta didik
dan dokumen (RPP, hasil observasi, hasil wawancara dan tes).
2. Jenis Data
Jenis data yang digunakan atau diperlukan peneliti dalam penelitian ini berupa
hasil wawancara observer, data hasil observasi RPP, data hasil observasi pelaksanaan
pembelajaran data, hasil observasi hasil belajar dan keaktifan siswa.
3. Instrument Pengumpulan Data.
Jenis alat pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini melalui
wawancara, observasi dan evaluasi hasil belajar.
a. Tes, menggunakan pretes dan postes untuk mengukur hasil (out put) belajar
siswa.
b. Lembar observasi, lembar observasi digunakan untuk mengukur sejauh mana
keaktifan siswa, RPP dan pelaksanaan pembelajaran dalam proses pembelajaran
dan hasil belajar.
35

c. Pedoman/draf wawancara, wawancara digunakan untuk menghimpun data dari


observer mengenai proses pelaksanaan pembelajaran.
1) Evaluasi Hasil Belajar.
Dalam sistem pembelajaran (maksudnya pembelajaran sebagai suatu sistem),
evaluasi merupakan salah komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh
guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Hasil yang diperoleh dapat
dijadikan balikan (feed-back) bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan
program dan kegiatan pembelajaran.
Dalam penelitian ini instrument yang digunakan bentuk tes pretes dan postess,
tujuannya ialah untuk mengidentifikasikan pengetahuan siswam mengenai bahan
yang akan disajikan. Tipe tes yang digunakan adalah tes bentuk pilihan ganda pada
setiap pretes dan tes bentuk uraian pada setiap postes. Setiap pretes dilakukan
sebelum tindakan dalam penelitian, sedangkan postes dilakukan saat setelah satu
siklus berlangsung, hasil posttest berupa nilai yang akan dijadikan bahan acuan
ketercapaian hasil belajar setiap siklusnya.
2) Wawancara.
Wawancara digunakan sebagain teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,
dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini
mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-
tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Wawancara dapat dilakukan
secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka
(face to face) maupun dengan menggunakan telepon.
Sebelum melaksanakan wawancara peneliti menyiapkan instrument wawancara
yang disebut pedoman wawancara, pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau
pernyataan yang meminta untuk dijawab oleh responden. Isi pertanyaan atau
pernyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau
evaluasi responden berkenaan dengan focus masalah atau variable-variabel yang
dikaji dalam penelitian.
36

3) Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila
dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau
wawancara dan kuesioner selalu beromunikasi dengan orang, maka observasi tidak
terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain.
Menurut Sutrisno dalam Sugiyono (2015 hlm.145) mengemukakan bahwa,
“Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan”.
4) Studi Dokumenter
Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.
Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan focus masalah.
Menurut Sugiyono (2015 hlm.83) ”Studi documenter merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan
kredibilitas hasil penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi, jika melibatkan atau
menggunakan studi dokumen dalam metode penelitian kualitatifnya”.
4. Pengembangan Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2010 hlm. 265) instrument pengumpulan data adalah alat
bantu yang dipilh dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan
data agar kegaiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.tr
Instrument tes dan non tes, instrument tes dikembangkan untuk menjawab pertanyaan
input dan output yakni penyiapan perangkst tes sebelum dan sesudah peserta didik
mengikuti pembelajaran (pretes dan postes). Perangkat tes yang di kembangkan bisa
lisan atau tulisan, tulisan bisa objektif maupu subjektif (essay).
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument tes dan nontes,
perangkat tes yang digunakan adalah evaluasi hasil belajar berupa tes tulisan pilihan
ganda dan essay (pretes dan postes). Perangkat nontes yang digunakan adalah
wawancara, observasi, dan studi documenter.
37

P. RANCANGAN ANALISIS DATA


Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari
seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data
adalah : mengelompokan data berdasarkan variable dan jenis responden, mentabulasi
data berdasarkan variable dari seluruh responden, menyajikan data tiap variable yang
diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Untuk penelitian yang tidak
merumuskan hipotesis, langkah terakhir tidak dilakukan.
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistic. Terdapat
beberapa dua macam statistic yang digunakan untuk menganalisis data dalam
penelitian, yaitu statistic deskriptif dan statistic inferensial. Sedangkan untuk
menganalisis data kuantitatif dapat memanfaatkan teknik-teknik pengolahan data
kuantitatif yang seperti table, grafik, atau diagram dan prosedur statistic sederhana.
Analisis data dilakukan sepanjang penelitian secara terus menerus dari awal
sampai akhir pelaksanaan tindakan dalam bentuk persentase (%), untuk meliputi
keberhasilan penerapan model PBL dan meningkatkan hasil belajar dan keaktifan
siswa. Sebelum melakukan analisis, penulis perlu mengolah seluruh data yang
diperoleh yaitu sebagai berikut.
1. Data Hasil Tes Evaluasi
Penilaian Hasil Belajar
Nilai tes evaluasi hasil belajar secara umum dihitung dengan menggunakan rumus
:
NA
∑ Skor Perolehan
= x4
Jumlah Siswa

a. Analisis Penilaian Tes


Rumus untuk menghitung nilai peserta didik adalah

Skor yang diperoleh


Nilai = x100
Skor Maksimal
38

Setelah mendapat hasil dengan skala 100 kemudian di kenfersi ke skala 4 seperti
pada table berikut.

Konversi Nilai Akhir


Skala 0 – 100 Skala 1 - 4
8 – 100 4
81 – 85 3,66
76 – 80 3,33

71 – 75 3,00
66 – 70 2,66
61 – 65 2,33
56 – 60 2
51 – 55 1,66
46 – 50 1,33
0 – 45 1
(Buku Materi pelatihan guru implementasi Kurikulum 2013, 2014:107)
Tabel 1.1 Konversi nilai Akhir indeks nilai Kuantitatif
b. Menghitung rata-rata tes
Rumus untuk menghitung rata-rata

∑𝑥
x=
∑𝑛

Keterangan :

x = Rata- rata

∑ 𝑥 = Jumlah keseluruhan nilai yang diperoleh

∑ 𝑛 = Jumlah siswa.
39

c. Ketercapaian pembelajaran.
Untuk menghitung presentase hasil siklus, dilakukan dengan perhitungan
presentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

P P = Ketuntasan belajar
∑𝑝 ∑ 𝑃 = jumlah peserta didik
= 𝑥 100% yang tuntas belajar
∑𝑛 ∑ 𝑛 = jumlah seluruh siswa
100% = bilangan tetap

d. Data hasil observasi.


1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lembar observasi RPP)
Observasi keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dihitung
dengan

Persentase RPP =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑥 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 (5) = ⋯
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Keterangan :
BS : Baik Sekali (Skor 5)
B : Baik (Skor 4)
C : Cukup (Skor 3)
K : Kurang (Skor 2)
KS : Kurang Sekali (Skor 1)

2) Penilaian sikap santun peserta didik


Sikap peserta didik yang diamati dalam penelitian ini adalah sikap santun peserta
didik pada saat pembelajaran berlangsung, untuk menganalisis penilaian sikap santun
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
40

Presentase Keaktifan = Nilai =


∑ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
∑ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (16)
𝑥 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 (4) = ⋯

M : Membudaya (Skor 4)
MB : Mulai Berkembang (Skor 3)
MT : Mulai Terlihat (Skor 2)
BT : Belum Terlihat (Skor 1)

Data mentah diperoleh dari berbagai instrument penelitian ini yang meliputi
wawancara, observasi, hasil belajar dan studi documenter. Analisis data dilakukan
sepanjang penelitian secara terus menerus dari awal sampai akhir pelaksanaan
tindakan.

Q. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
1. Perencanaan
Perencanaan mengacu kepada tindakan yang dilakukan, dengan
mempertimbangkan keadaan dan suasana objektif dan subjektif. Perencanaan
tindakan pembelajaran dengan model PBL dengan langkah sebagai berikut :
a. Permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada pihak fakultas, BPKBPM
Kota Bandung, Dinas Pendidikan, dan Kepala Sekolah 184 Buahbatu
b. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah.
c. Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan.
d. Merumuskan masalah, menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan
jawaban, berupa hipotesis tindakan.
e. Berdiskusi dengan observer tentang waktu pelaksanaan untuk pembelajaran sub
tema Manusia dan Lingkungan dengan menggunakan model PBL.
f. Pengkajian silabus dan penyusunan RPP.
g. Menyusun alat pengumpul data.
h. Melaksanakan tindakan.
41

2. Pelaksanaan Tindakan.
Tahapan pelaksanaan tindakan yaitu tahap mengimplementasikan rencana
pelaksanaan yang telah disusun. Menurut Kunandar (2008 hlm. 72) berpendapat
bahwa “Tindakan yang dimaksud dalam tindakan kelas adalah tindakan yang
dilakukan secara sadar dan terkendali yang merupakan variasi praktik yang cermat
dan bijaksana”.
Adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
f) Siklus I
Pada siklus I pelaksanaan kegiatan belajar mengajar terdiri dari 2 kegiatan
pembelajaran setiap pembelajaran yaitu pembelajaran 1 dan pembelajaran 2, setiap
pembelajaran dilakukan selama 6 x 35 menit, setiap langkah pembelajaran disusun
sesuai dengan langkah-langkah model PBL. Apabila siklus I belum berhasil maka
dilakukan perbaikan-perbaikan dari hasil refleksi dari siklus I tersebut yang akan
digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan siklus II.
g) Siklus II
Pada siklus II pelaksanaan kegiatan belajar mengajar terdiri dari 2 kegiatan
pembelajaran setiap pembelajaran yaitu pembelajaran 3 dan pembelajaran 4, setiap
pembelajaran dilakukan selama 6 x 35 menit, setiap langkah pembelajaran disusun
sesuai dengan langkah-langkah model PBL. Apabila siklus I belum berhasil maka
dilakukan perbaikan-perbaikan dari hasil refleksi dari siklus II tersebut yang akan
digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan siklus III.
h) Siklus III
Pada siklus II pelaksanaan kegiatan belajar mengajar terdiri dari 2 kegiatan
pembelajaran setiap pembelajaran yaitu pembelajaran 5 dan pembelajaran 6, setiap
pembelajaran dilakukan selama 6 x 35 menit, setiap langkah pembelajaran disusun
sesuai dengan langkah-langkah model PBL.
42

R. JADWAL PENELITIAN

waktu
Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
Judul
2 Persetujuan
Judul
3 Penyusunan
proposal
4 Ujian Proposal
5 Perbaikan
proposal
6 Pengajuan
SK
pembimbing
7 Menyusun
Bab I-Bab III
8 Menyusun
instrument
penelitian
9 Melakukan
penelitian
10 Melakukan
penulisan
laporan
penelitian
11 Penggandaan
laporan
penelitian

12 Melakukan
ujian sidang
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2013). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.


Bandung: PT Refika Aditama.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Pasal 3 UU RI Nomor 20 Tahun 2003.
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Din Wahyudin, Dkk, (2007). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Jakarta.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21. Bogor: Ghalia Indonesia
Iskanda, D dan Narsim. (2015). Penelian Tindakan Kelas dan Publikasinya. Cilacap:
Ihya Media.
Kurniasih, I & Sani, B. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan.
Surabaya: Kata Pena.
Murfiah, U. (2017). Pembelajaran Terpadu. Bandung: PGSD FKIP Unpas.
Sardiman. A,M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali
Press.
Shintalasmi, Y. (2012). Perbedaan Hasil Belajar Kognitif IPS Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan Stad Pada Peserta didik Kelas IV Sd
Muhammadiyah Mutihan Wates. S1 Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta.
(http://eprints.uny.ac.id/9829/2/bab2.pdf, Diakses Pada 12 Desember 2017
Jam 17.15).
Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharsimi, dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Tim Kemendikbud. (2014). Materi Pelatihan Kurikulum 2013. Jakarta: Tim
Kemendikbud.
Yuniarti, A.R. (2017). Penggunaan Model PBL Untuk Meningkatkan Sikap Cinta
Lingkungan dan Hasil Belajar Peserta didik Pada Sub Tema Manusia Dan

38
39

Lingkungan. Proposal pada Jurusan PGSD FKIP Unpas Bandung: Tidak


diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai