Disusun Oleh :
Kelompok 2
MALANG
2019
1
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 2
i
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
Kelompok 2
Telah diperiksa dan disetujui pada :
Hari : Jumat
Tanggal : 1 November 2019
Menyetujui,
Ns. Renny Nova , S.Kep, M.Kep., Sp.KepJ Dr. Ns. Heni Dewi W., S.Kep., M.Kep
NIP. 2012018811102001 NIP. 198002262005012002
Pembimbing Klinik
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi petunjuk, hidayah, dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas profesi ners Departemen Komunitas ini.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Profesi Ners
Departemen Jiwa, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang. Penulis menyadari
dalam penyusunan laporan ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena
itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Renny Nova , S.Kep, M.Kep., Sp.Kep dan Dr. Ns. Heni Dewi W., S.Kep., M.Kep
selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan
laporan dengan sabar membimbing untuk bisa menulis dengan baik, dan senantiasa
memberi semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
2. Siti Asia Amd.Keb selaku pembimbing klinik di Puskesmas Bululawang yang telah
dengan sabar membimbing dan memberikan semangat, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini.
3. Semua staff di Puskesmas Bululawang yang telah memberikan kami kesempatan untuk
belajar mengenai praktik keperawatan.
4. Masyarakat Desa Sempalwadak, Kota Bululawang yang telah bersedia diberikan
intervensi
5. Serta teman-teman dari Program Profesi Ners Universitas Brawijaya yang telah
memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
7.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 141
7.2 Saran ............................................................................................................................ 143
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 145
DOKUMENTASI KEGIATAN ................................................................................................. 147
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
sebagai pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan paripurna yang
berfokus pada masyarakat sehat jiwa, rentan terhadap terhadap stres (risiko gangguan
jiwa) dan masyarakat yang berada dalam tahap pemulihan serta pencegahan
kekambuhan (gangguan jiwa) (Keliat at al, 2011). Salah satu manajerial pelayanan
kesehatan jiwa masyarakat adalah dengan pemberdayaan masyarakat. Menurut Helvie
(1998) dalam Keliat at al (2011), pemberdayaan masyarakat merupakan proses
pengembangan potensi pengetahuan maupun keterampilan masyarakat untuk
melakukan kontrol diri dan terlibat dalam pemenuhan kebutuhan sendiri. Kader
kesehatan jiwa merupakan sumber daya masyarakat yang perlu dikembangkan untuk
membangun program CMHN melalui pemberdayaan kader kesehatan jiwa.
Pemberdayaan kader kesehatan jiwa di Desa Siaga Sehat Jiwa berfokus pada proses
rekruitmen, seleksi, orientasi, penilaian kinerja dan pengembangan kader.
Puskesmas Bululawang sendiri merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan
Kabupaten Malang yang berada di wilayah kecamatan Bululawang. Kecamatan
bululawang terdiri dari 14 desa yaitu Sempalwadak, Wandanpuro, Bululawang,
Krebetsenggrong, Krebet, Lumbang, Gading, Sukonolo, Bakalan, Sudimoro, Kuwolo,
Pringu, Kasembon dan Kasri) Jumlah penduduk di Desa Sempalwadak Kecamatan
Bululawang tercatat 3.200 jiwa. Desa Sempalwadak sendiri terdiri dari 2 dusun, 3 RW
dan 15 RT yang memiliki luas wilayah sebesar 104, 8 hektar.
Puskesmas bululawang memiliki kader jiwa sebanyak 35 orang. Berdasarkan
survey yang dilaksanakan di 5 RT Desa Sempalwadak di Kecamatan Bululawang,
Kabupaten Malang terdapat 14 orang mengalami gangguan jiwa.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien sehat jiwa, orang
dengan masaalah kesehatan dan orang dengan gagguan jiwa di Desa Sempalwadak.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melaksanakan deteksi dini sehat jiwa kepada warga Desa
Sempalwadak.
2. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien sehat
jiwa, psikososial dan ODGJ di Desa Sempalwadak.
3. Mahasiswa mampu melakukan Terapi Aktivitas Kelompok kepada warga
Sempalwadak
4. Mahasiswa mampu melaksanakan kunjungan rumah kepada pasien sehat jiwa,
psikososial dan ODGJ di Desa Sempalwadak
2
5. Mahasiswa mampu melaksanakan penndidikan kesehatan kepada warga desa
Sempalwadak
6. Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan manajemen pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa komunitas
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
1) Rencana bulanan perawat CMHN
Rencana bulanan adalah kegiatan yang akan dilaksanankan oleh perawat
CMHN dan kader dalam waktu satu bulan. Rencana bulanan perawat meliputi
dua aspek, yaitu:
a. Kegiatan manajerial
Contoh kegiatan : supervisi kader, rapat/pertemuan
b. Kegiatan asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dan keluarga, yang terdiri dari :
• Pendidikan kesehatan bagi kelompok masyarakat yang sehat, kelompok
yang berisiko masalah psikososial dan kelompok keluarga pasien
gangguan jiwa.
• Asuhan keperawatan masalah psikososial
• Asuhan keperawatan risiko masalah psikososial
• Asuhan keperawatan gangguan jiwa
• Kegiatan terapi aktifitas kelompok dan rehabilitasi untuk kelompok
pasien yang mengalami gangguan jiwa.
2) Rencana tahunan perawat CMHN
Setiap akhir tahun perawat melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu
tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan
rencana tahun berikutnya.
Rencana kegiatan tahunan mencakup :
a. Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa komunitas berupa kegiatan yang
dilaksanakan dan hasil evaluasi (wilayah kerja puskesmas dan Desa
Siaga Sehat Jiwa).
b. Penyegaran terkait dengan materi pelayanan keperawatan kesehatan
jiwa komunitaskhusus kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini
bertujuan untuk memantapkanhal-hal yang masih rendah.
c. Pengembangan SDM (perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa) dalam
bentuk
d. rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal dan informal.
2.1.3 Pengorganisasian Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas
Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas untuk mencapai suatu
tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan untuk pengkoordinasian
aktivitas yang tepat baik vertical maupun horizontal, yang bertanggung jawab
5
(Keliat et.al, 2006). Pengorganisasian kegiatan dan tenaga dalam pelayanan
kesehatan jiwa komunitas menggunakan pendekatan lintas sektoral dan lintas
program. Setiap perawat CMHN di puskesmas bertanggung jawab terhadap
sejumlah desa yang menjadi area binaan. Desa siaga sehat jiwa dipimpin oleh
perawat CMHN puskesmas yang bertanggung jawab terhadap dua desa atau
lebih. Tokoh masyarakat didesa berperan sebagai penasehat atau pelindung
kader kesehatan jiwa. Beberapa kader kesehatan jiwa bertanggung jawab
terhadap masing-masing dusun yang melakukan kegiatan desa siaga sehat jiwa.
Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian desa siaga sehat jiwa adalah :
a. Wilayah kerja puskesmas dibagi dua untuk 2 orang perawat CMHN. Misalnya
ada 20 desamaka masing-masing perawat bertanggung jawab pada 10 desa.
b. Perawat CMHN bersama tokoh masyarakat menetapkan satu desa untuk
dikembangkanmenjadi desa siaga sehat jiwa.
c. Perawat CMHN bersama tokoh masyarakat pada tingkat desa menetapkan
calon kaderkesehatan jiwa pada tingkat dusun. Tiap dusun minimal 2 kader
kesehatan jiwa.
Pengelompokkan keluarga pada desa siaga sehat jiwa berdasarkan asuhan
keperawatan yang diberikan yaitu asuhan keperawatan diberikan kepada keluarga
yang sehat, risiko dan gangguan. Keluarga yang sehat dikelompokkan dalam usia:
1. Keluarga dengan bayi 0-18 bulan
2. Keluarga dengan kanak-kanak 18-36 bulan
3. Keluarga dengan pra sekolah 3-6 tahun
4. Keluarga dengan anak sekolah 6-12 tahun
5. Keluarga dengan remaja 12-18 tahun
6. Keluarga dengan dewasa muda 18-25 tahun
7. Keluarga dengan dewasa 25-65 tahun
8. Keluarga dengan lansia > 65 tahun
6
baik, pengelolaan konflik, memfasilitasi kolaborasi, melaksanakan pendelegasian
dan supervisi,melakukan negosiasi dan advokasi lintas program dan sektor (Keliat
et.al, 2006).
Kegiatan pengarahan yang akan dilaksanakan pada pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa komunitas adalah menciptakan budaya motivasi, menerapkan
manajemen waktu, melaksanakan pendelegasian, melaksanakan supervisi dan
komunikasi yang efektif, melakukan manajemen konflik.
1. Manajemen Waktu
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang dimiliki.
Pada desa siaga sehat jiwa manajemen waktu diterapkan dalam bentuk
penerapan rencana kegiatan bulanan untuk perawat CMHN dan kader
kesehatan jiwa masyarakat. Aktivitas manajemen waktu dievaluasi melalui
instrumen evaluasi perencanaan.
2. Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam
organisasi dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai
tujuan yangtelah ditetapkan. Pendelegasian dilaksanakan melalui proses :
a. Buat rencana tugas yang perlu diselesaikan
b. Identifikasi kemampuan kader kesehatan jiwa yang akan melaksanakan
tugas
c. Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya
d. Jika kader kesehatan jiwa tidak mampu melaksanakan tugas karena
menghadapi masalahtertentu maka perawat CMHN harus bias menjadi
contoh peran dan menjadi narasumber untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi
e. Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
3. Supervisi
Supervisi adalah proses memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
tujuanorganisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan tersebut.Kegiatan supervisi dilaksanakan untuk menjamin kegiatan
pelayanan kesehatan jiwa sesuaidengan pedoman yang telah ditetapkan.
Fasilitator nasional, fasilitator provinsi dan dinas kesehatan melakukan supervise
satu kali sebulan terhadap fasilitator lokal, perawat CMHN dan kader kesehatan
jiwa masyarakat, fasilitator lokal dan kepala puskesmas melakukan supervisi dua
kali seminggu terhadap perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa. Sedangkan
7
perawat CMHN melakukan supervisi satu kali seminggu terhadap kader
kesehatan jiwa. Hal yang di supervisi adalah kemampuan fasilitator local,
perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa dalam melaksanakan tugasnya terkait
aspek manajerial dan asuhan keperawatan.
4. Manajemen Konflik
Konflik adalah perbedaan pandangan dan ide antara satu orang dengan
orang yang lain.Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang yang
memiliki latar belakang yang berbeda konflik mungkin terjadi. Untuk
mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan manajemen konflik.
Cara penanganan konflik ada beberapa macam yaitu bersaing,
berkolaborasi, menghindar, mengakomodasi dan berkompromi. Penanganan
konflik yang diterapkan dalam pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas
adalah dengan cara kolaborasi. Cara ini adalah salah satu bentuk kerja sama
berbagai pihak yang terlibat konflik dalam menyelesaikan masalah yang mereka
hadapi dengan jalan mencari dan menemukan persamaan kepentingan dan
bukanperbedaan. Untuk itu pembudayaan kolaborasi antar pihak-pihak terkait
menjadi prioritas utama dalam menyelenggarakan pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa komunitas.
8
b. Pendidik (educator)
Perawat memberikan pendidikan kesehatan jiwa kepada individu dan
keluarga untuk mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dan
mengembangkan kemampuan keluarga dalam melakukan 5 tugas kesehatan
keluarga.
c. Koordinator (coordinator)
Melakukan koordinasi dalam kegiatan :
- Penemuan kasus
- Rujukan
9
(Keliat & Akemat, 2011). Kegiatan pengarahan yang dilaksanakan pada layanan
keperawatan kesehatan jiwa komunitas yaitu menciptakan budaya motivasi,
menerapkan manajemen waktu, melaksanakan pendelegasian, melaksanakan
supervisi dan komunikasi yang efektif, melakukan manajemen konflik dan
melakukan advokasi serta negosiasi. Perawat CHMN melakukan kegiatan
komunikasi, supervisi dan pendelegasian untuk membantu pasien gangguan
jiwa. Komunikasi dilakukan kepada kader untuk menjalin dan membina
hubungan saling percaya dalam rangka penanganan pasien gangguan jiwa yaitu
mengidentifikasi jumlah kunjungan pasien ke puskesmas dan memastikan
bahwa KKJ melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan organisasi.
Pendelegasian dilakukan oleh perawat CMHN kepada KKJ untuk
menindaklanjuti perawatan di komunitas bagi pasien gangguan jiwa yang sudah
berkunjung ke puskesmas (Keliat, Akemat, Helena & Nurhaeni, 2011). Supervisi
dilakukan oleh kader kepada pasien gangguan jiwa yang sudah mandiri, dan
keluarga dengan anggota keluarga mengalami gangguan jiwa yang sudah
mampu secara mandiri merawat pasien gangguan jiwa. Pendelegasian dilakukan
kader untuk merujuk kasus pasien gangguan jiwa ke puskesmas kepada perawat
CMHN.
• Pengendalian : Pengendalian atau pengontrolan sebagai metode pemeriksaan
untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan menurut rencana yang telah
disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan, yang
bertujuan untuk menemukan kekurangan dan kesalahan sehingga dapat
diperbaiki dan tidak terjadi lagi (Fayol, 1984 dalam Keliat, 2011). Kegiatan yang
dilakukan oleh perawat CMHN dalam hal pengontrolan adalah monitor dan
evaluasi. Perawat CMHN memonitor kader dalam melaksanakan program
CMHN di wilayahnya. Evaluasi kinerja kader dilakukan berdasarkan delapan
kemampuan kader (Keliat, Akemat, Helena & Nurhaeni, 2011). Perawat CMHN
juga melakukan monitor dan evaluasi terhadap peningkatan kemampuan pasien
gangguan jiwa dalam meningkatkan kemampuan positif, berkurangnya tanda
dan gejala yang dialami oleh pasien gangguan jiwa . Kader melakukan monitor
dan evaluasi terhadap rencana kerja yang telah disusun terhadap pasien dan
keluarga untuk mengatasi masalah . Monitor dan evaluasi kepada pasien
mengenai peningkatan kemampuan positif pasien dalam kegiatan sehari-hari
dan berkurangnya tanda dan gejala yang dialami pasien . Monitor dan evaluasi
10
kepada keluarga mengenai peningkatan kemampuan keluarga dalam hal
merawat pasien gangguan jiwa.
11
Keliat, 2011). Kemitraan dalam layanan kesehatan di komunitas merupakan
bentuk strategi kemitraan lintas program dan lintas sektor yang terintegrasi
berdasarkan prinsip kesetaraan, keterpaduan, kesepakatan dan keterbukaan
(Depkes RI, 2000 dalam Keliat, 2011). Perawat CMHN melakukan kegiatan
kemitraan lintas program dan lintas sektor, untuk menangani pasien gangguan
jiwa. Kemitraan lintas program yang dilakukan adalah menggalang kerjasama
layanan CMHN dengan puskesmas untuk mengidentifikasi masyarakat yang
mengalami gangguan jiwa, melakukan koordinasi dengan dokter di puskesmas
untuk pemberian terapi pasien, konsultasi pasien dan perujukan kasus,
melakukan koordinasi dengan KKJ mengenai pasien yang tidak berkunjung ke
puskesmas. Kemitraan lintas sektor yang dilakukan adalah kerjasama dengan
dinas kesehatan kota, kecamatan dan kelurahan. KKJ melakukan kegiatan
kemitraan lintas program dan lintas sector (Keliat, Helena & Farida, 2011).
Kegiatan kemitraan lintas program yaitu melakukan rujukan kasus pasien
gangguan jiwa ke puskesmas dan melaporkan kepada perawat CMHN mengenai
kondisi pasien gangguan jiwa. Kegiatan kemitraan lintas sektor yang dilakukan
KKJ adalah bekerja sama dengan perangkat RT, RW dan organisasi PKK,
Karang Taruna, kelompok pengajian, untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
pemberian asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa.
12
• Memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok pasien yang
mengalami gangguan jiwa.
• Melaksanakan terapi aktifitas kelompk (TAK) pada kelompok pasien
gangguan jiwa.
• Melakukan rehabilitasi pada pasien gangguan jiwa
13
f. Ada sistem siaga bencana oleh masyarakat
g. Ada pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat
h. Mempunyai lingkungan yang sehat
i. Masyarakat berperilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) (Dinkes Prov. Jawa
Timur, 2008).
14
Tabel 2. Ciri Perilaku Gangguan Jiwa
Ciri Perilaku
Gangguan jiwa berat dikenal dengan sebutan psikosis dan salah satu
contoh psikosis adalah skizofrenia.Gangguan jiwa berat menimbulkan beban
bagi pemerintah, keluarga serta masyarakat oleh karena produktivitas
pasien menurun dan akhirnya menimbulkan beban biaya yang besar bagi
pasien dan keluarga. Dari sudut pandang pemerintah, gangguan ini
menghabiskan biaya pelayanan kesehatan yang besar (Riskesdas, 2013).
15
Gangguan mental emosional adalah istilah yang sama dengan distres
psikologik. Kondisi ini adalah keadaan yang mengindikasikan seseorang sedang
mengalami perubahan psikologis. Berbeda dengan gangguan jiwa berat psikosis dan
skizofrenia, gangguan mental emosional adalah gangguan yang dapat dialami semua
orang pada keadaan tertentu, tetapi dapat pulih seperti semula. Gangguan ini dapat
berlanjut menjadi gangguan yang lebih serius apabila tidak berhasil ditanggulangi.
16
2.4.2 Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian awal dilakukan dengan menggunakan pengkajian 2 menit
berdasarkan keluhan pasien. Setelah ditemukan tanda-tanda yang menonjol
yang mendukung adanya gangguan jiwa maka pengkajian dilanjutkan dengan
menggunakan format pengkajian kesehatan jiwa. Data yang dikumpulkan
mencakup keluhan utama, riwayat kesehatan jiwa, pengkajian psikososial
danpengkajian status mental. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan
melalui wawancara dengan pasien dan keluarga, pengamatan langsung
terhadap kondisi pasien serta melalui pemeriksaan.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian, baik
masalah yang bersifat aktual (gangguan kesehatan jiwa) maupun yang
17
berisiko mengalami gangguan jiwa. Jika perawat menemukan anggota
masyarakat yang mengalami gangguan jiwa maka perawat harus berhati-hati
dalam penyampaiannya kepada pasien dan keluarga agar tidak menyebutkan
gangguan jiwa karena hal tersebut merupakan stigma dalam masyarakat.
Adapun diagnosa keperawatan yang diidentifikasi penting untuk pasca
bencana adalah :
a. Masalah kesehatan jiwa pada anak/remaja :
1) Depresi
2) Perilaku kekerasan
b. Masalah kesehatan jiwa pada usia dewasa :
1) Harga diri rendah
2) Perilaku kekerasan
3) Risiko bunuh diri
4) Isolasi sosial
5) Gangguan persepsi sensori : halusinasi
6) Gangguan proses pikiran waham
7) Defisit perawatan diri
c. Masalah kesehatan jiwa pada lansia :
1) Demensia
2) Depresi
c. Perencanaan Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan standar asuhan
keperawatan kesehatan jiwa yang mencakup tindakan psikoterapeutik yaitu
penggunaan berbagai teknik komunikasi terapeutik dalam membina hubungan
dengan pasien, pendidikan kesehatan tentang prinsip-prinsip kesehatan jiwa dan
gangguan jiwa; perawatan mandiri (aktivitas kehidupan sehari-hari) meliputi
kebersihan diri, makan dan minum, buang air besar dan buang air kecil; terapi
modalitas seperti terapi aktivitas kelompok, terapi lingkungan dan terapi
keluarga; tindakan kolaborasi (pemberian obat-obatan dan monitor efek
samping). Dalam menyusun rencana tindakan harus dipertimbangkan bahwa
untuk mengatasi satu diagnose keperawatan diperlukan beberapa kalipertemuan
hingga tercapai kemampuan yang diharapkan baik untuk pasien maupun
keluarga. Rencana tindakan keperawatan ditujukan pada individu, keluarga,
kelompok dan komunitas.
18
a. Pada tingkat individu difokuskan pada peningkatan keterampilan dalam
ADL danketerampilan koping adaptif dalam mengatasi masalah.
b. Pada tingkat keluarga difokuskan pada pemberdayaan keluarga dalam
merawat pasien danmensosialisasikan pasien dengan lingkungan.
c. Pada tingkat kelompok difokuskan pada kegiatan kelompok dalam rangka
sosialisasi agarpasien mampu beradaptasi dengan lingkungan.
d. Pada tingkat komunitas difokuskan pada peningkatan kesadaran
masyarakat tentangkesehatan jiwa dan gangguan jiwa, menggerakkan
sumber-sumber yang ada dimasyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh
pasien dan keluarga.
d. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat.
Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien
saat ini. Perawat bekerjasama dengan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain
dalam melakukan tindakan.Tujuannya adalah memberdayakan pasien dan
keluarga agar mampu mandiri memenuhi kebutuhannya serta meningkatkan
keterampilan koping dalam menyelesaikan masalah. Perawat bekerja dengan
pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka dan memfasilitasi
pengobatan melalui kolaborasi dan rujukan.
e. Evaluasi Asuhan Keperawatan
Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan pasien dan keluarga
dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah. Kemampuan yang
diharapkan adalah:
a. Pada tingkat individu diharapkan pasien mampu :
1) Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai kemampuannya
2) Membina hubungan dengan orang lain dilingkungannya secara bertahap
3) Melakukan cara-cara menyelesaikan masalah yang dialami
b. Pada tingkat keluarga diharapkan keluarga mampu :
1) Membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien hingga pasien
mandiri
2) Mengenal tanda dan gejala dini terjadinya gangguan jiwa
3) Melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa atau kekambuhan
4) Mengidentifikasi perilaku pasien yang membutuhkan konsultasi segera
19
5) Menggunakan sumber-sumber yang tersedia di masyarakat seperti
tetangga, teman dekatdan pelayanan kesehatan terdekat.
f. Monitoring dan Evaluasi
Menurut Mockler (1984) dalam Keliat et.al (2006) pengendalian
manajemen adalah kegiatan sistematis yang terdiri dari menentukan standar
prestasi kerja, menetapkan tujuan, perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan
dan evaluasi kinerja. Hasil evaluasi kinerja dibandingkan dengan standar yang
telah ditetapkan, untuk mengetahui pencapaian tujuan dan penyimpangan serta
mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk memastikan bahwa
sumber daya yang digunakan efektif dan efisien dalam mencapai
tujuan.Pengendalian manajemen merupakanp roses untuk memastikan bahwa
aktivitas yang telah dilakukan sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan
berfungsi untuk menjamin kualitas penampilan kerja. Kegiatan monitoring dan
evaluasi pada pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas ditujukan pada
fasilitator lokal, perawat CMHN, kader kesehatan jiwa dan pasien dan keluarga.
g. Tingkat Kemandirian ODGJ
Total care Tidak memiliki kemampuan dalam: mengendalikan gejala (1),
Kemampuan 1 s.d merawat diri (2), bersosialisasi (3), ADL/Kemampuan kegiatan
5(-) sehari-hari (4), dan bekerja (5)
Partial care Memiliki kemampuan dalam: mengendalikan gejala (1),
Kemampuan 1 – 2 merawat diri (2)
(+)
Kemampuan 3 – 5 (-
)
Mandiri/ self care Memiliki kemampuan dalam: mengendalikan gejala (1),
Kemampuan 1-4 (+) merawat diri (2), bersosialisasi (3), ADL/Kemampuan kegiatan
Kemampuan 5 (-) sehari-hari (4)
Produktif memiliki kemampuan dalam: mengendalikan gejala (1),
Kemampuan 1-5 (+) merawat diri (2), bersosialisasi (3), ADL/Kemampuan kegiatan
sehari-hari (4), dan bekerja
20
BAB 3
KERANGKA KEGIATAN
Warga
Adanya stressor, potensi Koping individu
yang
terjadinya kehilangan pekerjaan, tidak efektif
mengalami
anggota keluarga, bencana alam, Kurangnya
gangguan
dukungan sosial jiwa
musibah lainnya di masyarakat
terhadap kondisi
Warga
kejiwaan
yang
mempunyai
KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN resiko
psikososial
Melalui Puskesmas →KECAMATAN SEHAT 2015
DESA SIAGA SEHAT JIWA
21
ALUR PEMERIKSAAN PASIEN DI POLI JIWA
Pencatatan Pelaporan
Deteksi dini keluarga sehat Penyampaian data
Data Pasien Keluarga Sehat, pasien gangguan
jiwa oleh kader jiwa
Resiko, dan pasien gangguan dan resiko ke
perawat CMHN di
ponkesdes
PEMERIKSAAN DI
POLI JIWA Perawat CMHN
memfasilitasi
PUSKESMAS
untuk
pemeriksaan lebih
lanjut ke poli jiwa
puskesmas
Pendaftaran 1. Anamnesa dan
Pasien Resiko Rawat Jalan
Loket pemeriksaan mental health Poli Jiwa
oleh tenaga medis (dokter
Pasien Gangguan
& perawat CMHN
2. Konseling Kesehatan Setuju
Jiwa dan kondisi
Rencana Rujukan ke RSJ di
kesehatan jiwa pasien
kabupaten/provinsi terkait
setuju menolak
Memenuhi kelengkapan
dokumentasi rekam medis
Perawat Kontrol
dan asuhan keperawatan
RSJ CMHN ke poli
jiwa pasien
jiwa
puskesmas merujuk
ke RSJ di
Pasien Pulang Home visit kabupaten/pro
vinsi terkait
Kontrol ke
Monitoring dan evaluasi
poli jiwa
perkembangan kondisi
kesehatan jiwa pasien
22
BAB 4
RENCANA KEGIATAN
23
Hari Kegiatan Pembicara/
petugas
3. Kontrak pelaksanaan kegiatan dan tugas
Desa Presepti
- Mengunjungi stake holder di masing - Presepti
masing wilayah untuk meminta izin selama
3 minggu melakukan intervensi di setiap RT
- Melakukan deteksi dini kesehatan jiwa setiap
di RT 7, RT 8, RT 9, RT 10, RT 11
- Validasi data pasien gangguan jiwa dan
resiko di desa Sempalwadak (RT7, RT 8, RT
9, RT 10, RT 11)
Desa Presepti
Melakukan pengkajian kepada orang dengan
sehat jiwa, pasien dengan psikososial, dan
pasien dengan gangguan jiwa.
Desa Presepti,
Follow up dan melanjutkan kegiatan yang sudah Tokoh
dilakukan kelompok sebelumnya di desa Masyarakat
Sempalwadak dengan masuk ke acara Preseptor klinik
masyarakat (posyandu, ponkesdes, sekolah,
pengajian, dan perkumpulan warga lainnya) untuk
memberikan pendidikan kesehatan
Setiap kelompok membuat rekapitulasi hasil dari -Persepti
deteksi dini kesehatan jiwa disetiap RT
Minggu 2 Desa Persepti
Perencanaan Strategi Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas
Desa Persepti
masuk ke acara masyarakat (posyandu,
ponkesdes, sekolah, pengajian, dan perkumpulan
warga lainnya) untuk memberikan pendidikan
kesehatan
Desa Presepti
Mengadakan Terapi Aktivitas Kelompok di Preseptor klinik
wiliayah Sempalwadak diikuti oleh ODGJ dan Kader
24
Hari Kegiatan Pembicara/
petugas
ODMK dari Desa Sempalwadak
(Desa dan Puskesmas) Presepti
Supervisi dari pihak kampus terkait Preseptor klinik
program komunitas jiwa serta asuhan
keperawatan jiwa pasien kelolaan
Melakukan kunjungan rumah kepada pasien - persepti
ODGJ yang telah mandiri dan memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kasus,
25
4.2.3 Plan Of Action
Waktu dan PJ
No. Strategi Tujuan Sasaran Bentuk kegiatan Media Dana
Tempat Kegiatan
- Melakukan pengkajian
keperawatan jiwa pada
ODGJ, ODMK, dan
individu sehat jiwa
- Melakukan analisa data Tempat: Desa
Warga Desa
pada ODGJ, ODMK, Sempalwadak
Sempalwad
dan individu sehat jiwa RT 07 s.d RT
ak dan
- Menentukan diagnosa 11 dan Desa SPTK
Desa
keperawatan ODGJ, Strategi pelaksanaan Gading sesuai Swadaya
Asuhan Gading Kelompok 2
1 ODMK, dan individu (SP) sesuai dengan kasus Mahasis
keperawatan dengan program A
sehat jiwa berdasarkan kasus temuan Waktu: kelolaan, wa
ODGJ,
hasil analisa data. 30 September leptop
ODMK, dan
- Menentukan rencana individu 2019 s.d 02
tindakan keperawatan sehat jiwa November
jiwa pada ODGJ, 2019
ODMK, dan individu
sehat jiwa
- Melakukan strategi
pelaksanaan ke pasien
26
Strategi Sasaran Waktu dan PJ
No. Tujuan Bentuk kegiatan Media Dana
Tempat Kegiatan
dan keluarga ODGJ
dan ODMK
- Melakukan
implementasi
keperawatan pada
pasien sehat jiwa
- Mengevaluasi hasil
tindakan keperawatan
yang telah
dilaksanakan
- Memfasilitasi klien TAK SOSIALISASI: Tempat: Desa
Terapi untuk meningkatkan - Sesi I : kemampuan Sempalwadak
bola, kertas
Aktivitas respon sosial dan Klien ODGJ memperkenalkan RT 07 s.d RT Kelompok 2
gambar,
Kelompok harga diri dan ODMK diri Sesi II : 11 dan Desa program A
pensil
- Membantu klien di Desa kemampuan Gading Swadaya
warna,
2 melakukan soaialisasi Sempalwad berkenalan Mahasis
speaker
dengan individu yang ak dan - Sesi III : Waktu: wa
ada disekitar klien Desa kemampuan 30 September
- Melatih klien untuk Gading bercakap-cakap 2019 s.d 02
mempersepsikan - Sesi IV : November
stimulus yang kemampuan 2019
27
Strategi Sasaran Waktu dan PJ
No. Tujuan Bentuk kegiatan Media Dana
Tempat Kegiatan
disediakan atau bercakap-cakap
stimulus yang pernah topik tertentu
dialami
TAK STIMULASI
SENSORI:
menggambar
TAK STIMULASI
PERSEPSI: HARGA
DIRI RENDAH
sesi I: identifikasi hal
positif pada diri
Tempat: Desa
Sempalwadak
Warga Desa RT 07 s.d RT
- Memberikan pendidikan Memberikan Leptop,
Sempalwad 11 dan Desa Swadaya
Pendidikan kesehatan menganai penyuluhan kepada speaker, Kelompok 2
3 ak dan Gading Mahasis
kesehatan masalah kejiwaan pada warga mengenai lembar program A
Desa wa
warga masalah kejiwaan absensi
Gading Waktu:
30 September
2019 s.d 02
28
Strategi Sasaran Waktu dan PJ
No. Tujuan Bentuk kegiatan Media Dana
Tempat Kegiatan
November
2019
29
BAB 5
HASIL KEGIATAN
30
yang terakhir adalah pengendalian dan memonitor dan evaluasi. Perawat
CMHN memonitor kader dalam melaksanakan program CMHN di wilayahnya.
Semua proses manajemen keperawatan kesehatan jiwa tugas dari pihak
puskesmas, perangkat desa dan masyarakat setempat
31
kepada seluruh pasien. Setiap pasien dikelola secara terorganisisr oleh 2-3
kader kesehatan jiwa (KKJ) yang ada di wilayah masing-masing.
Di desa Sempalwadak sendiri terdapat dua kader kesehatan jiwa, yang mana
berdasarkan kecamatan sehat tahun 2015 setiap desa memiliki kader
kesehatan jiwa dengan rasio 1 kader terhadap 15-20 keluarga yang ada di
sekitar tempat tinggalnya. Sedangkan di Desa Sempalwadak sendiri memiliki
14 RT dan masing-masing RT memiliki jumlah penduduk lebih dari 50 KK.
Tentunya hal ini belum sesuai dengan standar yang sudah ada, sehingga
diperlukan rekrutmen kader kesehatan jiwa untuk menambah jumlah kader
kesehatan jiwa.
Dalam perekrutan kader kesehatan jiwa, perawat CMHN berkoordinasi
dengan kepala desa, kepala dusun, tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk
mendapatkan nama calon KKJ, menyelenggarakan pelatihan KKJ dan
melakukan penilaian kinerja KKJ. KKJ terpilih dan terlatih akan bersama dengan
perawat CMHN memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa.
Kegiatan yang dilakukan KKJ adalah mengikuti proses rekruitmen, seleksi dan
orientasi. KKJ menjalani proses rekruitmen karena ketertarikannya untuk
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa. KKJ
mengikuti penjelasan dan sosialisasi tentang persyaratan KKJ dari perawat
CMHN kemudian memberikan persetujuan dengan menandatangani surat
persetujuan menjadi KKJ. KKJ mengikuti proses sosialisasi program CMHN
yang disampaikan oleh perawat CMHN dan mengikuti pelatihan KKJ untuk
mendapatkan ketrampilan.
32
lintas program maupun lintas sektor untuk melakukan asuhan keperawatan
secara optimal dan menyeluruh.
33
Adapun pemetaan jumlah penduduk di Desa Sempalwadak adalah sebagai
berikut:
Tabel 5.1 Jumlah Penduduk di Desa Sempalwadak Tahun 2019
1 07 41 KK 138 jiwa
2 08 64 KK 177 jiwa
3 09 79 KK 243 jiwa
4 10 68 KK 181 jiwa
5 11 91 KK 273 jiwa
34
5.4.3 Hasil Pemetaan Orang dengan Gangguan Jiwa dan Orang dengan Masalah Kejiwaan di Desa Sempalwadak
a. Hasil Pemetaan Orang dengan Gangguan Jiwa di Desa Sempalwadak Periode September - Oktober 2019
Tingkat Mahasis
Implementasi
RT Diagnosa Ketergantungan wa
No Nama Usia L/P Obat Keterangan yang telah di RTL
/RW Keperawatan M P T Pengelol
berikan
a
1. Ny. 51 P RT 04 / Ansietas V Rutin • Klien memiliki SP 1 RTL: Nur
Retno RW 01 minum riwayat kejang - Melatih cara Masih diperlukan Hasanah
obat : sejak SMP mengurangi kunjungan dari
Velpra akibat cemas pihak puskesmas
z kecelakaan dengan untuk memonitor
250m • klien rutin teknik gejala kejang
g 3x1, minum obat distraksi/pen klien dan apakah
Fenitoi dan kontrol di galihan klien masih
n rumah sakit dengan cara cemas jika
100m Mitra Delima beristigfar bertemu orang
g 3x1, • Klien SP 2 banyak
Vitami mengatakan - Melatih cara
n B6 bahwa ia mengurangi
1x1, sering cemas cemas
Cloba memikirkan dengan
zam kebutuhan teknik tarik
rumah tangga nafas dalam
35
10mg dan kebutuhan SP 3
1x1 sekolah - Melatih cara
anaknya mengurangi
• Klien merasa cemas
cemas jika dengan
berkumpul latihan
dengan orang relaksasi otot
banyak (>7
orang) karena
takut bila
kejangnya
kambuh dan
menyusahkan
banyak orang
• Klien merasa
cemas jika
ingin mengikuti
kegiatan di
lingkungan
sekitara seperti
PKK dan
pengajian
karena takut
36
jika kejangnya
kambuh
• Tingkat
ketergantunga
n klien Mandiri
: memiliki
kemampuan
mengendalika
n gejala
kejang,
mampu
merawat diri
dan orang lain,
ADL/kemampu
an sehari-hari
(+)
• Klien
kooperatif,
kontak mata
adekuat,
kesadaran
kwalitatif tidak
berubah
37
2. Sd 38 L RT Harga diri V Rutin - Klien SP 1 RTL: Yusuf
Yusuf 06/RW rendah minum mengatakan 1. Melakukan Masih diperlukan
Rusdi 01 obat tidak pernah perkenalan kunjungan ulang
anto bergaul dengan klien dari pihak
dengan puskesmas untuk
masyarakat 2. Melakukan melanjutkan
- Klien kontrak waktu menlanjutkan SP
mengatakan dengan klien 2 dan evaluasi sp
malu karena 1,evaluasi
dirinya 3Menyampaik kepatuhan minum
sedang sakit an tujuan obat dan
- Klien melanjutkan
mengatakan 4.Bina intervensi sampai
kalau dokter hubungan pasien mampu
pernah saling percaya mandiri dan
mengatakan produktif.
dirinya sakit 5.Mengidentifik
stress asi
- Klien kemampuan
mengatakan melakukan
hanya kegiatan dan
38
dirumah saja aspek positif
membantu pasien (buat
ibu dan daftar
mendengark kegiatan)
an musik
sambil 6.Membantu
menghapal pasien menilai
liriknya kegiatan yang
- Klien dapat
mengatakan dilakukan saat
minder dan ini (pilih dari
malu apabila daftar
bergaul kegiatan) :
dengan buat daftar
masyarakat kegiatan yang
karena dapat
semuanya dilakukan saat
telah ini
menikah dan
Sdr.YR 7.Membantu
belum pasien memilih
- Klien salah satu
mengatakan kegiatan yang
39
malu dapat
berkomunika dilakukan saat
si dengan ini untuk dilatih
orang yang (mengaji)
lebih tua dan
yang 8.Melatih
pendidikan kegiatan yang
lebih tinggi dipilih
- Klien (Mengaji)
beranggapan
bahwa 9.Memasukka
perawat bisa n pada jadwal
melakukan kegiatan untuk
segala hal latihan dua kali
termasuk per hari
musik beda (setelah sholat
dengan magrib dan
dirinya isya)
- Kontak mata
terlihat 10.Menanyaka
kurang n perasaan
- Klien tampak pasien setelah
kelihatan
40
malu dan berlatih
tegang jika bercakap
diajak bicara
- Afek emosi 11.Memvalidas
tampak i ulang apakah
tumpul klien ingat
dengan apa
yang kita
sampaikan
12.Menyepaka
ti kontrak
pertemuan
selanjutnya
3. Tn. Aji 38 L RT 05/ Isolasi Sosial √ • Saat ini kondisi SP 3 RTL: Alissa
Firma RW 02 klien sudah Latih cara Perlu adanya Puspita
nsyah Sempa membaik dan bercakap- dukungan dari Surahma
lwadak tidak cakap sosial untuk n
mendengar (4-5 orang) membantu Tn. Aji
suara-suara dalam 2 agar lebih sering
lagi kegiatan bersosialisasi
• Keluarga harian baru.
sangat
41
menginginkan SP 4
klien Latih cara
bersosialisasi bercakap-
seperti anak cakap dalam
lainnya namun kegiatan
klien menolak sosial:
keluar rumah mengunjungi
untuk masjid dan
sosialisasi berbicara
dengan alasan dengan orang-
takut bertemu orang disekitar
orang
bertato/orang
jahat yang
akan
menyakitinya.
• Saat ini klien
masih berobat
rutin ke poli
jiwa RSJ
Lawang
dengan
menggunakan
42
BPJS setiap
bulannya
4. Tn. 45 L RT05 / - Defisit v Klien • Klien SP Isolasi RTL: Nafis
Subro RW 2 perawatan tidak mengatakan sosisal: Masih diperlukan
to diri mau pernah dirawat SP 1 kunjungan ulang
- Isolasi minum di RSJ Lawang - Melatih dari pihak
sosial: obat karena bercakap- puskesmas untuk
menarik kemba mengurung diri cakap melanjutkan
diri li dan tidak mau dengan mengevaluasi SP
karen beraktivitas, anggota 1, 2 & 3 dan
a efek tidak mau keluarga melanjutkan
sampi bergaul serta dalam satu intervensi sampai
ng tidak mau kegiatan pasien mampu
meng merawat diri harian mandiri dan
antuk termasuk SP 2 produktif, serta
dapat makan - Melatih mau
meng • Klien bercakap- mengonsumsi
gangg mengatakan cakap obat kembali
u tidak mau dengan 2
aktivit bergaul orang
as dengan orang dengan
sehari lain karena tamu atau
- buang-buang tetangga
43
hariny waktu saja dan SP 3
a mengatakan - Melatih
merasa sakit bercakap-
punggung jika cakap
terlalu lama dengan 4-5
berdiri atau orang saat
duduk melakukan
• Klien kegiatan
mengatakan
malas SP Defisit
mengganti perawatan diri
bajunya setiap SP 1
hari - Latih cara
• Klien menjaga
mengatakan kebersihan
jika suhu udara diri: mandi
dingin klien dan ganti
bisa mandi pakaian,
hanya 2 hari sikat gigi,
sekali cuci rambut,
• Keluarga klien potong
mengatakan kuku, dll
klien sudah
44
tidak pernah SP 2
minum obat - Latih cara
rutin berdandan
• Keluarga setelah
mengatakan kebersihan
Klien susah di diri: sisiran,
bujuk untuk cukuran
rutin untuk pria
mengganti
baju, padahal SP 3
baju-baju klien - Latih cara
sudah makan dan
disiapkan minum yang
• Klien baik.
kooperatif,
kontak mata
inadekuat,
kesadaran
kwalitatif tidak
berubah
• Tingkat
ketergantunga
n klien parsial :
45
mampu
merawat diri
namun
kemampuan
sosialisasi (-),
ADL/kemampu
an sehari-hari
(+),
kemampuan
bekerja (-)
46
rujuka • Keluarga kegiatan masyarakat
n dari mengatakan harian namun tetap
puske Klien jarang SP 2 memerlukan
smas mandi sejak - Melatih evaluasi
pulang dari bercakap- kepatuhan minum
rumah sakit, cakap obat setelah
jarang dengan 2 kontrol dan
cukuran, orang melanjutkan
sisiran, potong dengan intervensi sampai
kuku maupun tamu atau pasien mampu
ganti baju tetangga mandiri dan
• Keluarga SP 3 produktif.
mengatakan - Melatih
sedang bercakap-
mengurus cakap
kelanjutan dengan 4-5
control dan orang saat
obat pasien di melakukan
puskesmas kegiatan
dan meminta
rujukan ke RS SP Defisit
• Klien perawatan diri
berkomunikasi SP 1
47
hanya - Latih cara
seperlunya menjaga
saat di tanya kebersihan
saja jawaban diri: mandi
klien dan ganti
cenderung pakaian,
tertutup sikat gigi,
• Klien cuci rambut,
kooperatif, potong
kontak mata kuku, dll
inadekuat,
kesadaran SP 2
kwalitatif - Latih cara
berubah berdandan
• Tingkat setelah
ketergantunga kebersihan
n klien parsial : diri: sisiran,
memiliki cukuran
kemampuan untuk pria
mengendalika
n gejala, SP 3
mampu - Latih cara
merawat diri makan dan
48
namun minum yang
kemampuan baik.
sosialisasi (-),
ADL/kemampu
an sehari-hari
(+),
kemampuan
bekerja (-)
6. Tn. 49 L RT13 / - Defisit v Klien • Keluarga klien SP Isolasi RTL: Made Ari
Sony RW 2 perawatan tidak mengeluh sosisal: Masih diperlukan
diri memin agak susah SP 1 kunjungan ulang
- Isolasi um untuk bertemu - Melatih dari pihak
sosial: obat dan membuka bercakap- puskesmas untuk
menarik karen pembicaraan cakap melanjutkan
diri a tidak dengan orang dengan mengevaluasi SP
perna baru anggota 1, 2 & 3 dan
h • Klien keluarga melanjutkan
periks mengatakan dalam satu intervensi sampai
a ke tidak mau kegiatan pasien mampu
pelaya mengikuti harian mandiri dan
nan SP 2 produktif.
49
keseh kegiatan di - Melatih
atan masyarakat bercakap-
• Keluarga cakap
mengatakan dengan 2
Klien susah di orang
bujuk untuk dengan
rutin tamu atau
mengganti tetangga
baju, padahal SP 3
baju-baju klien - Melatih
sudah bercakap-
disiapkan cakap
• Klien dengan 4-5
mengatakan orang saat
keramas 1 melakukan
minggu sekali kegiatan
• Klien
mengatakan SP Defisit
sangat senang perawatan diri
mandi, BAK, SP 1
BAB di sungai - Latih cara
• Klien menjaga
kooperatif, kebersihan
50
kontak mata diri: mandi
inadekuat, dan ganti
kesadaran pakaian,
kwalitatif sikat gigi,
berubah cuci rambut,
• Tingkat potong
ketergantunga kuku, dll
n klien parsial :
tidak mampu SP 2
merawat diri - Latih cara
dan berdandan
kemampuan setelah
sosialisasi (-), kebersihan
ADL/kemampu diri: sisiran,
an sehari-hari cukuran
(+), untuk pria
kemampuan
bekerja (-)
51
7. Tn. 65 L RT 07/ Resiko V Tidak SP 1 RPK RTL: Anis
Ngate th RW 03 Perilaku minum • Keluarga • Mendiskusika Masih diperlukan
man Kekerasan obat mengatakan klien n definisi dari kunjungan ulang
dan pernah depresi tarik nafas dari pihak
tidak karena dalam puskesmas untuk
meme kehilangan • Mendiskusika melanjutkan
riksak anaknya n tujuan dari mengevaluasi SP
an diri • Keluarga dilakukannya 1, 2 & 3, evaluasi
ke mengatakan klien teknik tarik kepatuhan minum
fasilita akan mengamuk nafas dalam. obat dan
s apabila dia • Mencontohka melanjutkan
keseh kehilangan n tata cara intervensi sampai
atan barang berharga teknik nafas pasien mampu
• Keluarga dalam mandiri dan
mengatakan klien • Mempraktikk produktif.
marah dengan an bersama
membawa klien tarik
senjata tajam nafas dalam
berkeliling desa • Beri
dan cenderung penghargaan
merusak bagi setiap
lingkungan atau upaya klien
yang positif
52
menyakiti orang • Tanyakan
lain bagaimana
• Wajah perasaan
tegang, mata klien setelah
melotot dan dilakukan
gelisah tarik nafas
• Saat dalam.
interaksi klien SP 2 RPK
kurang • Klien dengan
melakukan kontak kesadaran
mata sendiri mau
• Klien mentaati
cenderung program
tertutup saat terapi medic
melakukan • Jelaskan
interaksi dengan dengan klien /
perawat keluarga
• Aktivitas: pentingnya
hiperkinesia, obat bagi
hiperaktif : klien kesehatan
terlihat gelisah, klien
mondar mandir • Diskusikan
tidak bisa diam dengan klien
53
• Afektif : jenis obat,
emosi, marah : cara
inadekuat : ketika penggunaann
bercerita tentang ya, side efek
aspek klien obat
tampak gelisah
• Interaksi :
tertutup dan
kurang
melakukan kontak
mata
54
mg mengatasi yang dipilih intervensi sampai
2x1 nyeri pada klien pasien mampu
Stelazi kakinya dan SP 3 mandiri dan
n 5 mg tidak mau - Mengajarkan produktif.
1x1 mengkonsumsi tentang obat
obat (nama,
antipsikotik frekuensi,
• Klien apabila manfaat dan
diajak efek
berbicara samping)
selalu
membicarakan
masalah
agama
• Klien
beranggapan
hanya kristen
agama yang
benar
• Klien tidak mau
ke puskesmas
dengan alasan
tidak punya
55
uang dan tidak
ada yang
mengantar
karena klien
tinggal sendiri
• Klien tidak mau
bekerja,
makan setiap
harinya
diperoleh dari
tetangga
• Klien
kooperatif,
kontak mata
inadekuat,
kesadaran
kwalitatif
berubah
• Tingkat
ketergantunga
n klien mandiri
: memiliki
kemampuan
56
mengendalika
n gejala,
mampu
merawat diri
kemampuan
sosialisasi (+),
ADL/kemampu
an sehari-hari
(+),
kemampuan
bekerja (-)
57
merupakan SP 2 kepatuhan minum
Yohanes - Mendiskusika obat pasien.
• Klien n
mengeluh kemampuan
nyeri di bagian yang dimiliki
sendi panggul - Melatih
dan kemampuan
pergelangan yang dimiliki
kakinya SP 3
sehingga menjelaskan
susah berjalan obat yang
• Klien diminum (8
mengatakan benar)
memiliki
kemampuan
untuk memijat
tetapi klien
malas
melakukannya
• Klien
mengatakan
bahwa banyak
orang tidak
58
sadar akan
duniawi dan
semua orang
harus
dibersihkan(ba
ptis)
• Klien tidak rutin
minum obat
dan
mengatakan
minum obat
jika hanya
merasa stres
saja. Klien juga
berkata bahwa
jarang kontrol
karena tidak
memiliki uang
• Tingkat
ketergantunga
n klien Mandiri
: memiliki
kemampuan,
59
mampu
merawat diri,
ADL/kemampu
an sehari-hari
(+)
• Klien
kooperatif,
kontak mata
adekuat,
kesadaran
kwalitatif tidak
berubah
9. Tn. 55 L RT13 / Gangguan V Tidak • Klien SP 1 RTL: Merita
Mat tahu RW 03 proses pikir rutin mengatakan - Orientasi Masih diperlukan
Ali n minum bahwa dirinya realita dan kunjungan ulang
obat tidak sakit jiwa melatih dari pihak
(daya tilik kegiatan puskesmas untuk
kurang bagus) yang dipilih melanjutkan
• Klien apabila klien mengevaluasi SP
diajak SP 2 1 & 2, intervensi
berbicara - Melatih sampai pasien
jawabannya kegiatan mampu mandiri
tidak sesuai dan produktif.
60
• Klien apabila yang dipilih
berbicara klien
sering
berpindah-
pindah topik
(flight of idea)
• Dalam sehati-
hari klien
bekerja
mengurus
kambing
• Klien
kooperatif,
kontak mata
inadekuat,
kesadaran
kwalitatif
berubah
• Tingkat
ketergantunga
n klien mandiri
: memiliki
kemampuan
61
mengendalika
n gejala,
mampu
merawat diri
kemampuan
sosialisasi (+),
ADL/kemampu
an sehari-hari
(+),
kemampuan
bekerja (+)
• Klien SP 1 RTL: Putri
mengatakan - BHSP Diperlukan Michelle
sempat - Orientasi kunjungan oleh Teresa
berencana realita kader jiwa Hasihola
menikah 2 kali meliputi dikarenakan n
namun gagal nama, pasien belum
• Klien tempat dan pernah minum
mengatakan waktu obat sama sekali
banyak orang - Mendiskusi
yang tidak kan
suka dengan kebutuhan
dirinya karena dasar yang
62
iri lalu berbuat belum
hal yang tidak terpenuhi
baik
• Klien sering
bermain judi di
gondanglegi
karena
mendengar
suara yang
menantang
klien untuk adu
judi
• Klien
mengatakan
tidak memiliki
riwayat
masalah
kejiwaan dan
tidak
mengonsumsi
obat, klien
mengatakan
bahwa dirinya
63
sehat-sehat
saja
• Tingkat
ketergantunga
n klien Mandiri
: memiliki
kemampuan,
mampu
merawat diri
namun tidak
rutin
melakukannya,
ADL/kemampu
an sehari-hari
(+)
• Klien
kooperatif,
kontak mata
kurang
adekuat,
kesadaran
kwalitatif tidak
berubah
64
b. Hasil Pemetaan Orang dengan Gangguan Jiwa di Desa Gading Periode September - Oktober 2019
Tingkat Mahasis
Implementasi
RT Diagnosa Ketergantungan wa
No Nama Usia L/P Obat Keterangan yang telah di RTL
/RW Keperawatan M P T Pengelo-
berikan
la
1. Tn 40 L RT 01 Isolasi Sosial √ Rutin • Klien mengalami SP 1 RTL: Shabhira
Yanu / RW minum perceraian - Keuntugan Masih
Iswoy 01 obat : dengan istrinya punya teman diperlukan
o Gadin Risper pada 2 tahun lalu dan bercakap- kunjungan dari
g idone • Beberapa bulan cakap pihak
2x1, lalu klien - Kerugian tidak puskesmas
Chlorp tertangkap Satpol punya teman dan untuk
omazi PP dan bercakap-cakap memonitor
ne ditampung di - Latih cara kondisi klien
1x1/2 dinas social. bercakap-cakap
Sehingga takut dengan anggota
untuk pergi terlalu keluarga
jauh karena takut SP 2
di tangkap lagi - Melatih
• klien rutin minum bercakap-cakap
obat dan kontrol di dengan 2-3
65
rumah sakit Mitra orang: tamu
Delima atau tetangga
• Tingkat
ketergantungan
klien Mandiri :
memiliki
kemampuan,
mampu merawat
diri,
ADL/kemampuan
sehari-hari (+)
• Klien kooperatif,
kontak mata
kurang adekuat,
kesadaran
kwalitatif tidak
berubah
66
sejak didalam kamar, keluarga dalam atau
satu jarang mandi satu rumah puskesmas
tahun • Keluarga SP 2 dan melakukan
yang mengatakan - Melatih evaluasi
lalu sudah setahun bercakap-cakap terahadap
yang lalu tidak dengan 2 orang kepatuhan
mengkonsumsi dengan tamu minum obat
obat karena atau tetangga sampai pasien
sudah sembuh, SP 3 mandiri
namun beberapa - Melatih
bulan terakhir bercakap-cakap
pasien kambuh dengan 4-5
dan belum orang saat
sempat ke melakukan
puskesmas untuk kegiatan
memeriksakan
kondisi klien
• Keluarga , tidak
mau jalan-jalan
keluar rumah dan
hanya mencuci
baju dan tidur saja
di rumah.
67
• Kontak mata
kurang saat
berkomunikasi
• Tingkat
ketergantungan
klien parsial :
kemampuan
sosialisasi pasien
kurang,
ADL/kemampuan
sehari-hari masih
perlu motivasi
untuk melakukan
(mandi), pasien
belum memiliki
kemampuan
untuk bekerja
68
• Rumahnya kegiatan dan mas untuk me-
berada di Desa masukan lanjutkan
Gading lor kejadwal mengevaluasi
• Saat ini adalah latihan SP 1, 2 & 3.
hari Sabtu tanggal SP 2 Agar pasien
19 Oktober 2019 • Evaluasi mau dan
(sesuai) kegiatan yang mampu untuk
• Pernah sekolah telah melakukan
sampai MA tetapi dilakukan, aktivitas dan
tidak lulus ajari kegiatan tidak malu lagi
• Hobi sehari-hari kedua yang dan tujuan
dipotong SP3
rambutnya, kalau • Evaluasi
dipaksa akan kegiatan yang
kabur lagi telah
• Pernah menjadi dilakukan,
bendahara kelas bantu kegiatan
tetapi dituduh ketiga yang
mencuri uang akan
69
Keluarga kegiatan dan
mengatakan: masukan
• Hal ini sudah kejadwal
sejak tahun 1998 kegiatan
setelah
melakukan ilmu
kebatinan
• Awalnya sering
pingsan di
sekolah dan
dikamar dan
lama-kelamaan
menutup diri
• Klien pernah
keluar masuk
rumah sakit
karena tidak rutin
minum obat
sehingga klien
sering marah-
marah tanpa
sebab.
70
• Klien jarang
pernah cerita
kehidupan
pribadinya
• Klien sudah
dibawa berobat
kemana-mana
• Klien tidak mau
bekerja karena
mengeluh capek
• Sejak 2012 klien
sudah rutin
minum obat
• Afek selama
diskusi cenderung
tenang dan
kooperatif
• Tingkat ketergan-
tungan klien pars-
ial: kemampuan
mengendalikan
gejala (-) merawat
diri (+) kemampu-
71
an sosialisasi(-),
ADL/kemampuan
sehari-hari(+), ke-
mampuan bekerja
(-).
72
5 bulan yang lalu - Latih cara serta mau
klien tidak mau menjaga mengevaluasi
memotong rambut kebersihan konsumsi obat
dan jambannya diri: mandi dan dan rutin
dan tidak mau ganti pakaian, kontrol
beraktifitas sikat gigi, cuci
• Keluarga rambut,
mengatakan potong kuku,
kadang klien dll
kalau di suruh
mau namun tidak
mengerjakannya
sampai selesai.
• keluarga klien
mengatakan klien
sering
mengatakan takut
kalau
pekerjaannya
tidak benar.
• Klien tidak
kooperatif, kontak
mata inadekuat,
73
kesadaran
kwalitatif tidak
berubah
• Tingkat
ketergantungan
klien parsial :
mampu merawat
diri namun
kemampuan
sosialisasi (-),
ADL/kemampuan
sehari-hari (+),
kemampuan
bekerja (+)
4. Tn. 31 L RT13 / Isolasi sosial: v Rutin • klien mengatakan SP 1 RTL: Timmy
Rami RW 3 menarik diri minum saat ini merasa - Melatih Masih
adi obat : takut dengan bercakap-cakap diperlukan
Trihex orang lain dengan anggota kunjungan
ypheni maupun keluarga dalam ulang dari
dyl 2 lingkungan sekitar satu kegiatan pihak
mg, dan lebih suka harian puskesmas
2x1 didalam rumah SP 2 untuk
melanjutkan
74
Trifluo • Keluarga - Melatih mengevaluasi
perazi mengatakan bercakap-cakap SP 1, 2 & 3,
ne 5 sudah 10 hari dengan 2 orang evaluasi
mg (sejak tanggal dengan tamu kepatuhan
2x1 7/10/19) Tn. R atau tetangga minum obat
tidak mau minum SP 3 dan
obat - Melatih melanjutkan
• Klien mengatakan bercakap-cakap intervensi
tidak mau ke dengan 4-5 sampai pasien
puskesmas, tidak orang saat mampu mandiri
mau jalan-jalan melakukan dan produktif.
keluar rumah dan kegiatan
hanya mencuci
baju dan tidur saja
di rumah.
• Klien kooperatif,
kontak mata
inadekuat,
kesadaran
kwalitatif berubah
• Tingkat
ketergantungan
klien parsial :
75
memiliki
kemampuan
mengendalikan
gejala, mampu
merawat diri
namun
kemampuan
sosialisasi (-),
ADL/kemampuan
sehari-hari (+),
kemampuan
bekerja (-)
5. Tn. 30 L RT13 / Gangguan v Rutin • Klien memiliki SP 1 RTL: Vitara
Efendi RW 3 Persepsi minum riwayat halusinasi - Melatih cara Diperlukan Daru
Sensori : obat : pada tahun 2017, mengontrol kunjungan Rahmi
Halusinasi Trifluo klien pernah halusinasi ulang untuk
perazi mendengar dengan mengevaluasi
ne bisikan-bisikan menghardik kerutinan
2 x 5 buruk SP 2 pasien dalam
mg, • Pasien pernah - Melatih cara minum obat
CPZ 1 kembali mengontrol
x 25 mengalami halusinasi
mg halusinasi dengan
76
mendengar dengan obat-
bisikan buruk obatan
dikarenakan tidak SP 3
minum obat - Melatih cara
kurang lebih mengontrol
selama 1 minggu halusinasi
dikarenakan RS dengan
tutup karena libur bercakap-cakap
hari raya idul fitri dengan orang
tahun 2018. lain
• Saat ini pasien
sudah tidak
pernah
mengalami
halusinasi
• Klien sampai saat
ini rutin minum
obat
• Klien kooperatif,
kontak mata
adekuat,
kesadaran
77
kwalitatif tidak
berubah
• Tingkat
ketergantungan
klien mandiri:
memiliki
kemampuan
mengendalikan
gejala, mampu
merawat diri,
mampu
bersosialisasi (+),
ADL/kemampuan
sehari-hari (+),
kemampuan
bekerja (+)
78
1x1, mucul, hanya dengan cara evaluasi
Risper sesekali muncul menghardik tentang
idone jika klien lupa SP 2: kerutinan
2x1, minum obat - Mengontrol kontrol dan
Trihex • Klien halusinasi minum obat ke
ypheni mengatakan dengan obat rumah sakit
dyl terakhir bisikan- SP 3: karena klien
2x1 bisikannya - Mengontrol sudah mandiri
muncul 3 bulan halusinasi dalam ADL dan
yang lalu saat dengan sudah memiliki
telat kontrol dan bercakap- pekerjaan
minum obat cakap
• Klien
mengatakan
saat ini sudah SP 4:
mau dan rajin - Melatih cara
kontrol ke mengontrol
rumah sakit halusinasi
• Klien kooperatif dengan
dan kontak mata melakukan
adekuat, kegiatan harian
kesadaran
79
kualitatif tidak
berubah
• Tingkat
ketergantungan
klien total:
memiliki
kemampuan
mengendalikan
gejala, mampu
merawat diri,
kemampuan
sosialisasi baik,
ADL/kemampua
n sehari-hari
baik,
kemampuan
bekerja baik
7. Tn. 63 L RT16 / Risiko Perilaku T Putus • Berdasarkan SP 1 RTL: Lailatul
Adna tahu RW 4 Kekerasan Obat wawancara – Melatih cara Masih Mukarom
n n kepada pengasuh mengontrol PK diperlukan a
(Tn. M) yang teknik fisik 1 kunjungan
menghidupi Tn. A, (tarik nafas ulang dari
beberapa kali Tn. A dalam) dan 2 pihak
80
sering marah- (pukul kasur puskesmas
marah, melempar atau bantal). untuk
batu ke genteng – Memasukkan mengulangi SP
tetangga, ke jadwal 1 dan 2 karena
mengolok-olok dan kegiatan latihan pasien masih
bahkan pernah fisik belum
membakar pipa SP 2 kooperatif
paralon milik – Melatih cara dalam
tentangga hingga mengontrol PK melakukan
melempar batu dengan obat kontrol gejala
bata pada salah (jelaskan 8 dan kepatuhan
seorang anak benar: pasien, minum obat.
warga. obat, dosis,
• Pasien memiliki waktu, cara,
riwayat pernah manfaat,
dibawa ke RSJ kadaluarsa,
pada tahun 2012 dokumentasi).
secara paksa – Memasukkan
karena laporan ke jadwal
oleh seorang kegiatan latihan
warga yang fisik
membuat pasien
sekarang trauma
81
pada layanan
kesehatan dan
tidak mau minum
obat hingga
sekarang.
• Klien tidak
kooperatif, kontak
mata inadekuat,
kesadaran
kwalitatif berubah,
afek/emosi : labil
• Tingkat
ketergantungan
klien total : tidak
memiliki
kemampuan
mengendalikan
gejala, mampu
merawat diri,
kemampuan
sosialisasi (-),
ADL/kemampuan
sehari-hari (+),
82
kemampuan
bekerja (-)
83
• Pernah bekerja di - Mendiskusikan pasien
Malaysia (padahal tentang tersebut.
tidak pernah, klien kemampuan
pernah bekerja di yang dimiliki:
Arab) memasak,
• Suaminya sedang bersih-bersih
sakit tetapi yang rumah.
merawat adalah - Melatih
istrinya (klien kemampuan
mera-sa yang yang dimiliki.
merawat SP 3
suaminya adalah - Mengevaluasi
istrinya yang lain, jadwal kegiatan
padahal klien harian pasien.
meru-pakan istri - Memberikan
satu-satunya) pendidikan
• Memiliki 2 anak kesehatan
(padahal memiliki tentang
9 anak) penggunaan
Keluarga obat secara
mengatakan: teratur.
• Kesehatan jiwa - Menganjurkan
klien sudah ter- pasien
84
ganggu ±30 tahun memasukkan
yang lalu dalam jadwal
• Awalnya merupa- kegiatan harian.
kan guna-guna
yang dikirim oleh
keluarganya
karena tidak
setuju dengan
pernikahan klien
dan suaminya.
• Klien pernah di-
bawa berobat ke
rumah sakit dan
mendapatkan
obat, namun
hanya bertahan 1
bulan setelah itu
pasien tidak mau
minum karena
merasa sehat
• Klien pernah di-
bawa ke pondok
85
pesantren untuk
diruqyah
• Klien sebelumnya
rutin mendapat
obat dari puskes-
mas, namun tidak
pernah diminum
dan selalu
dibuang.
• Klien kooperatif,
kontak mata
adekuat,
kesadaran
kwalitatif berubah.
• Afek selama
diskusi cenderung
labil, terkadang
nada
pembicaraannya
naik.
• Tingkat ketergan-
tungan klien pars-
ial: kemampuan
86
mengendalikan
gejala (-) merawat
diri (+) kemampu-
an sosialisasi (-),
ADL/kemampuan
sehari-hari (+),
ke-mampuan
bekerja (-).
87
c. Hasil Pemetaan Orang dengan Masalah Kejiwaan di Desa Sempalwadak Periode September - Oktober 2019
No. Nama Usia L/P RT Diagnosa Implementasi RTL Mahasiswa
Keperawatan Pengelola
1. Ny. Suriyanik 62 P 07 Ansietas SP 1: - Menganjurkan Renda Avista
tahun - Menjelaskan tanda puskesmas untuk
gejala ansietas melakukan
- Mengajarkan teknik kunjungan rumah
distraksi atau jika klien tidak
pengalihan situasi melakukan
SP 2: pemeriksaan ke
- Mengajarkan teknik pelayanan
nafas dalam kesehatan
- Menyarankan klien
Defisit - Memberikan untuk melakukan
pengetahuan pendidikan kesehatan pola hidup sehat
tentang hipertensi dan
Diabetes Melitus
- Memberikan
pendidikan kesehatan
tentang nutrisi bagi
penderita Diabetes
Melitus
88
No. Nama Usia L/P RT Diagnosa Implementasi RTL Mahasiswa
Keperawatan Pengelola
2. Ny. Djumaiah 61 P 07 Ansietas SP 1: - Menganjurkan Merita Sari
tahun - Menjelaskan tanda puskesmas untuk
gejala ansietas melakukan
- Mengajarkan teknik kunjungan rumah
distraksi atau jika klien tidak
pengalihan situasi melakukan
SP 2: pemeriksaan ke
- Mengajarkan teknik pelayanan
nafas dalam kesehatan
• Memberikan - Menyarankan klien
pendidikan untuk melakukan
kesehatan tentang pola hidup sehat
hipertensi dan -
Diabetes Melitus
• Memberikan
pendidikan
kesehatan tentang
nutrisi bagi
penderita Diabetes
Melitus
89
No. Nama Usia L/P RT Diagnosa Implementasi RTL Mahasiswa
Keperawatan Pengelola
3. Tn Ramli 85 th L 07 Ansietas SP 1: - Menganjurkan Anis Sholiha
- Menjelaskan tanda puskesmas untuk
gejala ansietas melakukan
- Mengajarkan teknik kunjungan rumah
distraksi atau jika klien tidak
pengalihan situasi melakukan
SP 2: pemeriksaan ke
- Mengajarkan teknik pelayanan
nafas dalam kesehatan
- Menyarankan klien
untuk melakukan
pola hidup sehat
4. Ny Sunaayah 65 P 07 Ansietas dan SP 1: - Menganjurkan Yusuf
tahun hipertensi,defisit - Menjelaskan tanda puskesmas untuk
pengetahuan gejala ansietas melakukan
- Mengajarkan teknik kunjungan rumah
distraksi atau jika klien tidak
pengalihan situasi melakukan
SP 2: pemeriksaan ke
- Mengajarkan teknik pelayanan
nafas dalam kesehatan
90
No. Nama Usia L/P RT Diagnosa Implementasi RTL Mahasiswa
Keperawatan Pengelola
- Menyarankan klien
- Memberikan untuk melakukan
pendidikan kesehatan pola hidup sehat
tentang hipertensi -
91
No. Nama Usia L/P RT Diagnosa Implementasi RTL Mahasiswa
Keperawatan Pengelola
- Menyarankan klien
untuk melatih
mengontrol ansietas
yaitu pengalihan
situasi, Tarik napas
dalam, relaksasi otot
progresif dan
hipnotik 5 jari
6. Ny. Yanti 49 P 08 Ansietas SP 1: - Menyarankan untuk Nita
tahun - Menjelaskan tanda melakukan
gejala ansietas pemeriksaan ke
- Mengajarkan teknik pelayanan
distraksi atau kesehatan terkait
pengalihan situasi kondisi miom dan
SP 2: hipertensinya
- Mengajarkan teknik - Menganjurkan
nafas dalam puskesmas untuk
SP 3: melakukan
- Mengajarkan kunjungan rumah
relaksasi otot jika klien tidak
SP 4: melakukan
92
No. Nama Usia L/P RT Diagnosa Implementasi RTL Mahasiswa
Keperawatan Pengelola
- Mengajarkan pemeriksaan ke
hipnotik 5 jari pelayanan
kesehatan
- Menyarankan klien
untuk melakukan
pola hidup sehat
(makan, pola tidur)
- Menyarankan untuk
rutin dalam minum
obat
- Menyarankan klien
untuk melatih
mengontrol ansietas
yaitu pengalihan
situasi, Tarik napas
dalam, relaksasi otot
progresif dan
hipnotik 5 jari
7. Tn. Sa’i 73 L 08 Ansietas SP 1: - Menyarankan untuk Ari
tahun - Menjelaskan tanda tetap rutin
gejala ansietas memeriksakan
93
No. Nama Usia L/P RT Diagnosa Implementasi RTL Mahasiswa
Keperawatan Pengelola
- Mengajarkan teknik kesehatan ke
distraksi atau tenaga kesehatan
pengalihan situasi - Menganjurkan untuk
SP 2: mengikuti kegiatan
- Mengajarkan teknik posyandu lansia di
nafas dalam RT 08
SP 3: - Menyarankan klien
- Mengajarkan untuk melakukan
relaksasi otot pola hidup sehat dan
SP 4: rutin minum obat
- Mengajarkan - Menyarankan klien
hipnotik 5 jari untuk melatih
mengontrol ansietas
yaitu pengalihan
situasi, Tarik napas
dalam, relaksasi otot
progresif dan
hipnotik 5 jari
8. Ny. Supiah 69 P 08 Ansietas SP 1: - Menyarankan untuk Halidah
tahun - Menjelaskan tanda melakukan
gejala ansietas pemeriksaan ke
94
No. Nama Usia L/P RT Diagnosa Implementasi RTL Mahasiswa
Keperawatan Pengelola
- Mengajarkan teknik pelayanan
distraksi atau kesehatan terkait
pengalihan situasi kondisi maag kronis
SP 2: dan hipertensinya
- Mengajarkan teknik - Menganjurkan
nafas dalam puskesmas untuk
SP 3: melakukan
- Mengajarkan kunjungan rumah
relaksasi otot jika klien tidak
SP 4: melakukan
- Mengajarkan pemeriksaan ke
hipnotik 5 jari pelayanan
kesehatan
- Menyarankan klien
untuk melakukan
pola hidup sehat dan
rutin minum obat
sesuai resep
- Menyarankan klien
untuk melatih
mengontrol ansietas
95
No. Nama Usia L/P RT Diagnosa Implementasi RTL Mahasiswa
Keperawatan Pengelola
yaitu pengalihan
situasi, Tarik napas
dalam, relaksasi otot
progresif dan
hipnotik 5 jari
9. Ny. Siti Kustini 50 P 09 Ansietas SP 1: - Menyarankan untuk Marya
tahun - Menjelaskan tanda memperbaiki pola Nurhana
gejala ansietas hidup dengan
- Mengajarkan teknik pembatasan gula
distraksi atau dan meningkatkan
pengalihan situasi konsumsi sayur dan
SP 2: buah yang rendah
- Mengajarkan teknik gula.
nafas dalam - Menyarankan untuk
SP 3: melakukan
- Mengajarkan pemeriksa-an gula
relaksasi otot darah rutin ke
SP 4: layanan kesehatan.
- Mengajarkan - Menganjurkan
hipnotik 5 jari puskesmas untuk
melakukan
96
No. Nama Usia L/P RT Diagnosa Implementasi RTL Mahasiswa
Keperawatan Pengelola
kunjungan rumah
jika klien tidak
melakukan
pemeriksa-an ke
pelayanan kese-
hatan
97
No. Nama Usia L/P RT Diagnosa Implementasi RTL Mahasiswa
Keperawatan Pengelola
Mengajarkan hipnotik 5
jari
11. Ny. Lasminah 77 P 09 Ansietas dan SP 1: - Menyarakan jika ada Lailatul
tahun Defisit - Menjelaskan tanda keluhan lebih lanjut Mukaroma
Pengetahuan gejala ansietas mengenai
- Mengajarkan teknik ansietas/kecemasan
distraksi atau yang dialami, dapat
pengalihan situasi memeriksakan lebih
SP 2: lanjut kepada
- Mengajarkan teknik petugas kesehatan
nafas dalam yang ada di
SP 3: puskesmas / Rumah
- Mengajarkan sakit.
relaksasi otot - Menyarankan untuk
SP 4: tetap rutin kontrol
- Mengajarkan penyakit hipertensi
hipnotik 5 jari dan asam urat yang
dideritanya
Defisit Pengetahuan : setidaknya 1 bulan
NIC : Pengajaran proses sekali.
penyakit (memberikan
98
No. Nama Usia L/P RT Diagnosa Implementasi RTL Mahasiswa
Keperawatan Pengelola
pendidikan kesehatan - Menganjurkan
mengenai hipertensi, puskesmas untuk
asam urat, dan melakukan
pentingnya pengobatan kunjungan rumah
rutin) jika klien tidak
melakukan
pemeriksaan ke
pelayanan
kesehatan
- Menyarankan klien
untuk melakukan
pola hidup sehat
12. Ny. Suparti 61 P 09 Ansietas SP 1: - Memotivasi untuk Sony
tahun - Menjelaskan tanda meminum obat rutun Apriliawan
gejala ansietas dan kontrol rutin
- Mengajarkan teknik - Menyarakan
distraksi atau melakukan pola
pengalihan situasi hidup sehat
SP 2:
- Mengajarkan teknik
nafas dalam
99
No. Nama Usia L/P RT Diagnosa Implementasi RTL Mahasiswa
Keperawatan Pengelola
SP 3:
- Mengajarkan
relaksasi otot
SP 4:
- Mengajarkan
hipnotik 5 jari
13. Ny. Endang 63 P 10 Ansietas SP 1 - Menyarankan untuk Nur Hasanah
tahun - Melatih cara melakukan
mengurangi cemas pemeriksaan ke
dengan teknik pelayanan
distraksi/pengalihan kesehatan terkait
dengan cara hipertensi
beristigfar - Menganjurkan
SP 2 puskesmas atau
- Melatih cara kader untuk
mengurangi cemas melakukan
dengan teknik tarik kunjungan rumah
nafas dalam dan mengecek TTV
SP 3 klien
- Melatih cara - Menyarankan klien
mengurangi cemas untuk melakukan
100
No. Nama Usia L/P RT Diagnosa Implementasi RTL Mahasiswa
Keperawatan Pengelola
dengan latihan pola hidup sehat
relaksasi otot olahraga dan
makanan rendah
garam
14. Ny. Solikha 74 P 10 Ansietas SP 1 - Menyarankan untuk Ni Wayan
tahun - Melatih cara rutin melakukan Manik Ardita
mengurangi cemas pemeriksaan ke Sari
dengan teknik posyandu lansia
distraksi/pengalihan setiap awal bulan
dengan cara serta rutin minum
beristigfar obat hipertensi
SP 2 - Menganjurkan
- Melatih cara puskesmas atau
mengurangi cemas kader untuk
dengan teknik tarik melakukan
nafas dalam kunjungan rumah
SP 3 dan mengecek TTV
- Melatih cara klien
mengurangi cemas - Menyarankan klien
dengan latihan untuk melakukan
relaksasi otot pola hidup sehat,
101
No. Nama Usia L/P RT Diagnosa Implementasi RTL Mahasiswa
Keperawatan Pengelola
SP 4 olahraga dan
- Melatih cara makanan rendah
mengurangi cemas garam
dengan hipnotik 5 jari
15. Ny. Dewi Saro 80 P 10 Ansietas SP 1 - Menganjurkan klien Alissa
tahun - Melatih cara untuk melakukan Puspita
mengurangi cemas pemeriksaan ke Surahman
dengan teknik puskesmas karena
distraksi/pengalihan tekanan darah
dengan cara selalu tinggi dan
beristigfar belum
SP 2 mengkonsumsi obat
- Melatih cara anti hipertensi
mengurangi cemas - Menganjurkan
dengan teknik tarik puskesmas atau
nafas dalam kader untuk
SP 3 melakukan
- Melatih cara kunjungan rumah
mengurangi cemas dan mengecek TTV
dengan latihan klien
relaksasi otot
102
No. Nama Usia L/P RT Diagnosa Implementasi RTL Mahasiswa
Keperawatan Pengelola
SP 4 - Menyarankan klien
Melatih cara mengurangi untuk melakukan
cemas dengan hipnotik 5 pola hidup sehat
jari olahraga dan
makanan rendah
garam
16. Ny. Riani 42 P 10 Ansietas SP 1 - Menyarankan untuk Shabhira
tahun - Melatih cara melakukan
mengurangi cemas pemeriksaan rutin
dengan teknik ke pelayanan
distraksi/pengalihan kesehatan terkait
dengan cara hipertensi karena
beristigfar klien belum
SP 2 mengkonsumsi obat
- Melatih cara anti hipertensi
mengurangi cemas - Menganjurkan
dengan teknik tarik puskesmas atau
nafas dalam kader untuk
SP 3 melakukan
- Melatih cara kunjungan rumah
mengurangi cemas
103
No. Nama Usia L/P RT Diagnosa Implementasi RTL Mahasiswa
Keperawatan Pengelola
dengan latihan dan mengecek TTV
relaksasi otot klien
SP 4 - Menyarankan klien
Melatih cara untuk melakukan
mengurangi cemas pola hidup sehat
dengan hipnotik 5 jari yaitu makan sayur
dan buah, olahraga
dan makanan
rendah garam
17. Ny. Delia 25 P 11 ansietas SP 1 - Menyarankan klien Putri Michelle
tahun - Melatih cara untuk melakukan Teresa
mengurangi cemas pola hidup sehat, Hasiholan
dengan teknik olahraga dan
distraksi/pengalihan makanan rendah
dengan menonton garam
youtube untuk - Menyarankan klien
mencari informasi untuk rutin
seputar kehamilan memeriksakan
SP 2 kehamilan di fasilitas
- Melatih cara kesehatan
mengurangi cemas
104
No. Nama Usia L/P RT Diagnosa Implementasi RTL Mahasiswa
Keperawatan Pengelola
dengan teknik tarik - Menyarankan klien
nafas dalam untuk banyak
SP 3 mencari informasi
- Melatih cara seputar kehamilan
mengurangi cemas melalui narasumber
dengan latihan terpecaya,
relaksasi otot melakukan kegiatan
SP 4 yang membantu
Melatih cara mengurangi proses kehamilan.
cemas dengan hipnotik 5
jari
18. Tn. Sudjadi 65 L 11 Ansietas SP 1: - Menyarankan klien Vitara Daru
tahun - Menjelaskan tanda untuk melakukan Rahmi
gejala ansietas pola hidup sehat dan
- Mengajarkan teknik rutin konsumsi
distraksi atau minum obat
pengalihan situasi
SP 2:
- Mengajarkan teknik
nafas dalam
SP 3:
105
No. Nama Usia L/P RT Diagnosa Implementasi RTL Mahasiswa
Keperawatan Pengelola
- Mengajarkan
relaksasi otot
SP 4:
- Mengajarkan
hipnotik 5 jari
19. Tn. Winarno 59 L 11 Ansietas SP 1: - Menyarankan untuk Tim Murni
tahun - Menjelaskan tanda melakukan
gejala ansietas pemeriksaan ke
- Mengajarkan teknik pelayanan
distraksi atau kesehatan terkait
pengalihan situasi keluhan jantungnya
SP 2: - Menganjurkan
- Mengajarkan teknik puskesmas untuk
nafas dalam melakukan
SP 3: kunjungan rumah
- Mengajarkan - Menyarankan klien
relaksasi otot untuk melakukan
SP 4: pola hidup sehat dan
- Mengajarkan rutin minum obat
hipnotik 5 jari
106
No. Nama Usia L/P RT Diagnosa Implementasi RTL Mahasiswa
Keperawatan Pengelola
20. Ny. Rini 57 P 11 Ansietas SP 1: - Menyarankan untuk Melati
tahun - Menjelaskan tanda melakukan Cahyani
gejala ansietas pemeriksaan ke
- Mengajarkan teknik pelayanan
distraksi atau kesehatan terkait
pengalihan situasi kondisi Ca Mammae
SP 2: dan keluhan wajah
- Mengajarkan teknik perot
nafas dalam - Menganjurkan
SP 3: puskesmas untuk
- Mengajarkan melakukan
relaksasi otot kunjungan rumah
SP 4: jika klien tidak
- Mengajarkan melakukan
hipnotik 5 jari pemeriksaan ke
pelayanan
kesehatan
- Menyarankan klien
untuk melakukan
pola hidup sehat
107
5.5 Analisa Data Pasien Orang dengan Gangguan Jiwa
• Desa Sempalwadak
5.5.1 Data Pasien Orang dengan Gangguan Jiwa
No. RT Jumlah Keterangan
1. RT 01 0 Sesuai standar
2. RT 02 1 Sesuai standar
3. RT 03 0 Sesuai standar
4. RT 04 1 Sesuai standar
5. RT 05 2 Melebihi standar
6. RT 06 3 Melebihi standar
7. RT 07 1 Sesuai standar
8. RT 08 0 Sesuai standar
9. RT 09 0 Sesuai standar
10. RT 10 0 Sesuai standar
11. RT 11 1 Sesuai standar
12. RT 12 1 Sesuai standar
13. RT 13 2 Melebihi standar
14. RT 14 0 Sesuai standar
15. RT 15 0 Sesuai standar
Total 12
108
5.5.2 Data ODGJ Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Konsumsi Obat,
dan Tingkat Ketergantungan
Usia Jenis Tingkat
No. RT Nama Obat
(th) Kelamin Ketergantungan
1. 04 Retno 51 thn P Mandiri +
2. 06 Yusuf R. 38 thn L Mandiri +
3. 05 Aji F. 38 thn L Mandiri
4. 05 Subroto 45 thn L Parsial -
5. 06 Nomli 51 thn L Parsial +
6. 13 Sony 49 thn L Parsial +
65
7. 07 Ngateman L Mandiri +
tahun
56
8. 12 Subakri L Mandiri +
tahun
55
9. 13 Mat Ali L Mandiri +
tahun
109
• Desa Gading
Usia Jenis Tingkat
No RT Nama Obat
(th) Kelamin Ketergantungan
1 1 Yanu 40 L Mandiri +
2 2 Suradi 30 L Parsial -
3 2 Saiful 36 L Parsial +
4 13 Ramiadi 31 L Parsial +
5 13 Efendi 30 L Mandiri +
6 13 Agus 33 L Mandiri +
7 16 Adnan 63 L Total -
8 17 Rodliyah 47 P Parsial -
110
5.6 Analisa Data Pasien ODMK
5.6.1 Data pasien ODMK di Desa Sempalwadak
111
5. 7 Evaluasi Kegiatan
5.7.1 Evaluasi Kegiatan Pendidikan Kesehatan September-Oktober 2019
No. Tema Tempat Tanggal Evaluasi
1. Gangguan Perkembangan Sosial: Posyandu Mawar Rabu, 2 Oktober - Struktur
Menarik Diri pada Anak 2019 • Media leaflet telah
dipersiapkan sebelum hari H
• Sarana prasarana (tempat
penyuluhan) telah
dipersiapkan
• Sudah melakukan koordinasi
dengan bidan desa terkait
- Proses
• Jumlah peserta 14 orang
• Peserta mengikuti penyuluhan
dari awal hingga akhir
• Peserta antusias dan aktif
bertanya
- Hasil
• Terdapat peningkatan
pemahaman dari pendidikan
kesehatan yang telah
diberikan dibuktikan dengan
112
No. Tema Tempat Tanggal Evaluasi
peserta mampu menjawab 3
dari 4 pertanyaan dengan
benar. (75%)
2. Manajemen Ansietas dengan Posyandu Ceria Kamis, 3 Oktober - Struktur
Hipnotik 5 Jari pada Lansia 3019 • Media (leaflet dan PPT) telah
dipersiapkan sebelum hari H
• Sarana prasarana (speaker,
LCD, meja,kursi laptop) telah
dipersiapkan
• Sudah melakukan koordinasi
dengan bidan desa terkait
- Proses
• Jumlah peserta 23 orang
• Peserta mengikuti penyuluhan
dari awal hingga akhir
• Peserta antusias dan aktif
bertanya
- Hasil
• Terdapat peningkatan
pemahaman dari pendidikan
kesehatan yang telah
113
No. Tema Tempat Tanggal Evaluasi
diberikan dibuktikan dengan
adanya peningkatan nilai
pretest rata-rata 50 menjadi 80
saat posttest.
3. Ansietas pada Lansia dengan Posyandu Ceria Sabtu, 5 Oktober - Struktur
Hipertensi 2019 • Media (leaflet dan PPT) telah
dipersiapkan sebelum hari H
• Sarana prasarana (speaker,
LCD, proyektor, tikar, laptop,
hadiah) telah dipersiapkan
• Sudah melakukan koordinasi
dengan bidan desa terkait
- Proses
• Jumlah peserta 21 orang
• Peserta mengikuti penyuluhan
dari awal hingga akhir
• Peserta antusias dan aktif
bertanya
- Hasil
Terdapat peningkatan
pemahaman dari pendidikan
114
No. Tema Tempat Tanggal Evaluasi
kesehatan yang telah diberikan
dibuktikan dengan adanya
peningkatan nilai pretest rata-
rata 60 menjadi 90 saat protest.
4. Pola Asuh Balita Posyandu Ceria Selasa, 08 Oktober - Struktur
Sempalwadak 2019 • Persiapan media power point
dan leaflet mengenai Pola
Asuh Batita telah
dipersiapkan sebelum
penyuluhan
• SAP telah dibuat satu hari
sebelum pelaksanaan
penyuluhan
• Proyektor telah dipersiapkan
sebelum pelaksanaan
penyuluhan
• Tempat kurang kondusif
karena terlalu banyak orang,
sehingga saat menjelaskan
beberapa orang yang lalu
lalang melewati proyektor
115
No. Tema Tempat Tanggal Evaluasi
karena mau melakukan
pemeriksaan.
- Proses
• Jumlah peserta 15 orang
• Peserta memperhatikan dan
mendengarkan penyuluhan
dengan seksama
• Peserta aktif dan antusias
selama proses penyuluhan
• Peserta mengikuti kegiatan
mulai dari awal hingga akhir
acara
- Hasil
- Terdapat peningkatan
pemahaman dari pendidikan
kesehatan yang telah diberikan
dibuktikan dengan adanya
peningkatan nilai pretest rata-
rata 67% menjadi 94% saat
protest.
116
No. Tema Tempat Tanggal Evaluasi
5. Pengaruh Gadget terhadap Polindes Sempalwadak Selasa, 22 Oktober - Struktur
Kesehatan Mental Anak 2019 • Media (leaflet dan PPT) telah
dipersiapkan sebelum hari H
• Sarana prasarana (speaker,
LCD, tikar, laptop) telah
dipersiapkan
• Sudah melakukan koordinasi
dengan bidan desa terkait
- Proses
• Jumlah peserta 10 orang
• Peserta mengikuti penyuluhan
dari awal hingga akhir
• Peserta antusias dan aktif
bertanya
- Hasil
• Terdapat peningkatan
pemahaman dari pendidikan
kesehatan yang telah
diberikan dibuktikan dengan
adanya peningkatan nilai
117
No. Tema Tempat Tanggal Evaluasi
pretest rata-rata 50 menjadi
90 saat protest.
118
5.7.2 Evaluasi Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) September-Oktober 2019
119
No. Topik Tempat Tanggal Evauasi
mampu mengungkapkan
perasaannya
2. TAK Sosialisasi sesi 2 dan TAK Posyandu Ceria Sabtu, 12 Oktober - Struktur
HDR sesi 2 Sempalwadak 2019 • Sarana prasarana
(speaker, tikar, bola,
kertas HVS, ,papan
dada, pensil dan
penghapus, pensil warna
bintang, hadiah )
• Sudah melakukan
koordinasi dengan bidan
desa terkait
- Proses
• Jumlah peserta yang
mengikuti TAK 4 orang
• Peserta mengikuti TAK
dari awal hingga akhir
- Hasil
• Peserta mampu
bersosialisi dan merasa
percaya diri dengan
120
No. Topik Tempat Tanggal Evauasi
aspek positif yang
dimiliki
3. TAK pada Pasien Psikososial Posyandu Ceria 19 Oktober 2019 - Struktur
(ansietas): Teknik Relaksasi Sempalwadak • Sarana prasarana
Otot Progresif (speaker, hadiah, snack
dan minum) telah
dipersiapkan
• Sudah melakukan
koordinasi dengan bidan
desa, perawat desa, dan
kader jiwa terkait
pelaksanaan TAK
- Proses
• Jumlah peserta yang
mengikuti TAK 7 orang
• Peserta mengikuti TAK
dari awal hingga akhir
- Hasil
• Peserta mampu
mengikuti teknik
relaksasi otot progresif
sesuai dengan instruksi
121
No. Topik Tempat Tanggal Evauasi
4. TAK pada Pasien Psikososial Posyandu Ceria 19 Oktober 2019 - Struktur
(Ansietas): Teknik Distraksi Sempalwadak • Sarana prasarana
dan Teknik Relaksasi Nafas (speaker, hadiah, tikar,
Dalam kertas perolehan
bintang,bola, snack dan
minum) telah
dipersiapkan
• Sudah melakukan
koordinasi dengan bidan
desa, perawat desa, dan
kader jiwa terkait
pelaksanaan TAK
- Proses
• Jumlah peserta yang
mengikuti TAK 7 orang
• Peserta mengikuti TAK
dari awal hingga akhir
- Hasil
• Peserta mampu
mengikuti teknik nafas
dalam dan teknik
distraksi (membuat
122
No. Topik Tempat Tanggal Evauasi
manik-manik) sesuai
dengan instruksi leader
5. TAK Isolasi Sesi 1 dan 2 Posyandu Ceria 19 Oktober 2019 - Struktur
Sempalwadak • Sarana prasarana
(speaker, tikar, bola,
kertas asturo, kertas
bintang, hadiah, papan
dada, bulpoin, dan
gambar ilustrasi kegiatan
sehari-hari) telah
dipersiapkan
• Sudah melakukan
koordinasi dengan bidan
desa terkait
- Proses
• Jumlah peserta yang
mengikuti TAK 4 orang
• Peserta mengikuti TAK
dari awal hingga akhir
- Hasil
• Peserta mampu
bersosialisasi dan
123
No. Topik Tempat Tanggal Evauasi
mampu mengungkapkan
pengalaman dan
perasaannya sesuai
dengan gambar ilustrasi
6. TAK Sosialisasi Sesi 4: Posyandu Ceria 23 Oktober 2019 - Struktur
Kemampuan bercakap-cakap Sempalwadak • Sarana prasarana
topic tertentu pada pasien (speaker, tikar, bola,
isolasi sosial kertas asturo, bintang,
hadiah, snack dan
minum) telah
dipersiapkan
• Sudah melakukan
koordinasi dengan bidan
desa, perawat desa, dan
kader jiwa terkait
pelaksanaan TAK
- Proses
• Jumlah peserta yang
mengikuti TAK 5 orang
• Peserta mengikuti TAK
dari awal hingga akhir
124
No. Topik Tempat Tanggal Evauasi
- Hasil
• Peserta mampu
bersosialisasi dan
mampu mengungkapkan
perasaannya
125
No. Topik Tempat Tanggal Evauasi
- Hasil
• Peserta mampu
mengikuti terapi hipnotik
5 jari sesuai dengan
instruksi leader
8. TAK Sosialisasi Sesi 1 dan Sesi Poskesdes Desa Jumat, 25 Oktober - Struktur
2 Gading 2019 • Sarana prasarana
(speaker, tikar, bola,
kertas asturo, bintang,
hadiah, snack dan
minum) telah
dipersiapkan
• Sudah melakukan
koordinasi dengan bidan
desa terkait
- Proses
• Jumlah peserta yang
mengikuti TAK 3 orang
• Peserta mengikuti TAK
dari awal hingga akhir
126
No. Topik Tempat Tanggal Evauasi
- Hasil
• Peserta mampu
bersosialisasi dan
mampu mengungkapkan
perasaannya
127
No. Topik Tempat Tanggal Evauasi
- Hasil
• Peserta mampu
bersosialisasi dan
mampu mengungkapkan
perasaannya
10. TAK Stimulasi Sensori Poskesdes Desa Jumat, 25 Oktober - Struktur
Gading 2019 • Sarana prasarana
(speaker, tikar, bola,
kertas asturo, bintang,
hadiah, snack dan
minum) telah
dipersiapkan
• Sudah melakukan
koordinasi dengan bidan
desa terkait
- Proses
• Jumlah peserta yang
mengikuti TAK 3 orang
• Peserta mengikuti TAK
dari awal hingga akhir
128
No. Topik Tempat Tanggal Evauasi
- Hasil
• Peserta mampu
bersosialisasi dan
memahami isi lagu yang
diputar serta
menjelaskan isi lagu
tersebut.
129
BAB 6
PEMBAHASAN
130
tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya,
sehingga program tersebut dapat tercapai.
Proses terakhir dalam hal pembentukan desa siaga adalah adanya evaluasi atau
pengendalian program tersebut guna melihat program tersebut berhasil atau tidak, di
Desa Sempalwadak sistem evaluasi kegiatan yang ditujukan untuk pasien jiwa diawasi
langsung oleh perawat desa dan akan selalu dimonitoring oleh Puskesmas
Bululawang setiap bulannya, menurut pendapat Siagian tahun 2007 dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa evaluasi atau pengedalian dilakukan guna lebih
menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan sebelumnya.
6.1.2 Pilar 2: Pemberdayaan Kader Kesehatan Jiwa
Pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengembangan potensi
pengetahuan maupun ketrampilan masyarakat agar mereka mampu mengontrol diri
dan terlibat dalam pemenuhan kebutuhan mereka sendiri (Helvi, 1998 dalam Keliat,
2011). Manajemen pemberdayaan masyarakat dalam hal ini adalah Kader Kesehatan
Jiwa (KKJ) di Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) berfokus pada proses rekruitmen,
seleksi, orientasi, penilaian kinerja dan pengembangan kader (Keliat, Akemat, Helena
& Nurhaeni, 2011).
Pelayanan kesehatan jiwa tidak lagi difokuskan pada upaya penyembuhan klien
gangguan jiwa saja, tetapi juga pada upaya promosi kesehatan jiwa atau upaya
pencegahan dengan sasaran selain klien gangguan jiwa, juga klien dengan penyakit
kronis dan individu yang sehat sebagai upaya preventif. Upaya ini tidak hanya
dilakukan oleh tenaga kesehatan tetapi juga dengan pemberdayaan masyarakat
melalui kegiatan memberikan pemahaman, menumbuhkan kesadaran dan kepedulian
masyarakat terhadap masalah kesehatan jiwa warganya.
Kader kesehatan dan tokoh masyarakat memiliki peranan penting dalam
mensosialisasikan kesehatan jiwa, hal ini dikarenakan kader merupakan ujung tombak
untuk melakukan pelaporan sekaligus penanganan dan tindak lanjut masalah kejiwaan
yang ada dilingkungan (Kancee, 2010). Peran Kader Kesehatan jiwa berperan serta
dalam meningkatkan, memelihara dan mempertahankan kesehatan jiwa masyarakat
(Keliat, 2007). Kader sebagai orang yang berpengaruh dalam pelayanan kesehatan
perlu ditingkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penaganan atau pelayanan
kesehatan yang diberikan, sebagai contoh dalam penaganan dan perawatan pasien
gangguan jiwa pasca pasung, sehingga kader dalam menjalankan tugasnya lebih baik
dan tepat (Moersalin, 2009).
Nasir & Abdul (2011) menjelaskan pemberdayaan kader kesehatan jiwa sebagai
tenaga potensial yang ada di masyarakat diharapkan mampu mendukung program
131
CMHN yang diterapkan di masyarakat merupakan salah satu proses yang
berhubungan dengan manajemen SDM. Pengembangan kader kesehatan jiwa di
Desa Siaga Sehat Jiwa dilakukan melalui kegiatan penyegaran kader atau pelatihan
lanjutan (Nursalam, 2011). Hasil penelitian Widodo (2019), menjelaskan promosi
kesehatan tidak hanya bermanfaat dapat meningkatkan kualitas hidup kepada pasien
ODGJ itu sendiri, tetapi dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap pada anggota
keluarga pasien pasca pasung, serta pemangku kepentingan (petugas kesehatan).
Di desa Sempalwadak terdapat dua kader kesehatan jiwa, yang mana
berdasarkan kecamatan sehat tahun 2015 setiap desa memiliki kader kesehatan jiwa
dengan rasio 1 kader terhadap 15-20 keluarga yang ada di sekitar tempat tinggalnya.
Sedangkan di Desa Sempalwadak sendiri memiliki 14 RT dan masing-masing RT
memiliki jumlah penduduk lebih dari 50 KK. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) jumlah ideal
KPM yg berada di Desa/Kelurahan sebanyak 5 - 10 orang. Dengan jumlah yang
kurang ideal ini tentunya membuat program CMHN yang berjalan menjadi kurang
maksimal. Oleh karena itu diperlukan rekrutmen kader kesehatan jiwa untuk
menambah jumlah kader kesehatan jiwa.
6.1.3 Pilar 3: Kemitraan Lintas Sektoral dan Lintas Program
Keliat, et. al (2011) menjelaskan kemitraan lintas sektor dan lintas program
sebagai suatu bentuk kegiatan berupa koordinasi yang dilaksanakan secara
berjenjang, dimana kegiatan lintas sektor dimulai dari kemitraan tingkat provinsi,
kabupaten/kota dan kecamatan, sedangkan kemitraan lintas program dilaksanakan
mulai dari kemitraan di dinas kesehatan tingkat provinsi, kabupaten/kota sampai
dengan tingkat puskesmas.
Dalam pelaksanaan screening deteksi dini kesehatan jiwa, terapi aktivitas
kelompok, dan penyuluhan kesehatan perlu dilakukan kerjasama lintas program
dengan pihak puskesmas. Kegiatan kemitraan lintas program dengan puskesmas
tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa yang ada.
Kerjasama ini sangat membantu dalam peningkatan cakupan pelayanan kesehatan
jiwa di masyarakat, meningkatkan kerjasama dalam sistem rujukan dan rujukan balik
untuk pasien gangguan jiwa, sehingga pasien gangguan jiwa peserta JKN/umum bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa yang lebih luas dan mudah dijangkau
(Kemenkes, 2015).
Dalam pelaksanaan screening deteksi dini kesehatan jiwa, terapi aktivitas
kelompok, dan penyuluhan kesehatan juga perlu dilakukan kerjasama lintas sektor
meliputi bekerja sama dengan perangkat RT, RW, KKJ, organisasi PKK, Karang
Taruna, kelompok pengajian, untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pemberian
132
asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa. Hal tersebut bertujuan untuk
membahas masalah kesehatan jiwa yang memerlukan dukungan lintas sector, yang
terkait dengan dukungan dana, sarana dan prasarana, kebijakan pemda dalam
pengembangan program CMHN.
6.1.4 Pilar 4: Asuhan Keperawatan
6.1.4.1 Asuhan keperawatan pada kelompok ODGJ
Proses keperawatan merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
pada pasien (individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat) yang logis, sistematis,
dinamis, dan teratur Proses ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan
yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Pelaksanaan proses keperawatan jiwa bersifat
unik, karena sering kali pasien memperlihatkan gejala yang berbeda untuk kejadian
yang sama, masalah pasien tidak dapat dilihat secara langsung, dan penyebabnya
bervariasi. Pasien banyak yang mengalami kesulitan menceritakan permasalah yang
dihadapi, sehingga tidak jarang pasien menceritakan hal yang sama sekali berbeda
dengan yang dialaminya. Perawat jiwa dituntut memiliki kejelian yang dalam saat
melakukan asuhan keperawatan. Proses keperawatan jiwa dimulai dari pengkajian
(termasuk analisis data dan pembuatan pohon masalah), perumusan diagnosis,
pembuatan kriteria hasil, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Fortinash, 2010).
Jumlah ODGJ di Desa Sempalwadak yang telah diberikan asuhan keperawatan 9
orang yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya. Sedangkan odgj di desa Gading
sebanyak 8 orang yang telah diberikan intervensi keperawatan sesuai dengan kondisi
masing-masing.
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi
optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk
dipenuhi, serta diselesaikan.Kemandirian klien merawat diri dapat pula digunakan
sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah teratasi.
6.1.4.2 Perbandingan Jumlah ODMK dan ODGJ Berdasarkan RISKESDAS 2013
Gangguan jiwa berat merupakan gangguan jiwa yang ditandai oleh terganggunya
kemampuan menilai realitas atau tilikan (insight) yang buruk, gejala yang menyertai
gangguan ini antara lain halusinasi, ilusi, waham, gangguan proses piker, kemampuan
berpikir, serta tingkah laku aneh (Riskesdas,2013). Banyak kerugian yang ditimbulkan
oleh gangguan jiwa baik bagi diri penderita, maupun orang lain karena produktivitas
pasien menurun. Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi gangguan mental
emosional diindonesia daerah jawa timur adalah 7% dan bervariasi antara provinsi dan
kabupaten. Prevalensi gangguan jiwa berat (Skizofrenia) nasional adalah sebesar
133
1,7%. Berdasarkan Riskesdas 2018 untuk provinsi jawa timur gangguan depresi
mencapai 4,8 % dari jumlah penduduk di daerah tersebut.
Pemasungan pada gangguan jiwa berat sekitar 14,3% dari jumlah total penduduk
didaerah tersebut (Riskesdas, 2013). Prevalensi penduduk yang mengalami
gangguan mental emosional secara nasional adalah 6,0% sedangkan pada provinsi
jawa timur adalah 6,5%.
Total Orang dengan gangguan Jiwa di Desa Sempalwadak dari RT 01-15
didapatkan total 12 orang. Hasil menunjukkan bahwa jumlah ODGJ terdapat pada RT
02 sebanyak 1 orang, RT 04 seabnyak 1 orang, RT 05 sebanyak 2 orang, RT 06
sebanyak 3 orang, RT 07 sebanyak 1 orang, Rt 11 sebanyak 1 orang, RT 12 sebanyak
1 orang, RT 13 sebanyak 2 orang. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh
Riskesdas tahun 2018, RT 05, RT 06 dan RT 13 yang melebihi standar Riskesdaas
2018. Total Orang dengan gangguan mental emosional di Desa Sempalwadak yang
telah dilakukan screening yaitu RT 07 - RT 11, didapatkan 101 Orang dengan Masalah
Kejiwaan (ODMK). Dimana RT 07 didapatkan 17 orang ODMK dengan standar dari
Riskesdas 2018 adalah 7 orang. RT 08 didapatkan 34 orang ODMK dengan standar
dari Riskesdas 2018 adalah 4 orang. RT 9 didapatkan 13 orang ODMK dengan standar
dari Riskesdas 2018 adalah 12 orang. RT 10 didapatkan 23 orang ODMK dengan
standar dari Riskesdas 2018 adalah 9 orang. RT 11 didapatkan 14 orang ODMK
dengan standar dari Riskesdas 2018 adalah 13 orang. Sehingga berdasarkan standar
yang telah ditetapkan oleh Riskesdas tahun 2018, kelima RT tersebut melebih standar.
6.1.4.3 Hubungan ODGJ dengan Usia
Usia merupakan suatu kondisi biologis pada individu yang melekat dan berubah
sesuai bertambahnya hari/bulan/tahun atau umur penderita pada saat mengalami
gangguan Skizofrenia, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Hurlock,1998). Dalam
prognosis skizofrenia umur sangat menentukan, dimana makin muda usia seseorang
pada saat serangan permulaan maka prognosenya biasanya jelek (Amiruddin, 2010).
Perbedaan pengalaman terhadap penyakit menurut umur mempunyai pengaruh
berhubungan dengan:
a. Perbedaan tingkat keterpaparan dan kerentanan menurut umur
b. Perbedaan dalam proses pathogenesis
c. Perbedaan dalam hal pengalama terhadap penyakit tertentu
Di Kecamatan Bululawang, gangguan jiwa banyak menyerang kelompok usia >30
tahun. Dimana kelompok usia tersebut merupakan kelompok usia produktif dan usia
matang dalam emosional. Hal ini dikarenakan usia produktif kelompok yang paling
sering mengalami stress, baik stress dari lingkungan keluarga, tempat tinggal, maupun
134
lingkungan. Penelitian tentang hubungan umur terhadap kejadian gangguan jiwa
skizofrenia pernah dilakukan oleh Soewadi, dkk (2011) mengemukakan bahwa
gangguan jiwa Skizofrenia banyak menyerang pada kelompok usia 20-30 tahun
sebesar 67,6%, sedangkan usia 31-40 tahun 17,5% dan usia diatas 40 tahun di
dapatkan 14,9%. Hal ini berbeda dengan penemuan di lapangan lebih banyak usia >
30 tahun sebanyak 11 jiwa dengan presentasi 92% dan 17-30 tahun dengan
presentasi 8%. Usia >30 tahun tersebut termasuk pada kelompok usia produktif dan
kematangan secara berfikir sehingga membutuhkan pendekatan yang lebih khusus
dari segi produktifitas dan social didalam masyarakat. Usia yang beresiko tinggi terjadi
pada usia remaja dan dewasa muda karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi
penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap
sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.
Gangguan jiwa pada pasien dengan usia di atas 50 tahun bisa disebabkan oleh
faktor biologis dimana kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon reproduktif mulai
menurun fungsinya. Selain itu, meningkatnya hormon kortisol juga memicu
peningkatan stres di usia produktif yang dapat menjadi faktor presipitasi (American
Psychological Association, 2012).
6.1.4.4 Hubungan ODGJ dengan Jenis Kelamin
Secara biologis jenis kelamin dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Perilaku
pada laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang disebabkan oleh faktor
hormonal, norma-norma maupun budaya. Beberapa studi menyebutkan bahwa jenis
kelamin tidak bepengaruh secara signifikan terhadap kejadian gangguan jiwa dimana
kejadian gangguan jiwa adalah hampir sama untuk semua jenis kelamin, namun
wanita lebih rentan terkena gangguan mental emosional karena disebabkan
perubahan hormonal dan perbedaan karakteristik antara laki-laki dan perempuan,
selain perubahan hormonal, karakteristik wanita yang lebih mengedepankan
emosional daripada rasional. Ketika menghadapi suatu masalah wanita cenderung
menggunakan perasaan (Robert et all, 2000).
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Sempalwadak Kecamatan Bululawang,
ODGJ lebih banyak terjadi pada pasien berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 8
orang (67%). Sesuai dengan teori adamo (2009:26) menyebutkan laki-laki memiliki
kecenderungan menunjukkan resiko tinggi mengalami gangguan jiwa sebab laki-laki
cenderung memiliki produksi hormon stres yang berlebihan. Sejalan juga dengan
penelitian Thorup (2009) di Denmark pada populasi dengan rentang umur 17-40
tahun menemukan bahwa angka insidensi laki-laki lebih besar (1,95%) daripada
perempuan (1,17%). Begitupula penelitian oleh Erlina (2010) gangguan jiwa
135
terbanyak dialami oleh laki-laki dengan proporsi 72% dimana laki-laki memiliki resiko
2,37 kali lebih besar mengalami gangguan jiwa (nilai p=0,011).
6.1.4.5 Hubungan Peran Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan ODGJ
Dari hasil survey didapatkan data bahwa khususnya di desa Sempalwadak dan
desa Gading dari sebanyak 17 ODGJ, 4 diantaranya tidak miliki keluarga,3 tidak
mendapatkan dukungan keluarga yang baik atau peran keluarga terhadap ODGJ
tersebut tidak baik dan sebesar 10 ODGJ mendapatkan dukungan dan support penuh
dari keluarga. Menurut Kusumaningtyas (2017) salah satu kendala dalam upaya
penyembuhan pasien gangguan jiwa adalah pengetahuan masyarakat dan keluarga.
Keluarga dan masyarakat menganggap gangguan jiwa adalah penyakit yang
memalukan dan membawa aib bagi keluarga. Upaya pengobatan pasien gangguan
jiwa dibawa berobat ke dukun atau paranormal.
Peran serta keluarga adalah satu usaha untuk mengurangi angka kekambuhan
penderita skizofrenia. Mengingat keluarga merupakan sistem pendukung utama yang
memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat sakit penderita.
Umumnya, keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup
lagi merawatnya. Oleh karena itu, perawatan yang berfokus pada keluarga bukan
hanya memulihkan keadaan penderita, tetapi bertujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi kesehatan dalam keluarga
tersebut (Anna K, dalam Nurdiana, 2007).
Menurut Eva Mitayasari (2018), bahwa pengobatan Orang Dengan Gangguan
Jiwa (ODGJ) tidak hanya meliputi faktor farmakologis saja, akan tetapi melibatkan
faktor lain yang sangat kompleks. Selain dilakukan dengan pengobatan farmakologi
yang tepat, dibutuhkan pengobatan yang berbasis lingkungan. Pengobatan berbasis
lingkungan ini memanfaatkan lingkungan di sekitar ODGJ sebagai sarana terapi.
Terapi lingkungan mampu meningkatkan interaksi ODGJ dengan keluarga dan
lingkungan sekitar, meningkatkan pengetahuan ODGJ dan keluarga, meningkatkan
kreatifitas dan mampu mencegah kekambuhan (Ermalinda, 2015). Hal tersebut jelas
bahwa pengobatan berbasis lingkungan mendukung kesembuhan ODGJ dan mampu
mencegah kekambuhan gangguan jiwa yang dialami. Lingkungan terdekat adalah
keluarga. Kondisi keluarga yang sehat dan hangat mampu memberikan sentuhan
terapi. Keluarga memiliki peranan penting dalam proses penyembuhan, diantaranya
sebagai faktor penyaring dan deteksi awal terhadap gangguan jiwa, pemberi
perawatan ODGJ saat di rumah dan mencegah terjadinya kekambuhan (Rudianto,
2019).
Dukungan keluarga merupakan bentuk pemberian dukungan terhadap anggota
keluarga lain yang mengalami permasalahan, yaitu memberikan dukungan
136
pemeliharaan, emosional untuk mencapai kesejahteraan anggota keluarga dan
memenuhi kebutuhan psikososial (Potter & perry, 2009). Keluarga sebagai garda
terdepan dalam menjaga kesehatan jiwa anggotanya dan menjadi pihak yang
memberikan pertolongan pertama psikologis apabila tampak gejala yang mengarah
pada kesehatan jiwa. Keluarga diharapkan mampu memberikan informasi yang akurat
kepada pemberi layanan kesehatan, sehingga diperoleh diagnosa dan perawatan
yang tepat bagi ODGJ. Pada akhirnya mampu mengembalikan kualitas hidupnya dan
menjadi manusia yang produktif dan mandiri.
Ketika di rumah, keluarga menjadi tempat kembali setelah menjalani masa rawat
inap. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan perawatan di
rumah yang efektif bagi ODGJ, diantaranya adalah mengenali jenis gangguan jiwa dan
gejala yang dialami, bagaimana penatalaksanaannya (obat) dan mengurangi pencetus
kekambuhan serta libatkan keluarga lain/ teman (Karimah, 2012).
Pengetahuan tentang penyakit dan gejala yang dialami digunakan sebagai
landasan untuk bertindak secara tepat dalam mengevaluasi keberhasilan program
pengobatan dan perawatan ODGJ. Keluarga hendaknya memantau dan memfasilitasi
ODGJ dalam minum obat, hal ini dimaksudkan obat yang diminum adalah tepat sesuai
instruksi dokter dan apakah ada efek samping dari konsumsi obat. Jika ada efek
samping seperti jalannya seperti robot, atau banyak mengeluarkan air liur, maka
segera mengajak ODGJ untuk kontrol. Selain itu, keluarga diharapkan mengetahui
keadaan yang membuat ODGJ kambuh, hal ini dimaksudkan meminimalisir stresor
yang menjadi penyebab ODGJ merasa tertekan secara psikologis. Keadaan tertekan
secara psikis yang berkepanjangan akan memicu kekambuhan (Mitayasari, 2018).
Keluarga hendaknya membantu ODGJ untuk tetap sembuh dengan cara
melibatkan dalam aktifitas sehari-hari, fokuskan untuk memperbaiki perilaku ODGJ,
hindari konflik, ajarkan perilaku hidup sehat dan tumbuhkan rasa percaya diri. Rasa
percaya diri akan menuntun ODGJ untuk menjadi lebih produktif dan mandiri. Pada
dasarnya peran keluarga dalam meningkatkan produktifitas ODGJ sangat besar,
sehingga upaya untuk memberdayakan keluarga dalam menunjang kesembuhan
ODGJ sangat diperlukan dan dilakukan secara berkesinambungan.
6.1.4.5 Hubungan dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat
Peran keluarga sangat penting terhadap pengobatan pasien gangguan jiwa.
Karena pada umumnya klien gangguan jiwa belum mampu mengatur dan mengetahui
jadwal dan jenis obat yang akan diminum. Keluarga harus selalu membimbing dan
mengarahkannya, agar klien gangguan jiwa dapat minum obat dengan benar dan
teratur (Nasir dan Muhith, 2011).
137
Peran keluarga sangat penting terhadap pengobatan pasien gangguan jiwa.
Karena pada umumnya klien gangguan jiwa belum mampu mengatur dan mengetahui
jadwal dan jenis obat yang akan diminum. Keluarga harus selalu membimbing dan
mengarahkannya, agar klien gangguan jiwa dapat minum obat dengan benar dan
teratur (Nasir dan Muhith, 2011).
Dari data pengkajian ODGJ menunjukkan bahwa 50% pasien ODGJ rutin
mengonsumsi obat, sedangkan sisanya tidak mengonsumsi obat. Fleischacker, et al
(2003) mengungkapkan empat faktor penyebab yang mempengaruhi ketidakpatuhan
ODGJ yaitu: faktor yang berhubungan dengan pengobatan, faktor yang berhubungan
dengan klien, faktor yang berhubungan dengan lingkungan dan faktor yang
berhubungan dengan hubungan klien dan tenaga kesehatan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah faktor lingkungan, salah satunya adalah lingkungan keluarga.
Wardani (2017) mengungkapkan bahwa fenomena ketidakpatuhan minum obat
merupakan cerminan terputusnya perawatan akibat ketidakmampuan klien dan
keluarga mempertahankan kepatuhan terhadap pengobatan. Klien dan keluarga
kurang memahami bahwa minum obat dalam jangka waktu panjang adalah penting
dan dibutuhkan klien untuk mencegah kekambuhan. Rendahnya kesadaran klien dan
keluarga merupakan salah satu penyebab penghambat kepatuhan. Kondisi ini
biasanya menimbulkan perasaan empati perawat utuk mengatasi masalah
ketidakpatuhan. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan perawat adalah
menunbuhkan dan meningkatkan kesadaran tersebut.
6.1.4.6 Tingkat Ketergantungan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
Pasien skizofrenia sering terlihat adanya kemunduran yang ditandai dengan
menghilangnya motivasi dalam diri dan tanggung jawab, tidak mengikuti kegiatan, dan
hubungan sosialnya, kemampuan mendasar yang terganggu salah satunya Activity of
Daily Living (ADL) (Maryatun, 2015). ADL adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari
scera normal yang mencakup ambulasi, makan, mandi, menyikat gigi, berpakaian, dan
berhias (Abdul dan Sandu, 2016). ODGJ dapat dikatakan mandiri apabila ia mampu
melakukan aktivitas sehari-harinya tanpa bantuan dari pihak keluarga dan dapat
inisiatif untuk melakukan semuanya sendiri (Rinawati, 2017).
Dari hasil penelitian terdapat 8 pasien ODGJ di Desa Gading dengan mayoritas
berjenis kelamin laki-laki sejumlah 7 orang (87.5%), berusia lebih dari 30 tahun
sejumlah 6 orang (75%), mayoritas memiliki tingkat ketergantungan parsial sejumlah
4 orang (50%), dan rutin mengkonsumsi obat sejumlah 5 orang (62.5%). Sesuai
dengan penelitian (Kadmaerubun dkk, 2016) dapat diketahui mayoritas klien
skizofrenia melakukan aktivitas kesehariannya mampu melakukan secara mandiri
dalam memenuhi ADL dimana tergolong pada kategori mandiri yaitu sebanyak 30
138
responden (57.7%). Adanya gangguan kemandirian pada pasien gangguan jiwa
sebagaimana ditunjukkan dalam beberapa penelitian diantaranya penelitian.
Hasil studi pendahuluan pada bulan Oktober 2015 di Poli Klinik Jiwa RSJ Grhasia
DIY dengan wawancara terbuka yang dilakukan kepada 11 orang pasien
schizophrenia dan keluarga pasien didapatkan hasil, sebagian besar responden (6 dari
11 orang) pasien schizophrenia menjelaskan bahwa untuk kebutuhan makan dan
minum sehari-hari dapat disiapkan sendiri, tanpa bantuan keluarga. Tabulasi silang
antara karakteristik responden dengan kemandirian Activity Daily Living (ADL) adalah
sebagai berikut, karakteristik umur 32-60 tahun sebagian besar memiliki ADL tinggi
sebesar 52,1% dan mayoritas laki-laki 55% memiliki ADL mandiri (Kadmaerubun dkk,
2016). Menurut (Muhith A., 2015) kemandirian dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya faktor lingkungan. Lingkungan sangat berpengaruh bagi
proses pembentukan kemandirian. Jika lingkungan sekitar baik maka akan
cepat tercapai secara terarah dan teratur. Salah satu faktor adalah faktor dukungan
keluarga. Peran keluarga meluangkan waktu menemani berobat dimana dilihat
bahwa hal tersebut dapat menyita waktu bekerja akan tetapi keluarga lebih
mendahulukan apa yang dibutuhkan oleh ODGJ sehingga ODGJ merasa
dirinya berharga dan hal tersebut berpengaruh positif terhadap perkembangan tingkat
kemandirian ODGJ.
6.1.4.7 Pendidikan kesehatan pada kelompok ODGJ
Upaya peningkatan pengetahuan masyarakat dilakukan dengan mengadakan
program pendidikan kesehatan pada beberapa kelompok masyarakat yaitu kelompok
beresiko, kelompok sehat, maupun ODGJ yang berpengaruh pada perkembangan
gangguan jiwa masyarakat. Kegiatan yang dilakukan meliputi pendidikan kesehatan
yang dilakukan secara individu, pendidikan kesehatan kelompok kecil maupun
pendidikan kesehatan kelompok besar. Upaya untuk meningkatkan peran anggota
keluarga dalam mencegah kekambuhan pasien gangguan jiwa perlu dilakukan
pembinaan peran serta masyarakat yaitu dengan pendidikan kesehatan. Adapun
tujuan dari pendidikan kesehatan ini adalah untuk mengubah perilaku yang merugikan
atau yang tidak sesuai dengan norma ke arah tingkah laku yang menguntungkan
kesehatan atau norma yang sesuai dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
Pendidikan kesehatan yang dilakukan mahasiswa memiliki beberapa sasaran
diantaranya kelompok beresiko dan kelompok sehat baik balita hingga lansia. Tema
yang diangkat dalam melakukan pendidikan kesehatanpun berbeda beda tergantung
sasaran yang akan dituju. Pada beberapa pendidikan kesehatan yang telah dilakukan
di Desa Sempalwadak dari periode 30 September sampai 2 november telah terjadi
peningkatan pengetahuan yang signifikan rata-rata terjadi kenaikan pengetahuan
139
sekitar 75% keatas dengan materi pendidikan kesehatan yang berbeda tiap
pertemuan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Kusumaningtyas pada tahun 2017
tentang pengaruh pendidikan kesehatan jiwa keluarga terhadap pengetahuan dan
sikap pencegahan kekambuhan gangguan jiwa yaitu terdapat perbedaan yang
signifikan pre test dan post test pengetahuan dan sikap tentang pencegahan
kekambuhan gangguan jiwa setelah mendapatkan pendidikan kesehatan pada
keluarga pasien gangguan jiwa di Desa Makamhaji Kecamatan Kartasura Sukoharjo,
dimana pengetahuan dan sikap keluarga meningkat dari nilai pre test 36,83 menjadi
44,43 pada post test.
6.1.4.8 Terapi aktifitas kelompk (TAK) pada ODGJ
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan 1 dengan yang lain,
saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart dan Iaraia, 2011).
Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani
sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan,
ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik (Yolam, 1995 dalam stuart dan laraia, 2011).
Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok
memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi
dalam kelompok.
Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain
serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif. Kekuatan kelompok ada pada
konstribusi dari setiap anggota dan pimpinan dalam mencapai tujuannya. Kelompok
berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling membantu satu sama lain,
untuk menemukan cara menyelesaikan masalah.
TAK di Kecamatan Bululawang dilakukan di Desa Sempalwadak dan Desa
Gading dengan berbagai target sasaran, antara lain TAK Sosialisasi Sesi 1 dan 2 di
Posyandu Ceria dengan target sasaran remaja, TAK pada pasien psikososial
(ansietas) dengan target sasaran lansia serta TAK sosialisasi sesi 1-3 di poskesdes
Desa Gading dengan target sasaran ODGJ.
Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah untuk meningkatkan kemapuan
ujia realitas melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain,
meningkatkan kemampuan peserta untuk bersosialisasi dan membangkitkan motivasi
untuk kemajuan fungsi dan afektif. Sehingga diharapkan setelah pasien mengikuti
kegiatan TAK, pasien dapat membaur dengan keluarga dan masyarakat seperti
sebelum sakit.
140
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.1.1 Selama praktik keperawatan di desa sempalwadak pilar CMHN belum terlaksana
sepenuhnya. Pilar I mengenai manajemen keperawatan kesehatan jiwa komunitas
meliputi perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian. Perencanaan di Desa
Sempalwadak sudah ada kebijakan mengenai masalah kejiwaan dengan adanya
kader jiwa tetapi belum adanya visi misi, masalah pengorganiasian di Desa
Sempaldak sudah ada kader jiwa tetapi belum ada pembagian kerja belum
terbentuk struktur yang baik, setelahnya diperlukan pengarahan. Pengarahan di
Desa Sempalwadak sudah dilakukan mulai dari kader jiwa diberi pengarahan
langsung oleh perawat desa dan selalu dimonitoring oleh Puskesmas Bululawang,
dan yang terakhir diperlukan adanya sistem evaluasi. Sistem evaluasi kegiatan
mengenai program jiwa di Desa Sempalwadak dilakukan oleh perawat desa dan
dimonitoring langsung oleh Puskesmas Bululawang setiap bulannya. Sedangkan
untuk pilar II mengenai Pemberdayaan Kader Kesehatan Jiwa belum dapat
diterapkan karena jumlah kader jiwa di Desa Sempalwadak masih belum sesuai
dengan standar. Pilar III Kemitraan Lintas Sektoral dan Lintas Program mahasiswa
belum melakukan kerjasama lintas sektor tingkat provinsi, kabupaten/kota, maupun
kecamatan dikarenakan mahasiswa hanya bekerja sama dengan lingkup
puskesmas sesuai dengan kompetensi yang harus dilakukan. Sedangkan untuk
pilar IV sudah terlaksana. Mahasiswa sudah melakukan asuhan keperawatan pada
kelompok pasien yang mengalami gangguan jiwa, memberikan pendidikan
kesehatan, melaksanakan Terapi Aktifitas Kelompok dan melakukan rehabilitasi
pada pasien dengan gangguan jiwa.
Total Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Desa Sempalwadak
Kecamatan Bululawang adalah 12 orang. Sedangkan pada gangguan mental
emosional di Desa Sempalwadak Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang,
didapatkan 101 Orang dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) yang tersebar di RT 7
sampai RT 11.
7.1.2 ODGJ
1. Jumlah ODGJ di Desa Sempalwadak berdasarkan jenis kelamin adalah lebih banyak
laki-laki dimana 67% ( 8 orang) laki-laki.
141
2. Jumlah ODGJ terbanyak adalah usia ≥ 30 Berdasarkan data yang didapatkan bahwa
mayoritas ODGJ yang terdapat di Desa Sempalwadak adalah berusia >30 tahun
dengan jumlah 11 orang (92%)
3. Berdasarkan data yang didapatkan bahwa mayoritas ODGJ yang terdapat di Desa
Sempalwadak sebanyak 50% tidak minum obat.
4. Berdasarkan data yang didapatkan bahwa mayoritas ODGJ yang terdapat di Desa
Sempalwadak memiliki tingkat ketergantungan mandiri sebanyak 8 orang (67%).
7.1.3 ODMK
Jumlah ODMK di RT 07 sampai dengan RT 11 sebanyak 101 orang dan dari 5
RT, didapatkan RT 10 memiliki kasus ODMK terbanyak yaitu sebanyak 23 kasus.
Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh Riskesdas tahun 2018, kelima RT
tersebut melebihi standar.
7.1.4 Hubungan ODGJ dengan Jenis Kelamin, Usia, Peran Keluarga dan Tingkat
Ketergantungan
1. Di Desa Sempalwadak Kecamatan Bululawang, gangguan jiwa banyak menyerang
kelompok usia >30 tahun dan di desa Gading jumlah ODGJ berusia lebih dari 30
tahun sejumlah 6 orang (75%). Dimana kelompok usia tersebut merupakan kelompok
usia produktif dan usia matang dalam emosional. Hal ini dikarenakan usia produktif
kelompok yang paling sering mengalami stress, baik stress dari lingkungan keluarga,
tempat tinggal, maupun lingkungan didapatkan pasien ODGJ terbanyak terjadi pada
usia ≥30Tahun. Kelompok usia dewasa yang paling sering mengalami stress, baik
stress dari lingkungan keluarga, tempat tinggal, maupun lingkungan. Gangguan jiwa
pada pasien dengan usia di atas 60 tahun bisa disebabkan oleh faktor biologis
dimana kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon reproduktif mulai menurun fungsinya.
Selain itu, meningkatnya hormon kortisol juga memicu peningkatan stres di usia
produktif yang dapat menjadi faktor presipitasi
2. Berdasarkan hasil penelitian di Desa Sempalwadak Kecamatan Bululawang, ODGJ
lebih banyak terjadi pada pasien berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 8 orang
(67%) begitu pula, pasien ODGJ di Desa Gading mayoritas berjenis kelamin laki-laki
sejumlah 7 orang (87.5%), laki-laki memiliki kecenderungan menunjukkan resiko
tinggi mengalami gangguan jiwa sebab laki-laki cenderung memiliki produksi
hormon stres yang berlebihan. Didapatkan pula jumlah pasien ODMK terbanyak
adalah laki-laki yaitu 58%.
3. Dari hasil survey didapatkan data bahwa khususnya di desa Sempalwadak dan desa
Gading dari sebanyak 17 ODGJ, 4 diantaranya tidak miliki keluarga, 3 tidak
mendapatkan dukungan keluarga yang baik atau peran keluarga terhadap ODGJ
142
tersebut tidak baik dan sebesar 10 ODGJ mendapatkan dukungan dan support
penuh dari keluarga.
4. Dari hasil analisis didapatkan bahwa mayoritas ODGJ yang terdapat di Desa
Sempalwadak memiliki tingkat ketergantungan mandiri sebanyak 8 orang (67%) dan
di Desa Gading mayoritas memiliki tingkat ketergantungan parsial sejumlah 4 orang
(50%).
5. Berdasarkan hasil survey didapatkan bahwa mayoritas ODGJ yang terdapat di Desa
Sempalwadak sebanyak 50% tidak minum obat dan di Desa Gading pasien ODGJ
rutin mengkonsumsi obat sejumlah 5 orang (62.5%).
7.1.5 Intervensi Masalah Kesehatan Jiwa
1. Asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien kelolaan individu
2. Upaya peningkatan pengetahuan masyarakat dilakukan dengan mengadakan
program pendidikan kesehatan pada beberapa kelompok masyarakat yaitu kelompok
beresiko, kelompok sehat, maupun ODGJ yang berpengaruh pada perkembangan
gangguan jiwa masyarakat.
3. Tujuan Terapi Aktivitas kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan
dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif. Kekuatan
kelompok ada pada konstribusi dari setiap anggota dan pimpinan dalam mencapai
tujuannya. Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling
membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah.
7.2 Saran
1. Untuk tenaga kesehatan maupun mahasiswa selanjutnya yang akan melalui
departemen jiwa diharapkan terus memberikan pengetahuan masyarakat kecamatan
Sempalwadak khususnya Desa Sempalwadak tentang manajemen stigma
kesehatan jiwa di masyarakat agar tidak ada diskriminasi pada pasien gangguan jiwa
dan bebas pasung pada pasien gangguan jiwa di Kecamatan Bululawang
2. Untuk tenaga kesehatan maupun mahasiswa selanjutnya yang akan melalui
departemen jiwa diharapkan pelaksanaan program desa siaga sehat jiwa, program
posyandu jiwa, dan juga pelatihan maupun penyegaran pada kader-kader di
Kecamatan Bululawang khususnya Desa Sempalwadak
3. Untuk tenaga kesehatan maupun mahasiswa selanjutnya yang akan melalui
departemen jiwa diharapkan membantu menganalisa / mendeteksi keluarga sehat,
keluarga berisiko masalah psikososial dan kelompok keluarga dengan gangguan jiwa
agar tidak lagi ada penambahan pasien dengan gangguan jiwa serta keluarga bisa
berperan untuk kesembuhan pasien dengan gangguan jiwa
143
4. Untuk tenaga kesehatan maupun mahasiswa selanjutnya yang akan melalui
departemen jiwa diharapkan dapat membuat perkumpulan keluarga ODGJ untuk
saling bertukar pikiran agar keluarga juga tidak merasa terbebani memiliki keluarga
dengan ODGJ
5. Untuk para kader di desa Desa Sempalwadak dan mahasiswa selanjutnya yang akan
melalui departemen jiwa diharapkan bisa melakukan kegiatan TAK di masing-masing
wilayah di Kecamatan Bululawang secara berkala agar pasien dengan gangguan
jiwa bisa berkarya dan produktif, dan kader mampu melakukan posyandu jiwa secara
mandiri.
6. Bagi mahasiswa praktikan selanjutnya, diharapkan untuk mengkaji faktor yang
mempengaruhi kekambuhan baik internal maupun eksternal pasien dan keluarga
secara lebih mendetail. Sehingga dapat menjadi acuan untuk menyusun intervensi
yang cocok dalam meningkatkan kepatuhan minum obat pasien ODGJ.
144
DAFTAR PUSTAKA
Adamo, Peter J., 2009, The Genotype Diet, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Allender, J.A, Rector, C, & Warner, A.D. (2010). Community and public health nursing:
promoting the public’s health. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins
Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dasar. Departemen Kesehatan Ditjen Bina Pelayanan Medik Direktorat Bina Pelayanan
Kesehatan Jiwa: Jakarta.
Erlina, 2010, Determinan Terhadap Timbulnya Skizofrenia pada Pasien Rawat Jalan di
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Padang Sumatera Barat, Berita Kedokteran
Masyarakat, Vol. 26, No. 2, Hmn. 71
Ermelinda., dan Maftuha. 2015. Terapi Lingkungan pada Pasien Gangguan Jiwa. Surabaya:
Stikes
Karimah, Azimatul. 2012. Peran Keluarga pada Penderita Gangguan Jiwa. Surabaya: Unair
Keliat ,2007. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC
Keliat, B.A, Akemat, Helena Novy, dan Nurhaeni Heni. 2011. Keperawatan Kesehatan
Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course). Jakarta :EGC
Keliat, B.A, dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna., dkk. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa dalam Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: Tim pengembang CMHN.
145
Thorup, Anne, et al, 2009, Young Males habe a Higher Risk of Developing Schizophrenia,
Phsychological Medicine Journal Vol. 37. Hlm. 479-484
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
Wardani, Ice Yulia. 2017. Dukungan Keluarga: Faktor Penyebab Ketidakpatuhan Klien
Skizofrenia Menjalani Pengobatan. Depok: Fakultas Keperawatan Universitas
Indonesia
146
DOKUMENTASI KEGIATAN
147