Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI VETERINER
FISIOLOGI SEL I

Nama : 1. Ageng Prasetyo (195130100111060)


2. Nisrina Putri Zhafirah (195130100111048)
3. Shafira Aulia Habibah (195130101111036)
4. Chandra Luki Annadhifa (195130107111033)
Kelas : 2019 C
Kelompok : C8
Asisten : Bian Febry Rohmana Alviano

LABORATORIUM FISIOLOGI VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui jenis-jenis refleks yang diatur oleh otak
2. Mengetahui jenis-jenis refleks yang diatur oleh medulla spinalis
3. Mengetahui peranan dari komponen syaraf pusat
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
1. Manusia, yaitu digunakan 3 praktikan dari kelompok
2. Aromaterapi, minyak kayu putih, dan minyak wangi
3. Penggaris
4. Garputala
5. Flash light
2.2 Langkah Kerja

Praktikan

Ditunjuk salah satu untuk dijadikan probandus praktikan


(OP)
Dilakukan perlakuan

Dicatat hasilnya

Hasil

1) Nervus Olfactorius

Probandus Praktikan (OP)

Diberikan aromaterapi, minyak wangi, dan minyak kayu putih

Diperhatikan apakah dapat mengetahui masing-masing aroma sampel yang diberikan

Hasil

2) Nervus Opticus
Probandus Praktikan (OP)

Digerakkan penggaris ke arah kanan, kiri, bawah, dan atas di depan matanya

Diperhatikan apakah dapat mengikuti arah gerak benda maksimal 1800

Hasil
3) Nervus Oculomotorius
Probandus Praktikan (OP)

Diberikan cahaya pada mata sekilas

Diperhatikan apakah pupil matanya mengecil

Hasil

4) Nervus Trochealis
Probandus Praktikan (OP)

Digerakkan penggaris ke 8 sisi

Diperhatikan apakah dapat mengikuti gerak benda tersbut ke 8 sisi

Hasil

5) Nervus Trigerminus

Probandus Praktikan (OP)

Diminta untuk membuka mulut dan diketuk mandibulanya

Diperhatikan apakah mulutnya masih sama seperti saat bekum diketuk

Hasil

6) Nervus Abducens
Probandus Praktikan (OP)

Dilakukan cek nistagmus (digerakkan benda secara cepat dan lambat di depannya)

Diperhatikan apakah dapat melihat benda dalam keadaan cepat dan lambat

Hasil

7) Nervus Facialis
Probandus Praktikan (OP)

Diminta untuk menutup mata dan praktikan lain membuka mata OP

Diperhatikan apakah matanya tetap menutup


Diminta untuk tersenyum

Diperhatikan apakah senyumnya simetris

Hasil
8) Nervus Vestibulocochlearis
Probandus Praktikan (OP)

Diketuk garpu tala di bagian lunak seperti tangan kemudian didengarkan

Diperhatikan apakah dapat mendengar dengan baik

Hasil

9) Nervus Glossopharyngeus
Probandus Praktikan (OP)

Diminta untuk menguapkan “ah”

Diperhatikan apakah ovula terlihat lurus

Hasil

10) Nervus Vagus


Probandus Praktikan (OP)

Diminta untuk menguapkan “ah”

Diperhatikan apakah ovula terlihat lurus

Hasil

11) Nervus Accesorius


Probandus Praktikan (OP)

Diminta untuk mengangkat bahunya sekencang mungkin dan praktikan lainnya


menekan bahu OP sekuat mungkin

Diperhatikan apakah tetap mempertahankan posisinya dan tidak mudah turun

Hasil
12) Nervus Hypoglossus

Probandus Praktikan (OP)

Diminta untuk melipat lidahnya

Diperhatikan pakah dapat melipat lidahnya membentuk U atau bergelombang

Hasil
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1 Hasil
Keterangan probandus
1. Nama : Shafira Aulia Habibah
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
2. Nama : Nisrina Putri Zharifah
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
3. Nama : Chandra Luki Annadhifa
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

No Hasil Pengamatan
Saraf Otak Dokumentasi Perlakuan
Saraf 1 2 3
1. Nervus Gambar 1 OP diberi perlakuan + + +
Olfactorius untuk mengenali bau.
Bau yang dikenali
yakni parfum, minyak
kayu putih dan aroma
terapi. Hasilnya OP
Gambar 2
dapat menentukan
bau-bau yang
diberikan oleh
praktikan lain.

Gambar 3
2. Nervus Gambar 1 OP mengikuti arah + + +
Opticus gerakan dari benda
yang digerakkan
maksimal 180֠. Pada
pengujian ini
menggunakan benda
Gambar 2
penggaris. Hasilnya
OP dapat mengikuti
gerakan yang
diarahkan oleh
praktikan lain.
Gambar 3

3. Nervus Gambar 1 OP diberikan cahaya + + +


Oculomotor tepat di mata OP
ius sekilas saja. Hasil
yang di dapat pupil
mata OP mengecil.

Gambar 2

Gambar 3
4. Nervus Gambar 1 Digerakkan benda + + +
Trochealis dengan 8 macam
sudut yakni 0o, 45o,
90o, 135o, 180o, 225o,
270o, 315o dan OP
mengikuti arah gerak
Gambar 2
benda tersebut.
Hasilnya OP dapat
mengikuti gerakan
yang diarahkan oleh
praktikan lain.
Gambar 3

5. Nervus Gambar 1 OP membuka mulut + + +


Trigeminus lalu mandibular OP
diketuk oleh praktikan
lain. Dihasilkan reaksi
yang biasa saja.

Gambar 2

Gambar 3
6. Nervus Gambar 1 OP diperlihatkan + + +
Abducens gerak suatu benda
secara cepat
(nistagmus) dan
lambat di depan mata
OP. Hasilnya OP
Gambar 2
dapat melihat dengan
keadaan cepat ataupun
lambat.

Gambar 3

7. Nervus Gambar 1 a. Mata OP dan + + +


Facialis dicoba untuk
dibuka oleh
praktikan lain.
Hasilnya OP dapat
menahan untuk
membuka mata
dari perlakuan
praktikan lain
b. OP tersenyum dan
Gambar 2 terlihat pada saat
tersenyum hasilnya
simetris.
Gambar 3

8. Nervus Gambar 1 Tangan OP diketuk + + +


Vestibuloco dengan garpu tala oleh
chlearis praktikan lain. OP
dapat mendengar
ketukan dari garpu
tala dan merasakan
Gambar 2
getarannya.

Gambar 3
9. Nervus Gambar 1 OP mengucapkan kata + + +
Glossophar “ah”. Hasil yang
yngeal didapatkan yakni
ovula OP terlihat
lurus.

Gambar 2

10. Nervus
Vagus

Gambar 3

11. Nervus Gambar 1 OP diangkat kedua + + +


Accesorius bahunya dan praktikan
lain menekannya.
Hasil yang didapatkan
bahwa OP dapat
menahan tekanan
Gambar 2
yang diberikan
praktikan lain.

Gambar 3
12. Nervus Gambar 1 OP dapat melipat + + +
Hypoglossu lidahnya dan dapat
s membentuk U atau
bergelombang.

Gambar 2

Gambar 3
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Analisa Hasil
Dari pengamatan yang kita lakukan dalam praktikum “Sistem Syaraf” ini dapat
diketahui bahwa ada 12 uji. Pertama uji nervus olfactorius dengan memberi 3 perlakuan
dengan mengenali bau-bau pada minyak wangi, aroma terapi dan minyak kayu putih.
ketiga OP dapat mengenali dengan baik dan benar. Pada uji kedua yakni nervus opticus,
dengan menggerakkan sebuah benda di depan mata OP, mata OP dapat mengikuti
pergerakan benda yang di gerakan ke atas, bawah, kanan dan kiri. Pada uji ini, ketiga
OP dapat mengerakkan mata sesuai dengan gerak benda. Pada uji nervus oculomotorius,
ketiga OP yang diberikan rangsangan menunjukkan hasil yang normal. Ketika mata OP
diberi rangsangan berupa cahaya yang terang, pupil mata OP mengecil. Pada pengujian
nervus trochealis, diberikan benda didepan mata OP lalu digerakan benda tersebut ke
dalam 8 sisi/sudut. Mata milik ketiga OP dapat mengikutri pergerakan kedelapan sudut
pergerakan benda, sehingga dapat diartikan bahwa nervus trochealis pada OP dapat
berfungsi dengan baik dan normal. Pada pengujian nervus trigerminus, ketika OP
membuka mulut kemudian diketuk pada bagian mandibulanya, OP tidak menunjukan
respon yang berlebih. Hal ini terjadi pada ketiga OP, sehingga didapatkan hasil bahwa
nervus trigerminus pada ketiga OP masih berfungsi dengan baik. Pada pengujian nervus
abducens, benda yang digerakkan dengan cepat dan lambat di depan mata OP, masih
dapat dilihat dengan baik oleh OP. Hal ini terjadi pada ketiga OP, sehingga dapat
disimpulkan bahwa nervus abducens milik ketiga OP masih berfungsi dengan normal.
Nervus facialis pada ketiga OP menunjukan hasil yang normal. Saat praktikan lain
mencoba membuka mata OP, mata OP sulit untuk dibuka, hal ini menunjukan hasil
bahwa tidak terdapat gangguan pada mata OP. Sedangkan saat ketiga OP tersenyum
terlihat simetris dan tidak terdapat keanehan dibagian kanan atau kiri wajah OP. Pada
pengujian nervus vestibulocochlearis, garpu tala yang diketukkan pada bagian tangan
ketiga OP bergetar dan getaran tersebut dapat didengar oleh OP dengan baik. Hal ini
menunjukkan bahwa syaraf milik ketiga OP masih berfungsi dengan normal. Pada uji
nervus glossopharygeus dan nervus vagus , ketika ketiga OP mengucapkan kata “AH”,
ovula milik ketiga OP terlihat lurus hal ini menunjukkan hasil yang normal. Pada uji
nervus accesorius, ketika OP mengangkat bahunya dengan sekencang mungkin dan
praktikan menekan bahu OP dengan sekuat mungkin. OP tetap dapat mempertahankan
posisinya dan tidak mudah turun. Hal ini terjadi pada ketiga OP, sehingga semua OP
normal. Pada uji nervus hypoglossus, ketiga praktikan dapat melipat lidah membentuk
huruf U dan bergelombang. Hal ini menunjukan bahwa nervus hypoglossus milik ketiga
OP dapat bekrja dengan baik dan normal.

Dari pengamatan yang kita lakukan dalam praktikum “Sistem Syaraf” ini dapat
diketahui bahwa ada 12 uji. Pertama uji nervus olfactorius dengan memberi 3 perlakuan
dengan mengenali bau-bau pada minyak wangi, aroma terapi dan minyak kayu putih.
ketiga OP dapat mengenali dengan baik dan benar. Hal tersebut sudah sesuai dengan
literatur yang menyatakan, “Pemeriksaan nervus ini dilakukan dengan cara memberikan
berbagai macam bahan pada hidung pasien. Jika anosmia terdeteksi, sudah harus
dilakukan pemeriksaan terhadap mukosa hidung.” (Damodaran dkk, 2014)
Pada uji kedua yakni nervus opticus, dengan menggerakkan sebuah benda di
depan mata OP, mata OP dapat mengikuti pergerakan benda yang di gerakan ke atas,
bawah, kanan dan kiri. Pada uji ini, ketiga OP dapat mengerakkan mata sesuai dengan
gerak benda. Hal tersebut sudah sesuai dengan literatur yang menyatakan, “Jika seorang
pasien tidak dapat membaca huruf terbesar pada Snellen chart, ia harus diminta untuk
menghitung jari yang diangkat di depan mereka. Jika ini gagal, diuji dengan pergerakan
tangan. Dalam kasus gangguan penglihatan yang parah, persepsi cahaya harus diuji
menggunakan pen torch.” (Damodaran dkk, 2014)
Pada uji nervus oculomotorius, ketiga OP yang diberikan rangsangan
menunjukkan hasil yang normal. Ketika mata OP diberi rangsangan berupa cahaya yang
terang, pupil mata OP mengecil. Hal tersebut sudah sesuai dengan literatur yang
menyatakan, "Pemeriksaan nervus ini dapat dilakukan dengan cara melakukan inspeksi
terhadap bentuk, ukuran, dan kesimetrisan pupil. Inspeksi dilaukan dengan memberi
cahaya langsung. Respon langsung ditunjukkan dengan adanya penyempitan pupil."
(Damodaran dkk, 2014)
Pada pengujian nervus trochealis, diberikan benda didepan mata OP lalu
digerakan benda tersebut ke dalam 8 sisi/sudut. Mata milik ketiga OP dapat mengikutri
pergerakan kedelapan sudut pergerakan benda, sehingga dapat diartikan bahwa nervus
trochealis pada OP dapat berfungsi dengan baik dan normal. Hal ini sudah sesuai
dengan literatur yang menyatakan, "Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cara
meminta pasien agar matanya mengikuti arah gerak target tanpa menggerakkan
kepalanya." (Damodaran dkk, 2014)
Pada pengujian nervus trigerminus, ketika OP membuka mulut kemudian diketuk
pada bagian mandibulanya, OP tidak menunjukan respon yang berlebih. Hal ini terjadi
pada ketiga OP, sehingga didapatkan hasil bahwa nervus trigerminus pada ketiga OP
masih berfungsi dengan baik. Hal tersebut sudah sesuai dengan literatur yang
menyatakan, “Pemeriksaan nervus ini dilakukan dengan cara refleks rahang. Refleks
rahang yang berlebihan merupakan tanda bahwa terdapat kerusakan pada saraf motorik.
Pada pasien yang sarafnya normal, hanya ada sedikit penutupan mulut atau bahkan tidak
sama sekali.” (Damodaran dkk, 2014)
Pada pengujian nervus abducens, benda yang digerakkan dengan cepat dan lambat
di depan mata OP, masih dapat dilihat dengan baik oleh OP. Hal ini terjadi pada ketiga
OP, sehingga dapat disimpulkan bahwa nervus abducens milik ketiga OP masih
berfungsi dengan normal. Hal tersebut sudah sesuai dengan literatur yang menyatakan,
"Pemeriksaan nervus ini dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan nystagmus. Pasien
ditanya apakah suatu gambar berada dalam posisi samping-menyamping atau atas-
bawah. Jika pasien menjawab gambar tersebut terpisah, maka menunjukkan ototnya
tersebut lemah." (Damodaran dkk, 2014)
Nervus facialis pada ketiga OP menunjukan hasil yang normal. Saat praktikan lain
mencoba membuka mata OP, mata OP sulit untuk dibuka, hal ini menunjukan hasil
bahwa tidak terdapat gangguan pada mata OP. Sedangkan saat ketiga OP tersenyum
terlihat simetris dan tidak terdapat keanehan dibagian kanan atau kiri wajah OP. Hal
tersebut sudah sesuai dengan literatur yang menyatakan, “Nervus facial meninervasi
ekspesi wajah. Pemeriksaan nervus ini dilakukan dengan cara meminta pasien untuk
menutup kedua matanya rapat-rapat, sementara penguji mencoba membukanya. Uji ini
dilakukan untuk menguji kekuatan saraf tersebut. Selain itu, gangguan pada nervus ini
juga ditandai oleh ekspresi wajah yang tidak simetris.” (Damodaran dkk, 2014)
Pada pengujian nervus vestibulocochlearis, garpu tala yang diketukkan pada
bagian tangan ketiga OP bergetar dan getaran tersebut dapat didengar oleh OP dengan
baik. Hal ini menunjukkan bahwa syaraf milik ketiga OP masih berfungsi dengan
normal. Hal tersebut sudah sesuai dengan literatur yang menyatakan, “Pemeriksaan
nervus ini dilakukan dengan cara garpu tala diletakkan pada prosesus mastoid. Pasien
harus memberi tanda apabila suaranya tidak terdengar. Pada pasien dengan pendengaran
normal, konduksi udara harus lebih baik daripada konduksi tulang.” (Damodaran dkk,
2014)
Pada uji nervus glossopharygeus dan nervus vagus , ketika ketiga OP
mengucapkan kata “AH”, ovula milik ketiga OP terlihat lurus hal ini menunjukkan hasil
yang normal. Hal tersebut sudah sesuai dengan literatur yang menyatakan,
“Pemeriksaan nervus vagus biasanya berhubungan dengan nervus glossopharyngeal.
Ketika melakukan pemeriksaan refleks gag, pemeriksa harus memeriksa posisi ovula
apakah simetris pada palatum molle.” (Damodaran dkk, 2014)
Pada uji nervus accesorius, ketika OP mengangkat bahunya dengan sekencang
mungkin dan praktikan menekan bahu OP dengan sekuat mungkin. OP tetap dapat
mempertahankan posisinya dan tidak mudah turun. Hal ini terjadi pada ketiga OP,
sehingga semua OP normal. Hal tersebut sudah sesuai dengan literatur yang
menyatakan, “Pemeriksaan nervus accesorius pada musculus trapezius dilakukan
dengan cara pasien mengangkat bahunya dan pemeriksa menekan bahunya. Lalu
diperlihatkan bagaimana kemampuannya dalam bertahan. Dalam kasus atrofi, bahu
akan dengan mudah turun kembali.” (Damodaran dkk, 2014).
Pada uji nervus hypoglossus, ketiga praktikan dapat melipat lidah membentuk
huruf U dan bergelombang. Hal ini menunjukan bahwa nervus hypoglossus milik ketiga
OP dapat bekerja dengan baik dan normal. Hal tersebut sudah sesuai dengan literatur
yang menyatakan, “Untuk menguji nervus ini, pasien diminta untuk menjulurkan
lidahnya. Jika terdapat fasikulasi pada lidah, maka dapat dipastikan pasien tersebut
mengalami masalah pada saraf.” (Damodaran dkk, 2014)
4.2 Menjawab Pertanyaan
1. Gambarkan histologi sel saraf !

(Chalik, 2016)
2. Sebutkan perbedaan saraf pusat dan saraf tepi !
Menurut (Satyanegara. Roslan, 2010) berikut perbedaan pada saraf pusat
dan saraf tepi.
Saraf pusat Saraf tepi
Terdiri dari otak dan sumsum tulang Terdiri dari saraf kranial, saraf spinal
belakang (medulla spinalis) dan ganglia (kumpulan sel saraf)
Dilindungi oleh tulang tengkorak dan a. Saraf kranial akan berhubungan
kolumna vertebralis dengan otak
b. Saraf spinal berkaitan dengan
medulla spinalis
Susunan saraf pusat: Susunan saraf perifer:
a. Sistem sentral pengontrol tubuh a. Terdiri dari sel-sel saraf
yang menerima b. Serabutnya terletak di luar otak
b. Menginterpretasi dan dan medulla spinalis
mengintegrasi semua stimulus
c. Menyampaikan implus saraf ke
otot dan kelenjar
d. Menciptakan aksi selanjutnya

4. Sebutkan perbedaaan saraf simpatis dan parasimpatis !


Menurut (Indra, 2012), berikut perbedaan pada saraf simpatis dan parasimpatis.
Saraf Simpatis Saraf Parasimpatis
Berfungsi mempertahankan diri Berperan dalam fungsi konservasi dan
terhadap tantangan dari luar tubuh reservasi tubuh
dengan reaksi berupa perlawanan atau
pertahanan diri
Berasal dari thorakolumbal Berasal dari kraniosakral
Sekresi liur dirangsang baik dan Sekresi liur dirangsang baik dan
menghasilkan air liur yang kental menghasilkan air liur yang lebih encer
Berfungsi sebagai ejakulasi Berfungsi sebagai seksual dan ereksi
Berfungsi mempertahankan diri Berfungsi konservasi dan reservasi
terhadap tantangan dari luar tubuh tubuh.
dengan reaksi berupa perlawanan atau
pertahanan diri yang dikenal dengan
fight or flight reaction

5. Sebutkan fungsi ke 12 nervus yang terdapat pada saraf otak (kranial) beserta lokasi
intinya !
1. Nervus Olfactorius berada pada telenchephalon (Bahar, 2015).
2. Nervus Optic berada pada retinal sel ganglion (Bahar, 2015).
3. Nervus okulomotorius berada di mesensefalon di tingkat kolikulus superior,
ventral dari akuaduktus serebri (dipisahkan oleh periaqueductal gray matter,
PAG) dan dorsal dari fasikulus longitudinalis medialis (Satyanegara. Zafrullah,
2014).
4. Nervus troklearis terletak pada di tegmentum mesensefalon setingkat dengan
kolikulus inferior, di depan akuaduktus serebri (Satyanegara. Zafrullah, 2014).
5. Nervus trigeminus berasal dari sepertiga bagian bawah girus presental dan
melintasi korona radiata, kapsula interna, dan pendikulus serebri dan berakhir
di nukleus motorik (Satyanegara. Zafrullah, 2014).
6. Nervus abducent terdapat di tegmentum pons, di ventral dari ventrikel keempat
(Satyanegara. Zafrullah, 2014).
7. Nervus facialis berada pada tegmentum pontin kaudal, anterolateral terhadap
nucleus N.VI (Satyanegara. Zafrullah, 2014).
8. Nervus Vestibulokoklearis. Nukleus terletak di pontomedullary junction dan
mengandung badan-badan sel neuron tingkat kedua di jalur vestibular
(Satyanegara. Zafrullah, 2014).
9. Nervus glossopharyngeal terletak di anterior (pars nervosal) dari N.X dan XI
(yang terletak posterior di pars vaskularis) (Satyanegara. Zafrullah, 2014).
10. Nervus vagus terletak di bagian posterior (pars vaskularis) bersama dengan
N.XII (Satyanegara. Zafrullah, 2014).
11. Nervus accessory berada pada cranial dan spinal roots (Bahar, 2015)
12. Nervus Hypoglossal berada pada medulla (Bahar, 2015)
6. Buatlah sebuah mindmap menggambarkan tentang sistema saraf mencakup materi !

SISTEM SARAF

SISTEM SARAF SISTEM SARAF


PUSAT PERIFER

SISTEM SARAF
AFEREN/SENSORI SISTEM SARAF
K EFEREN/MOTORIK

SISTEM SARAF SISTEM SARAF


SOMATIK OTONOM
(VOLUNTEER) (INVOLUNTEER)

SISTEM SARAF
PARASIMPATIK
SIMPATIK
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan, didapatkan hasil bahwa
praktikan yang menjadi probundus menunjukan hasil yang normal. Probundus tidak
menunjukkan kelainan pada saat 12 syaraf kranial diberi rangsangan atau stimulus.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa 12 syaraf kranial probundus dapat menerima
rangsangan atau stimulus dengan baik.
5.2 Saran
Dalam berlangsungnya praktikum, praktikan dimohon untuk tetap kondusif dan
tetap menjaga etika di dalam laboratorium,
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, A. D. (2015). Pemeriksaan Fungsi Saraf Kranial Bagian I. Makassar: Universitas
Hasanuddin.

Chalik, R. (2016). Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia.

Damodaran dkk, O. (2014). Cranial Nerve Assesment : A Concise Guide to Clinical


Examination. Perth: University of Western Australia.

Indra, I. (2012). Aktivitas Otonom. Jurnal Kedokteran Syah Kuala Volume 12 Nomor 3 , 180-
186.

Satyanegara. Roslan, Y. H. (2010). Ilmu Bedah Saraf Satyanegara Edisi IV. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Satyanegara. Zafrullah, A. R. (2014). Ilmu Bedah Syaraf Satyanegara Edisi V. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai