Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI

TERAPEUTIK PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL SESI I


PERTEMUAN 1

Cecilia Santa Dea Maharani

201711012

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

STIKES PANTI RAPIH YOGYAKARTA

2019
A. PROSES KEPERAWATAN
1. DESKRIPSI KONDISI PASIEN
Ny. M (49 tahun) adalah seorang ibu rumah tangga. Klien sudah
berpisah dengan suaminya karena meninggal. Memiliki seorang putri
yang tinggal di asrama orang disabilitas. Kedua orang tua pasien sudah
meninggal. Pasien hanya tinggal sendiri di rumah. Pasien sudah tidak
banyak berkomunikasi dengan kakaknya. Pasien bekerja menenun ijuk
dan bambu. Pasien mengatakan pernah dikurung oleh buleknya. Jika
selesai bekerja menjual anyaman keliling, pasien hanya diam di rumah.
Pasien tidak tahu kenapa dibawa ke rumah sakit. Pasien merasa sehat
dan ingin pulang. Pasien mengikuti kegiatan PKK jika di rumah,
pasien hanya diam dan tidak banyak komunikasi selama di rumah
sakit.
Data Subjektif :
a) Pasien mengatakan malas berkomunikasi dan bertemu dengan orang
lain.
b) Pasien mengatakan pasien lain sudah mengobrol sendiri.
c) Pasien mengatakan lebih suka diam
Data Objektif :
a) Pasien tampak menyendiri.
b) Pasien pasif dan tidak bisa memulai pembicaraan.
c) Pasien tidak bergabung dengan pasien lainnya.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi Sosial

3. TUJUAN INTERAKSI
a) Membina hubungan saling percaya
b) Menyadari penyebab isolasi sosial
c) Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap.
4. TINDAKAN KEPERAWATAN
a) Membina hubungan saling percaya :
1) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien.
2) Berkenalan dengan pasien: memperkenalkan nama perawat
serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien.
3) Duduk berhadapan, tatap muka
4) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien.
5) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
6) Menjelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang
diperoleh untuk kepentingan terapi
b) Menyadari penyebab isolasi sosial
1) Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi
dengan orang lain.
2) Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin
berinteraksi dengan orang lain.
3) Mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman
dan bergaul akrab dengan mereka.
4) Mendiskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan
tidak bergaul dengan orang lain.
5) Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik
pasien.
c) Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain dengan
cara :
1) Beri kesempatan pasien mempraktikkan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan dihadapan anda.
2) Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang (anggota
keluarga)
3) Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah
interaksi dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
4) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah
dilakukan oleh pasien.
5) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah
berinteraksi dengan orang lain. Mungkin pasien akan
mengungkapkan keberhasilan aau kegagalannya. Beri dorongan
terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan
interaksinya.

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
1. FASE ORIENTASI
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi!”
“Apa ibu masih ingat nama saya? Nama saya Santa bu”
“boleh tau nama ibu siapa? Apakah saya mengganggu ibu?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
“Ibu sendiri saja bu?”
c. Kontrak :
1) TOPIK
“Apakah ibu tidak keberatan untuk berbicara dengan saya?
Bagaimana kalau kita berbicara untuk lebih saling mengenal lagi
sekaligus agar ibu dapat mengetahui tentang keuntungan dan
kerugian berinteraksi dengan orang lain?”
2) WAKTU
“Kita akan membicarakannya selama 15 menit. Ibu mau?”
3) TEMPAT
“Di mana kita duduk? Bagaimana kalau di sini saja bu?”

2. FASE KERJA
“Bagaimana kebiasaan ibu dalam berinteraksi dengan orang lain?”
“Apa yang menyebabkan ibu tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
?”
“Apa ibu tahu apa saja keuntungan bila ibu memiliki banyak teman
dan bergaul akrab dengan mereka?” “Kita jadi bisa mengobol,
bercerita, bercanda, tidak kesepian. Iya kan bu?”
“Nah kalau kerugiannya ibu hanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain apa ya?” “Kita jadi kesepian, sendirian, tidak ada
teman.”
“Jadi banyak juga ruginya kalau tidak punya teman ya. Kalau begitu
inginkah ibu belajar berkenalan dulu dengan orang tidak?”
“Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan
saya dulu?”’
“Begini lho ibu, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan
dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka, asal kita dan hobi.
Contoh nama saya Cecilia Santa, senang dipanggil Santa. Asal saya
dari Jogja, hobi membaca.”
“selanjutnya Ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.
Contohnya begini: Nama Mbak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya
dari mana? Hobinya apa?”
“Ayo ibu dicoba! Misalnya saya beelum kenal dengan ibu. Coba
berkenalan dengan saya.”
“Ya bagus sekali. Coba sekali lagi.”
“setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut ibu dapat melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan untuk ibu bicarakan.
Misal tentang cuaca, tentang keluarga, pekerjaan, dan sebagainya.”

3. FASE TERMINASI
a. EVALUASI RESPON KLIEN TERHADAP TINDAKAN
KEPERAWATAN
1) EVALUASI SUBJEKTIF
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berdiskusi tadi?
“Apakah ibu merasa senang setelah berinteraksi dengan saya ?”
2) EVALUASI OBJEKTIF
“Setelah kita ngobrol tadi, sekarang coba ibu ulang
apa keuntungan dan kerugian apabila kita berinteraksi dengan
orang lain?”
b. RENCANA TINDAK LANJUT
“selanjutnya, ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi
selama saya tidak ada. Sehingga ibu lebih siap untuk berkenalan
dengan orang lain.”
c. KONTRAK YANG AKAN DATANG
1) Topik
“Ibu, bagaimana kalau besok kita latihan lagi tentang
caranya berkenalan dengan orang lain ?”
2) Waktu : “mau pukul berapa mencobanya? Jam 11 setelah
rehab?”
3) Tempat:“Bagaimana jika tempat untuk mengobrol besok di
ruang makan? Besok saya akan menunggu di tempat itu”.
“baiklah, sampai jumpa besok bu. Selamat pagi, selamat
melanjutkan aktivitas.”

Anda mungkin juga menyukai