Abortus adalah keadaan yang mengindikasikan adanya hasil konsepsi sebelum pengeluaran janin
dapat hidup di luar rahim atau penghentian kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram
atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu. Situasi ini dapat meningkatkan morbilitas dan
mortalitas ibu dan janin.
Tingginya insiden aborsi yang tidak lengkap tidak dapat dipisahkan dari keadaan ibu selama
kehamilan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk: usia ibu, paritas dan pekerjaan.
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan deskriptif dengan populasi 77
kasus dan sampel semua ibu hamil yang mengalami aborsi tidak lengkap di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Pertiwi Makassar Tahun 2009 adalah 54 kasus.
Dari hasil penelitian ini, kejadian aborsi tidak lengkap pada usia 20-35 tahun (62,96%) lebih
tinggi daripada wanita dengan usia <20 tahun dan> 35 tahun (37,04%), kejadian aborsi dengan
paritas 2-3 (53,71%), lebih tinggi dari ibu dengan paritas 1 dan> 3 (46,29%), ibu yang bekerja> 8
jam (IRT, wiraswasta) (72,22%) lebih tinggi daripada di wanita yang bekerja <8 jam (PNS)
(27,78%).
Mengusulkan perlunya penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor lain yang terkait dengan
aborsi yang tidak lengkap atau penelitian tentang faktor-faktor yang telah dianalisis
menggunakan metode lain.
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pemerintah sendiri telah mengupayakan berbagai cara untuk mengendalikan angka
kematian ibu dan bayi yang sangat tinggi tersebut guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pada umumnya serta kesehatan ibu pada khususnya. Dengan berkembangnya
pengetahuan dan teknologi dewasa ini, membuat model pengawasan terhadap masa
kehamilan seperti yang dikembangkan di Paris pada tahun 1901 dengan nama plea of
promaternity hspital yang bertujuan memberikan pelayanan kepada ibu selama masa
kehamilan sehingga ibu dapat menyelesaikan masa kehamilannya dengan baik dan bayi
dapat dilahirkan dengan sehat dan selamat. Di Indonesia sendiri model pengawasan tersebut
semakin membuka pandangan masyarakat bahwa pengawasan yang ketat pada masa
kehamilan menjadi hal yang sangat penting guna mengantarkan ibu dan bayi kepada
keadaan yang sehat dan sejahtera. Oleh karenanya di Indonesia dikembangkan model
pengawasan yang sama dengan nama BKIA yaitu Balai Kesehatan Ibu dan Anak. Dimana
BKIA menjadi bagian terpenting dari program Puskesmas dan telah tersebar dis eluruh
Indonesia yang dipimpin oleh beberapa orang dokter sehingga kemampuan pelayanannya
dapat lebih ditingkatkan. Bahkan menjelang pencapaian Indonesia Sehat 2010,
dikembangkan program Bidan di Desa guna mengupayakan masyarakat di pelosok dapat
menjangkau pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan dengan lebih mudah.
Pemerintah memberikan perhatian khusus kepada masalah kebidanan ini mengingat
permasalahan yang muncul selama masa kehamilan adalah sangat kompleks yang meliputi
masalah fisik, psikologis dan sosial (Sarwono, 1991). Bahkan dengan kecenderunagn angka
kematian pada ibu yang sangat tinggi yang diakibatkan karena perdarahan, infeksi dan
keracunan pada masa kehamilan, menjadikan program pengawasan pada ibu hamil lebih
diperketat dan ditingkatkan melalui upaya ANC (Ante Natal Care).
Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada ibu hamil adalah keguguran atau
abortus. Mengingat semkain berkembnagnya pendidikan dan pengethauan masyarakat
khususnya wanita dengan emansipasinya dalam turut serta menghidupi ekonomi keluarga,
membuat kejadian abortus menjadi cukup tinggi dalam dekade terakhir. Didukung pula oleh
pengaruh budaya barat dengan pergaulan bebasnya menjadinya banyak kejadian kehamilan
tidak diinginkan menjadi meningkat sehingga kecenderungan kejadian abortus provocatus
juga meningkat. Bahkan semakin merebaknya klinik – klinik aborsi di tanah air, semakin
membuka peluang wanita untuk melakukan aborsi tanpa memikirkan akibatnya.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka kami mengangkat permasalahan abortus
sebagai makalah, mengingat permasalahan abortus sendiri merupakan suatu permasalahan
yang kompleks bagi ibu, suami/pasangan maupun keluarga.
BAB II
KONSEP TINJAUAN PUSTAKA
2.2.2 Abortus provocatus (disengaja, digugurkan) merupakan 80% dari semua abortus.
Abortus provocatus terdiri dari 2 macam, diantaranya :
a. Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeutics adalah Pengguguran
kehamilan dengan alat – alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan
membawa maut bagi ibu, misal ibu berpenyakit berat. Indikasi pada ibu dengan
penyakit jantung (rheuma), hypertensi essensialis, carcinoma cerviks.
b. Abortus provocatus criminalis Adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan
medis yang syah dan dilarang oleh hukum.
2.3 Etiologi Abortus
2.3.1 Kelainan telur
Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedinikian rupa hingga
janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena faktor endogen seperti kelainan
chromosom (trisomi dan polyploidi).
2.3.2 Penyakit ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, yaitu:
a. Infeksi akut yang berat: pneumonia, thypus dapat mneyebabkan abortus dan
partus prematurus.
b. Kelainan endokrin, misalnya kekurangan progesteron atau disfungsi kelenjar
gondok.
c. Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan langsung pada ibu.
d. Gizi ibu yang kurang baik.
e. Kelainan alat kandungan:
· Hypoplasia uteri.
· - Tumor uterus
· - Cerviks yang pendek
· - Retroflexio uteri incarcerata
· - Kelainan endometrium
f. Faktor psikologis ibu.
2.3.3 Faktor suami
Terdapat kelainan bentuk anomali kromosom pada kedua orang tua serta faktor
imunologik yang dapat memungkinkan hospes (ibu) mempertahankan produk asing
secara antigenetik (janin) tanpa terjadi penolakan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang penulis temukan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada ibu hamil dengan kasus abortus yaitu:
1. Pemantauan secara teratur pada ibu hamil pertama (primigravidarum) terutama pada
trimester I kehamilan sangatlah penting. Mengingat ibu primigravida cenderung
mengalami gangguan dalam proses kehamilannya seperti misalnya abortus dalam
kehamilan yang akan sangat berpengaruh terhadap psikologis ibu yang tentunya sangat
berharap keselamatan bayinya dapat dipertahankan.
2. Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus hendaknya dilakukan secara
komprehensif meliputi seluruh aspek bio – psiko – sosial dan spiritual karena
kenyamanan psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap kondisi janin yang
dikandungnya.
3.2 Saran
Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam upaya meningkatkan
asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus yaitu: Kepada mahasiswa FKp yang
sedang melaksanakan tahap profesi agar lebih aktif dalam menerapkan asuhan keperawatan
sesuai dengan konsep teori dan lebih memperhatikan kondisi pasien sehingga pelaksanaan
praktek keperawatan dapat berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid II Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Donna D. Ignatavicius (1991), Medical Surgical Nursing: A Nursing Process Approach, WB.
Sauders Company, Philadelphia.
Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran
EGC, Jakarta
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri Patologi, Bagian Obstetri dan
Ginekologi FK Unpad, Bandung.
Hacker Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
Jakarta.
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
Jakarta.