Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai seorang bidan kita harus bisa mengetahui bagaimana melaksanakan program
KIA dengan baik terutama pada ibu hamil, pada anak, pada BBL dan pada bayi. Kita
ketahui saat ini banyak sekali yang tidak mengetahui cara memberikan pelayanan yang
baik melalui program KIA. Oleh karena itu, kita sebagai seorang bidan yang
bertanggungjawab terhadap ibu dan anak harus tahu bagaimana

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemeliharaan kesehatan pada ibu hamil?
2. Apa alasan pertolongan persalinan di rumah dilakukan?
3. Apa tujuan dari asuhan nifas dan pasca salin?
4. Apa yang harus dipersiapkan ketika melakukan rujukan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana melakukan pemeliharaan pada ibu hamil
2. Untuk mengetahui alasan pertolongan persalinan dirumah dilakukan
3. Untuk mengetahui tujuan asuhan nifas dan pasca salin
4. Untuk mengetahui hal yang harus disiapkan ketika melakukan rujukan
5.
BAB II
PEMBAHASAN

A.PEMELIHARAAN KESEHATAN IBU HAMIL


Kehamilan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh suami istri untuk melanjutkan
keturunannya. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang akan dialami oleh wanita usia
subur yang telah berhubungan seksual. Dengan demikian kehamilan harus disambut dan
dipersiapakan sedemikian rupa agar dapat dilalui dengan aman. Pemeliharaan kesehatan
ibu hamil sangat penting untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan
janin. Untuk itu setiap ibu hamil harus memperhatikan kesehatannya. Pemberian
konseling oleh petugas kesehatan diharapakan memberi dampak pada perubahan perilaku
ibu dan keluarga tentang hal yang berkaitan dengan kehamilan ibu. Hal ini dapat
dilakukan saat ibu datang ke fasilitas kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya
(asuhan antenatal) dan saat kunjungan rumah atau dikenal dengan strategi
pendekatan individual. Pemeriksaan kehamilan dilakukan untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan janin serta kondisi ibu selama masa kehamilan. Dengan
pemeriksaan rutin, gangguan yang terjadi pada masa kehamilan dapat dideteksi.
Kunjungan antenatal untuk pemantaun dan pengawasan kesejahteraan ibu dan
anak dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan. Untuk itu beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam masa kehamilan, antara lain sebagai berikut.

1. Kebutuhan Nutrisi. Pada trimester I (saat usia kehamilan 1-3 bulan), hal yang sering
terjadi adalah penurunan berat badan akibat gangguan seperti mual, muntah, dan
pusing. Oleh karena itu, ibu hamil biasanya dianjurkan makan dengan porsi kecil
tapi sering dan bentuk makanan kering atau tidak berkuah. Pada trimester II, nafsu
makan mulai membaik, mengonsumsi makanan 3 kali sehari, ditambah 1 kali
makanan selingan. Anjurkan hidangan lauk-pauk hewani seperti telur, ikan, daging,
ikan teri dan hati. Jenis makanan ini sangat baik dan bermanfaat mencegah
kekurangan darah. Trimester III, makanan harus disesuaikan dengan keadaan berat
badan ibu, jika ibu hamil mempunyai berat badan berlebih, makanan pokok dan
tepung-tepungan dikurangi. Anjurkan memperbanyak konsumsi sayur dan buah-
buahan segar untuk menghindari sembelit. Jika terjadi keracunan kehamilan atau
edema pada kaki hindari garam dapur dalam masakan sehari-hari.

2. Kenaikan/peningkatan berat badan. Berat badan sangat menentukan kelangsungan


kehamilan. Normalnya, ibu hamil mengalami peningkatan berat badan selama
kehamilan berlangsung. Kenaikan berat badan minimal adalah 9 kg. Kenaikan berat
badan yang optimal berdampak baik pada kehamilan maupun proses persalinannya.
Denga berat badan yang ideal pada ibu hamil, pertumbuhan janin pada umumnya
berlangsung normal. Komplikasi timbulmya gangguan kesehatan dan penyakit lain
juga dapat dihindari. Kenaikan berat badan ibu hamil bergantung pada berat badan
ibu sebelum hamil yang dapat diketahui dengan menilai Indeks Massa Tubuh (Body
Mass Index-BMI).
3. Aktivitas. Selama hamil, ibu hamil diupayakan untuk tidak melakukan pekerjaan
berat karena akan memengaruhi kehamilan. Dianjurkan banyak beristirahat, tidur
malam 7-8 jam dan siang 1-2 jam.
4. Kebutuhan kalsium. Janin membutuhkan kalsium untuk membentuk tulang. Ibu
hamil harus minum susu dan kalsium. Jika tidak terpenuhi hal tersebut dapat
menggerogoti zat inti pada tulang ibu hamil.
5. Perawatan payudara dan kulit. Bekas peregangan (striae) yang terdapat pada
payudara dan perut merupakan sesuatu yang tidak dapat dilalaikan dan merupakan
ciri kehamilan. Jika peregangan kulit terasa mengganggu, ibu dapat membalurkan
lanolin atau minyak kelapa untuk mengurangi kenyamanan. Untuk persiapan
menyusui, jika puting susu tenggelam atau posisi tidak benar, ibu hamil dapat
dipijat setiap hari pada bulan terakhir dengan cara yang tepat.
6. Senam hamil. Senam hamil bukan keharusan, tetapi dapat bermanfaat dalam
membantu kelancaran proses persalinan antara lain: melatih pernafasan, relaksasi,
menguatkan otot panggul dan perut, serta melatih cara mengejan yang benar. Senam
ini bertujuan mendorong dan melatih organ jasmani dan rohani ibu secara bertahap
agar dapat menghadapi persalinan dengan tenang sehingga proses persalinan
berjalan lancar dan mudah.

Selama hamil ibu perlu menjaga kesehatannya juga bayinya, caranya bermacam-macam
tetapi yang terutama adalah pemeriksaan berkala sebelum melahirkan (ANC) setiap
semester kehamilan ibu hamil dipantau :

1. Berat badannya
2. Monitor tekanan darahnya, perlu dijaga agar tidak terjadi gejala pre ekslampsia
3. Utrasonografi (USG) supaya tidak mengganggu perkembangan janin cukup 2-3 kali
selama kehamilan
4. Vitamin penting selama kehamilan; tablet besi, vitamin A, kalsium dan vitamin D,
vitamin B6, asam folat
5. Makan makanan bergizi (kalori cukup, serat, protein, vitamin B12, yodium, vitamin E
6. Periksa laboratorium

Larangan Bagi Ibu Hamil

Setelah seorang wanita dinyatakan positif hamil, maka tanpa berpikir panjang lagi dia
harus mengatur semua nutrisi dan makanan yang akan masuk kedalam tubuhnya. Dan
lebih baik lagi apabila sebelum hamil wanita sudah mempersiapkan kebutuhan nutrisi
bagi tubuhnya. Pada bagian ini akan dijelaskan berbagai makanan yang dilarang untuk
dkonsumsi, makanan yang boleh tapi dengan aturan dan makanan yang bisa untuk
dikombinasikan.

a. Lampu merah : makanan mentah/ setengah matang


Penyebab : bahan pangan mentah/ setengah matang mungkin saja tercemar kuman
penyakit, sehingga menimbulkan infeksi. Misalnya, bakteri Listeria (mengakibatkan
keguguran/ janin meninggal dalam kandungan), bakteri Salmonella (memicu
keguguran), Parasitoksoplasma (janin berkondisi abnormal), serta bakteri E-coli
(merusak usus dan ginjal).
Apakah boleh dikonsumsi atau tidak
Boleh saja, asal daging sapi (termasuk daging olahan seperti sosis/ burger), unggas,
serta ikan dimasak hingga benar-benar matang. Anda tetap bisa makan susshi, namun
pilih susshi vegetarian/ yang dagingnya dimasak matang. Untuk memastikan daging
olahan benar-benar matang, gunakan termometer khusus untuk daging.
Hindari : bahan pangan apapun yang tidak diproses hingga matang, seperti telur
mentah, daging setengah matang, kerang mentah, sashimi, sushi mentah, dan lain-lain.
Juga, hindari makanan olahan dari telur mentah, seperti dressing untuk salad dan
mayonnaise segar.

b. Lampu kuning
1. Seafood
Penyebab : protein, zat besi, serta asam lemak omega 3 dalam makanan laut
mmang bisa membantu meningkatkan pertumbuhan otak bayi. Malah, menurut
penelitian yang dilakukan di Inggris, kekurangan konsumsi makanan laut selama
masa kehamilan bisa mengakibatkan lemahnya kemampuan herba, gangguan
perilaku, serta masalah tumbuh kembang lain pada anak. Namun, anda tetap mesti
berhati-hati, karena beberapa jenis makanan laut mengandung logam mercuri yang
berkadar tinggi, sehingga bisa menghambat pertumbuhan sistem saraf janin.
Apakah oleh dikonsumsi atau tidak
Anda masih boleh menyantap salmon (kalau bisa, pilih ikan salmon yang segar
dan tidak diternakkan), udang, teri, dan kakap maksimal 340 gram perminggu.
Batasi konsumsi ikan tuna hingga tidak lebih dari 170 gram seminggu.
Hindari : ikan hiu, sushi mentah, seafood yang diasapkan, serta jenis kan apapun
yang berasal dari laut atau sungai yang telah terpolusi. Catatan : semakin besar
ukuran serta tua usia ikan, semakin tinggi pula kadar polusi dalam tubuhnya.

2. Kafein dan teh herbal


Penyebab : kafein bisa ‘menembus’ plasenta, sehingga akan memengaruhi detak
jantung serta sistem pernafasan janin. Bahkan, beberapa study menyebutkan,
minum kopi secara berlebihan erat kaitannya dengan rendahnya berat badan lahir
bayi dan meningkatkan resiko mengalami keguguran dan janin meninggal saat
lahir.
Apakah boleh dikonsumsi atau tidak selama hamil
Anda boleh mengkonsumsi kafein hingga tidak lebih dari 300 mg perhari (kira-
kira sebanyak 2-3 cangkir kopi). Meski jumlah tersebut termasuk aman, ini bukan
berarti kafein yang anda konsumsi tidak akan menimbulkan resiko apapun.
Sebagai perbandingan : 240 ml kopi mengandung 150 mg kafein, 350 ml
minuman bersoda mengandung 35-50 mg kafein, seta 240 ml teh hitam
mengandung 40 mg kafein. Minuman lain yang termasuk aman bagi anda adalah
teh celup tanpa kafein yang diberi perasa tambahan, seperti sitrus, jahe, dan
peppermint.
Hindari : teh herbal yang diramu dengan daun raspberry atau rosemary sebab bisa
memicu terjadinya kontraksi. Sayangnya, tidak semua kemasan teh
mencantumkan secara mendetail bahan-bahan herbal yang digunakan sebagai
campuran. Dan meski pada label kemasan tertulis teperuntukkan bagi wanita
hamil, sebaiknya anda berkonsultasi dulu pada dokter.

3. Keju dan produk susu lainnya


Penyebab : produk dari susu mentah/ belum di pasteurisasi (dipanaskan sampai
suhu 600 C selama 30 menit untuk membunuh bakteri) bisa mengandung sejumlah
kuman, yaitu Listeria, salmonella, e-coli, dan lain-lain, yang menyebabkan
penyakit yang ditularkan melalui makanan.
Apakah boleh dikonsumsi atau tidak
Boleh, diantaranya adalah susu dan yogurt yang telah melalui proses pasteurisasi,
serta keju keras.
Hindari : susu mentah, serta keju lunak seperti Brie, Camembret, Feta, Blue
Cheese, dan Roquefort (kecuali pada label tertera dibuat dari susu yang telah
dipasteurisasi).

4. Pemanis buatan
Penyebab : meski efek samping bahan pemanis tambahan terhadap tumbuh
kembang janin masih belum diketahui secara pasti, sejumlah pakar melarang
wanita hamil mengonsumsi pemanis buatan.
Apakah boleh dikonsumsi atau tidak
Dalam batas wajar, sakarin, aspartam, splenda masih boleh dikonsumsi.
Hindari : minuman yang tinggi gula. Lebih baik anda bnyak-banyak minum air
putih atau jus buah segar.
Dimana ANC diakukan : bidan, dokter, RS atau puskesmas ? pemilihan tempat
tergantung individu. Banyak pertimbangan yang dipikirkan dalam pemilhan
tempat tersebut.
Biaya : puskesmas paling murah
Prosedur pemeriksaan :rumah sakt lebih lengkap dalam prosedur
pemeriksaan kehamilan.
Aman atau tidak : pada kehamilan petama ada yang lebih memilih
pemeriksaan kedokter dibanding ke bidan,
sebaliknya kehamilan kedua dan seterusnya ada
yang, merasa kebidan cukup.
B.PERTOLONGAN PERSALINAN DIRUMAH

Persalinan dirumah adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah
cukup bulan atau hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998). Perencanaan persalinan
di rumah sebaiknya dilakukan untuk mengantisipasi kesulitan yang mungkin akan timbul.
Perencanaan persalinan dimulai dengan mempertimbangkan tempat melahirkan, siapa
penolong persalinan, bagaimana transportasinya, ketersediaan obat penghilang nyeri, siapa
pendamping persalinan, dan tempat untuk menyimpan plasenta.

Faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan persalinan di rumah


1. Melahirkan di rumah sendiri ternyata jauh lebih aman, hemat, dan bermanfaat.
Dengan menjalin persalinan di rumah kemungkinan tertukarnya bayi bisa dihindari.
Memang, tidak semua rumah sakit bisa memberi jaminan tak mungkin ada kasus
bayi tertukar. Hal ini sangat bergantung pada kondisi dan tingkat akurasi
pengidentifikasian bayi di masing-masing rumah sakit. Selain karena rendahnya
manajemen pengidentifikasian kesibukan para tenaga medis yang terbatas
terkadang masih memungkinkan adanya bayi tertukar tanpa sepengetahuan ibunya.
Belum lagi kalau sistem pengaman rumah sakit kurang jeli, tak mustahil bisa terjadi
penculikan bayi.
2. Faktor lain adalah fakta bahwa rumah sakit adalah sumber penyakit, sehingga besar
kemungkinan sang bayi tertular infeksi nasokomial.
3. Salah satu faktor psikologis yang seringkali dirasakan oleh ibu bersalin di rumah
sakit adalah adanya unsur deskriminasi, meski ini juga merupakan konsekuensi dari
pilihannya. Tidak sedikit masyarkat yang beranggapan bahwa pelayanan ibu dan
bayi telah dibeda-bedakan menurut kelasnya. Apalagi sebagai konsekuensi logis
dari lemabag jasa pelayanan bagi orang banyak secara tak langsung perlakuan pihak
rumah sakit yang bisa dikatakan masih kurang profesional atau kurang ramah
menciptakan stigma diskriminasi ini.
4. Faktor kecenderungan beberapa dokter di rumah sakit bersalin menjadikan suatu
tindakan persalinan sebagai indikasi patologis meskipun sebenarnya bisa dilakukan
secara fisologis. Alasannya adalah waktu yang terbatas sedangkan jumlah pasien
yang harus dilayani masih banyak. Hal ini tercermin dari pemakaian infus oksitosin
dan suntikan prostagladin untuk mempercepat pembukaan jalan lahir, vakum atau
forcep serta bahkan operasi caesar untuk mempercepat proses kelahiran.

Persiapan Persalinan Di Rumah


Ada beberapa persiapan menyangkut alat, persiapan ibu, persiapan keluarga dan bidan.

1. Persiapan alat. Alat yang tersedia dan siap untuk dipakai


a. Perlengkapan yang diperlukan oleh ibu guna persalinan di rumah.
b. Perlengkapan yang diperlukan oleh bayi segera setelah lahir.
c. Tempat tidur untuk bersalin.
d. Peralatan bidan.
2. Persiapan ibu untuk bersalin. Pemeriksaan dan kegiatan terhadap ibu mencakup hal
berikut.
a. Observasi: keadaan umum, meliputi suhu, nadi, frekuensi nafas, dan tekanan
darah.
b. Melakukan: inspeksi, palpasi, dan auskultasi abdomen.
c. Menghitung denyut jantung janin (DJJ).

3. Persiapan keluarga. Bantuan keluarga mencakup hal berikut.


a. Menyiapkan ruangan untuk ibu bersalin.
b. Mengupayakan ruangan dalam kondisi bersih, pencahayaannya cukup, dan
pentilasi bagus.
c. Membantu bidan jika diperlukan.
d. Menyiapkan segala sesuatu jika klien dirujuk.

4. Persiapan bidan.
a. Menyiapkan segala yang diperlukan untuk persalinan.
b. Memakai tutup pakaian plastik.
c. Mencuci tangan secara aseptik.

Persyaratan Persalinan di Rumah


1. Mengonfirmasikan bahwa kehamilan bersifat fisiologis atau normal. Artinya, jika
terdapat kelainan 3 P, yakni: power atau kekuatan dari si calon ibu; passage atau
jalan lahir; dan passanger yakni kondisi janin yang aka melaluinya. Kalau ketiga
faktor tersebut dalam keadaan baik, bisa disimpulkan bahwa persalinan tersebut
adalah fisiologis atau akan berlangsung normal.
2. Tersedianya tenaga penolong persalinan yang andal. Penolong persalinan tidak
harus dokter ahli kebidanan dan kandungan, namun cukup seorang dokter umum
yang terampil dalam bidang tersebut atau bidang yang berpengalaman. Memilih
tenaga berkualifikasi seperti itu sebenarnya tidak terlalu sulit. Dalam waktu yang
tidak terlalu lama kita akan bisa memperoleh informasi tentang dokter atau bidan
mana yang andal sebagai penolong persalinan dan bersedia dimintai pertolongan
sewaktu-waktu. Meskipun berprofesi sebagai penolong persalinan, mereka harus
mengenal dengan baik siapa yang akan ditolong. Oleh karena itu periksa kehamilan
secara teratur penting dilakukan. Dokter yang memiliki banyak pasien atau yang
sangat sibuk bukanlah tipe penolong persalinan di rumah yang ideal.
Seorang penolong persalinan yang baik tidal hanya berpengalaman, berpengalaman,
dan berketrampilan di bidangnya, tetapi juga sebaiknya seorang pribadi yang
berdedikasi tinggi dalam membimbing persalinan. Sebagai contoh, proses
pembukaan jalan lahir hingga sempurna biasanya dipimpin seorang bidan. Selama
proses ini sang calon ibu biasanya mengalami rasa sakit mulas yang makin lama
makin sering disertai nyeri dalam waktu yang relatif agak lama. Dalam kondisi
seperti ini sang penolong persalinan harus bisa menanamkan rasa percaya diri,
tenang, aman, terlindung, serta kepastian akan keselamatan pada sang calon ibu
yang ditolong.
3. Mempersiapkan satu kamar atau ruang bersalin di rumah. Tidak perlu harus
ruangan khusus. Kamar tidur keluarga dapat dipersiapkan merangkap sebagai
kamar bersalin. Kamar ini hendaknya bersih, tenang, serta memiliki penerangan dan
pentilasi udara yang baik.
4. Perlengkapan lain untuk kebutuhan ibu dan bayi. Ibu: 2 helai kain panjang bersih,
satu gunting steril (minimal direbus dalam air mendidih selama lebih dari 15 menit),
benang kasur steril, satu buah kateter urin logam steril untuk wanita, sebuah
nierbeken atau pispot bersih serta sebuah baskom penampung ari-ari. Sedangkan
untuk bayinya: air hangat secukupnya untuk mandi, sebotol minyak kelapa atau
baby oil, baju, popok, baju hangat, sepotong kaiin kasa steril dan 60 cc alkohol 70%.

Keuntungan dan Kekurangan Persalinan di Rumah


Keuntungan
1. Ibu terhindar dari perasaan cemas sebab suasan di rumah yang akrab membuat ibu
hamil merasa didukung keluarga dan teman atau tetangga. Selain itu, ibu juga tidak
merasa cemas bayinya akan tertukar.
2. Bagi keluarga, persalinan di rumah akan menghemat waktu, tenaga, dan biaya.
Keluarga perlu repot membesuk atau menjenguk ke rumah sakit.
3. Bagi aspek fisiologis, aktivitas ibu di rumah akan memperbaiki sirkulasi darah,
merangsang peingkatan produksi ASI, dan mempercepat pemulihan kondisinya.
Aktivitas ibu dengan berjalan-jalan dalam beberapa hari setelah melahirkan akan
melancarkan pembekuan darah/darah kotor akibat pengaruh gaya gravitasi bumi.
4. Bagi aspek material/finansial, persalinan di rumah merupakan tindakan
penghematan yang banyak mendatangkan keuntungan serta akan menghemat biaya
karena sebagian biaya rumah sakit dan sewa kamar bersalin dapat dialihkan untuk
kebutuhan lain.
5. Bagi aspek psikologis, bayi merasa diterima, dinantikan, dirindukan, dan dicintai
oleh seisi rumah.
6. Bagi aspek imunologis, bayi secara bertahap akan dikenalkan antigen asing
sehingga respon kekebalan yang ditimbulkan lebih memadai dan berfungsi
melindungi dirinya kelak.
7. Ibu dan bayi dapat terhindar dari penyakit infeksi silang yang bisa terjadi di rumah
sakit seperti diare, ISPA, penyakit kulit, dan lainnya.
8. Bagi ibu yang telah mempunyai anak sebelumnya, ibu dan anak sebelumnya tidak
perlu berpisah lama dan ibu akan merasa nyaman karena dapat melakukan
kebiasaannya dilingkungan rumah sendiri.
9. Kamar selalu tersedia dan tak memerlukan pengangkutan ke rumah sakit.

Kekurangan.

1. Penolong persalinan (dukun bayi, bidan atau tenaga lain), umumnya hanya satu.
2. Sanitasi, fasilitas peralatan, dan persediaan air bersih mungkin kurang.
3. Jika memerlukan rujukan, diperlukan pengangkutan dan pertolongan pertama
selama perjalanan. Jika perjalanannya jauh atau lama, maka komplikasi yang terjadi
misalnya perdarahan atau kejang-kejang dapat lebih parah. Di rumah, perawatan
bayi prematur juga sulit.
4. Persalinan di rumah diharapakan berlangsung normal.

Beberapa Hal yang perlu Diperhatikan agar Persalinan di Rumah Aman


1. Tugas penolong persalinan pada waktu ibu menunjukkan tanda-tanda mulainya
persalinan ialah mengawasinya dengan sabar dan tidak melakukan tindakan jika tidak
ada indikasi.
2. Ibu yang sedang dalam persalinan perlu ditenangkan agar kontraksi rahim teratur dan
adekuat, sehingga persalinan berjalan lancar. Jika persalinan belum selesai setelah 18
jam, dia perlu dirujuk karena ini berarti persalinannya mengalami kesulitan.
3. Kala pengeluaran bayi hendaknya jangan terburu-buru karena dapat menyebabkan
sobekan pada jalan lahir dan perdarahan pasca persalinan. Paksaan yang berlebihan
menyebabkan rahim tidak bisa berkontraksi dengan baik. Jika persalinan tidak juga
selesai dalam 1 jam, maka ibu bersalin perlu dirujuk karena ini berarti persalinannya
macet.
4. Setelah bayi lahir, penolong hendaknya jangan memijat rahim atau menarik tali pusat
dengan maksud melepaskan dan melahirkan tali pusat, tapi tunggulah dengan tenang.
Jika setelah setengah jam uri belum juga lepas, dapat diberikan obat untuk
memperkuat kontraksi rahim. Kalau perlu, tali pusat dapat dikeluarkan dengan tangan
setelah 1 jam bayi lahir.
5. Jika terjadi perdarahan setelah tali pusat lahir berilah obat penguat kontraksi rahim,
karena biasanya perdarahan itu disebabkan rahim yang berkontraksi lemah.
Perikasalah apakah ada sobekan jalan lahir.
6. Para penolong persalinan hendaknya memeriksakan kembali ibu bersalin sebelum
meninggalkan rumahnya. Periksalah nadi, pernafasan, tekanan darah, kontraksi rahim,
ada tidaknya perdarahan dari jalan lahir, dan keadaan bayinya.

Kadang ibu menjadi bingung untuk memutuskan dan memilih tempat mana yang akan
dipakai saat melahirkan nanti. Banyak faktor yang dipertimbangkan antara lain biaya, di
rumah sakit tentunya ada yang murah ada juga yang mahal, di bidan relatif terjangkau, bila
tidak bisa juga karena disebabkan ketidakmampuan diri untuk pergi ke Rumah Sakit
Bersalin sehinggu ibu melahirkan di rumah.
Sebelum teknologi kedokteran semaju sekarang banyak yang ibu melahirkan di rumah.
Diabad ke-20, melahirkan di rumah sakit, klinik atau dengan bantun bidan menjadi pilihan
yang lebih sehat dan aman dibandingkan melahirkan dirumah. Di abad ke-21 ini
kecenderungan melahirkan di rumah dengan bantuan perawat atau bidan kembali
meningkat. Ini berkat penyebaran luas informasi persalinan, pengetahuan yang baik
tentang anatomi dan obat-obatan.
Apa persyaratan melahirkan dirumah?
> ibu sehat dan kehamilan tidak beresiko tinggi
> ibu ingin menghindari episiotomy, operasi caesar dan bantuan persalinan lainnya.
> ingin rasa nyaman dikelilingi keluarga dan para sahabat.
> ingin bebas bergerak, mandi, dan makan saat persalinan.
> ingin biaya yang lebih murah.

Ibu tidak boleh melahirkan dirumah, jika:


> ibu menderita diabetes
> mempunyai darah tinggi atau hipertensi kronis, atau toksemia (preeklampsi)
> beresiko melahirkan prematur atau pernah mengalami kelahiran prematur di masa lalu.
> pasangan/suami tidak bisa mendukung sepenuhnya atau sepenuhnya atau tidak ada
petugas medis yang kompeten sebagai pendamping sebagai pendamping.

C. ASUHAN NIFAS DAN PASCA SALIN


a. Asuhan Nifas

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah partus selesai, dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu (Hanifa W, dalam Ilmu Kebidanan, 1995). Istilah puerperium
(berasal dari kata puer artinya anak, parele artinya melahirkan) menunjukkan periode 6
minggu yang berlangsung antara berakhirnya periode persalinan dan kembalinya organ-organ
reproduksi wanita ke kondisi normal seperti sebelum hamil (Reeder, dalam Maternity
Nursing, 1987)

Pengertian lainnya, masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Buku Acuan Nasional Yankes
Maternal Dan Neonatal, 2006).

Menurut dr. Siti Dhyanti, SpOG dan dr. H. Muki R, SpOG, masa nifas adalah periode
6 minggu pasca persalinan, disebut juga masa involusi (periode dimana system reproduksi
wanita postpartum/ pasca persalinan kembali ke keadaannya seperti sebelum hamil).
Dimasyarakat Indonesia, masa nifas merupakan periode waktu sejak selesainya proses
persalinan sampai 40 hari setelah itu.

Tujuan Asuhan Nifas

Berikut adalah beberapa daftar kelompok tujuan/ sasaran dalam asuhan nifas yang dapat
digiunakan sebagai acuan dalam penatalaksanaan asuhan pada ibu dalam masa nifas.

1. Tujuan asuhan nifas/ postpartum, yaitu :


a. Melakukan pencegahan, diagnose dini dan pengobatan komplikasi pada ibu.
b. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu.
c. Mendukung dan memperkuat keyakinan diri ibu dan memungkinkan ibu
melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus.
d. Imunisasi ibu terhadap tetanus
e. Mendorong agar dilaksanakan metode yang sehat tentang pemberian makan bayi
peningkatan pengembangan hubungan antara ibu dan bayi yang baik
2. Tujuan asuhan masa nifas (dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, 2006) adalah :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik
b. Melaksanakan sharing yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya
c. Memnerikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,
menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi dan perawatan bayi sehat
d. Memberikan pelayanan KB
3. Sementara itu, dalam referensi lain menyebutkan bahwa tujuan dilakukan asuhan pada
ibu postpartum adalah :
a. Memonitor adaptasi fisiologis dan psikologis ibu untuk meningkatkan pemulihan
fungsi tubuh
b. Meningkatkan hubungan antara orangtua dan bayinya
c. Member peluang orangtua untuk memelihara bayi
d. Member pelajaran kepada ibu untuk merawat dirinya dan bayinya

Penentuan Waktu Asuhan Nifas

Terdapat sewaktu-waktu khusus yang diperlukan untuk kontak ibu dalam masa
postpartum dengan penolong persalinan/ petugas kesehatan (bidan/ perawat). Waktu atau
saat-saat khusus untuk kontak ini merupakan hal yang menentukan dalam
mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan ibu dan adanya komplikasi.

Terdapat beberapa penentuan waktu kontak/ kunjungan masa nifas yang dilakukan
untuk mengidentifikasikan dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi yaitu dengan
menilai status ibu dan bayi baru lahir, serta untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
masalah-masalah yang terjadi. Saat-saat yang penting untuk kontak ibu dalam masa
postpartum dengan petugas kesehatan (dokter, bidan, perawat), ada yang merangkum
dengan rumusan-rumusan sebagai berikut :

1. Rumusan 6 jam, 6 hari dan 6 minggu masa postpartum


2. (a) asuhan awal selama 2-6 jama masa postpartum, yang berkesinambungan dengan
dukungan dan asuhan bayi ibu selama beberapa haru pertama kehidupan bayi
(b) asuhan selanjutnya adalah asuhan selama 2-6 hari
(c) asuhan 2-6 minggu pertama

3. (a) Kunjungan 1: 6-8 jam setelah persalinan

(b) kunjungan 2 : 6 hari setelah persalinan

(c) kunjungan 3 : 2 minggu setelah persalinan

(d) kunjungan 4 : 6 minggu setelah persalinan

Rumusan –rumusan penentuan waktu asuhan nifas diatas tidak perlu diinterpretasikan
secara kaku, yang peling penting adalah penekanan pada kepastian agar semua ibu
mendapatkan akses terhadap asuhan nifas dan informasi tentang kapan mendapatkan
asuhan tersebut.

b. Pasca Persalinan

Setelah melahirkan buah hatinya dengan sehat dan selamat, seorang ibu memasuki
babak baru; masa nifas. Perawatan masa nifas akan berpengaruh terhadap kesehatan ibu
dan bayinya. Yang dan disebut masa nifas adalah masa pemulihan alat-alat reproduksi
seperti keadaan sebelum hamil, tentu saja keadaannya tidak akan sama persis. Rahim ibu
akan kembali mengecil secara alamiah. Proses ini akan disertai rasa sakit namun rasa sakit
ini akan mulai hilang pada hari ke-10 pasca persalinan. Masa nifas dimulai saat persalinan
dan berakhir 40-42 hari atau 6 minggu kemudian.
Untuk menilai keadaan ibu seusai bersalin, dokter akan melakukan pemeriksaan sebagai
berikut:
1. Apakah masih ada perdarahan atau tidak? Bila ada dokter akan memeriksa perdarahan
tersebut. Perdarahan akan selesai dalam 10-14 hari pasca persalinan.
2. Apakah ibu bisa buang angin atau tidak? Proses buang angin menunjukkan adanya
kerja usus sudah kembali normal.
3. Apakah ibu bisa buang air kecil dan air besar? Seusai persalinan ibu disaranakan
minum 2-3 liter perhari agar bisa buang air kecil dan mengganti cairan tubuh yang
hilang saat bersalin.
4. Apakah jahitan atau bekas luka sudah terjahit sempurna? Jahitan yang tidak sempurna
bisa juga menyebabkan perdarahan.

Saat berada dalam masa nifas, ibu memerlukan tidur yang banyak. Umumnya berkisar
dari 8-12 jam perhari, ditambah tidak banyak bergerak disiang hari. Delapan jam pasca
persalinan ibu harus berbaring terlentang untuk menghindari perdarahan. Sesudah 8 jam,
ibu boleh miring kiri atau kanan untuk mencegah thrombosi atau penyumbatan pembuluh
darah.

Pemulihan organ reproduksi, pada masa nifas rahim semakin hari semakin mengecil.
Dua hari setelah melahirkan, rahim akan mengerut, lalu masuk ke rongga panggul dan
setelah minggu ke-4 rahim sudah kembli mengecil atau ukuran semula. Mobilisasi
dianjurkan untuk segera mungkin, mobilisasi ini bertujuan agar sirkulasi peredaran darah
menjadi baik, menghindari pembengkakan, dan mencegah thrombosis.

Nutrisi masa nifas perlu diperhatikan, banyak ibu yang baru melahirkan dan menyusui
bingung memikirkan makanan apa yang baik dan yang harus dihindari. Syukurlah nutrisi
yang baik tidak sulit atau punya banyak pantangan. Cara yang termudah adalah
melanjutkan mengkonsumsi makanan bergizi yang dianjurkan saat hamil. Dampak
sebenarnya apa yang dimakan oleh ibu hanya mempengaruhi sedikit terhadap sikap bayi.

Vitamin zat besi masih harus dikonsumsi ibu bersalin karna mengganti perdarahan yang
keluar saat persalinan. Zat besi bukan hanya dari tablet besi saja tetapi dari makanan yaitu
daging, hati, tiram, buah kering, dan sereal yang diperkaya zat besi.
D. RUJUKAN

Rujukan pada institusi yang tepat dan tepat waktu menolong nyawa ibu-ibu.
kebanyakan ibu hamil tampak sehat-sehat sampai waktu persalinan dan melahirkan.
Meskipun sebagian besarakan mengalami persalinan normal, namun ada sekitar 1-15%
dari mereka, khususnya di Indonesia akan mengalami masalah selama proses persalinan
dan kelahiran dan perlu dirujuk ke tempat di mana mereka bisa menerima pertolongan
khusus, seperti transfusi darah, tindakan-tindakan khusus (ekstraksi vakum, seksio sesaria,
dan tindakan bedah obstetric lainnya)atau resusitasi bayi. sulit untuk meramalkan ibu
mana yang akan mengalami masalah dan yang mana tidak. Oleh sebab itu penting
mendiskusikan kemungkinan rujukan dengan ibu hamil semenjak ia datang untuk asuhan
antenatal. Perlu pula dianjurkan agar ibu mendiskusikan ini dengan keluarganya dengan
membuat sebuah rencana apa yang akan dilakukan keluarga jika ibu menbutuhkan rujukan.
Dalam upaya pembuatan rencana tersebut, perlu dijawab pertanyaan-pertanyaan berikut
ini:

1. Siapa yang akan menemani ibu bila di rujuk?


2. Tempat-tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga untuk dituju?
3. Sarana transportasi apa yang mungkin dapat dipersiapkan?
4. Berapa banyak uang yang harus disiapkan?
5. Siapa yang akan menemani anak-anak di rumah selama ibu tidak ada ?

Jika seorang ibu datang untuk asuhan antenatal dan telah mempunyai rencana diatas,
hendaknya rencana tersebut dikaji ulang oleh penolong persalinan bersama dengan ibu dan
keluarganya saat ibu datang dalam awal persalinan. Jika ibu belum mempunyai rencana
sebelumnya selama kehamilan, maka penting segera mendiskusikan rencana rujukan
seperti diatas bersama ibu dan keluarganya pada saat ia datang pada awal persalinan. Jika
ada suatu masalah yang muncul saat persalinan, seringkali sulit melakukan upaya rujukan
dengan cepat. Penundaan dalam membuat keputusan dan pengiriman ibu ke tempat
rujukan akan menyebabkan tertundanya ibu mendapatkan penatalaksanaan yang
diharapakan.

Penundaan ini akan mempertinggi angka kematian ibu. Rujukan tepat waktu
merupakan bagian dari asuhan sayang ibu dan menunjang Safe motherhood. Dari segi
penolong persalinan, seorang penolong persalinan juga sudah harus mempunyai
perencanaan yang baik mengenai sistim rujukan berkaitan dengan kelengkapan fasilitas
tempat rujukan, jarak, dan biaya pada tempat rujukan tersebut. Ada beberapa jenis fasilitas
dalam garis besarnya dimana tiap fasilitas mempunyai standar kemampuan tertentu dalam
menangani kasus-kasus gawat daruratan obstetric dab bayi baru lahir, seperti :tenaga
spesialis obstetric dan ginekologi, spesialis anak, spesialis anastesi, kamar bedah yang siap
selama 24 jam, ruang perawatan intensif baik untuk ibu maupun bayi, tenaga spesialis
lainnya yang berhubungan dengan fasilitas tersebut, dan fasilitas untuk penyediaan serta
tranfusi darah.
Masih ada fasilitas-fasilitas lain yang mungkin hanya memiliki sebagian peralatan atau
tenaga yang dibutuhkan untuk kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir. Yang
penting bila seorang penolong persalinan ditempatkan disuatu wilayah tertentu, maka ia
harus berupaya untuk mencari informasi yang selengkap-lengkapnya mengenai fasilitas
rujukan dengan kriteria seperti diatas ditambah dengan informasi jarak tempuh bila harus
melakukan rujukan dan perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk suatu tindakan tertentu
pada fasilitas tersebut. Informasi ini amat membantu saat penolong persalinan
mendiskusikan masalah tempat rujukan dengan ibu dan keluarganya.

Berikut ini adalah ringkasan hal-hal yang penting untuk diingat saat akan
memberangkatkan ibu untuk dirujuk:

B (Bidan) : Jika mungkin pasien ditemani oleh seorang bidan atau petugas
kesehatan lainnya yang mempunyai kemampuan untuk
memberikan penatalaksanaan awal kagawatdaruratan obstetric
dan bayi baru lahir.

A (alat) : Tersedia alat untuk pertolongan persalinan bila ibu melahirkan


saat diperjalanan ketempat rujukan.

K (kondisi) : Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan
mengapa ibu perlu dirujuk. Amat dianjurkan agar ada anggota
keluarga khususnya suami menemani ibu hingga ke tempat
rujukan.

S (surat) : Walaupun ditemani oleh bidan/petugas kesehatan, adalah sangat


dianjurkan untuk melampirkan surat yang menyatakan identitas
pasien, penyebab rujukan, hasil pemeriksaan, diagnose, masalah
dan pentalaksanaan/terapi yang telah diberikan, termasuk
patograf.

O (obat) : Persiapkan obat-obat yang dibutuhkan untuk menatalaksana


kegawatdaruratan yang mungkin terjadi selama perjalanan ke
tempat rujukan.

K (kendaraan) : Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan ibu dirujuk dalam


kondisi cukup nyaman, disamping kondisi kendaraan tersebut
juga cukup baik agar mencapai tempat rujukan pada waktu yang
tepat.

U (uang) : Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah cukup
untuk membeli obat-obatan dan kebutuhan lainnya selama proses
rujukan.

E. PELAYANAN KESEHATAN PADA ANAK


Anak merupakan tumpuan masa depan bangsa dan negara serta merupakan sumber
daya manusia yang tak ternilai harganya. Kondisi yang mendukung tumbuh kembang anak
secara baik antara lain lingkungan keluarga yang baik, hubungan ayah-ibu berjalan serasi,
keadaan fisik anak baik, makanan yang cukup dan gizi berimbang, lingkungan yang
merangsang perkembangan anak, ada kegiatan yang sesuai dan menarik minat anak dengan
permainan yang merangsang perkembangan anak. Bidan mempunyai tanggung jawab dan
kewajiban merawat bayi yang ditolong atau mengunjungi bayi yang ditolong dukun di bawah
pengawasan bidan di rumah. Kunjungan dapat dilakukan pada minggu pertama setelah
persalinan. Anak berumur 5 bulan diperiksakan setiap bulan, kemudian pemeriksaan
dilakukan setiap 2 bulan sampai anak berumur 12 bulan. Setelah itu, pemeriksaan dilakukan
setiap anak bulan sampai anak berusia 24 bulan. Disamping itu diperlukan pemantauan
perkembangan anak yang ditekankan kepada kemapuan gerak kasar, gerak halus, kemampuan
berbicara, bahasa, kecerdasan, kemampuan bergaul, serta kemandirian anak.
Anak yang tumbuh dan berkembang secara sehat dapat dilihat dari ciri-ciri berikut.
1. Tingkat perkembangan sesuai dengan tingkatan usia.
2. Pemenuhan gizi yang baik. Hal ini daapt dilihat dari bertambahnya berat dan tinggi
badan serta pertumbuhan gigi.
3. Anak tampak aktif dan selalu gembira.
4. Nafsu makan baik.
5. Mata bersih dan bersinar, bibir dan lidah sehat (tampak segar).
6. Kulit serta rambut tidak kering dan tampak bersih.
7. Pernapasan tidak berbau.
8. Anak mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Namun sebaliknya, jika anak mengalami gangguan kesehatan yang tampak tanda-tanda
berikut.

1. Kesehatan secara umum buruk dan anak sering sakit.


2. Anak kurang semangat, cepat lelah, sikap tubuh kurang baik.
3. Anak kurang gizi dengan tanda: berat badan menurun dan tidak kunjung naik (anak
sangat kurus), mata cekung, selaput maat pucat, otot lembek, dan bersikap masa
bodoh/apatis.
4. Mata, daya lihat tidak normal, sering mengedip/mengusap mata, maat berair atau
banyak kotoran, mata juling, dan mata sering silau.
5. Telinga, pendengaran menurun, telinga mengeluarkan cairan dan bernanah, sering
nyeri dan berdengung.
6. Hidung dan mulut, ingus sering keluar dari hidung, sulit bernapas melalui hidung, anak
sering pilek, kerongkongan nyeri, tonsil atau amandel membesar, mulut berbau, gigi
berlubang dan bicara terganggu.

F. PELAYANAN KESEHATAN BBL


1. bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran (Saifuddin,
2002).

2. bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirnya biasanya dengan usia
gestasi 38-42 minggu (Donna L. Wong, 2003)

3. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 sampai 42
minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI, 2005).

4. Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir
langsung mengangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (Kosim
dan M.Sholeh, 2007)

Kehidupan pada masa neonatus (0-28 hari) sangat rawan sehingga memerlukan
penyesuaian fisiologis agar bayi dapat hidup secara optimal di luar kandungan. Hal ini dapat
dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Berdasarkan data yang
dikeluarkan oleh UNICEF, diperkirakan lebih dari sepertiga kematian bayi di bawah umur
satu tahun terjadi pada masa neonatus. Setiap tahun, 4 juta bayi meninggal pada usia 28 hari
pertama setelah lahir. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan
berbagai perubahan biokimia dan fisiologis. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, terjadilah
proses perubahan fisiologis berikut.

1. Peredaran darah melalui plasenta digantikan oleh aktifnya fungsi paru untuk bernafas
(pertukaran oksigen dengan karbondioksida).
2. Saluran cerna berfungsi untuk menyerap makanan.
3. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan bahan yang tidak terpakai lagi oleh tubuh untuk
mempertahankan homeostasis kimia darah.
4. Hati berfungsi untuk menetralisasi dan mengekskresikan bahan racun yang diperlukan
tubuh.
5. Sistem imunologis berfungsi untuk mencegah infeksi.
6. Sistem kardiovaskuler serta endokrin bayi menyesuaikan diri perubahan fungsi organ
tersebut.

Banyak masalah pada bayi baru lahir berhubungan dengan gangguan atau kegagalan
penyesuaian biokimia dan fisiologis yang disebabkan oleh prematuritas, kelainan anatomis,
dan lingkungan yang kurang baik dalam kandungan pada saat persalinan maupun sesudah
lahir. Masalah pada neonatus biasanya merupakan akibat yang spesifik terjadi pada masa
perinatal. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu perawatan kehamilan
yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta
kurangnya perawatan bayi baru lahir. Jika ibu meninggal pada saat melahirkan, maka bayi
akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil.

Untuk mampu mewujudkan koordinasi dan standar pelayanan yang berkualitas, bidan
dibekali pengetahuan dan ketrampilan dalam melaksanakan pelayanan esensial neonatal yang
dikategorikan dalam 2 kelompok, yaitu pelayanan dasar dan pelayanan khusus. Pelayanan
dasar meliputi: persalinan aman dan bersih, mempertahankan suhu tubuh dan mencegah
hipotermia, mempertahankan pernafasan spontan, ASI eksklusif, serta perawatan mata.
Sedangkan pelayanan khusus meliputi: tata laksana bayi neonatus sakit, perawatan bayi
kurang bulan, dan BBLR, serta imunisasi.

Bentuk pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut.

1. Inisiasi Menyusui Dini (IMD). IMD adalah proses bayi menyusu segera setelah
dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri. IMD akan
sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif. Pemerintah
Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan Inisiasi
Menyusui Dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena IMD dapat
menyelamatkan 22% bayi yang meninggal sebelum usia 1 bulan. Program ini
dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi baru lahir di dada ibunya dan
membiarkan bayi mencari untuk menemukan puting susu ibunya untuk menyusu.
IMD harus dilaksanakan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan
menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan hanya dikeringkan
kecuali tangannya. Proses ini harus dilakukan dengan kontak kulit ibu dan bayi secara
langsung. Menyusui satu jam pertama kehidupan yang diawali dengan kontak kulit
antara ibu dan bayi dinyatakan sebagai indikator global, namun masih merupakan hal
baru di Indonesia. IMD merupakan program pemerintah khususnya kementrian
kesehatan RI.
Manfaat inisiasi dini antara lain sebagai berikut.
a. ASI merupakan sumber cairan kehidupan bagi bayi, yang selain mengandung
makanan juga mudah diserap oleh usus. Susu formula diberi enzim sehingga
penyerapannya bergantung pada enzim di usus bayi.
b. Menyusui dini memudahkan proses menyusui sehingga kegagalan menyusui akan
jauh berkurang. Selain mendapatkan kolostrum yang bermanfaat untuk bayi, juga
dapat menurunkan angka kematian.
c. Persoalan yang sering menjadi kendala inisiasi adalah kekhawatiran ibu terhadap
suplai ASI yang kurang. Ibu harus diyakinkan bahwa ASI diproduksi berdasarkan
kebutuhan. Jika diambil banyak, maka yang diproduksi juga banyak. Dengan
demikian, ibu tidak perlu merasa cemas.

2. Melakukan penilaian bayi baru lahir (BBL). Penilaian dilakukan sebelum lahir, yaitu
memastikan adanya air ketuban bercampur mekonium,; dan setelah lahir, yaitu
memastikan apakah bayi menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan, apakaah bayi
bergerak dengan aktif atau lemas. Jika bayi sulit bernafas atau bahkan tidak bernafas,
maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
Penatalaksanaan BBL dimulai dengan memastikan riwayatnya, salah satunya
meninjau tanggal perkiraan kelahiran atau umur kehamilan. Untuk itu, sebaiknya
bidan melakukan beberapa pemeriksaan berikut.
a. Menimbang berat badan bayi dalam 0-24 jam, sambil memeriksa apakah bayi
dalam keadaan stabil. Timbangan harus dilapisi kain hangat agar tidak menjadi
dingin dan sudah dikalibrasi sebelumnya. BBL dengan berat ≥ 2000 gram tanpa
komplikasi dapat dirawat oleh bidan. BBLR dengan berat < 2000 gram atau BBL
dengan berat > 2000 gram yang disertai masalah atau komplikasi harus dirujuk ke
rumah sakit.
b. Menjaga bayi agar tetap hangat, dengan cara:
 Melakukan kontak bayi dengan kulit ibu;
 Menutup ibu-bayi dengan kain hangat;
 Tutup kepala bayi dengan kain atau topi;
 Mandikan bayi setelah usis 24 jam dan suhu tubuh stabil;
 Dorong ibu menyusui bayi atau memberi ASI segera mungkin.
c. Melakukan pemeriksaan pernafasan, warna kulit, dan suhu bayi.
d. Memberi vitamin K sebanyak 1 mg IM pada paha kiri.
e. Melakukan pencegahn infeksi dengan:
 Memberi salep tetrasiklin 1 %;
 Perawatan tali pusat dengan prinsip kering, bersih dan terbuka;
 Menyarankan ibu dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi.
f. Jika didapatkan suhu aksila turun dibawah 36,5 C; ruangan dihangatkan dan tutup
bayi dan ibu dengan kain yang lebih hangat.
3. Membebaskan jalan napas. Upaya membebaskan jalan napas dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
a. Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir.
b. Apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan
napas dengan cara:
 Letakkan bayi pada posisi terlentang ditemapat yang keras dan hangat;
 Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih
lurus dan kepala tidak menekuk, posisi kepala diatur lurus sedikit
menengadah ke belakang;
 Bersihkan hidung, rongga mulut, dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kasa steril;
 Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan
kain kering dan kasar;
 Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril,
dan tabung oksigen dengan selangnya harus sudah di tempat;
 Segera lakukan usaha mengisap mulut dan hidung;
 Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (skor APGAR);
 Warna kulit dan adanya cairan atau mekonium dalam hidung serta mulut
harus diperhatikan.

4. Merawat tali pusat.


a. Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan tali
pusat dengan klem plastik.
b. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
c. Bilas tangan dengan air matang atau desinfektan tingkat tinggi.
d. Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan
kering.
e. Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang
steril atau klem plastik tali pusat steril. Lakukan simpul kunci atau jepitkan secara
mantap. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung
tali pusat dan pengikatan kedua dengan simpul kunci di tali pusat pada sisi yang
berlawanan.
f. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klorin 0,5 %.
g. Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala
bayi tertutup dengan baik (Depkes RI, 2002).

5. Pencegahan penghilang panas. Sebelum melakukan pencegahan kehilangan panas,


seorang bidan harus memahami mekanisme kehilangan panas. Kehilangan panas
tubuh dapat terjadi melalui: evaporasi, konduksi, radiasi, konveksi.
a. Evaporasi adalah penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas
tubuh bayi sendiri karena tubuhnya tidak segera dikeringkan setelah lahir.
b. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin seperti meja, tempat tidur, dan timbangan
yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi. benda-benda akan menyerap
panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
c. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi,
karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung).
d. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin, contoh ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari
kipas angin, serta hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh bayi.
a. Keringkan bayi dengan saksama dengan cara menyeka tubuh bayi sekaligus
memberi rangsangan taktil bagi pernapasannya.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat. Ganti handuk atau
kain yang telah basah oleh cairan ketubah dan selimut atau kain yang baru
(hangat, bersih, dan kering).
c. Selimuti bagian kepala bayi. bagian kepala bayi memiliki luas permukaan
yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian
tersebut tidak tertutup.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. Pelukan ibu pada tubuh
bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas.
Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu jam pertama
kelahiran.
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir. Karena bayi baru
lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya. Sebelum melakukan
penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih
dan kering. Berat bdan bayi daapt dinilai dari selisih berat bayi pada saat
berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya
dimandikan sedikitnya enam jam setelah lahir.

6. Pencegahan infeksi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi adalah
sebagai berikut.
a. Cuci tangan dengan saksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi.
b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting,
penghisap lendir De Lee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi
atau steril.
d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut, dan kain yang digunakan untuk bayi
sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula dengan timbangan, pita pengukur,
termometer, dan stetoskop.
e. Memberikan vitamin K. Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defesiensi
vitamin K. Pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu diberi vitamin K
peroral 1 mg/hari selama 3 hari dan bayi berisiko tinggi diberi vitamin K
parenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM.
f. Mmeberikan obat tetes atau salep mata. Untuk pencegahan penyakit mata karena
klamidia (penyakit menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama
persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1 %;
sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir. Perawatan mata
harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan
perawatan tali pusat.

7. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang
dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk memastikan normalitas dan mendeteksi
adanya penyimpangan dari normal. Melalui pengkajian ini, kita dapat menemukan
indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di
luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Saat melakukan pemeriksaan fisik harus
diperhatikan suhu pemeriksa, suhu bayi dan suhu ruangan agar bayi tidak kedinginan.
Pemeriksaan daapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak
sehat.
Prinsip pemeriksaan pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut.
a. Jelaskan prosedur pada orangtua dan minta persetujuan tindakan.
b. Cuci dan keringkan tangan, pakai sarung tangan.
c. Pastikan pencahayaan baik.
d. Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang akan diperiksa
(jika bayi telanjang pemeriksaan harus di bawah lampu pemancar) dan segera
selimuti kembali dengan cepat.
e. Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh.
8. Memberikan imunisasi BCG, hepatitis B, dan polio oral.
9. Manajemen yang bisa dilakukan pada bayi baru lahir normal adalah sebagai berikut.
Penilaian
Bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur

Asuhan Bayi Baru Lahir

1. Segera potong tali pusat, jangan membubuhi apa pun.


2. Keringkan.
3. Tidak perlu dilakukan pengisapan jalan napas.
4. Dekatkan segera bayi pada payudara ibu dan berikan ASI
dini agar terjadi kontak kulit bayi dengan kulit ibu

G. PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA


Balita adalah anak yang berusia 0-5 tahun. Pada masa ini, anak mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat, serta sangat peka untuk peletakan dasar
kepribadian. Oleh karenanya, periode ini perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya karena masa ini
sangat menentukan kualitas manusia di masa mendatang. Dibawah ini adalah beberapa upaya
yang dapat diberikan dalam pelayanan kesehatan pada anak balita.

1. Pemantauan pertumbuhan balita denagn Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS untuk balita
adalah alat yang sederhana dan murah serta dapat digunakan untuk memantau kesehatan
dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya, KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah dan
harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan,
termasuk bidan dan dokter. KMS balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan
keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau
ketidakseimbangan pemberian makan pada anak. KMS juga dapat dipakai sebagai bahan
penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai
dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mepertahankan, meningkatkan atau
memulihkan kesehatannya. KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan,
perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A,
kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI,
pemberian makanan anak dan rujukan ke puskesmas/rumah sakit. KMS juga berisi pesan-
pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orangtua balita tentang kesehatan anaknya
(Depkes RI, 2000). Manfaat KMS adalah:
a) Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap,
yaitu meliputi kebutuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan
diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan
makanan pendamping ASI;
b) Sebagai media edukasi bagi orangtua balita tentang kesehatan anak;
c) Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan
penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

2. Pemberian kapsul vitamin A. Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin
yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat
melihat dengan baik) serta untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh,
jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya campak, diare, dan infeksi lain. Upaya
perbaikan gizi masyarakat dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak
mengalami kekurangan terhadap vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian kapsul
vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yangdiberikan sebanyak dua kali dalam satu
tahun (Depkes RI, 2007). Vitamin A terdiri atas dua jenis, yaitu kapsul vitamin A biru
(100.000 IU) diberikan pada bayi yang berusia 6-11 bulan satu kali dalam satu tahun, dan
kapsul vitamin A merah (200.000 IU) diberikan pada balita. Kekurangan vitamin A
disebut juga dengan xeroftalmia (mata kering). Hal ini dapat terjadi karena serapan
vitamin A pada mata mengalami pengurangan sehingga terjadi kekeringan pada selaput
lendir atau konjungtiva dan selaput bening (kornea mata). Pemberian vitamin A termasuk
dalam program Bina Gizi yang dilaksanakan oleh kementrian kesehatan setiap 6 bulan
yaitu bulan februari dan agustus, anak-anak balita diberikan vitamin A secara gratis
dengan target pemberian 80 % dari seluruh balita. Dengan demikian diharapkan balita
akan terlindungi dari kekurangan vitamin A, terutama bagi balita dari keluarga menengah
kebawah.

3. Pelayanan posyandu. Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian
ibu dan bayi. adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk balita
mencakup penimbangan berat badan, penentuan status pertumbuhan, penyuluhan, dan
juka ada tenaga kesehatan puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan
deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke puskesmas.

4. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Managemenet of Childhood


Ilness ( IMCI). MTBS/IMCI adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu daalm
tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita)
secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/penatalaksanaan balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian sekaligus
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar
(puskesmas dan jaringannya termasuk pustu, polindes, poskesdes, dan lain-lain). Bila
dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk mengantisipasi
penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia.
Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan
gizi, upaya promotif (berupa konseling), serta upaya kuratif (pengobatan) terhadap
penyakit-penyakit dan masalah yang sering terjadi pada balita. Kegiatan MTBS memiliki
3 komponen khas yang menguntungkan.
a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit
(selain dokter, petugas kesehatan nonmedis yang sudah terlatih dapat pula memeriksa
dan menangani pasien).
b. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinyabanyak program
kesehatan dalam satu kali pemeriksaan MTBS).
c. Memperbaiki praktik keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya
pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat
dalam pelayanan kesehatan).

5. Pelayanan imunisasi. Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan


menyuntikkan vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Imunisasi dapat diperoleh di
posyandu, puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, praktik bidan atau
dokter, dan di rumah sakit. Selain itu, pelayanan imunisasi pada balita dapat disesuaikan
dengan jadwal pemberiannya.

6. Konseling pada keluarga balita. Konseling yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
a. Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita.
b. Pemberian makanan bayi.
c. Mengatur makanan anak usia 1-5 tahun.
d. Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita.
e. Peningkatan kesehatan pola tidur dan bermain. Peningkatan pendidikan seksual
dimulai sejak balita (sejak anak mengenal identitasnya sebagai laki-laki atau
perempuan.
Daftar Pustaka
Mubarak, Wahit Iqbal.2012.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta:Salemba Medika.

Maryunani, Ns Anik.2009. Asuhan pad Ibu dalam masa Nifas (postpartum). Jakarta: Trans
Info Media

Anda mungkin juga menyukai