Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEBIDANAN

KOMUNITAS PADA AN.


“N” USIA 5 TAHUN
DENGAN GIGI
BERLUBANG
DI RAJEG MULYA

Pembimbing Siti Nurjanah


18115034
Ibu Nuryanti, S.ST., MKM
PENDAHULUAN

Gigi merupakan jaringan tubuh keras yang memiliki fungsi untuk


mengunyah, berbicara, dan memperindah wajah (Suryawati, 2018).

Karies gigi merupakan hancurnya email dan dentin yang


mengakibatkan lubang pada gigi (Gunadi, 2017).

Prevalensi karies aktif di provinsi Banten tahun 2018 sebesar


43,1% dan pengalaman karies sebesar 67,8%. Untuk wilayah
Tangerang 53% karies aktif dan 71,5% pengalaman karies pada
anak.
Tujuan

a. Melakukan pengkajian kesehatan pada An. N


b. Intepretasi data dasar pada An. N
c. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada An. N
d. Antisipasi atau tindakan segara menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera pada An. N
e. Merencanakan asuhan yang menyeluruh pada An. N
f. Melaksanakan perencanaan pada An. N
g. Evaluasi pada An. N
Manfaat
Mahasiswa

Diharapkan dapat mendiagnosis masalah kesehatan yang ada di masyarakat dan


menerapkan tindakan yang sesuai untuk permasalahan yang terjadi dan dapat
meminimalisirkan masalah asuhan kebidanan komunitas.
Pasien

Diharapkan bisa menambah ilmu pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai


kesehatan. Selain itu, melakukan perawatan secara mandiri di rumah serta menjaga
lingkungan agar tetap sehat.
Institusi

Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam memberikan asuhan kebidanan


komunitas khususnya pada anak.
Definisi

Menurut Tarigan (2019), kandungan enzim yang terdapat air


ludah atau saliva yang mampu mengubah polisakarida menjadi
glukosa dan maltosa adalah enzim amilase dan enzim maltosa.
Dengan perubahan tersebut menyebabkan pH normal menjadi
pH yang rendah yaitu pH 5,5 sehingga asam laktat mengurai
zat-zat anorganik pada email (93%), akibatnya akan timbul
lubang kecil. (Tarigan, 2019).

Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu


email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas
suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan.
Tandanya adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang
kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya,
terjadi invansi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran
infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri
(Astrid dan Rahmat, 2018).
Gejala Gigi Berlubang

Gejalanya adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian


diikuti oleh kerusakan bahan organiknya, akibatnya terjadi invasi
bakteri dan kematian pulpa dan penyebaran infeksi ke jaringan
periapeks yang dapat menyebabkan nyeri (Edwina, 2017).
Proses Terjadinya Gigi Berlubang

Proses terjadinya karies gigi dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu :

bakteri kariogenik,
permukaan gigi yang rentan
persedianya bahan nutrisi yang mendukung pertumbuhan
bakteri
(Edwina, 2018)

Streptococcus Mutans (SM) yang akan merupakan


mikroorganisme penyebab utama dalam proses terjadinya karies
gigi. Bakteri bersebut bersifat menempel pada email, dapat
hidup dilingkungan asam, berkembang pesat di lingkungan
yang kaya sukrosa dan menghasilkan bakteriosi subtansi yang
dapat membunuh orgnisme kompetitornya (Suyuti, 2018).
Jenis-jenis Karies

a. Karies Inspiens Adalah karies yang terjadi pada permukaan


enamel gigi (lapisan terluar dan terkeras pada gigi), dan belum
terasa sakit, hanya ada perwarnaan hitan atau coklat pada enamel.
b. Karies Superfisialis Adalah karies baru mengenai email saja,
sedang dentin belum terkena.
c. Karies Media Adalah karies sudah mengenai dentin tapi belum
mengenai setengah dentin.
d. Karies Profunda Adalah karies sudah mengenai setengah dentin
dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.
Penyebab Terjadinya Karies Gigi

Malas sikat gigi

Tidak pernah memeriksakan gigi

Plak

Jarang makan buah dan sayur

Banyak konsumsi makanan manis dan melekat

Kerusakan gigi terjadi apabila demineralisasi lebih besar dari pada proses remineralisasi. Asam yang merusak
dalam bentuk plak menyerang mineral pada permukaan luar email gigi. Erosi yang ditimbulkan plak akan
menciptakan lubang kecil pada permukaan email yang awalnya tidak terlihat. Bila email berhasil ditembus, maka
dentin yang lunak dibawahnya dapat terkena. Bila bakteri sampai ke pulpa yang sensitif maka terjadi peradangan
pulpa. Pembuluh darah dalam pulpa akan membengkak, sehingga timbul rasa nyeri. (Ramadhan, 2017).
CARA PENCEGAHAN GIGI
BERLUBANG
Sikat Gigi Dengan Prinsip 3 T
• Kurangi 3 M : Makanan • Banyak mengkonsumsi makanan
• Tekun : Dalam Menyikat Gigi Manis Melekat, berserat dan berair, contoh: buah-
Tidak Boleh Tergesa-gesa Contoh : Permen, buahan dan sayur-sayuran

• Teliti : Semua Permukaan Harus Coklat, Es Cream Dll


• Lakukan pemeriksaan ke klinik gigi
Disikat setiap 6 bulan sekali, contoh ke:
Rumah sakit, puskesmas, klinik gigi
• Teratur : Menyikat Gigi Sehabis
dan sarana kesehatan gigi lainnya.
Makan Pagi Dan Sebelum Tidur
Pencegahan

Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya karies gigi


(Ramdhan, 2017) antara lain adalah :
1. menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung flour
2. menjaga kebersihan gigi dengan menyikat gigi dengan
benar
3. fissure sealant atau menutup celah gigi
4. Pencabutan gigi
5. Pulp capping atau pemberian kalsium hidrogsida untuk
mempertebal lapisan dentil (Ramadhan, 2019).
6. Endodontic atau perawatan untuk mengatasi dan mengobati
lubang gigi yang mengalami infeksi (Ramadhan, 2019).
Kunjungan 1

Tanggal kunjungan : Minggu, 20 Februari 2021

S : An. N dengan keluhan sakit gigi.


O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil, BB 20 kg, TB 110 cm, pemeriksaan fisik :
mata palpebra tidak oedema, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik, hidung bersih, tidak ada polip, telinga bersih,
simetris, mulut bersih, tidak ada stomatitis, gigi karies, leher tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan tidak ada
pembengkakan kelenjar getah bening, ekstermitas kanan dan kiri tidak oedema.
A : An. “N” usia 5 tahun dengan Gigi berlubang.
P :
1) Memfasilitasi informed consent.

2) Melakukan pengkajian pada pasien.

3) Memberitahu hasil pemeriksaan kepada pasien bahwa An. N menderita gigi Berlubang (Karies)

4) Memberitahu akan ada kunjungan ulang yang kedua untuk memberikan penyuluhan tentang gigi berlubang.

5) Melakukan pendokumentasian SOAP.


Kunjungan 2

Tanggal kunjungan : Senin, 29 Maret 2021

S : An. N dengan keluhan sakit gigi.


O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil, BB 20 kg, TB 110 cm, pemeriksaan
fisik : mata palpebra tidak oedema, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik, hidung bersih, tidak ada polip,
telinga bersih, simetris, mulut bersih, tidak ada stomatitis, gigi karies, leher tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
dan tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, ekstermitas kanan dan kiri tidak oedema.
A : An. “N” usia 5 tahun dengan Gigi berlubang.
P :
1) Melakukan pemeriksaan kepada pasien.

2) Memberitahu hasil pemeriksaan kepada pasien

3) Menganjurkan An. N untuk sikat gigi 3 kali sehari.

4) Mengingatkan anggota keluarga untuk bahaya merokok dan menganjurkan merokok diluar rumah.

5) Menganjurkan An. N untuk tidak mengkonsumsi makanan manis seperti coklat, permen dll.
Kunjugan Hari Ketiga

Tanggal kunjungan : Sabtu, 3 April 2021

S : An. N mengatakan tidak ada keluhan.

O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil, BB 20 kg, TB 110 cm, pemeriksaan
fisik : mata palpebra tidak oedema, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik, hidung bersih, tidak ada polip,
telinga bersih, simetris, mulut bersih, tidak ada stomatitis, gigi karies, leher tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
dan tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, ekstermitas kanan dan kiri tidak oedema.
A : An. “N” usia 5 tahun dengan Gigi berlubang.
P :
1) Menganjurkan An. N untuk sikat gigi 3 kali sehari.

2) Mengingatkan anggota keluarga untuk bahaya merokok dan menganjurkan merokok diluar rumah.

3) Menganjurkan An. N untuk tidak mengkonsumsi makanan manis seperti coklat, permen dll.

4) Menganjurkan An N istirahat yang cukup.

5) Melakukan pendokumantasian SOAP.


Evaluasi

Pada kunjungan kedua dan ketiga terdapat perubahan pola kesehatan An. N
dengan banyaknya perubahan pola nutrisi dan istirahat yang dapat
mengurangi rasa nyeri khususnya pada bagian kebersihan mulut. Perubahan
yang terjadi yaitu An. N merasa lebih baik, dan rasa sakit dan nyeri pun
berkurang dan kebersihan mulut lebih terjaga. .
Pengkajian
Pengkajian telah dilaksanakan dengan mengumpulkan semua data menurut lembar format yang telah tersedia
melalui teknik wawancara dan observasi sistematik. Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk
mengevaluasi keadaan pasien, data subjektif khususnya pada keluhan utama yaitu, An. N mengatakan sakit gigi.
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil, berat badan: 20 kg, tinggi badan: 110
cm, suhu: 36,5oC. Dari data yang ditemukan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
Interpretasi data
Interpretasi data adalah data dasar yang sudah di kumpulkan di interprestasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosa dan masalah spesifik. Dari hasil pengkajian diperoleh An. N sakit gigi dan rasa tidak nyaman dan
kecemasan saat terasa sakit. Pada kasus ini dapat di diagnosa kebidanan An. N usia 5 tahun dengan gigi berlubang,
masalah yang diperoleh nyeri dan cemas jadi tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. Masalah cemas ini
terjadi karena anak tersebut mengalami gigi berlubang yang menyebabakan gigi terasa sakit. Bagi anak tersebut ini
merupakan hal yang abnormal yang menimbulkan nyeri sehingga anak cemas dan untuk itu An. N perlu
mendapatkan penjelasan mengenai gigi berlubang dan cara mengatasinya. Setelah mendapat penjelasan tersebut
maka rasa cemas yang An. N rasakan dapat berkurang.
 
Diagnosa potensial
Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul berdasarkan masalah yang sudah di identifikasi. Diagnosa
potensial pada kasus ini adalah gigi berlubang pada anak tetapi telah dilakukan penanganan dengan baik. Dalam
langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
Antisipasi (Tindakan segera)
Antisipasi mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan, di dalam teori antisipasi yaitu
mengidentifikasikan situasi yang dimana bidan harus bertindak segera untuk pemberian terapi. Pada langkah ini
tidak di temukan kesenjangan antara teori dan praktek.

Perencanaan

Perencanaan disusun berdasarkan diagnosa kebidanan, merencanakan asuhan yang menyeluruh di temukan dengan
langkah-langkah sebelumnya. Perencanaan diberikan pada An. N gigi berlubang dianjurkan menyikat gigi dengan
pasta gigi yang mengandung flour, menjaga kebersihan gigi dengan menyikat gigi dengan benar, atau fissure
sealant atau menutup celah gigi istirahat yang cukup, kurangi mengkonsumsi makanan manis penuhi kebutuhan
gizi seimbang, Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
Pelaksanaan
Pada langkah pelaksanaan asuhan kebidanan pada anak dengan gigi berlubang merupakan pelaksanaan dari
rencana tindakan asuhan menyeluruh. Pelaksanaan dalam pemberian asuhan anak dengan gigi berlubang
sesuai dengan perencanaan yang telah di terapkan sehingga diperoleh hasil maksimal.
Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan penilaian terhadap keberhasilan asuhan yang telah diberikan dalam mengatasi
masalah pasien dengan masalah gigi berlubang dengan keadaan umum An. N baik, kesadaran compos
mentis, keadaan emosional stabil, respirasi 22 kali/menit, nadi 80 kali/ menit, suhu: 36,5 oC, berat badan: 20
kg, tinggi badan: 110 cm dan memberikan konseling tentang masalah gigi berlubang pada anak hasilnya ibu
dari An. N sudah mengerti tentang masalah gigi berlubang pada anak. Dalam kasus ini tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktek.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. R. (2019). Pemberdayaan Keluarga melalui Asuhan Kebidanan Keluarga dalam Komunitas Sebagai Upaya
Meningkatkan Status Kesehatan Keluarga. Jice, 1(1), 1–7.

Fadila, A. (2018). Pengaruh Dismenore terhadap Aktifitas Fisik The Effect of Dismenorhea in Daily Activity. Pengaruh
Dismenore Terhadap Aktifitas Fisik, 2(Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak), 1–4.

Herawati, R. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Nyeri Haid (Dismenorea) Pada Siswi Madrasah Aliyah
Negeri Pasir Pengaraian. DIII Kebidanan UPP, 161–172. Retrieved from http://e-
journal.upp.ac.id/index.php/akbd/article/view/1382

Larasati, T. A., A., & Alatas, F. (2016). Dismenore Primer dan Faktor Risiko Dismenore Primer pada Remaja. Majority,
5(3), 79–84.

Martina Nancy. (2019). Hubungan Pengetahuan Dismenore Dengan Penanganan Dismenore Pada Siswi Di Sma Negeri 15
Medan Tahun 2019. Jurnal Kesehatan, 7(2), 1–7.

Sunarsih. (2017). Hubungan Status Gizi dan Aktifitas Fisik Terhadap Keteraturan Siklus Menstruasi Mahasiswa Program
Studi Kebidanan Universitas Malahayati Tahun 2017. Jurnal Kebidanan, 3(4), 190–195. Retrieved from

Anda mungkin juga menyukai