Proses terjadinya karies gigi dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu :
bakteri kariogenik,
permukaan gigi yang rentan
persedianya bahan nutrisi yang mendukung pertumbuhan
bakteri
(Edwina, 2018)
Plak
Kerusakan gigi terjadi apabila demineralisasi lebih besar dari pada proses remineralisasi. Asam yang merusak
dalam bentuk plak menyerang mineral pada permukaan luar email gigi. Erosi yang ditimbulkan plak akan
menciptakan lubang kecil pada permukaan email yang awalnya tidak terlihat. Bila email berhasil ditembus, maka
dentin yang lunak dibawahnya dapat terkena. Bila bakteri sampai ke pulpa yang sensitif maka terjadi peradangan
pulpa. Pembuluh darah dalam pulpa akan membengkak, sehingga timbul rasa nyeri. (Ramadhan, 2017).
CARA PENCEGAHAN GIGI
BERLUBANG
Sikat Gigi Dengan Prinsip 3 T
• Kurangi 3 M : Makanan • Banyak mengkonsumsi makanan
• Tekun : Dalam Menyikat Gigi Manis Melekat, berserat dan berair, contoh: buah-
Tidak Boleh Tergesa-gesa Contoh : Permen, buahan dan sayur-sayuran
3) Memberitahu hasil pemeriksaan kepada pasien bahwa An. N menderita gigi Berlubang (Karies)
4) Memberitahu akan ada kunjungan ulang yang kedua untuk memberikan penyuluhan tentang gigi berlubang.
4) Mengingatkan anggota keluarga untuk bahaya merokok dan menganjurkan merokok diluar rumah.
5) Menganjurkan An. N untuk tidak mengkonsumsi makanan manis seperti coklat, permen dll.
Kunjugan Hari Ketiga
O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil, BB 20 kg, TB 110 cm, pemeriksaan
fisik : mata palpebra tidak oedema, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik, hidung bersih, tidak ada polip,
telinga bersih, simetris, mulut bersih, tidak ada stomatitis, gigi karies, leher tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
dan tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, ekstermitas kanan dan kiri tidak oedema.
A : An. “N” usia 5 tahun dengan Gigi berlubang.
P :
1) Menganjurkan An. N untuk sikat gigi 3 kali sehari.
2) Mengingatkan anggota keluarga untuk bahaya merokok dan menganjurkan merokok diluar rumah.
3) Menganjurkan An. N untuk tidak mengkonsumsi makanan manis seperti coklat, permen dll.
Pada kunjungan kedua dan ketiga terdapat perubahan pola kesehatan An. N
dengan banyaknya perubahan pola nutrisi dan istirahat yang dapat
mengurangi rasa nyeri khususnya pada bagian kebersihan mulut. Perubahan
yang terjadi yaitu An. N merasa lebih baik, dan rasa sakit dan nyeri pun
berkurang dan kebersihan mulut lebih terjaga. .
Pengkajian
Pengkajian telah dilaksanakan dengan mengumpulkan semua data menurut lembar format yang telah tersedia
melalui teknik wawancara dan observasi sistematik. Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk
mengevaluasi keadaan pasien, data subjektif khususnya pada keluhan utama yaitu, An. N mengatakan sakit gigi.
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil, berat badan: 20 kg, tinggi badan: 110
cm, suhu: 36,5oC. Dari data yang ditemukan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
Interpretasi data
Interpretasi data adalah data dasar yang sudah di kumpulkan di interprestasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosa dan masalah spesifik. Dari hasil pengkajian diperoleh An. N sakit gigi dan rasa tidak nyaman dan
kecemasan saat terasa sakit. Pada kasus ini dapat di diagnosa kebidanan An. N usia 5 tahun dengan gigi berlubang,
masalah yang diperoleh nyeri dan cemas jadi tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. Masalah cemas ini
terjadi karena anak tersebut mengalami gigi berlubang yang menyebabakan gigi terasa sakit. Bagi anak tersebut ini
merupakan hal yang abnormal yang menimbulkan nyeri sehingga anak cemas dan untuk itu An. N perlu
mendapatkan penjelasan mengenai gigi berlubang dan cara mengatasinya. Setelah mendapat penjelasan tersebut
maka rasa cemas yang An. N rasakan dapat berkurang.
Diagnosa potensial
Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul berdasarkan masalah yang sudah di identifikasi. Diagnosa
potensial pada kasus ini adalah gigi berlubang pada anak tetapi telah dilakukan penanganan dengan baik. Dalam
langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
Antisipasi (Tindakan segera)
Antisipasi mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan, di dalam teori antisipasi yaitu
mengidentifikasikan situasi yang dimana bidan harus bertindak segera untuk pemberian terapi. Pada langkah ini
tidak di temukan kesenjangan antara teori dan praktek.
Perencanaan
Perencanaan disusun berdasarkan diagnosa kebidanan, merencanakan asuhan yang menyeluruh di temukan dengan
langkah-langkah sebelumnya. Perencanaan diberikan pada An. N gigi berlubang dianjurkan menyikat gigi dengan
pasta gigi yang mengandung flour, menjaga kebersihan gigi dengan menyikat gigi dengan benar, atau fissure
sealant atau menutup celah gigi istirahat yang cukup, kurangi mengkonsumsi makanan manis penuhi kebutuhan
gizi seimbang, Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
Pelaksanaan
Pada langkah pelaksanaan asuhan kebidanan pada anak dengan gigi berlubang merupakan pelaksanaan dari
rencana tindakan asuhan menyeluruh. Pelaksanaan dalam pemberian asuhan anak dengan gigi berlubang
sesuai dengan perencanaan yang telah di terapkan sehingga diperoleh hasil maksimal.
Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan penilaian terhadap keberhasilan asuhan yang telah diberikan dalam mengatasi
masalah pasien dengan masalah gigi berlubang dengan keadaan umum An. N baik, kesadaran compos
mentis, keadaan emosional stabil, respirasi 22 kali/menit, nadi 80 kali/ menit, suhu: 36,5 oC, berat badan: 20
kg, tinggi badan: 110 cm dan memberikan konseling tentang masalah gigi berlubang pada anak hasilnya ibu
dari An. N sudah mengerti tentang masalah gigi berlubang pada anak. Dalam kasus ini tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktek.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E. R. (2019). Pemberdayaan Keluarga melalui Asuhan Kebidanan Keluarga dalam Komunitas Sebagai Upaya
Meningkatkan Status Kesehatan Keluarga. Jice, 1(1), 1–7.
Fadila, A. (2018). Pengaruh Dismenore terhadap Aktifitas Fisik The Effect of Dismenorhea in Daily Activity. Pengaruh
Dismenore Terhadap Aktifitas Fisik, 2(Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak), 1–4.
Herawati, R. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Nyeri Haid (Dismenorea) Pada Siswi Madrasah Aliyah
Negeri Pasir Pengaraian. DIII Kebidanan UPP, 161–172. Retrieved from http://e-
journal.upp.ac.id/index.php/akbd/article/view/1382
Larasati, T. A., A., & Alatas, F. (2016). Dismenore Primer dan Faktor Risiko Dismenore Primer pada Remaja. Majority,
5(3), 79–84.
Martina Nancy. (2019). Hubungan Pengetahuan Dismenore Dengan Penanganan Dismenore Pada Siswi Di Sma Negeri 15
Medan Tahun 2019. Jurnal Kesehatan, 7(2), 1–7.
Sunarsih. (2017). Hubungan Status Gizi dan Aktifitas Fisik Terhadap Keteraturan Siklus Menstruasi Mahasiswa Program
Studi Kebidanan Universitas Malahayati Tahun 2017. Jurnal Kebidanan, 3(4), 190–195. Retrieved from