Oleh :
Kelompok XIV :
Om Swastyastu,
Atas Asungkertha Waranugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan
kekuatan-Nya kepada penulis sehingga penulisdapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Asuhan keperawatan ini memuat mengenai asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan mobilisasi.
Askep ini penulis susun untuk melengkapi tugas Praktek Laboraturium Klinik
Keperawatan. Selain itu penulisan asuhan keperawatan ini untuk mengetahui dan
memahami lebih dalam mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
mobilisasi. Penyelesaian asuhan keperawatan ini tidak akan selesai tanpa dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada pembimbing
akademik kami Ns. I Putu Gede Yudara PS., S.Kep., M.Kep dan pembimbing
ruangan yudistira RSUD Sanjiwani atas segala masukan yang diberikan untuk
kesempurnaan asuhan keperawatan ini.
(Penulis)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang. ...................................................................................1
B. Tujuan Penulisan ................................................................................2
C. MetodePenulisan ................................................................................2
D. SistematikaPenulisan ......................................................................... .3
A. Pengkajian .......................................................................................... 29
B. DiagnosaKeperawatan........................................................................ 42
C. RencanaKeperawatan ......................................................................... 42
D. Pelaksanaan ........................................................................................ 46
E. Evaluasi .............................................................................................. 48
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................ 50
B. Saran ................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PENGESAHAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dikatakan sebagai keseluruhan yang komplit, independen, dan
holistik secara biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang keseluruhannya tidak
dapat dipisahkan. Teori Henderson mempunyai 14 kebutuhan dasar manusia yaitu:
bernafas secara normal, makan dan minum cukup, eliminasi, bergerak dan
mempertahankan posisi yang dikehendaki (mobilisasi), istirahat dan tidur, memilih
cara berpakaian, berpakaian dan melepas pakaian, mempertahankan temperatur suhu
tubuh dalam rentang normal, menjaga tubuh tetap bersih dan rapi, menghindari
bahaya dari lingkungan, berkomunikasi dengan orang lain, beribadah menurut
keyakinan, bekerja yang menjanjikan, prestasi, bermain dan bepatisipasi dalam
berbagai bentuk rekreasi, belajar, menggali atau memuaskan rasa keinginantahuan
yang mengacu pada perkembangan dan kesehatan normal (Potter & Perry, 2005).
Berdasarkan teori Henderson terdapat kebutuhan mobilisasi yang harus
dipenuhi untuk mencapai kesehatan. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk
bergerak secara bebas dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju
kemandirian dan mobilisasi yang mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk
bergerak dengan bebas (Potter & Perry, 2006). Mobilisasi secara tahap demi tahap
sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara psikologis
mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa
sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau
keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat
mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi.
Kondisi dimana seseorang tidak dapat melakukan mobilisasi dinamakan
imobilisasi. Imobilitas atau lebih dikenal dengan keterbatasan gerak didefinisikan
oleh North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan
ketika individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik baik aktif
dan pasif memiliki dampak pada sistem tubuh (Kim et al, 1995). Imobilitas dapat
mempengaruhi fisiologis sistem tubuh yang abnormal dan patologis seperti perubahan
sistem muskuluskeletal, sistem kardiovaskuler, sistem repirasi, sistem urinari dan
endokrin, sistem integument, sistem neourosensori, perubahan metabolisme dan
nutrisi, perubahan eliminasi bowel, perubahan sosial, emosi dan intelektual (Kozier &
Erb, 1987).
Gangguan pergerakan atau yang disebut dengan imobilisasi sering dijumpai
pada pasien dengan penyakit stroke. Penyakit stroke adalah suatu penyakit yang
terjadi akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak, sehingga bagian
otak tertentu berkurang bahkan terhenti suplai oksigennya, akibatnya timbulah
berbagai macam gejala sesuai bagian otak yang terlibat salah satunya ialah lumpuh
sebagian atau seluruh anggota gerak. Tidak mampunya pasien dengan penyakit stroke
melakukan gerak aktivitas maka akan mengakibatkan komplikasi pada sistem yang
lainnya misalnya gangguan pada sistem integumen akibat tirah baring yang lama.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dasar mobilisasi?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan mobilisasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Penulis dapat mengetahui tentang gambaran umum asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan mobilisasi.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu:
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan
mobilisasi
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
mobilisasi
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan gangguan
mobilisasi
d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan
mobilisasi
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan gangguan
mobilisasi
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan askep ini terhadap mahasiswa ialah mahasiswa mengetahui,
memahami dan mampu menyusun asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
mobilisasi secara tepat dan benar.
Manfaat penulisan askep ini terhadap tenaga kesehata khususnya perawat
ialah, perawat mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan mobilisasi secara tepat dan benar dan asuhan keperawatan ini dapat dijadika
alat komunikasi dengan rekan dan tenaga kesehatan yang lain.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan kasus ini terdiri dari lima bab, yaitu BAB I
Pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. BAB II Konsep teoritis
asuhan keperawatan. Pada konsep teoritis terdiri dari konsep dasar mobilisasi dan
asuhan keperawatan teoritis gangguan pemenuhan mobilisasi. Pada konsep dasar
mobilisasi terdiri dari definisi mobilisasi dan imobilisasi, jenis-jenis mobilisasi dan
imobilisasi, fisiologis gerak aktivitas, faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi,
gangguan mobilisasi, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan gangguan
pemenuhan mobilisasi, sedangkan pada asuhan keperawatan teoritis gangguan
pemenuhan mobilisasi terdiri dari pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi. BAB III Tinjauan kasus, pada tinjauan kasus terdiri dari pengkajian ,
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi berdasarkan data yang diperoleh
dari pasien atau keluarga pasien. BAB IV Pembahasan, yaitu membahas segala
kesenjangan antara konsep teoritis dengan kasus yang ditemukan pada pasien. BAB V
penutup menyajikan kesimpulan dan saran atas keseluruan asuhan keperawatan
gangguan pemenuhan mobilisasi.
BAB II
KONSEP TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILISASI
1. Pencegahan Primer:
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang
kehidupan dan episodik. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang
kehidupan, moblilitas dan aktivitas tergantung pada fungsi sistem
muskuloskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodik,
pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat
timbul akibat imobilitas atau ketidak aktifan.
a. Hambatan terhadap latihan
Berbagai hambatan mempengaruhi partisipasi lansia dalam latihan
secara teratur. Bahaya-bahaya interpersonal termasuk isolasi sosial
yang terjadi ketika teman-teman dan keluarga telah meninggal,
perilaku gaya hidup tertentu (misalnya merokok dan kebiasaan diet
yang buruk), depresi, gangguan tidur, kurangnya transportasi dan
kurangnya dukungan. Hambatan lingkungan termasuk kurangnya
tempat yang aman untuk latihan dan kondisi iklim yang tidak
mendukung.
b. Pengembangan program latihan
Program latihan yang sukses sangat individual, diseimbangkan, dan
mengalami peningkatan.Program tersebut disusun untuk memberikan
kesempatan pada klien untuk mengembangkan suatu kebiasaan yang
teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai yang dapat
memberikan efek latihan. Ketika klien telah memiliki evaluasi fisik
secara seksama, pengkajian tentang faktor-faktor pengganggu berikut
ini akan membantu untuk memastikan keterikatan dan meningkatkan
pengalaman:
1) Aktivitas saat ini dan respon fisiologis denyut nadi sebelum,
selama dan setelah aktivitas diberikan.
2) Kecenderungan alami (predisposisi atau peningkatan kearah
latihan khusus).
3) Kesulitan yang dirasakan.
4) Tujuan dan pentingnya latihan yang dirasakan.
5) Efisiensi latihan untuk diri sendiri (derajat keyakinan bahwa
seseorang akan berhasil).
c. Keamanan
Ketika program latihan spesifik telah diformulasikan dan diterima oleh
klien, instruksi tentang latihan yang aman harus dilakukan.
Mengajarkan klien untuk mengenali tanda-tanda intoleransi atau
latihan yang terlalu keras sama pentingnya dengan memilih aktivitas
yang tepat.
2. Pencegahan Sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari imobilitas dapat
dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan.Keberhasilan intervensi
berasal dari suatu pengertian tentang berbagai faktor yang menyebabkan atau
turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan.Pencegahan sekunder
memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan pencegahan
komplikasi.Diagnosis keperawatan yang dihubungkan dengan pencegahan
sekunder adalah gangguan mobilitas fisik.
H. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS GANGGUAN MOBILISASI
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian
merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu (Nursalam, 2001).
Adapun data-data pengkajian pada pasien masalah pemenuhan kebutuhan
mobilitas dan imobilitas adalah sebagai berikut:
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi
keluhan dalam mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot,
kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah terganggunya, dan lama
terjadinya gangguan mobilitas.
b. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pengkajian Riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
imobilitas misal adanya riwayat penyakit sistem neurologis, riwayat penyakit
sistem kardiovaskuler,riwayat penyakit pernafasan dan juga riwayat penyakit
muskuloskeletal.
c. Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan
dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastis.
d. Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak untuk posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah
tanpa bantuan.
e. Kemampuan Rentang Gerak
Pengkajian rentang gerak yang dilakukan pada daerah seperti
bahu,siku,lengan,panggul,dan kaki.
f. Perubahan Intoleransi Aktifitas
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan sistem pernapasan,
antara lain suara napas,analisis gas darah,gerakan didinding thorak,adanya
mukus,batuk yang produktif diikuti panas,dan nyeri saat respirasi.Sedangkan
pengkajian berhubungan dengan sistem kardiovaskuler yaitu tanda
vital,gangguan sirkulasi perifer,adanya trombus,serta perubahan tanda vital
setelah melakukan aktifitas.
g. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau
tidak.
h. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi,
perubahan dalam mekanisme koping.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan Menurut Carpenito (2000), diagnosa keperawatan
adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau
resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memeberikan intervensi secara pasti
untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
mengubah.
NANDA mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik
tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan
aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai
tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenagan perawat.
Adapun beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
dengan gangguan mobilisasi, yaitu
a. Hambatan mobilitas di tempat tidur
Batasan karakteristik :
a) Hambatan kemampuan mengubah dari posisi duduk lama ke telentang
b) Hambatan kemampuan mengubah dari posisi telungkup ke telentang
c) Hambatan kemampuan mengubah dari posisi telentang ke duduk
d) Hambatan kemampuan mengubah posisi dari telentang ke telungkup
e) Hambatan kemampuan mengubah posisi dari telentang ke duduk
f) Hambatan kemampuan mengubah posisi sendiri di tempat tidur
g) Hambatan kemampuan untuk miring kanan-kiri
Faktor yang berhubungan:
a) Gangguan kognitif
b) Fisik tidak bugar
c) Kurang pengetahuan
d) Keterbatasan lingkungan (mis., ukuran tempat tidur, tipe tempat tidur,
peralatan terapi, restrain)
e) Kekuatan otot tidak memadai
f) Gangguan muskuloskeletal
g) Gangguan neuromuskular
h) Obesitas
i) Nyeri
j) Obat sedasi
b. Hambatan Mobilitas Fisik
Batasan karakteristik :
a) Penurunan waktu reaksi
b) Kesulitan membolak-balik posisi
c) Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (misalnya
meningkatkan perhatian pada aktivitas orang lain, mengendalikan
perilaku, fokus pada ketunadayaan/ aktivitas sebelum sakit)
d) Dispnea setelah beraktivitas
e) Perubahan cara berjalan
f) Gerakan bergetar
g) Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus
h) Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar
i) Keterbatasan rentang pergerakan sendi
j) Tremor akibat pergerakan
k) Ketidakstabilan postur
l) Pergerakan lambat
m) Pergerakan tidak terkoordinasi
Faktor yang berhubungan:
a) Intoleran aktivitas
b) Perubahan metabolisme seluler
c) Ansietas
d) Indeks massa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
e) Gangguan kognitif
f) Kontraktur
g) Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia
h) Fisik tidak bugar
i) Penurunan ketahanan tubuh
j) Penurunan kendali otot
k) Penurunan massa otot
l) Penurunan kekuatan otot
m) Kurang pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik
n) Keadaan mood depresif
o) Keterlambatan perkembangan
p) Ketidaknyamanan
q) Disuse
r) Kaku sendi
s) Kurang dukungan lingkungan (mis., fisik atau sosial)
t) Keterbatasan ketahanan kardiovaskular
u) Kerusakan integritas struktur tulang
v) Malnutrisi
w) Gangguan muskuloskeletal
x) Gangguan neuromuskular
y) Nyeri
z) Agens obat
aa) Program pembatasan gerak
bb) Keengganan memulai pergerakan
cc) Gaya hidup monoton
dd) Gangguan sensoriperseptual
c. Hambatan Mobilitas Berkursi Roda
Batasan karakteristik :
a) Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual di jalan
menurun
b) Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual di jalan
menanjak
c) Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual di tepi jalan
d) Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual di permukaan
rata
e) Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual di permukaan
tidak rata
f) Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis di jalan
menurun
g) Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis di jalan
menanjak
h) Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis di tepi jalan.
i) Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis di
permukaan rata
j) Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis di
permukaan tidak rata.
Faktor yang berhubungan:
a) Gangguan kognititf
b) Fisik tidak bugar
c) Defisiensi pengetahuan
d) Alam perasaan depresi
e) Keterbatasan lingkungan (mis., tangga, tanjakan, permukaan tidak rata,
rintangan yang membahayakan, jarak, tidak ada alat bantu atau
individu lain yang membantu, tipe kursi roda)
f) Gangguan penglihatan
g) Kekuatan otot tidak memadai
h) Keterbatasan ketahanan tubuh
i) Gangguan muskuloskeletal (mis., kontraktur)
j) Gangguan neuromuskular
k) Obesitas
l) Nyeri
d. Intoleransi Aktivitas
Batasan Karakteristik:
a) Tirah baring
b) Kelemahan umum
c) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
d) Imobilitas
e) Gaya hidup monoton
e. Resiko Intoleransi Aktivitas
Faktor yang Berhubungan :
a) Masalah sirkulasi
b) Status fisik kurang bugar
c) Riwayat intoleransi aktivitas sebelumnya
d) Tidak berpengalaman dengan suatu aktivitas
e) Masalah pernafasan.
3. Perencanaan
Menurut Judith dan Nancy (2014), perencanaan yang mungkin pada pasien dengan
gangguan pemenuhan mobilisasi ialah sebagai berikut:
a. Hambatan mobilitas di tempat tidur.
Tujuan : mencapai mobilitas di tempat tidur.
Kriteria hasil :
1. Gerakan terkoordinasi.
2. Pergerakan sendi aktif
3. Pengaturan posisi tubuh dengan kemauan sendiri
4. Mobilitas yang memuaskan
Rencana Keperawatan.
No Intervensi Rasional
1 Perawatan tirah baring Meningatkan kenyamanan dan keamanan
serta pencegahan komplikasi untuk pasien
yang tidak mampu bangun dari tempat tidur
2 Berikan promosi Memfasilitasi penggunaan postur dan
mekanika tubuh pergerakan dalam aktivitas sehari-hari untuk
mencegah keletihan dan keteganganatau
cedera muskuluskeletal.
d. Intoleransi aktivitas
Tujuan : menunjukan toleransi aktivitas
Kriteria Hasil :
1. Nyaman dan tidak dispnea saat beraktivitas
2. Frekuensi jantung atau tekanan darah normal sebagai respon terhadap
beraktivitas
3. Tidak ada aritmia atau iskemia saat beraktivitas
Rencana Keperawatan
No Intervensi Rasional
1. Berikan Terapi Aktivitas Memberi anjuran tentang dan bantuan dalam
aktifitas fisik, kognitif, social, dan spiritual
yang spesifik untuk menungkatkan rentang,
frekwensi, atau durasi aktivitas individu (atau
kelompok)
PATHWAY / WOC
Gangguan Mobilisasi
Ketidakaktifan
Gangguan Muskuloskeletal
Metabolisme
Hambatan
Kelemahan umum Mobilitas fisik
Kekurangan energi
Intoleransi
Aktivitas
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 16 Januari 2019 pukul 14.00 WITA di Ruang
Yudistira RSUD Sanjiwan dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan
dokumentasi (rekam medis)
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Pasien
Pasien Penanggung
(Istri Klien )
Nama : Tn. D.S Ny. D.M
Umur : 61 Tahun 60 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki Perempuan
Status Perkawinan : Menikah Menikah
Suku /Bangsa : Indonesia Indonesia
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan :- -
Alamat : Br. Menak Tulikup Br. Menak Tulikup
Alamat Terdekat : - -
Nomor Telepon : 087 864 358 XXX -
Nomor Register : 641530 -
Tanggal MRS : 15 Januari 2019 -
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama masuk rumah sakit
Pasien mengatakan BAB berwarna hitam sejak 10 hari yang lalu dan
mengalami sesak nafas
2) Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengatakan tubuhnya terasa lemas dan BAB tetap berwarna hitam
= laki-laki
= perempuan
= menikah
c. Pola Kebiasaan
1) Bernafas
Sebelum Pengkajian :Pasien mengatakan tidak ada gangguan saat bernafas
Saat Pengkajian :Pasien mengatakan tidak ada keluhan dalam bernafas
dengan RR = 20 x/menit
2) Makan dan minum
Sebelum Pengkajian :Pasien mengatakan makan 2 kali sehari dengan porsi ½
pada saat di rumah dan mengkonsumsi jenis makanan
yang lunak atau makanan yang mudah di cerna seperti
bubur. Pasien biasa makan melalui mulut (oral ). Pasien
tidak memiliki alergi terhadap makanan.
Saat Pengkajian :Pasien mengatakan makan 2 kali sehari dengan porsi ½
pada saat di rumah sakit. seperti sebelum pengkajian.
Pasien mengatakan porsi minumnya 4 gelas sehari atau
setara 800 cc perhari. Pasien sehari – hari mengkonsumsi
air mineral.
3) Eliminasi
Sebelum Pengkajian :Pasien mengatakan BAB sebanyak 1 kali sehari, BAB
pasien tidak teratur dengan konsistensi lembek. Pasien
mengatakan BAB berwarna hitam dan berisi darah tetapi
tidak terdapat lender dan berbau khas veses . Pasien
mengatakan BAK tidak menentu setiap harinya. Volume
urine yang di keluarkan sebanyak 800 cc.
Saat Pengkajian :Pasien mengatakan untuk BAB sebanyak 1 kali sehari,
BAB pasien tidak teratur dengan konsentrasi lembek.
Pasien mengatakan BAB berwarna hitam dan berisi darah
tetapi tidak terdapat lender dan berbau khas veses dan
untuk BAK pasien mengatakan BAK tidak menentu setiap
harinya. Volume urine yang di keluarkan sebanyak 800 cc.
Pasien tidak terpasang kateter.
4) Gerak dan aktivitas
Sebelum Pengkajian :Pasien mengatakan mampu beraktivitas secara mandiri
tanpa adanya bantuan dari orang lain.
Saat Pengkajian :Pasien mengatakan tubuhnya lemas sehingga aktivitas
sehari-hari pasien di bantu oleh istrinya.
10) Genetalia
Tidak Terkaji
11) Anus
Tidak Terkaji
12) Ekstremitas
a) Ektremitas Atas :
- Pergerakan ektremitas atas dengan bantuan. CRT > 1 detik
- Terpasang infus pada ektremitas atas bagian kiri dengan tetesan 20
tpm
- Tidak terdapat sianosis
b) Ektremitas Bawah
- Pergerakan ektremitas bawah dengan bantuan
- Tidak terdapat sianosis
c) Kekuatan Otot
3333 3333
2222 2222
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
No Hari/Tanggal/ Jenis Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
Jam Pemeriksaan
Lab
1. 15 Januari dL WBC 5,2 10^3/uL 4,0 - 10,0
2019 Lymph# 1,6 10^3/uL 0,8 - 4,0
Mid# 0,7 10^3/uL 0,1 – 0,9
Gran# 2,9 10^3/uL 2,0 – 7,0
Lymph% 30,9 % 20,0 – 40,0
Mid% 12,6% 3,0 – 9,0
Grand% 50,0 – 70,0
RBC 3,50 – 5,50
HGB 11,0 – 16,0
HCT 37,0 – 50,0
MCV 82,0 – 95,0
MCH 27,0 – 31,0
MCHC 32,0 – 36,0
RDW-CV 11,5 – 14,5
RDW-SD 35,0 – 56,0
PLT 150 – 450
MPV 7,0 – 11,0
PDW 9,0 – 17,0
PCT 0,108 – 0,282
2 15 Januari Gula Darah
2019 Gula sewaktu 59 80 – 100
mg/dL
Ureum 57 mg/dL 18 – 55
Creatinin 0,7 mg/dL 0,7 – 1,2
SGOT 60 U/L <35
SGPT 19 U/L <41
2. DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
1 Pasien mengeluhkan tubuh terasa 1 Pasien tampak lemah dan dalam
lemas kondisi berbaring lemas
2 Pasien mengatakan tidak kuat 2 Pemeriksaan TTV :
beraktivitas seperti bangun dari a) TD :120/80mmhg
tempat tidur maupun ke kamar b) N :80x/mnt
mandi secara mandiri sehingga c) S :36,7oC
memerlukan bantuan d) RR :20x/mnt
3 Pasien mengeluhan nafas terasa
cepat seperti ngos-ngosan setiap kali
selesai beraktivitas
4 Pasien mengatakan nafsu makan dan
minum berkurang
5 Pasien mengatakan pada saat BAB
fesesnya berwarna hitan dengan
konsentrasi lembek
3. ANALISA DATA
Analisa Data Pasien Tn D.S dengan Diagnosa Medis Obs Melena, Anemia dan
Hipoglikemia
di Ruang Yudistira RSUD Sanjiwani Gianyar
Tanggal 16 Januari 2019 s/d 18 Januari 2019
6. Diagnosa Keperawatan
Nama Pasien : Tn. D.S
Umur : 61 Th
Jenis Kelamin : Laki - Laki
No. RM : 641530
Ruang Rawat : Yudistira
Diagnosa Medis : Obs. Melena, Anemia dan Hipoglikemia
Tanggal
No Diagnosa Keperawatan Paraf/Nama
Ditemukan Teratasi
1 Intoleransi Aktivitas b.d Anemia 16 Januari
Hipoglikemia d.d Px mengeluh 2019
lemas, KU: lemah, gelisah, tidak
dapat beraktivitas seperti
biasanya, adl masih di bantu
sepenuhnya oleh istri.
B. PERENCANAAN
1. Prioritas Masalah Keperawatan
a. Intoleransi Aktivitas
2. Rencana Keperawatan / Nursing Care Plan
Rencana Keperawatan Pada Pasien Tn D.S Dengan Diagnosa Medis Obs. Melena, Anemia, Hipoglikemia
Di Ruang Yudistira RSUD Sanjiwani Gianyar
Tanggal 16 Januari 2019 s/d 18 Januari 2019
RR :20x/mnt 7. Status
kardiopulmunari
adekuat
8. Sirkulasi status baik
9. Status respirasi:
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
C. PELAKSANAAN
DS :
4 20.00 Memberikan cairan infus berupa dextrose - Pasien mengatakan tubuhnya
5% dan glukosa 5% tetap tidak bertenaga meskipun
sudah di berikan obat
DO :
- Pasien tampak lemah dan
wajahnya pucat
5 Kamis, 17
Januari 2018 DS:
10.00 Melakukan pengukuran tanda-tanda vital - Pasien mengeluh lemas
DO:
- Pasien tampak lemas
DO :
- KU Pasien Lemah
- Pasien dalam kondisi berbaring
- TTV :
- TD = 120/80
- S = 36,7 o C
- N = 80x/mnt
- RR = 20x/mnt
DS :
- Pasien mengatakan mengerti dan
6. 14.00 Mengedukasi pasien dan keluarga terkait ingin berlatihan gerakan ROM
tindakan ROM DO :
- Pasien tampak mengerti dengan
informasi yang diberikan oleh
perawat dan sudah mulai
menggerak – gerakkan jari – jari
tanggannya.
DS :
7 15.00 Melatih ROM - Pasien mengatakan lemas dan
tidak kuat untuk melakukan
tindakan ini
DO :
- Pasien masih tetap mencoba
untuk melakukan gerakan ROM
secara perlahan
DS :
8 18.00 Memberikan cairan infus berupa dextrose - Pasien mengatakan tubuhnya
5% dan glukosa 5% tetap tidak bertenaga meskipun
sudah di berikan obat
DO :
- Pasien tampak lemah
DS :
9 Jumat, 18 Mengobservasi TTV pasien - Pasien mengatakan tubuhnya
Januari 2019 masih lemas
10.00 DO:
- KU Pasien Lemah
- Pasien dalam kondisi berbaring
- TTV :
- TD = 120/80
- S = 36,7 o C
- N = 80x/mnt
- RR = 20x/mnt
DS:
10 14.00 Mengedukasi pasien dan keluarga terkait - Pasien mengatakan mengerti dan
tindakan ROM sudah setiap waktu luang
mencoba melakukan gerakan
tersebut tetapi masih belum bisa
maksimal
DO:
- Pasien tampak berantusias untuk
mencoba melakukan gerakan
tersebut meskipun dalam
keadaan lemah
DS:
11 15.00 Melatih ROM - Pasien mengatakan senang
melakukan gerakan ini tetapi
tubuhnya masih saja tetap
merasa lemas
DO :
- Pasien tampak menggerakkan
tangan dan menekuk kedua
lututnya secara bergiliran
-
DS :
- Pasien mengatakan tubuhnya
12 20.00 Memberikan cairan infus berupa dextrose lemas
5% dan glukosa 5% DO:
- KU Pasien Lemah
- Pasien dalam kondisi berbaring
D. EVALUASI
Evaluasi Keperwatan Pada Pasien Tn DS Dengan OBS MELENA, ANEMIA, HIPOGLIKEMIA
Di Ruang Yudistira RSUD Tanggal 16 JANUARI 2019 S/D 18 JANUARI 2019
Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika
Kusuma, Hardi dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC NOC, ed.1. Yogyakarta: Mediacation
Kusuma, Hardi dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC NOC, ed.2. Yogyakarta: Mediacation
Kusuma, Hardi dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC NOC, ed.3. Yogyakarta: Mediacation
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI