Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengantar dan Pengertian Sistem Informasi Kesehatan

Di dalam peraturan pemerintah RI no.46 tahun 2014 tentang sistem


informasi kesehatan, disebutkan bahwa suatu sistem informasi kesehatan
adalah seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi, indikator,
prosedur, perangkat, teknologi dan sumber daya manusia yang saling
berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau
keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan. Dan
untuk mendukung penyelenggaran pembangunan kesehatan tersebut,
diperlukan data, informasi dan indikator kesehatan yang dikelola dalam
sistem informasi kesehatan.

Pada hakekatnya pembangunan kesehatan merupakan upaya yang


dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang, agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya dapat terwujud, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif.

Menurut WHO dalam buku design and implementation of health


information system, sistem informasi kesehatan tidak dapat berdiri sendiri,
melainkan sebagai bagian dari suatu sistem kesehatan. Suatu sistem
informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi bagi
proses pengambilan keputusan di semua jenjang. Sistem informasi harus
dijadikan sebagai alat yang efektif bagi manajemen.

Penggunaan informasi kesehatan dilaksanakan untuk memperoleh manfaat


langsung atau tidak langsung sebagai pengetahuan untuk mendukung
pengelolaan, pelaksanaan, dan pengembangan pembangunan kesehatan dan
informasi yang didapat harus bersumber dari informasi yang akurat yang
dilaksanakan untuk penyusunan kebijakan, perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi pembangunan
kesehatan. Selain itu penggunaannya harus menaati ketentuan tentang :

1. Kerahasiaan informasi, dan


2. Hak atas kekayaan intelektual yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Adapun tujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan sistem informasi


kesehatan yang berdaya guna dan berhasil guna memiliki arti yang sama
dengan tujuan mendukung proses kerja pemerintah, pemerintah daerah,
dan fasilitas pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang efektif dan efisien. Penyelenggaraan sistem informasi
kesehatan itu juga merupakan bentuk pertanggungjawaban instansi
terhadap penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

B. Konsep-konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan

Untuk mengatasi kekurangan dan ketidakkompakan dari badan kesehatan


di Indonesia maka dibentuklah sistem informasi kesehatan. Dalam
melakukan pengembangan sistem informasi secara umum, ada beberapa
konsep dasar yang harus dipahami oleh para pembuat rancang bangun
sistem informasi, yaitu antara lain :

1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi.

Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung pada penggunaan


teknologi komputer. Sistem informasi yang dimaksud disini adalah sistem
informasi yang berbasis komputer. Hal-hal yang penting dalam
pemanfaatan teknologi komputer/informasi dalam suatu sistem informasi
suatu organisasi adalah :

1. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.


2. Informasi yang tersedia tidak relevan.
3. Informasi yang ada tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
4. Informasi yang ada tidak tepat waktu.
5. Terlalu banyak informasi.
6. Informasi yang tersedia tidak akurat.
7. Adanya duplikasi data (redundancy).
8. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.

2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.

Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh


dinamika perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari
bahwa pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.

3. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup


sistem.

Sistem informasi memiliki umur layak guna, maksudnya panjang pendeknya


umur layak guna sistem informasi ditentukan oleh :
A. Makin cepat organisasi tersebut berkembang, maka kebutuhan informasi
juga akan berkembang sedemikian rupa sehingga sistem informasi yang
sekarang digunakan sudah tidak lagi memenuhi kebutuhan organisasi
tersebut.

B.Perkembangan teknologi informasi yang cepat menyebabkan perangkat


keras maupun perangkat lunak yang digunakan untuk mendukung
beroperasinya sistem informasi tidak bisa berfungsi secara efisien dan
efektif. Hal ini disebabkan karena :

 Perangkat keras yang digunakan sudah tidak diproduksi lagi, karena


teknologinya ketinggalan zaman, sehingga layanan pemeliharaan
perangkat keras tidak dapat lagi dilakukan oleh perusahaan pemasok
perangkat keras.

 Perusahaan pembuat perangkat lunak yang sedang digunakan, sudah


mengeluarkan versi baru. Versi terbaru itu umumnya mempunyai feature
yang lebih banyak, melakukan optimasi proses dari versi sebelumnya dan
memanfaatkan feature baru dari perangkat keras yang juga telah
berkembang. Jadi mengingat perkembangan teknologi informasi yang
berlangsung dengan cepat, maka pengguna harus sigap dalam
memanfaatkan dan menggunakan teknologi tersebut.

Yang dimaksud dengan perangkat keras (hardware) adalah peralatan yang


digunakan dalam pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data
serta untuk komunikasi data. Perangkat keras tersebut berupa perangkat
elektronik dan/atau nonelektronik, antara lain berupa kartu, buku register,
formulir laporan, jaringan komputer, dan media koneksi.

Sedangkan yang dimaksud perangkat lunak (software) adalah kumpulan


program komputer yang berisi instruksi atau perintah untuk menjalankan
proses pengelolaan data. Perangkat lunak meliputi perangkat lunak untuk
sistem operasi, perangkat lunak untuk aplikasi, dan perangkat lunak
pabrikan yang dapat terintegrasi dalam penyelenggaraan sistem informasi
kesehatan nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan fasilitas pelayanan
kesehatan.

C. Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi.


Suatu sistem informasi yang baik, akan dikembangkan berdasarkan tingkat
kemampuan dari para pengguna, baik dari sisi :

 Tingkat pemahaman mengenai teknologi informasi.


 Kemampuan belajar dari para pengguna.
 Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan sistem.
4. Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas
sistem informasi itu sendiri.

Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna yang


tinggi, jika dibandingkan dengan sistem informasi yang terfragmentasi.
Usaha untuk melakukan integrasi sistem yang ada di dalam suatu organisasi
menjadi satu sistem yang utuh merupakan usaha yang berat dan harus
dilakukan secara berkesinambungan. Sinkronisasi antar sistem yang ada
dalam sistem informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak untuk
mendapatkan sistem informasi yang terpadu.

5. Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada


strategi yang dipilih untuk pengembangan sistem tersebut.

Strategi yang dipilih untuk melakukan pengembangan sistem sangat


bergantung pada besar kecilnya cakupan dan kompleksitas dari sistem
informasi tersebut. Dan ketidaktepatan dalam melakukan prediksi keadaan
di masa mendatang, merupakan salah satu penyebab kegagalan
implementasi dan operasionalisasi sistem informasi.

6. Pengembangan sistem informasi organisasi harus menggunakan


pendekatan fungsi dan dilakukan secara menyeluruh.

Pengembangan sistem informasi harus dilakukan dengan menggunakan


pendekatan struktur organisasi dan pada umumnya mereka mengalami
kegagalan, karena struktur organisasi sering kali kurang mencerminkan
semua fungsi yang ada di dalam organisasi. Sebagai pengembang, sistem
informasi hanya bertanggung jawab dalam mengintegrasikan fungsi-fungsi
dan sistem yang ada di dalam organisasi tersebut menjadi satu. Pemetaan
fungsi-fungsi dan sistem ke dalam unit-unit struktural yang ada di dalam
organisasi adalah wewenang dan tanggung jawab dari pimpinan organisasi.
Adapun penyusunan rancang bangun atau design sistem informasi harus
dilakukan secara menyeluruh, sedangkan dalam pembuatan aplikasi bisa
dilakukan secara sektoral atau segmental menurut prioritas dan
ketersediaan dana.

Pengembangan dan penguatan sistem informasi kesehatan dilakukan


dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

 Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.


Pemanfaatan TIK diperlukan untuk mendukung sistem informasi dalam
proses pencatatan data agar dapat meningkatkan akurasi data dan kecepatan
dalam penyediaan data untuk diseminasi informasi dan untuk
meningkatkan efisiensi dalam proses kerja serta memperkuat transparansi.

 Keamanan dan kerahasiaan data.

Sistem informasi yang dikembangkan dapat menjamin keamanan dan


kerahasiaan data.

Agar sistem informasi kesehatan terstandar perlu menyediakan pedoman


nasional untuk pengembangan dan pemanfaatan TIK.

Sistem informasi kesehatan yang dikembangkan dapat mengintegrasikan


berbagai macam sumber data, termasuk pula dalam pemanfaatan TIK.

 Kemudahan akses.

Data dan informasi yang tersedia mudah diakses oleh semua pemangku
kepentingan.

Data dan informasi yang dikumpulkan harus dapat ditelusuri lebih dalam
secara individual dan aggregate, sehingga dapat menggambarkan perbedaan
gender, status sosial ekonomi dan wilayah geografi.

 Etika, integritas dan kualitas.

7. Informasi telah menjadi aset organisasi.

Dalam konsep manajemen modern, informasi telah menjadi salah satu aset
dari suatu organisasi, selain uang, SDM, sarana dan prasarana. Penggunaan
informasi internal dan eksternal organisasi merupakan salah satu
keunggulan kompetitif, hal tersebut karena keberadaan informasi
menentukan kelancaran dan kualitas proses kerja, dan menjadi ukuran
kinerja organisasi atau perusahaan, serta menjadi acuan yang pada akhirnya
menentukan kedudukan atau peringkat organisasi tersebut dalam
persaingan lokal maupun global.

Adapun yang dimaksud dengan Informasi kesehatan disini adalah informasi


yang terdiri dari :

1.Informasi upaya kesehatan.


Untuk informasi ini paling sedikit harus memuat mengenai informasi
penyelenggaraan pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan
kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan

2.Informasi penelitian dan pengembangan kesehatan.

Informasi harus memuat hasil penelitian dan pengembangan kesehatan dan


hak kekayaan intelektual bidang kesehatan.

3.Informasi pembiayaan kesehatan.

Untuk informasi disini paling sedikit harus memuat informasi mengenai


sumber dana, pengalokasian dana dan pembelanjaan.

4.Informasi sumber daya manusia kesehatan.

Informasi disini harus memuat :

 jenis, jumlah, kompetensi, kewenangan dan pemerataan sumber daya


manusia kesehatan.
 sumber daya untuk pengembangan dan pemberdayaan sumber daya
manusia kesehatan.
 penyelenggaraan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya
manusia kesehatan.

5.Informasi sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan.

Informasi ini paling sedikit harus memuat :

 Jenis, bentuk, bahan, jumlah dan khasiat sediaan farmasi.


 Jenis, bentuk, jumlah, dan manfaat alat kesehatan.
 Jenis dan kandungan makanan.

6.Informasi manajemen dan regulasi kesehatan.

Informasi ini paling sedikit harus memuat :

 Perencanaan kesehatan.
 Pembinaan dan pengawasan kesehatan, penelitian dan pengembangan
kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan,
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, pemberdayaan masyarakat.
 Kebijakan kesehatan dan
 Produk hukum.
7.Informasi pemberdayaan masyarakat.

Meliputi informasi mengenai :

 Jenis organisasi kemasyarakatan yang peduli kesehatan.


 Hasil kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan, termasuk
penggerakan masyarakat.

8. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur hirarkis


yang mudah dipahami.

Oleh karena penjabaran sistem informasi cukup luas dan menimbulkan


kesulitan, maka dalam penjabarannya sering digunakan istilah :

 sistem
 subsistem
 modul
 submodul
 dan aplikasi

Masing-masing subsistem dapat terdiri atas beberapa modul, masing-


masing modul dapat terdiri dari beberapa submodul dan masing-masing
submodul dapat terdiri dari beberapa aplikasi sesuai dengan kebutuhan.
Struktur hirarki seperti ini sangat memudahkan dari segi pemahaman
maupun penamaan.

C. Tujuan sistem informasi kesehatan

Adapun dibentuknya pengaturan sistem informasi kesehatan itu bertujuan


untuk :

1. Menjamin ketersediaan, kualitas dan akses terhadap informasi kesehatan


yang bernilai pengetahuan serta dapat dipertanggungjawabkan.
2. Memberdayakan peran serta masyarakat, termasuk organisasi profesi
dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan.
3. Mewujudkan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan dalam ruang
lingkup sistem kesehatan nasional yang berdaya guna dan berhasil guna
terutama melalui penguatan kerja sama, koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi dalam mendukung penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang berkesinambungan.
Sistem informasi kesehatan di Indonesia wajib dikelola oleh :

1. Pemerintah pusat untuk ruang lingkup berskala nasional dalam ruang


lingkup sistem kesehatan nasional.
2. Pemerintah daerah provinsi untuk tingkat provinsi.
3. Pemerintah daerah kabupaten/kota untuk skala kabupaten/kota,
4. Fasilitas pelayanan kesehatan untuk pengelolaan sistem informasi
kesehatan dengan skala fasilitas pelayanan kesehatan.

Semua pengelola sistem informasi kesehatan juga diwajibkan untuk :

 Memberikan data dan informasi kesehatan yang diminta oleh pengelola


sistem informasi kesehatan nasional, provinsi, dan/atau kabupaten/kota
 Menyediakan akses pengiriman data dan informasi kesehatan kepada
pengelola sistem informasi kesehatan nasional, provinsi, dan/atau
kabupaten/kota
 Menyediakan akses pengambilan data dan informasi kesehatan bagi
pengelola sister informasi kesehatan nasional, provinsi, dan/atau
kabupaten/kota
 Menyediakan akses keterbukaan informasi kesehatan bagi masyarakat
untuk informasi kesehatan yang bersifat terbuka.

Pengelolaan sistem informasi kesehatan menimbulkan konsekuensi


tanggung jawab dalam pelaksanaannya. Jadi pemerintah bersama-sama
dengan pemerintah daerah dan fasilitas pelayanan kesehatan bertanggung
jawab dalam pengembangan dan pengelolaan sistem informasi kesehatan
sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

Tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh pemerintah adalah


menetapkan standar dalam pengelolaan sistem informasi kesehatan, untuk
mengatur efisiensi dan efektivitas sistem informasi kesehatan dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara tepat.

Di samping itu, pemerintah, pemerintah daerah, dan pimpinan fasilitas


pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap
informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, serta bertanggung jawab juga atas ketersediaan sumber daya
untuk pengelolaan sistem informasi kesehatan.

Tanggung jawab setiap institusi yang melaksanakan sistem informasi


kesehatan juga berkaitan dengan kewajiban untuk menjamin keandalan
sistem yang digunakan, kerahasiaan isi data yang dimiliki serta akses bagi
pemilik data kesehatan. Serta bertanggung jawab terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kewajiban untuk menyampaikan dan melaporkan
informasi kesehatan untuk kepentingan pelayanan serta kebijakan
kesehatan termasuk dalam rangka pemberantasan penyakit.
Sistem informasi kesehatan harus dikelola secara berjenjang, terkoneksi,
dan terintegrasi serta didukung dengan kegiatan pemantauan, pengendalian
dan evaluasi. Dan pengelolaan sistem informasi kesehatan tersebut meliputi :

 Perencanaan program
 Pengorganisasian
 Kerja sama dan koordinasi dalam unsur kesehatan sendiri dan melalui
lintas sektor, termasuk melalui jejaring global
 Penguatan sumber daya
 Pengelolaan data dan informasi kesehatan, meliputi kegiatan pencatatan,
pengumpulan, standarisasi, pengolahan, penyimpanan, penyebarluasan,
dan penggunaan
 Pendayagunaan dan pengembangan sumber daya, meliputi perangkat
keras, perangkat lunak, sumber daya manusia dan pembiayaan
 Pengoperasian sistem elektronik kesehatan
 Pengembangan sistem informasi kesehatan
 Pemantauan dan evaluasi
 Pembinaan dan pengawasan

Informasi kesehatan diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan


yang efisien dan efektif. Informasi tersebut digunakan untuk masukan dalam
pengambilan keputusan dalam setiap proses manajemen kesehatan, baik
untuk manajemen pelayanan kesehatan, institusi kesehatan, maupun
program pembangunan kesehatan atau manajemen wilayah.

Selain itu pemerintah juga memberi kemudahan kepada masyarakat untuk


mengakses informasi kesehatan, melalui penyelenggaraan sistem informasi
kesehatan dan lintas sektor. Sistem informasi kesehatan diselenggarakan
berdasarkan asas kepastian hukum, itikad baik, kemanfaatan, tata kelola
yang baik, ketersediaan data, ketepatan waktu, standarisasi, integrasi,
keamanan dan kerahasiaan informasi , dan netralitas teknologi.

Berkembangnya sistem informasi kesehatan sangat didukung oleh kemajuan


teknologi informasi dan komunikasi, yang signifikan memberi kontribusi
bagi implementasi sistem informasi secara lebih profesional, sehingga dapat
meningkatkan kualitas dan kecepatan proses kerja terutama di fasilitas
pelayanan kesehatan dan mengoptimalkan aliran data yang dapat
meningkatkan ketersediaan data, kualitas data dan informasi kesehatan dan
yang terkait. Selain itu, pelayanan kesehatan juga tidak dibatasi oleh jarak
dan waktu, karena sejak tahun 1990-an, organisasi-organisasi kesehatan
sudah dihubungkan dengan jaringan sistem teknologi informasi secara
global dengan teknologi telekomunikasi melalui internet.

Untuk menertibkan dan menyinkronkan penyelenggaraan sistem informasi


kesehatan yang selama ini belum terintegrasi, maka diperlukan penguatan
sistem informasi kesehatan, lintas program, dan urusan secara berjenjang di
pusat dan daerah dan didukung dengan peraturan perundang-undangan.

Kegiatan pengelolaan sistem informasi kesehatan yang belum terintegrasi


dan terkoordinasi inilah yang menjadi salah satu masalah, selain tentunya
overlapping kegiatan dalam pengumpulan dan pengolahan data, karena
masing-masing unit mengumpulkan datanya sendiri-sendiri dengan
berbagai instrumennya di setiap unit kerja, baik di pusat dan di daerah,
sehingga penyelenggaraan sistem informasi kesehatan belum bisa dilakukan
secara efisien dan efektif.

Karena suatu sistem informasi merupakan jiwa dari suatu institusi, maka
sistem informasi kesehatan merupakan jiwa dari institusi kesehatan. Jadi
dengan kondisi sistem informasi kesehatan yang kuat akan mampu
mendukung upaya-upaya dari institusi kesehatan. Penguatan sistem
infomasi kesehatan secara tidak langsung akan turut pula memperkuat
sistem kesehatan nasional. Agar upaya penguatan dapat terarah, saling
terkait dan dengan langkah-langkah serta strategi yang jelas dan
komprehensif, maka disusunlah suatu roadmap rencana aksi penguatan
sistem informasi kesehatan pada tahun 2011-2014, yang merupakan rencana
kerja jangka menengah yang komprehensif dan melibatkan berbagai
pemangku kepentingan dari sistem informasi kesehatan dalam
penerapannya.

Sampai saat ini sistem informasi kesehatan masih terfragmentasi dan belum
mampu menyediakan data dan informasi yang handal, sehingga sistem
informasi kesehatan masih belum menjadi alat pengelolaan pembangunan
kesehatan yang efektif. Untuk menyelenggarakan pengelolaan
pembangunan kesehatan diperlukan komponen yang dikelompokkan dalam
tujuh subsistem, yaitu :

1. Upaya kesehatan.
2. Penelitian dan pengembangan kesehatan.
3. Pembiayaan kesehatan.
4. Sumber daya manusia kesehatan.
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan.
6. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan.
7. Pemberdayaan masyarakat.

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilakukan oleh semua


komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomi.
Pembangunan kesehatan juga menuntut adanya dukungan sumber daya
yang cukup serta arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan yang
tepat. Data dan informasi adalah sumber daya yang sangat strategis dalam
pengelolaan pembangunan kesehatan, yaitu pada proses manajemen,
pengambilan keputusan, kepemerintahan dan penerapan
akuntabilitas. Namun, pembuat kebijakan sering kali mengalami kesulitan
dalam hal mengambil keputusan yang tepat dan cepat, hal ini dikarenakan
keterbatasan atau ketidaktersediaan data dan informasi yang akurat, cepat
dan tepat. Karena itulah, dengan adanya perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi yang pesat saat ini, dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan pengelolaan dan penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

D. Kondisi Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia

Saat ini kebutuhan data informasi yang akurat makin meningkat, namun
sistem informasi masih belum menghasilkan data yang akurat, lengkap, dan
tepat waktu. Masalah yang dihadapi sistem informasi kesehatan saat ini,
terutama belum adanya persepsi yang sama diantara penyelenggara
kesehatan terutama penyelenggara sistem informasi kesehatan terhadap
sistem informasi kesehatan. Penyelenggaraan sistem informasi kesehatan
masih belum efisien, terjadi redundant data dan duplikasi kegiatan, dan
kualitas data yang dikumpulkan masih rendah, bahkan ada yang tidak sesuai
dengan kebutuhan, ketepatan waktu juga masih rendah, sistem umpan balik
tidak optimal, pemanfaatan data informasi di tingkat daerah untuk advokasi,
perencanaan program, monitoring dan manajemen masih rendah serta tidak
efisiennya penggunaan sumber daya, juga pengelolaan data informasi belum
terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik. Masalah inilah yang sedang
dihadapi sistem informasi kesehatan dan perlu dilakukan upaya penguatan
dan perbaikan.

E. Sistem Informasi Kesehatan Nasional

Visi Departemen Kesehatan pada tahun 2010, menetapkan Indonesia sehat


dengan ditandai penduduknya yang hidup sehat dalam lingkungan yang
sehat, berperilaku sehat, dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu yang disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat sendiri,
serta ditandai adanya peran serta masyarakat dan berbagai sektor
pemerintah dalam upaya meningkatkan kesehatan. Infrastruktur pelayanan
kesehatan dibangun mulai dari tingkat nasional, provinsi, kabupaten dan
seluruh pelosok. Setiap jenjang memiliki sistem kesehatan yang saling
terkait, sehingga jaringan sistem pelayanan kesehatan itu memerlukan
sistem informasi yang saling mendukung dan terkait. Setiap kegiatan dan
program kesehatan yang dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat dapat
diketahui, dipahami dan diantisipasi serta dikelola dengan sebaik-baiknya.
Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan yang
disebut SIKNAS (sistem informasi kesehatan nasional) yang melingkupi
sistem informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai ke pusat. Sistem
yang dibangun adalah sistem informasi kesehatan yang terintegrasi, baik di
dalam sektor kesehatan, dan di luar sektor kesehatan, yaitu dengan sistem
jaringan informasi pemerintah daerah dan jaringan informasi di pusat.

Jaringan sistem informasi kesehatan nasional adalah sebuah koneksi


jaringan virtual sistem informasi kesehatan elektronik yang dikelola oleh
Kementerian Kesehatan dan hanya bisa diakses bila telah dihubungkan.
Jaringan sistem informasi kesehatan merupakan infrastruktur jaringan
komunikasi data terintegrasi dengan menggunakan wide area network
(WAN), jaringan telekomunikasi yang mencakup area yang luas serta
digunakan untuk mengirim data jarak jauh antara local area network (LAN)
yang berbeda, dan arsitektur jaringan lokal komputer lainnya.

Untuk penguatan sistem informasi kesehatan, dilakukan dengan


mengembangkan model sistem informasi kesehatan nasional yaitu sistem
informasi kesehatan yang terintegrasi, yang menyediakan mekanisme saling
hubung antar sub sistem informasi dengan berbagai cara yang sesuai,
sehingga data dari satu sistem secara rutin dapat mengalir, menuju atau
diambil oleh satu atau lebih sistem yang lain.

Model sistem informasi kesehatan yang terintegrasi terdiri dari 7 komponen


yang saling terhubung dan saling terkait, yaitu :

1. Sumber data manual.

Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang masih


dilakukan secara manual atau secara komputerisasi offline. Model sistem
informasi kesehatan nasional yang memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi masih tetap dapat menampung sistem informasi
kesehatan manual untuk fasilitas kesehatan yang masih mempunyai
keterbatasan infrastruktur.

2. Sumber data komputerisasi.

Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang sudah


dilakukan secara komputerisasi online. Pada fasilitas pelayanan kesehatan
dengan komputerisasi online, data individual langsung dikirim ke Bank Data
Kesehatan Nasional dalam format yang telah ditentukan. Selain itu juga
dikembangkan program mobile health (mHealth) yang dapat langsung
terhubung dengan sistem informasi puskesmas.

3. Sistem informasi dinas kesehatan.


Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas kesehatan
baik kabupaten/kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke dinas kesehatan
kabupaten/kota dari semua fasilitas kesehatan dapat berupa laporan
softcopy dan laporan hardcopy.

4. Sistem informasi pemangku kepentingan.

Merupakan sistem informasi yang dikelola oleh pemangku kepentingan


terkait kesehatan. Mekanisme pertukaran data terkait kesehatan dengan
pemangku kepentingan di semua lingkungan dilakukan dengan mekanisme
yang disepakati.

5. Bank data kesehatan nasional.

Mencakup semua data kesehatan dari sumber data (fasilitas kesehatan).


Oleh karena itu di unit-unit program tidak perlu lagi melakukan
pengumpulan data langung ke sumber data.

6. Penggunaan data oleh kementerian kesehatan.

Data kesehatan yang sudah diterima di bank data kesehatan nasional dapat
dimanfaatkan oleh semua unit-unit program di Kementerian Kesehatan dan
UPT-nya serta dinas kesehatan dan UPT/D-nya.

7. Pengguna data.

Semua pemangku kepentingan yang tidak/belum memiliki sistem informasi


sendiri serta masyarakat yang membutuhkan informasi kesehatan dapat
mengakses informasi yang diperlukan dari bank data kesehatan nasional
melalui website Kementerian Kesehatan.

Dengan sistem informasi kesehatan yang terintegrasi berbasis elektronik,


akan meringankan beban pencatatan dan pelaporan petugas kesehatan di
lapangan. Serta data entri hanya perlu dilakukan satu kali, data yang sama
akan disimpan secara elektronik, dikirim dan diolah. Fasilitas pelayanan
kesehatan milik pemerintah dan swasta wajib menyampaikan laporan sesuai
standar dataset minimal dengan jadwal yang telah ditentukan.

F. Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan

Untuk mencapai visi sistem informasi kesehatan yang terarah, yang mampu
mendukung proses pembangunan kesehatan menuju masyarakat sehat yang
mandiri dan berkeadilan, maka dilakukan kebijakan-kebijakan diantaranya :
 Pengembangan kebijakan dan standar dilaksanakan dalam rangka
mewujudkan sistem informasi kesehatan yang terintegrasi.

 Pengembangan dan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan


dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan termasuk
lintas sektor dan masyarakat.

Pengembangan sistem informasi kesehatan dilakukan melalui kegiatan


perencanaan sistsem, analisis sistem, perancangan sistem, pengembangan
perangkat lunak, penyediaan perangkat keras, uji coba sistem, implementasi
sistem, serta pemeliharaan dan evaluasi sistem. Dan pengembangan sistem
informasi kesehatan tersebut dilakukan berdasarkan hasil pengkajian dan
penelitian.

 Penetapan kebijakan dan standar sistem informasi kesehatan dilakukan


dalam kerangka desentralisasi di bidang kesehatan.

 Penataan sumber data dan penguatan manajemen sistem informasi


kesehatan pada semua tingkat sistem kesehatan dititik beratkan pada
ketersediaan standar operasional yang jelas, pengembangan dan
penguatan kapasitas SDM dan pemanfaatan TIK, serta penguatan
advokasi bagi pemenuhan anggaran.

 Pengembangan SDM pengelola data dan informasi kesehatan


dilaksanakan dengan menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi dan
lintas sektor terkait serta terpadu dengan pengembangan SDM kesehatan
lainnya.

 Peningkatan penyelenggaraan sistem pengumpulan, penyimpanan,


diseminasi dan pemanfaatan data/informasi dalam kerangka kebijakan
manajemen data satu pintu.

 Pengembangan Bank Data Kesehatan harus memenuhi berbagai


kebutuhan dari pemangku-pemangku kepentingan dan dapat diakses
dengan mudah, serta memperhatikan prinsip-prinsip kerahasiaan dan
etika yang berlaku di bidang kesehatan dan kedokteran.

 Peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk


meningkatkan statistik vital melalui upaya penyelenggaraan registrasi
vital di seluruh wilayah Indonesia dan upaya inisiatif lainnya.

 Peningkatan inisiatif penerapan eHealth untuk meningkatkan kualitas


pelayanan kesehatan dan meningkatkan proses kerja yang efektif dan
efisien.
Yang dimaksud dengan eHealth adalah pemanfaatan teknologi informatika
dan komunikasi di sector kesehatan terutama untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan.

 Peningkatan budaya penggunaan data melalui advokasi terhadap


pimpinan di semua tingkat dan pemanfaatan forum-forum informatika
kesehatan yang ada.

 Peningkatan penggunaan solusi-solusi mHealth dan telemedicine untuk


mengatasi masalah infrastruktur, komunikasi dan sumber daya manusia
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Sistem informasi kesehatan merupakan sarana untuk menunjang pelayanan


kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Sistem informasi kesehatan
yang efektif memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan
keputusan di semua jenjang, bahkan di puskesmas atau di rumah sakit kecil
sekalipun. Bukan hanya data, bahkan juga informasi yang lengkap, tepat,
akurat, dan cepat yang dapat disajikan dengan adanya sistem informasi
kesehatan yang tertata dan terlaksana dengan baik.

B. Sumber

 PP nomor 46 tahun 2014 tentang sistem informasi kesehatan


 Kebijakan sistem informasi kesehatan nasional. Pusat data dan informasi.
 Rancangan peraturan pemerintah tentang sistem informasi kesehatan
 Pengembangan sistem informasi
 Roadmap sistem informasi kesehatan tahun 2011-2014

Anda mungkin juga menyukai