LP Diabetes
LP Diabetes
DM dan CKD. Pasien mengatakan badannya lemas dan kaki kanan terasa nyeri cenut-
cenut, pasien mengatakan nyerinya terasa sejak 1 minggu yang lalu, pasien mengatakan
nyeri muncul saat pasien bergerak, pasien mengatakan skala nyeri 8, pasien berpresepsi
bahwa nyeri yang dirasakannya karena bengkak di kakinya, pasien berharap rasa nyeri
berkurang dan hilang. Keluarga pasien mengatakan pasien jarang melakukan sholat
karena malas dan jika ingat saja
B. Patofisiologi
Diabetes melitus merupakan penyakit dengan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak yang disebabkan insulin tidak dapat bekerja
secara optimal, jumlah insulin yang tidak memenuhi kebutuhan atau keduanya.
Gangguan metabolisme tersebut dapat terjadi karena 3 hal yaitu pertama karena
kerusakan pada sel-sel beta pankreas karena pengaruh dari luar seperti zat
kimia, virus dan bakteri. Penyebab yang kedua adalah penurunan reseptor
glukosa pada kelenjar pankreas dan yang ketiga karena kerusakan reseptor
insulin di jaringan perifer. Insulin yang disekresi oleh sel beta pankreas
berfungsi untuk mengatur kadar glukosa darah dalam tubuh. Kadar glukosa
darah yang tinggi akan menstimulasi sel beta pankreas untuk mengsekresi
insulin.
Sel beta pankreas yang tidak berfungsi secara optimal sehingga berakibat
pada kurangnya sekresi insulin menjadi penyebab kadar glukosa darah tinggi.
Penyebab dari kerusakan sel beta pankreas sangat banyak seperti contoh
penyakit autoimun dan idiopatik. Gangguan respons metabolik terhadap kerja
insulin disebut dengan resistensi insulin. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
gangguan reseptor, pre-reseptor dan post reseptor sehingga dibutuhkan insulin
yang lebih banyak dari iasanya untuk mempertahankan kadar glukosa darah
agar tetap normal. Sensitivitas insulin untuk menurunkan glukosa darah dengan
cara menstimulasi pemakaian glukosa di jaringan otot dan lemak serta menekan
produksi glukosa oleh hati menurun. Penurunan sensitivitas tersebut juga
menyebabkan resistensi insulin sehingga kadar glukosa dalam darah tinggi.
Kadar glukosa darah yang tinggi selanjutnya berakibat pada proses filtrasi yang
melebihi transpor maksimum. Keadaan ini mengakibatkan glukosa dalam darah
masuk ke dalam urin (glukosuria) sehingga terjadi diuresis osmotik yang
ditandai dengan pengeluaran urin yang berlebihan (poliuria). Banyaknya cairan
yang keluar menimbulkan sensasi rasa haus (polidipsia). Glukosa yang hilang
melalui urin dan resistensi insulin menyebabkan kurangnya glukosa yang akan
diubah menjadi energi sehingga menimbulkan rasa lapar yang meningkat
(polifagia) sebagai kompensasi terhadap kebutuhan energi. Penderita akan
merasa mudah lelah dan mengantuk jika tidak ada kompensasi terhadap
kebutuhan energi tersebut.
C. Tanda dan Gejala
Menurut, Ramachandran 2014 tanda gejala pada DM tipe 1 dan tipe 2
1. Sering kelelahan
2. Iritabilitas
3. Infeksi berulang terutamapada area genetalia,saluran kemih,kulit rongga
mulut, dan penyembuhan luka tertunda
4. Mulut kering
5. Rasa terbakar, nyeri dan mati rasa pada kaki
6. Gatal
7. Hipoglikemia reaktif
8. Achanthoses
9. Gangguan pengelihatan
10. Impotensi atau disfungsi ereksi
D. Klasifikasi dan Etiologi
Diabetes dapat diklasifikasikan kedalam kategori umum ( American Diabetes
Association, 2019 ) :
1. Tipe 1 : Kerusakan sel-β autoimun yang biasanya menyebabkan
defisiensi insulin absolut (terus-menerus)
2. Tipe 2 : Hilangnya progresif pada saat sekresi insulin sel-β dan tidak
cukupnya tubuh menghasilkan insulin
3. Gestational Diabetes Mellitus ( GDM ) : Diabetes yang didiagnosis pada
saat di trimester ke-2 dan ke-3 kehamilan, yang sebelumnya belum terkena
diabetes.
4. Diabetes karena penyebab lain : Contoh Monogenic Diabetes Syndromes
atau Diabetes Monogenik pada anak, (seperti diabetes neonatal dan
maturity-onset diabetes of the young [MODY] ), penyakit pankreas eksokrin
(seperti fibrosis kistik dan pankreatitis), dan diabetes yang diinduksi obat
atau bahan kimia (seperti penggunaan glukokortikoid, dalam pengobatan
HIV / AIDS, atau setelah transplantasi organ)
Kadar
Kriteria diagnosis Diabetes Melitus (DM) (PERKENI 2011 dalam
Infodatin,2019) :
1. Glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl dengan gejala klasik menyertai
2. Glukosa 2 jam post perandial ≥200 mg/dl;
3. Glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl bila terdapat keluhan klasik DM
seperti banyak kencing (poliuria), banyak minum (polidipsia), banyak makan
(polifagia), dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya.
Kriteria diagnosis DM (konsensus PERKENI 2015 dalam Infodatin, 2019) :
1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak
ada asupan kalori minimal 8 jam.
2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.
3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan
klasik (poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya).
4. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program
(NGSP).
E. Komplikasi
Seiring waktu diabetes dapat merusak jantung, pembuluh darah, mata, ginjal
dan saraf ( WHO, 2018)
1. Orang dewasa dengan diabetes memiliki dua hingga tiga kali lipat
peningkatan risiko serangan jantung dan stroke
2. Denganaliran darah yang rendah maka akan terjadi neuropati (keruakan
saraf), meningkatkan kemungkinan ulkusdikaki, infeksi dan menyebabkan
perlunya amputasi ekstremitas.
3. Retinopati terjadinya kebutaan dan terjadi sebagai akibat kerusakan jangka
Panjang pada pembuluhdarakecil di retina
4. Diabete penyebab utama penyakit gagal ginjal.
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan yang dapat dilakukan (WHO, 2018) :
Melakukan diet dan aktivitas fisik bersamaan dengan menurunkan
glukosa darah
Penghentian penggunaan tembakau (merokok)
Kontrol glukosa darah khususnya pada Tipe 1 dengan insulin dan Tipe
2 dengan obat-obatan oral
Kontrol tekanan darah
Perawatan kaki
Kontrol kadar lipid pada darah
Skrining untuk tanda-tanda awal penyakit ginjal terkait diabetes dan
pengobatan.
2. Menurut, Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 Di Indonesia tahun 2011:
Ada 4 pilar penalakasanaan DM
1.Edukasi
2.Terapi gizi medis
3.Latihan jasmani
4.Intervensi farmakologis
a) Riwayat Penyakit
Gejala yang timbul
Hasil pemeriksaan laboratorium terdahulu meiputi: glukosa
darah, A1C,dan hasil pemerikaan khususyangterkaitDM
Pola makan,status nutrisi,dan riwayat perubahan berat badan
Riwayat tumbuh kembang pada pasien anak/dewasa muda
Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara
lengkap, termasuk terapi gizi medis dan penyuluhan yang
telah diperoleh tentang perawatan DM secara mandiri, serta
kepercayaan yang diikuti dalam bidang terapi kesehatan
Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang
digunakan, perencanaan makan dan program
latihanjasmaniRiwayat komplikasi akut (ketoasidosis
diabetik, hiperosmolar hiperglikemia, dan hipoglikemia)
Riwayat infeksi sebelumnya, terutama infeksi kulit, gigi, dan
traktus urogenitalis serta kaki
Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik
(komplikasi pada ginjal, mata, saluran pencernaan, dll.)
Pengobatan lain yang mungkin berpengaruh terhadap
glukosa darah
Faktor risiko: merokok, hipertensi, riwayat penyakit jantung
koroner, obesitas, dan riwayat penyakit keluarga (termasuk
penyakit DM dan endokrin lain)
Riwayat penyakit dan pengobatan di luar DM
Pola hidup, budaya, psikososial, pendidikan, dan status
ekonomi
Kehidupan seksual, penggunaan kontrasepsi, dan kehamilan.
b) Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tinggi badan, berat badan,dan lingkar pinggang
Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan
darah dalam posisi berdiri untuk mencari kemungkinan
adanya hipotensi ortostatik, serta ankle brachial index
(ABI),untuk mencari kemungkinan penyakit pembuluh
darah arteri tepi
Pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroidPemeriksaan
jantung
Evaluasi nadi, baik secara palpasi maupun dengan
stetoskopPemeriksaan ekstremitas atas dan bawah,
termasuk jariPemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan
bekas tempat penyuntikan insulin) dan pemeriksaan
neurologisTanda-tanda penyakit lain yang dapat
menimbulkan DM tipe-lain
G. Nutrisi
H. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:
1. Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.
Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan
Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat
tinggi.
Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes
dapat makan sama dengan makanan keluarga yang lain
Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal
tidak melebihi batas aman konsumsi harian (AcceptedDaily
Intake)
Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat
dalam sehari. Kalau diperlukan dapat diberikan makanan selingan
buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori
sehari.
2. Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori. Tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak
jenuh tunggal.
Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging
berlemak dan susu penuh (whole milk).
Anjuran konsumsi kolesterol < 200 mg/hari.
3. Protein
Dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan energi.
Sumber protein yang baik adalah seafood(ikan, udang, cumi,dll),
daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,
kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein
menjadi 0,8 g/KgBB perhari atau 10% dari kebutuhan energi dan
65% hendaknya bernilai biologik tinggi.
4. Natrium
Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan
anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg
atau sama dengan 6-7 gram (1 sendok teh) garam dapur.
Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg
garam dapur.
Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan
bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
5. Serat
Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan
mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah, dan sayuran
serta sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena mengandung
vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan.
Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari.
6. Pemanis alternative
Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis
tak berkalori. Termasuk pemanis berkalori adalah gula alkohol dan
fruktosa.
Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol,
mannitol,sorbitol dan xylitol.
Dalam penggunaannya, pemanis berkalori perlu diperhitungkan
kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes
karena efek samping pada lemak darah.
Pemanis tak berkaloriyang masih dapat digunakan antara
lainaspartam, sakarin, acesulfame potassium, sukralose, dan
neotame.
Pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman
(Accepted Daily Intake / ADI)
I. Faktor Resiko
1. Faktor resiko pada DM tipe 1 menurut MC (Mayo Clinic)
Sejarah keluarga : risiko meningkatkan jikaorangtua atau saudara
kandung menderita DM tipe 1
Faktor lingkungan : penyakitviruskemungkinan memainkan
bebearapa peran dalam diabetes tipe 1
2. Faktor resiko pada DM tipe 2 menurut NIDDKD (National Instituteof
Diabetes and Digestiveand Kidney Diseases) :
Berusia 45 atau lebih
Riwayat keluarga diabetes
Memiliki tekanan darah tinggi
Memiliki kadar HDL rendah, atau kadarTrigliserida yang tinggi
Memiliki riwayat diabetes gestasional/melahirkan bayi dengan
dengan berat 9 pound (4Kg) atau lebih
Jarang berolahraga
Memilki riwayat penyakit jantuung atau stroke
Mengalami depresi
Memilki sindrom ovarium polikistik PCOS (ovarium atau indung
telur memproduksi banyak kantong-kantong berisi cairan.)
J. Pemeriksaan penunjang
1. Evaluasi Laboratorium
a) Glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial
b) A1C
c) Profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL, dan
trigliserida)
d) Kreatinin serumAlbuminuria
e) Keton, sedimen, dan protein dalam urin
f) Elektrokardiogram
g) Foto sinar-x dada
DAFTAR PUSTAKA
INFODATIN, 2019
WHO 2018
American Diabetes Association (ADA), 2019
Ramachandran, Ambady 2014
Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Indonesia 2011