Anda di halaman 1dari 8

Target No.

10

1. Pada tahun 2030, secara progresif mencapai dan memelihara pertumbuhan


pendapatan dari 40 persen populasi yang paling bawah di tingkat yang lebih
tinggi dari rata-rata nasional
2. Pada tahun 2030, memberdayakan dan mendorong penyertaan sosial, ekonomi
dan politik bagi semua, tanpa melihat usia, jenis kelamin, disabilitas, bangsa,
suku, asal, kelompok etnis, agama atau ekonomi atau status lainnya
3. Memastikan kesempatan yang sama dan mengurangi ketimpangan
pendapatan/outcome, termasuk dengan mengeliminasi diskriminasi terhadap
hukum, kebijakan dan praktek-praktek dan mendorong adanya legislasi,
kebijakan dan aksi yang sepantasnya untuk hal ini
4. Mengadopsi kebijakan, terutama kebijakan fiskal, upah dan perlindungan sosial,
dan secara progresif mencapai kesetaraan
5. Memperbaiki regulasi dan memonitor pasar dan institusi keuangan global dan
menguatkan implementasi dari regulasi tersebut
6. Memastikan representasi yang lebih banyak dan suara untuk negara-negara
berkembang dalam pengambilan keputusan di institusi-institusi ekonomi dan
keuangan global internasional agar dapat menjadi institusi yang lebih efektif,
kredibel, akuntabel dan sah
7. Memfasilitasi migrasi dan mobilitas manusia yang tertata, aman, teratur dan
bertanggung jawab, termasuk melalui implementasi kebijakan migrasi yang
terencana dan terkelola dengan baik

 Mengimplementasikan prinsip perlakuan khusus dan diferensial untuk negara-


negara berkembang, terutama negara kurang berkembang, sesuai dengan
perjanjian WTO
 Mendorong bentuan pembangunan resmi (ODA) dan aliran finansial, termasuk
investasi asing langsung (FDI), untuk negar-negara yang paling membutuhkan,
terutama negara kurang berkembang, negara-negara Afrika, negara
berkembang kepulauan kecil dan negara berkembang terkungkung daratan,
sesuai dengan rencana dan program nasional masing-masing
 Pada tahun 2030, mengurangi sampai dengan kurang dari 3 persen dari biaya
transaksi pengiriman migran dan menghilangkan koridor pengiriman yang
berbiaya lebih dari 5 persen
Program no 10
Kebijakan ini bersifat affirmative action untuk mencegah terjadinya reaksi negatif
terhadap pasar, terhadap sistem demokrasi, sekaligus mencegah terjadinya friksi akibat konflik
sosial di masyarakat. Kebijakan Ekonomi Berkeadilan ini mencakup 3 (tiga) area pokok, yakni
kebijakan berbasis lahan, kebijakan berbasis kesempatan, dan kebijakan berbasis peningkatan
kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kebijakan berbasis lahan salah satunya reforma
agraria. Untuk kebijakan berbasis kesempatan salah satunya sistem pajak berkeadilan.
Berikutnya kebijakan berbasis peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan dengan Job
Matching

Keunggulan program reforma agraria :

1. Mempersempit ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah yang sejatinya akan


memberikan harapan baru bagi perubahan dan pemerataan sosial ekonomi masyarakat
secara keseluruhan
2. Meningkatkan kesejahteraan dengan kemandirian pangan nasional

Kelemahan program reforma agraria :

1. Lahan yang tersedia sebagai objek TORA (Tanah Objek Reforma Agraria) seluas 9,5
juta Ha sebagian besar berada di luar Jawa
2. Masih adanya penguasaan lahan secara berlebihan oleh pihak-pihak swasta, sehingga
program yang dijalankan kurang maksimal.
3. Kurang dipertanyakan hukum dan kebijakan pengatur masalah agraria, baik terkait
pandangan atas tanah, status tanah dan kepemilikan, hak-hak atas tanah, maupun
metode untuk memperoleh hak-hak atas tanah.
4. Kelambanan dan ketidakadilan dalam proses penyelesaian sengketa tanah, yang
akhirnya berakhir pada konflik.

Web program reforma agraria : https://www.atrbpn.go.id/

Keunggulan program e-system atau electronic system (e-Registration, e-Filling, e-SPT, dan e-
Billing) :

1. Upaya peningkatan tax rasio


2. Penghindaran dan penggelapan pajak
3. mendorong kepatuhan wajib pajak
Kelemahan program e-system atau electronic system (e-Registration, e-Filling, e-SPT, dan e-
Billing) :

1. Internet sangat rentan dengan virus, yang mengakibatkan hilangnya semua data-data
2. Kurangnya sosialisasi dalam menjelaskan cara penggunannya.
3. Fiturnya yang belum sepenuhnya dipahami para wajib pajak.

Web program e-system : https://djponline.pajak.go.id/

Keunggulan jobmatching :

1. Mempermudah lulusan SMK untuk mencari pekerjaan sesuai bidang yang dipelajari.
2. Mengurangi pengangguran dari lulusan SMK karena dalam jobmatcing sendiri
mempromosikan lulusan SMK ke perusahan-perusahan.
3. Dapat menaikkan kualitas lulusan SMK.

Kelemahan jombatching :

1. Banyaknya pelamar yang masih kesulitan dalam mencari pekerjaan karena kurangnya
kriteria dari perusahaan.
2. Masih banyak SMK yang belum tahu program jobmatching,

Web : https://psmk.kemdikbud.go.id
Target No. 11

1. Pada tahun 2030, memastikan akses terhadap perumahan dan pelayanan dasar
yang layak, aman dan terjangkau bagi semua dan meningkatkan mutu
pemukiman kumuh
2. Pada tahun 2030, menyediakan akses terhadap sistem transportasi yang aman,
terjangkau, mudah diakses, dan berkelanjutan bagi semua, meningkatkan
keamanan jalan, dengan memperbanyak transportasi publik, dengan perhatian
khusus terhadap kebutuhan dari mereka yang berada di situasi rentan,
perempuan, anak-anak, orang dengan disablitas dan manula
3. Pada tahun 2030, meningkatkan urbanisasi yang inklusif dan berkelanjutan dan
kapasitas untuk perencanaan dan pengelolaan pemukiman yang partisipatoris,
terintegrasi dan berkelanjutan di setiap negara
4. Menguatkan upaya untuk melindungi dan menjaga warisan budaya dan natural
dunia
5. Pada tahun 2030, secara signifikan mengurangi jumlah kematian dan jumlah
orang yang terkena dampak dan secara substantif mengurangi kerugian
ekonomi langsung yang berhubungan dengan produk domestik bruto global
yang disebabkan oleh bencana, termasuk bencana terkait air, dengan fokus
kepada melindungi yang miskin dan yang berada di situasi rentan
6. Pada tahun 2030, mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan perkapita di
perkotaan, termasuk dengan memberikan perhatian khusus kepada kualitas
udara dan kotamadya dan manajemen limbah lainnya
7. Pada tahun 2030, menyediakan akses universal terhadap ruang-ruang publik
yang aman, inklusif dan mudah diakses, dan hijau, terutama bagi perempuan
dan anakanak, manula dan orang dengan disabilitas

 Mendukung hubungan ekonomi, sosial dan lingkungan yang positif diantara


area urban, peri-urban dan rural dengan menguatkan perencanaan
pembangunan nasional dan regional
 Pada tahun 2020, secara substantif meningkatkan jumlah kota dan pemukiman
yang mengadopsi dan mengimplementasikan kebijakan dan rencana yang
terintegrasi menuju inklusif, efisiensi sumber daya, mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan iklim, tahan terhadap bencana, dan mengembangkan dan
mengimplementasikan, sejalan dengan the Sendai Framework for Disaster Risk
Reduction 2015-2030, dan manajemen resiko bencana yang holistic pada semua
level
 Mendukung negara-negara kurang berkembang, termasuk melalui bantuan
finansial dan teknis, dalam membangun bangunan yang berkelanjutan dan
tahan lama dengan memanfaatkan bahan material lokal

Program no 11
Rumah susun DP 0 rupiah merupakan salah satu program yang dilakukan oleh Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta pada masa pemerintahan Gubernur Anies Baswedan. Program ini
ditujukan untuk menghadirkan perumahan bagi warga Jakarta menengah ke bawah. Saat ini,
program rumah DP 0 Rupiah sudah diterapkan melalui Rumah Susun Sederhana Milik
(Rusunami) di Pondok Kelapa dan direncanakan mendirikan 2 lagi, yaitu di Pulogebang dan
Cilangkap. Warga Jakarta merespon positif adanya program tersebut, terbukti dengan jumlah
2.359 warga mendaftar rumah DP0 Rupiah pada gelombang pertama.
Target No. 12

1. Mengimplementasikan Kerangka Kerja 10 tahun dari program konsumsi dan


produksi yang berkelanjutan, dimana seluruh negara melakukan aksi, dengan
dipelopori negara-negara maju, dengan melihat pembangunan dan
kemampuan dari negara-negara berkembang
2. Pada tahun 2030, mencapai manajemen berkelanjutan dan penggunaan yang
efisien dari sumber daya alam
3. Pada tahun 2030, mengurangi separuh jumlah dari sampah pangan global
perkapita pada tingkat retail dan konsumen dan mengurangi kerugian makanan
sepanjang produksi dan rantai penawaran, termasuk kerugian paska panen
4. Pada tahun 2020, meraih manajemen ramah lingkungan dari bahan kimia dan
limbah lainnya sepanjang siklus hidupnya, sesuai dengan kerangka kerja
internasional yang telah disepakati, dan secara signifikan mengurangi pelepasan
bahan-bahan tersebut ke udara, air dan tanah dalam rangka meminimalisir
dampak buruk bahan tersebut terhadap kesehatan manusia dan lingkungan
5. Pada tahun 2030, secara substansial mengurangi produksi limbah melalui
tindakan pencegahan, pengurangan, daur ulang dan penggunaan kembali
6. Mendorong perusahaan, terutama perusahaan skala besar dan transnasional
untuk mengadopsi praktek-praktek yang bekelanjutan dan untuk memasukkan
informasi yang berkelanjutan di dalam siklus laporan mereka
7. Mendukung praktek-praktek pengadaan barang publik yang berkelanjutan,
sesuai dengan kebijakan dan prioritas nasional
8. Pada tahun 2030, memastikan bahwa setiap orang dimanapun mendapatkan
informasi yang relevan dan kesadaran untuk pembangunan dan gaya hidup
yang berkelanjutan secara harmonis dengan alam

 Mendukung negara-negara berkembang untuk menguatkan kapasitas ilmiah


dan teknologi agar dapat bergerak menuju pola-pola konsumsi dan produksi
yang berkelanjutan
 Mengembangkan dan mengimplementasikan alat untuk memonitor dampak
pembangunan berkelanjutan untuk pariwisata yang berkelanjutan yang dapat
menciptakan lapangan kerja dan mendukung budaya dan produk lokal
 Merasionalisasikan subsidi bahan bakar fosil yang tidak efisien yang justru
mendorong konsumsi berlebih dengan cara menghilangkan penyimpangan
pasar, sesuai dengan situasi nasional, termasuk dengan merestrukturisasi pajak
dan secara bertahap mengurangi subsidi yang berbahaya, dimana adanya, untuk
merefleksikan dampaknya terhadap lingkungan, dengan melihat pada
kebutuhan spesifik dan kondisi dari negara-negara berkembang dan
meminimalisir dampak buruk terhadap pembangunan negara-negara tersebut
dengan cara yang melindungi kaum miskin dan masyarakat terkena dampak

Program no 12
Beli Yang Baik adalah program yang diinisiasi oleh WWF Indonesia. Program yang
dilakukan berupa kampanye tentang membeli dan mengonsumsi produk-produk yang
diproduksi tanpa membahayakan atau merusak lingkungan. Kampanye yang dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya adalah mengadakan festival #BeliYangBaik. Di festival ini
masyarakat diberi pengetahuan mengenai maksud dari logo yang ada di kemasan produk,
produk-produk apa saja yang sudah dibuat tanpa merusak lingkungan, serta melakukan
aktivitas lain yang menarik minat seperti melakukan demo masak, games, dan penampilan grup
akapela. Selain masyarakat, WWF Indonesia juga menggaet para pelaku bisnis untuk
mempertanggungjawabkan produknya. Contoh hal yang dilakukan adalah WWF Indonesia
bekerja sama dengan pelaku usaha seafood lewat penandatanganan sebuah ikrar sebagai bagian
dari kampanye konsumsi seafood bertanggung jawab #BeliYangBaik. Para pelaku usaha ini
harus tahu informasi mengenai asal-usul produknya mulai dari budi daya hingga alat yang
digunakan untuk menangkapnya.

Keunggulan:
1. Informasi tentang panduan konsumen dapat diakses dengan mudah melalui internet.
2. Pencerdasan masyarakat juga bisa dilakukan melalui media sosial yang tidak
membutuhkan banyak biaya tetapi banyak diakses oleh masyarakat saat ini.
3. Menarik minat karena kampanye dikemas melalui kegiatan yang menarik.

Kelemahan:
1. Kurangnya publikasi sehingga masyarakat banyak yang belum mengetahui tentang
program kampanye ini.
2. Efektivitas program yang tidak langsung terasa dan karena bentuknya kampanye maka
keberhasilan ditentukan oleh sikap masyarakat sendiri setelah menerima informasinya.
Target No. 13

1. Menguatkan daya tahan dan kapasitas adaptasi terhadap bahaya hal-hal yang
berkaitan dengan iklim dan bencana alam di semua negara
2. Mengintegrasikan ukuran-ukuran perubahan iklim kedalam kebijakan, strategi
dan perencanaan nasional
3. Memperbaiki pendidikan, penyadaran dan juga kapasitas baik manusia maupun
institusi terhadap mitigasi perubahan iklim, adaptasi, pengurangan dampak dan
peringatan dini

 Mengimplementasikan komitmen yang dibuat oleh pihak negara-negara maju


kepada Kerangka Kerja Konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim dengan tujuan
untuk memobilisasikan secara bersama $100 milyar pertahunnya pada tahun
2020 dari segala sumber untuk memenuhi kebutuhan negara-negara
berkembang dalam konteks aksi mitigasi dan transparansi terhadap
implementasinya dan secara penuh mengoperasionalisasikan Dana Iklim Hijau
(Green Climate Fund/GCF) melalui kapitalisasiya secepat mungkin
 Mendukung mekanisme untuk peningkatan kapasitas untuk perencanaan dan
manjemen terkait perubahan iklim yang efektif di negara-negara kurang
berkembang dan negara berkembang kepulauan kecil, dengan berfokus pada
perempuan, remaja, dan masyarakat lokal dan marjinal

Program No. 13
Langkah mitigasi dan adaptasi yang dilakukan masyarakat tidak harus berupa gerakan
besar seperti: Membangun sumur peresapan air hujan, memperbanyak biopori dan juga
penghijauan untuk menjaga kualitas air tanah, selain itu juga kegiatan yang mengenai isu efek
gas rumah kaca serta pengelolaan sampah yang baik.

Anda mungkin juga menyukai