Anda di halaman 1dari 23

Soal No.

1 tentang Sifat Ikatan Kimia


Pembahasan
Untuk menentukan jenis ikatan, nomor atom unsur-unsur tersebut kita kurangi dengan nomor
atom gas mulia terdekat.

X : 11 – 10 = +1 → X+
Y : 17 – 18 = −1 → Y−

Tampak jelas bahwa unsur X membentuk ion positif sedangkan unsur Y membentuk ion
negatif sehingga ikatan yang terjadi adalah ikatan ionik.

X+ + Y− → XY

Ikatan tersebut seperti ikatan antara Na dan Cl:

Na+ + Cl− → NaCl

Adapun sifat ikatan ionik antara lain:

 larut dalam air


 menghantarkan listrik baik dalam bentuk lelehan maupun larutan
 titik didih dan titik leleh tinggi
Jadi, sifat dan jenis ikatan antara unsur X dan Y yang paling tepat adalah opsi (A).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Sifat Ikatan Kimia

Soal No. 2 tentang Struktur Atom


Pembahasan
Setiap unsur mempunyai notasi:

A
ZX

di mana:

Z : nomor atom (jumlah proton atau elektron)


A : nomor massa (jumlah proton + neutron)

Saat menentukan golongan dan periode, unsur harus dalam keadaan netral (tidak dalam
bentuk ion) dan tidak dalam keadaan tereksitasi (elektron pindah lintasan).

Ion A2+ (melepas 2 elektron) mempunyai 10 elektron, maka:

 nomor atom : Z = 10 + 2 = 12
 nomor massa : A = 12 + 12 = 24
 notasi unsur : 12A24
 konfigurasi elektron : 1s2 2s2 2p6 3s2
 golongan : IIA
 periode :3

Ion B (menangkap 1 elektron) mempunyai 18 elektron, maka:

 nomor atom : Z = 18 − 1 = 17
 nomor massa : A = 17 + 18 = 35
 notasi unsur : 17B35
 konfigurasi elektron : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5
 golongan : VIIA
 periode :3
Catatan:
Golongan A : ns atau ns np
Golongan B : ns (n − 1)d

Jadi, pasangan data yang tepat adalah opsi (D).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Struktur Atom

Soal No. 3 tentang Bentuk Molekul


Pembahasan
Elektron valensi (elektron terluar) dari unsur X dan Y adalah:

X = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p3 [valensi 5]


Y = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5 [valensi 7]

Agar terpenuhi kaidah oktet (jumlah valensi 8) maka unsur X membutuhkan 3 elektron dari Y
sedangkan unsur Y membutuhkan 1 elektron dari X. Sehingga terbentuk ikatan XY3 dengan
struktur Lewis:

Perhatikan atom pusat X. Atom pusat X mempunyai 5 elektron terluar, 3 di antaranya


digunakan untuk mengikat atom Y. Sisanya 2 elektron (sepasang elektron) dalam keadaan
bebas. Adanya elektron bebas ini menyebabkan bentuk molekulnya segitiga piramida
(trigonal piramida/limas segitiga) bukan segitiga datar. [opsi B salah bentuk molekulnya]

Berarti terbentuknya ikatan tidak berdasarkan kaidah oktet, tetapi berdasarkan kesimetrisan
bentuk molekul.
Agar terbentuk molekul yang simetris maka kelima elektron valensi X berikatan dengan
elektron Y membentuk molekul XY5.

Karena semua elektron valensi dari unsur X berikatan maka


tidak terdapat elektron bebas sehingga mempunyai bentuk
molekul segitiga bipiramida atau trigonal bipiramida.

Jadi, rumus kimia dan bentuk molekul yang benar adalah opsi
(D).

Catatan:
Ikatan antara unsur X dan Y di atas bisa membentuk senyawa
XY3 atau XY5. Contohnya, PCl3 dan PCl5.

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Bentuk Molekul

Soal No. 4 tentang Jenis Ikatan Kimia


Pembahasan
Soal no. 4 ini mirip dengan soal no. 3. Cuma beda pertanyaan saja.

Ok, mari kita tentukan konfigurasinya dulu!

7A = 2, 5 [valensi 5]
17B = 2, 8, 7 [valensi 7]

Unsur A mempunyai valensi 5 sehingga membutuhkan 3 elektron agar terpenuhi kaidah


oktet. Sedangkan unsur B bervalensi 7 sehingga hanya membutuhkan 1 elektron.

Dengan demikian, senyawa yang terbentuk adalah AB3.

Jadi, struktur Lewis yang benar adalah opsi (C).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Jenis Ikatan Kimia


Soal No. 5 tentang Hukum Dasar Kimia
Pembahasan
Empat Hukum Dasar Kimia yang terkenal adalah:

 Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)


Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama
 Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa adalah tetap
 Hukum Kelipatan Perbandingan {Hukum Dalton)
Jika dua jenis unsur bergabung membentuk lebih dari satu macam senyawa maka
perbandingan massa unsur dalam senyawa-senyawa tersebut merupakan bilangan
bulat sederhana
 Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay-Lussac)
Pada suhu dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas-gas yang bereaksi dan
hasil reaksi merupakan bilangan bulat sederhana
Pada soal di atas, massa zat sebelum reaksi (7 gram besi dan 4 gram sulfur) adalah 11 gram.
Sedangkan massa zat sesudah reaksi adalah 11 gram besi sulfida.

Jadi, hukum dasar kimia yang tepat adalah Hukum Kekekalan Massa atau Hukum Lavoisier
(C).
Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Hukum Dasar Kimia

Soal No. 6 tentang Larutan elektrolit dan Nonelektrolit


Pembahasan
Berikut ini tabel hubungan antara jenis larutan dengan derajat ionisasi, adanya gelembung,
dan nyala lampu.

Larutan Derajat Ionisasi Gelembung Nyala Lampu


Elektrolit Kuat α=1 banyak terang
Elektrolit Lemah 0<α<1 sedikit redup
Nonelektrolit α=0 tidak ada mati

Dengan demikian, larutan yang mempunyai derajat ionisasi = 0 adalah larutan nonelektrolit
dengan indikasi lampu mati dan tidak ada gelembung.

Jadi, pasangan larutan yang memiliki derajat ionisasi = 0 ditunjukkan pada nomor 1 dan 2
(A).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
Soal No. 7 tentang Titrasi Asam Basa
Pembahasan
Massa H2SO4 mula-mula sebelum titrasi adalah:

m = ρV
= 1,8 ∙ 20 gram
= 36 gram

Saat titrasi asam basa, berlaku hubungan:

M1 V1 a = M2 V2 b

dengan a dan b berturut-turut adalah jumlah ion H+ dan OH− sedangkan V adalah volume
rata-rata pada tabel percobaan di atas.

M1 ∙ 20 ∙ 2 = 0,4 ∙ 24 ∙ 1
M1 = 0,24

Kemudian nilai molar ini kita jabarkan lagi untuk mendapat massa H2SO4 sesudah titrasi.

Dengan demikian, persentase massa H2SO4 adalah:

Jadi, kadar H2SO4 tersebut adalah 1,30% (D).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Asam dan Basa


Soal No. 8 tentang Larutan Asam Basa
Pembahasan
Berikut ini penjelasan tentang kedua gambar di atas.

 HCl adalah asam kuat sedangkan CH3COOH adalah asam lemah. CH3COOH
dikatakan asam lemah karena tercantum nilai Ka pada gambar di atas. [pernyataan 2
salah]
 Asam kuat akan terionisasi sempurna sedangkan asam lemah akan terionisasi
sebagian. [pernyataan 5 salah]
 Karena kedua larutan merupakan larutan asam maka dapat kedua larutan memerahkan
lakmus biru. Sedangkan lakmus merah tetap merah. [pernyataan 4 salah]
 Nilai keasaman dari kedua larutan adalah:

HCl → [H+] = a M
= 1 × 10−3
= 10−3
pH = 3
CH3COOH → [H+] = √(Ka M)
= √(10−5 ∙ 10−1)
= 10−3
pH = 3
Kedua larutan tersebut mempunyai harga [H+] dan pH yang sama. [pernyataan 1 dan 3 benar]
Jadi, penjelasan yang tepat mengenai kedua larutan tersebut nomor adalah penjelasan 1 dan 3
(A).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Asam dan Basa

Soal No. 9 tentang Larutan Penyangga


Pembahasan
Kita hitung satu per satu ya!

Nomor (1)

mol asam = 50 mL × 0,1 M = 5 mmol


mol garam = 50 mL × 0,1 M = 5 mmol

[H+] = Ka × na/ng
= 10−5 × 5/5
= 10−5
pH = 5

Nomor (2)
mol asam = 50 mL × 0,1 M = 5 mmol
mol garam = 100 mL × 0,1 M = 10 mmol

[H+] = Ka × na/ng
= 10−5 × 5/10
= 5 × 10−6
pH = 6 – log 5

Nomor (3)

Campuran larutan nomor (3) tidak membentuk larutan penyangga karena KCN bukan garam
dari asam lemah CH3COOH. Oleh karena itu pH campuran hanya dihitung berdasarkan
rumus pH asam lemah.

[H+] = √(Ka M)
= √(2 × 10−5 ∙ 2 × 10−1)
= √(4 × 10−6)
= 2 × 10−3
pH = 3 – log 2

Jadi, urutan harga pH dimulai dari yang terkecil adalah 3 – 1 – 2 (D).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Larutan Penyangga

Soal No. 10 tentang Penerapan Larutan Penyangga


Pembahasan
Penambahan buffer bikarbonat (HCO3−) berarti menambah konsentrasi HCO3− di ruas kanan
(perhatikan reaksi 3 pada wacana di atas). Akibatnya, reaksi bergeser ke kiri sehingga terjadi
penurunan pH.

Jadi, pemberian larutan bikarbonat pH 6,7 bertujuan untuk menurunkan pH darah dengan
menggeser kesetimbangan ke arah kiri (D).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Larutan Penyangga

Soal No. 11 tentang Hidrolisis Garam


Perhatikan tabel persamaan reaksi hidrolisis garam berikut ini!

Pembahasan
Hidrolisis garam adalah reaksi penguraian garam dalam air. Jika garam tersebut bersifat asam
maka akan terbentuk ion H+ atau H3O+. Sedangkan bila garam tersebut bersifat basa maka
akan terbentuk ion OH−.

Mari kita periksa satu per satu!


 CH3COONa ⟶ CH3COO− + Na+
Garam CH3COONa bersifat basa (pH > 7) karena berasal dari asam lemah CH3COOH dan
basa kuat NaOH. Yang terhidrolisis dalam air adalah ion yang berasal dari asam lemah.
CH3COO− + H2O ⇌ CH3COOH + OH−
[pernyataan 1 benar]
 Garam CaSO3 ⟶ Ca2+ + SO32−
Garam CaSO3 bersifat basa (pH > 7) karena berasal dari basa kuat Ca(OH)2dan asam lemah
H2SO3. Yang terhidrolisis dalam air adalah ion yang berasal dari asam lemah.
SO32− + H2O ⇌ HSO3− + OH−
[pernyataan 2 salah]
 (NH4)2SO4 ⟶ 2NH4+ + SO42−
Garam (NH4)2SO4 bersifat asam (pH < 7) karena berasal dari basa lemah NH4OH dan asam
kuat H2SO4. Yang terhidrolisis dalam air adalah ion yang berasal dari basa lemah.
NH4+ + H2O ⇌ NH4OH + H+ atau
NH4+ + H2O ⇌ NH3 + H3O+
[pernyataan 3 benar]
 (NH4)3PO4 ⟶ 3NH4+ + PO43−
Garam (NH4)3PO4 berasal dari asam lemah H3PO4 dan basa lemah NH4OH sehingga
keduanya mengalami hidrolisis (hidrolisis total).
PO43− + H2O ⇌ HPO42− + OH−
NH4+ + H2O ⇌ NH3 + H3O+
[pernyataan 4 salah]
Jadi, pasangan data garam terhidrolisis yang tepat adalah pernyataan 1 dan 3 (B).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Hidrolisis Garam

Soal No. 12 tentang pH Asam Basa


Pembahasan
Titik ekuivalen kurva titrasi terjadi pada pH = 5,8. Hal ini berarti:

 Titrasi terjadi antara asam kuat dan basa lemah. Di antara opsi jawaban, yang
termasuk basa lemah dan asam kuat adalah CH3NH3 – HCl.
 Titik ekuivalen masuk dalam trayek asam lemah (3 – 6). Sehingga indikator yang
tepat adalah metil jingga.
Jadi, pasangan asam-basa/basa-asam dan indikator yang digunakan berturut-turut adalah
CH3NH3 – HCl dan metil jingga (C).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Asam dan Basa


Soal No. 13 tentang Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Pembahasan
Untuk menentukan apakah suatu campuran menghasilkan endapan atau tidak, kita harus
menentukan harga Qc, yaitu hasil kali konsentrasi ion-ion pangkat koefisien masing-masing.
Selanjutnya harga Qc tersebut kita bandingkan dengan harga Ksp.

 Qc < Ksp : larut (belum jenuh)


 Qc = Ksp : larut (tepat jenuh)
 Qc > Ksp : mengendap (lewat jenuh)
Nah, mari kita buktikan tentukan harga Qc dari Mg(OH)2.

Mg(OH)2 → Mg2+ + 2OH−


Qc = [Mg2+] [OH−]2

Harga [Mg2+] kita dapatkan dari molaritas Mg(NO3)2 sedangkan harga [OH−] kita dapatkan
dari KOH.

No. [Mg2+] [OH−] Qc = [Mg2+] [OH−]2 Ksp Ket


−3 −5 −13
(1) 10 10 10 Qc < Ksp
−4 −3 −10
(2) 10 10 10 Qc > Ksp
(3) 10−5 10−4 10−13 6 × 10−12 Qc < Ksp
(4) 10−3 10−3 10−9 Qc > Ksp
−5 −5
(5) 10 10 10−15 Qc < Ksp

Jadi, pasangan campuran yang menghasilkan endapan Mg(OH)2 ditunjukkan pada nomor 2
dan 4 (D).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Soal No. 14 tentang Termokimia


Pembahasan
Berikut ini ciri reaksi eksoterm dan endoterm.

Reaksi Eksoterm Reaksi Endoterm


sistem melepas/membebaskan/ sistem menyerap/
menghasilkan kalor membutuhkan/memerlukan kalor
kalor mengalir dari sistem ke lingkungan kalor mengalir dari lingkungan ke sistem
suhu lingkungan naik suhu lingkungan turun
perubahan entalpi negatif (∆H < 0) perubahan entalpi positif (∆H > 0)
entalpi produk lebih kecil daripada entail entalpi produk lebih besar daripada entail
reaktan reaktan
menghasilkan energi memerlukan energi
contoh: proses respirasi contoh: proses fotosintesis
Saat batu kapur dimasukkan ke dalam air, wadah akan terasa panas, berarti suhu lingkungan
naik. Hal ini terjadi karena sistem melepas kalor ke lingkungan. Sehingga reaksi di atas
termasuk reaksi eksoterm.

Jadi, pernyataan yang benar dari data percobaan tersebut adalah opsi (C).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Termokimia

Soal No. 15 tentang Laju Reaksi


Pembahasan
Orde reaksi A ditentukan saat nilai [B] tetap, yaitu percobaan (1) dan (2).

Selanjutnya kita bandingkan antara nilai [A] terhadap waktu atau kecepatan. Bila kita
bandingkan dengan waktu maka berbanding terbalik. Sedangkan bila kita bandingkan dengan
kecepatan maka berbanding lurus.

Ok, Kak Ajaz lebih suka yang berbanding lurus.

Sehingga persamaan laju reaksinya adalah:

v = k [A]2 [B]m

Dengan demikian, hubungan antara v terhadap [A] adalah:

v ~ [A]2

Berarti grafik v - [A] adalah grafik kuadrat atau parabola.

Jadi, grafik yang menunjukkan orde reaksi dari A adalah opsi (C).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Laju Reaksi

Soal No. 16 tentang Faktor Pemercepat Reaksi


Pembahasan
Tujuan percobaan di atas adalah untuk mengetahui laju reaksi atau waktu reaksi. Tujuan ini
disebut variabel terikat.
Faktor yang memengaruhi laju reaksi pada percobaan di atas adalah luas permukaan sentuh,
konsentrasi H2SO4, dan suhu. Faktor-faktor tersebut yang dibuat berbeda disebut variabel
bebas sedangkan faktor yang dibuat tetap disebut variabel kontrol.

Nah, untuk menjawab soal di atas, yang perlu diamati adalah variabel bebas dan variabel
terkontrol.

Variabel bebas yang diinginkan adalah luas permukaan sedangkan variabel kontrolnya adalah
konsentrasi H2SO4. Artinya, kita harus menentukan 2 dari 4 gelas di atas yang mempunyai
luas permukaan berbeda tetapi [H2SO4] tetap.

Ternyata pasangan 1-2 dan 2-4 mempunyai luas permukaan berbeda (bentuk lempeng dan
potongan kecil-kecil) serta [H2SO4] yang sama, yaitu 1 M.

Bedanya, pasangan 1-2 suhunya sama sehingga luas permukaan benar-benar merupakan
faktor penentu waktu reaksi. Sedangkan pasangan 2-4 suhunya berbeda. Sehingga luas
permukaan tidak bisa dikatakan secara pasti sebagai penentu laju reaksi.

Jadi, pasangan gambar yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah nomor 1 dan 2 (A).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Laju Reaksi

Soal No. 17 tentang Penerapan Sifat Koligatif Larutan


Pembahasan
Menaburkan garam atau urea pada hamparan salju bertujuan untuk menurunkan titik beku
salju. Misalkan titik beku salju 0 ℃. Saat ditaburi garam, titik bekunya akan turun, misal
menjadi -1 ℃. Sehingga pada suhu 0 ℃ salju belum membeku. Akibatnya, salju yang
membeku pada suhu 0 ℃ akan mencair.

Jadi, sifat koligatif larutan yang paling tepat berhubungan dengan fenomena wacana di atas
adalah penurunan titik beku (C).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Sifat Koligatif Larutan

Soal No. 18 tentang Kesetimbangan Kimia


Pembahasan
Hubungan antara suhu dengan Kp adalah sebagai berikut:

 Reaksi eksoterm: Jika suhu sistem dinaikkan maka reaksi akan bergeser ke kiri
sehingga harga Kp turun.
 Reaksi endoterm: Jika suhu sistem dinaikkan maka reaksi akan bergeser ke kanan
sehingga harga Kp naik.
 Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa:
 reaksi pembentukan NO2 adalah reaksi eksoterm
 saat suhu dinaikkan reaksi bergeser ke kiri sehingga konsentrasi produk (NO2)
berkurang
Jadi, pernyataan yang tepat mengenai hal tersebut adalah opsi (A).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Kesetimbangan Kimia

Soal No. 19 tentang Sifat Koligatif Larutan


Pembahasan
Diketahui:

NaCl (Mr = 58,5, i = 2, V = 1 liter)


πdarah = 9,84 atm
T = 27 + 273 = 300 K
R = 0,082 L.atm/(mol.K)

Larutan isotonik adalah larutan yang mempunyai tekanan osmotik yang sama. Karena larutan
NaCl isotonik dengan cairan dalam darah maka:

Jadi, massa NaCl yang dibutuhkan adalah 11.7 gram (C).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Sifat Koligatif Larutan

Soal No. 20 tentang Reaksi Reduksi Oksidasi


Pembahasan
Perhatikan reaksi pertama!

Pada reaksi di atas, unsur klor mengalami penurunan bilangan oksidasi sehingga senyawa
NaClO mengalami reduksi atau bertindak sebagai oksidator.

Jadi, sifat kimia senyawa yang terdapat dalam pemutih adalah oksidator (D).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Reaksi Reduksi dan Oksidasi.

Soal No. 21 tentang Penerapan Elektrolisis


Pembahasan
Pada gambar di atas terlihat bahwa:

 Anoda : logam tembaga (Cu)


 Katoda : logam seng (Zn)
Perhatikan, anodanya adalah elektroda aktif, yaitu Cu (selain Pt/C). Elektroda ini akan
mengalami oksidasi di anoda.

Sedangkan reaksi di katoda bergantung pada kation larutan, yaitu Cu2+. Kation ini akan
mengalami reduksi di katoda.

 Anoda : Cu(s) → Cu2+(aq) + 2e


 Katoda : Cu2+(aq) + 2e → Cu(s)
Tampak bahwa tembaga (Cu) mengendap pada katoda (Zn) sehingga tembaga akan melapisi
sendok seng.

Jadi, reaksi yang terjadi di katoda adalah opsi (E).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Elektrolisis dan Hukum Faraday

Soal No. 22 tentang Sel Elektrokimia


Pembahasan
Perhatikan notasi sel volta berikut ini!

Di anoda, Mg mengalami oksidasi menjadi Mg2+ dengan melepas elektron. Kemudian


Mg2+ masuk ke dalam larutan sedangkan elektron mengalir melalui kawat menuju katoda.
Sesampai di katoda, elektron tersebut ditangkap oleh Sn2+ sehingga mengalami reduksi
menjadi Sn.

Dengan demikian,
 anoda : Mg
 katoda : Sn
 arah elektron : dari anoda ke katoda
Jadi, gambar sel volta yang benar adalah (A/E).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Reaksi Redoks dan Elektrokimia

Soal No. 23 tentang Elektrolisis


Pembahasan
Mari kita perhatikan reaksi yang terjadi di katoda dan anoda!

 Di katoda terjadi endapan Ni, berarti larutan mengandung kation Ni2+.


 Di anoda terjadi oksidasi air, berarti anion mengandung unsur O serta elektroda yang
digunakan bukan elektroda aktif.
Berdasarkan opsi yang ada, larutan yang digunakan adalah NiSO4 (opsi B dan E). Hanya saja
opsi E menggunakan elektroda aktif (selain Pt/C) pada anodanya.

Jadi, gambar yang tepat untuk peristiwa elektrolisis tersebut adalah opsi (B).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Elektrolisis dan Hukum Faraday

Soal No. 24 tentang Sifat Koligatif Larutan


Pembahasan

Diketahui:

Data-data urea (CO(NH2)2)

Mr = 60
gr = 11,7 g
p = 1 L = 1000 g
∆Tf = 0 – (–0,367) = 0,367

Data-data NaCl

Mr = 58,5
gr = 11,7 g
p = 1 L = 1000 g
∆Tf = 0 – (–0,744) = 0,744
α = 1 sehingga i = 2 (jumlah partikel NaCl)

Nah, sekarang kita tentukan tetapan penurunan titik beku molal urea.
Sedangkan tetapan penurunan titik beku molal NaCl adalah:

Jadi, besar tetapan penurunan titik beku molal dari kedua percobaan, sesuai opsi jawaban
yang ada adalah 1,86 ℃/m (D).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Sifat Koligatif Larutan

Soal No. 25 tentang Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan


Nonelektrolit
Pembahasan
Pada tabel di atas, titik beku larutan NaCl selalu 2 kali lebih besar daripada titik beku larutan
urea untuk konsentrasi yang sama. Hal ini disebabkan:

 Larutan urea adalah larutan nonelektrolit sehingga tidak mengalami ionisasi, hanya
membentuk molekul CO(NH2)2 [hanya terdapat 1 partikel]
 Larutan NaCl adalah larutan elektrolit sehingga mengalami ionisasi membentuk
Na+ dan Cl− [terbentuk 2 partikel]
Jadi, penyebab titik beku urea dan NaCl berbeda adalah karena keduanya menghasilkan
jumlah partikel yang tidak sama banyak (C).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Sifat Koligatif Larutan

Soal No. 26 tentang Termokimia [energi ikat]


Pembahasan
Reaksi penguraian amoniak adalah:

NH3 → 1/2 N2 + 3/2 H2


atau

Kalor yang diperlukan untuk reaksi di atas adalah:

∆Hreaksi = energi ruas kiri − energi ruas kanan


= 3(N-H) – 1/2(N≡N) – 3/2(H-H)
= 3×390 − 1/2×946 − 3/2×435
= 1170 − 473 − 652,5
= 44,5

Energi tersebut adalah energi penguraian 1 mol NH3. Sedangkan pada soal, tersedia 1,7 gram
NH3 (Mr = 17). Oleh karena itu, kita cari mol NH3 dulu.

mol NH3 = (gr NH3)/(Mr NH3)


= 1,7/17
= 0,1 mol

Dengan demikian, kalor yang diperlukan pada penguraian 1,7 gram NH3 adalah:

0,1 × 44,5 = 4,45

Jadi, kalor yang diperlukan untuk menguraikan gas amoniak tersebut adalah 4,45 kJ (A).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Termokimia

Soal No. 27 tentang Hukum Faraday


Pembahasan
Proses penyepuhan kunci besi dengan logam emas terjadi di katoda dengan reaksi:

Au3+ + 3e → Au

Diketahui:

n=3
i∙t = 0,015 F
= 0,015 × 96500

Massa Au yang mengendap pada katoda (anak kunci) tersebut adalah:


Jadi, massa logam emas yang melapisi kunci besi tersebut adalah 0,9850 gram (C).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Elektrolisis dan Hukum Faraday

Soal No. 28 tentang Stoikiometri


Pembahasan
Perhatikan dua reaksi berikut ini!

1. NaClO + 2KI + 2HCl → NaCl + 2KCl + I2 + H2O


2. I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Data yang dapat digunakan untuk menghitung mol adalah data Na2S2O3 pada reaksi (2).

mol Na2S2O3 = MV
= 0,1 × 15 mmol
= 1,5 mmol

Yang menjadi jembatan penghubung reaksi (1) dan (2) adalah I2. Koefisien I2 pada kedua
reaksi adalah sama, yaitu 1. Sedangkan koefisien NaClO juga 1. Sehingga kita dapat
menentukan mol NaClO berdasarkan perbandingan koefisien.

mol NaClO = 1/2 × mol Na2S2O3


= 1/2 × 1,5 mmol
= 0,75 mmol

Sehingga massa NaClO adalah:

gr NaClO = mol × Mr
= 0,75 mmol × 74,5 g/mol
= 55,875 mg
= 0,055875 g

Sementara itu, massa NaClO sebelum titrasi adalah:

m NaClO = ρV
= 1 gr/mL × 20 mL
= 20 gr

Dengan demikian, kadar NaClO adalah:


%NaClO = 0,055875/20 × 100%
= 0,279%

Jadi, kadar NaClO dalam pemutih tersebut adalah 0,279% (A).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Stoikiometri Larutan

Soal No. 29 tentang Termokimia


Pembahasan
Entalpi pembakaran standar etanol menurut reaksi tersebut dirumuskan:

∆Hreaksi = ∆Hhasil - ∆Hpereaksi


= 2∆Hf CO2 +3∆Hf H2O − ∆Hf C2H5OH
= 2×(−394) + 3×(−286) − (−266)
= −788 − 858 + 266
= −1380

Jadi, entalpi pembakaran standar etanol adalah −1380 kJ/mol (B).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Termokimia

Soal No. 30 tentang Korosi


Pembahasan
Mari kita ulas satu per satu dari keenam tabung di atas!

 Tabung (1): paku berkarat karena terdapat udara (O2) dan air.
 Tabung (2): paku tidak berkarat karena tabung tertutup dan berisi air penuh (tidak
terdapat udara), apalagi air yang digunakan adalah air yang sudah dididihkan sehingga
kehilangan oksigen terlarut.
 Tabung (3): paku tidak berkarat karena dalam tabung hanya terdapat udara kering
tanpa air, kandungan air sudah diserap oleh CaCl2.
 Tabung (4): paku tidak berkarat karena berada dalam media minyak sehingga bebas
dari air.
 Tabung (5): paku berkarat karena dihubungkan dengan logam Sn yang potensial
reduksi lebih besar atau letaknya lebih kanan dalam deret Volta.
 Tabung (6): paku tidak berkarat dihubungkan dengan logam Cr yang potensial reduksi
lebih kecil atau letaknya lebih kiri dalam deret Volta.

Deret Volta:

Li – K – Ba – Ca – Na – Mg – Al – Mn – (H2O) – Zn -Cr – Fe – Ni -Sn – Pb – H – Cu – Hg


– Ag – Pt – Au
Jadi, faktor penyebab terjadinya korosi besi adalah adanya gas oksigen dan uap air di sekitar
besi (E).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Reaksi Redoks dan Elektrokimia

Soal No. 31 tentang Isomer Senyawa Karbon


Pembahasan
Jika kita amati tabel di atas, antara rumus struktur dan nama senyawa adalah benar. Sehingga
kita cukup menentukan apakah isomernya benar atau tidak.

Mari kita periksa satu per satu!

1. Bukan isomer, hanya beda gambar saja. Rantai panjang yang pertama digambar lurus,
sedangkan yang kedua digambar berbelok sehingga namanya tetap sama.[salah]
2. Isomer posisi, beda letak ikatan rangkap. Nama yang pertama 3-metil-1-butena, yang
kedua 2-metil-2-butena. [benar]
3. Isomer fungsi, beda gugus fungsi. Nama yang pertama propanon (golongan alkanon),
yang kedua propanal (golongan aldehid). [benar]
4. Bukan isomer. Yang pertama golongan asam karboksilat dengan nama asam 2-
metilbutanoat sedangkan yang kedua golongan alkohol dengan nama 3-metilbutanol.
Asam karboksilat dan alkohol tidak berisomer fungsi. [salah]
Jadi, pasangan senyawa karbon yang benar adalah nomor 2 dan 3 (C).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Senyawa Karbon

Soal No. 32 tentang Sifat Senyawa Karbon


Pembahasan
Senyawa (1) adalah propanal (golongan aldehid) sedangkan senyawa (2) adalah propanon
(golongan keton.

Di antara sifat-sifat kimia aldehid dan keton adalah sebagai berikut:

 Aldehid dapat direduksi menjadi alkohol primer sedangkan keton dapat direduksi
menjadi alkohol sekunder. Semua alkohol dapat bereaksi dengan logam natrium menjadi
natrium alkoholat. [opsi A salah]
 Aldehid dapat dioksidasi menjadi asam karboksilat sedangkan keton tidak dapat
dioksidasi. [opsi B salah, opsi D benar]
 Aldehid dapat diidentifikasi dengan pereaksi Fehling menghasilkan endapan merah
bata dan dengan pereaksi Tollens menghasilkan endapan cermin perak. Sedangkan keton
tidak bereaksi dengan pereaksi Fehling maupun Tollens. [opsi C benar]
Jadi, perbedaan sifat kimia senyawa (1) dan senyawa (2) yang tepat adalah opsi (C/D).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Senyawa Karbon


Soal No. 33 tentang Polimer
Pembahasan
Berikut ini tabel polimer dan monomer pembentuknya.

Polimer Monomer
Bakelit - fenol
- metanal
Poliester - asam tereftalat
(dakron) - etanadiol
Poliamida - asam adipat (heksanadiol diklorida)
(nilon 66) - 1,6-diaminoheksana
Perspex metilmetaklirat
Polistirena vinil etena

Jadi, polimer yang terbentuk dari 2 jenis monomer tersebut adalah nilon 66 (C).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Polimer

Soal No. 34 tentang Stoikiometri


Pembahasan
Reaksi setara untuk reaksi di atas adalah:

C2H5OH + 3O2 → 2CO2 + 3H2O

Karena diukur pada keadaan STP maka:

mol C2H5OH = 1,12/22,4


= 0,05

Sedangkan mol H2O dapat dicari berdasarkan perbandingan koefisien:

mol H2O = 3/1 × mol C2H5H


= 3 × 0,05
= 0,15

Dengan demikian, massa H2O adalah:

gr H2O = mol × Mr
= 0,15 × 18
= 2,7

Jadi, massa air yang terbentuk adalah 2,7 g (B).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Stoikiometri


Soal No. 35 tentang Karbohidrat
Pembahasan
Kadar gula adalah kandungan glukosa dalam tubuh kita. Glukosa merupakan gula pereduksi
atau gula yang mengandung gugus aldehid. Sehingga untuk mengidentifikasinya digunakan
pereaksi Fehling atau Benedict.

Jadi, untuk menentukan kadar gula dalam tubuh pasien digunakan pereaksi Fehling (A).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Karbohidrat dan Protein

Soal No. 36 tentang Penerapan Senyawa Karbon [biodiesel]


Pembahasan
Rumus struktur komponen utama biodiesel dapat ditentukan berdasarkan pernyataan berikut.

“Proses pembuatan biodiesel melibatkan reaksi transesterifikasi minyak/lemak dengan


pereaksi alkohol dan basa kuat menghasilkan monoalkilester dan gliserin sebagai hasil
samping.”
Reaksi transesterifikasi adalah reaksi pertukaran gugus alkil ester (minyak/lemak) dengan
gugus alkil alkohol yang dikatalis oleh basa kuat.

Opsi jawaban yang mempunyai rumus struktur komponen biodiesel adalah opsi C, D, dan E.

Sedangkan rumus struktur solar dapat ditentukan berdasarkan pernyataan:

“Solar merupakan bahan bakar yang berasal dari pengolahan minyak bumi yang
kandungannya terdiri atas senyawa-senyawa alkana rantai panjang C16– C20.”
Sehingga solar merupakan senyawa normal alkana dengan jumlah atom C antara 16 – 20.

Opsi jawaban yang merupakan normal alkana adalah opsi A, B, D

Jadi, pasangan yang menunjukkan rumus struktur komponen utama biodiesel dan solar adalah
opsi (D).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Senyawa Karbon


Soal No. 37 tentang Sifat Unsur Golongan Utama
Pembahasan
Mari kita analisis data-data yang disajikan pada sola di atas!

 Hidroksidanya bersifat basa lemah: hidroksida yang bersifat basa lemah adalah
Mg(OH)2
 Dapat bereaksi dengan air panas: unsur pembentuk basa yang bereaksi dengan air
panas adalah basa lemah, yaitu Mg.
 Merupakan reduktor kuat: golongan alkali dan alkali tanah merupakan reduktor kuat.
Mg termasuk golongan alkali tanah.
 Senyawanya digunakan sebagai obat maag; senyawa obat maag di antaranya adalah
Mg(OH)2, dan MgCO3
 Jadi, unsur yang memiliki sifat tersebut adalah Mg atau magnesium (B).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Unsur Golongan Utama

Soal No. 38 tentang Penerapan Senyawa Karbon [sabun]


Pembahasan
Di dalam sabun terdapat struktur bipolar:

 Bagian ekor bersifat hidrofobik (tidak suka air), bagian ini akan menyerap minyak
yang menempel pada tangan atau pakaian. Molekul minyak yang terserap tersebut kemudian
membentuk misel.
 Bagian kepala bersifat hidrofilik (suka air), bagian ini akan menyerap air dan misel
(kotoran/minyak yang sudah tersuspensi dengan air), sehingga ketika dibilas air, kotoran
tangan/pakaian akan terbawa air.
Jadi, prinsip kerja sabun saat digunakan adalah opsi (C).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Senyawa Karbon

Soal No. 39 tentang Reaksi Senyawa Karbon


Pembahasan
Jenis reaksi senyawa karbon adalah sebagai berikut:

 Reaksi substitusi: reaksi pertukaran atom/gugus atom. Contoh reaksi II, gugus OH
bertukar dengan atom Cl.
 Reaksi adisi: reaksi pemutusan ikatan rangkap (ruas kiri rangkap, ruas kanan tunggal).
Contoh reaksi I.
 Reaksi eliminasi: reaksi pembentukan ikatan rangkap (ruas kiri tunggal, ruas kanan
rangkap). Contoh reaksi III.
Jadi, jenis reaksi senyawa karbon di atas berturut-turut adalah adisi, substitusi, eliminasi (C).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Senyawa Karbon

Soal No. 40 tentang Unsur Golongan Utama


Pembahasan
Perhatikan reaksi pembentukan dan nama senyawa berikut ini!

 Na+ + NO3− → NaNO3 (natrium nitrat) [no. 1 salah rumus kimia]


 2K+ + SO42− → K2SO4 {kalium sulfat) [no. 2 benar]
 3Mg2+ + 2PO43− → Mg3(PO4)2 (magnesium fosfat) [no. 3 salah rumus kimia]
 2Al3+ + 3CO32− → Al2(CO3)3 (aluminium karbonat) [no. 4 benar]
Jadi, pasangan data yang berhubungan secara tepat adalah nomor 2 dan 4 (D).

Perdalam materi ini di Pembahasan Kimia UN: Unsur Golongan Utama

Anda mungkin juga menyukai