Anda di halaman 1dari 18

BA 4

TINJAUAN KEBIJAKAN

4.1 Tinjauan Kebijakan Nasional


4.1.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional. Kepariwisataan sebagaimana dijelaskan dalam arah
pembangunan jangka panjang nasional dikembangkan dalam rangka mendorong
kegiatan ekonomi dan meningkatkan citra Indonesia, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lokal, serta memberikan perluasan kesempatan kerja. Pengembangan
kepariwisataan memanfaatkan keragaman pesona keindahan alam dan potensi
nasional sebagai wilayah wisata bahari terluas di dunia secara arif dan berkelanjutan,
serta mendorong kegiatan ekonomi yang terkait dengan pengembangan budaya
bangsa

4.1.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional


Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang RPJM Nasional 2010-2014
mengatur tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2010-
2014. Peraturan Presiden ini menetapkan 3 prioritas pembangunan, yaitu:
1. Prioritas nasional, berisikan prioritas pembangunan nasional 2010-2014,
2. Memperkuat sinergi antar bidang pembangunan, berisikan prioritas bidang
pembangunan, dan
3. Pembangunan berdimensi kewilayahan, berisikan prioritas pembangunan
kewilayahan.
Prioritas pembangunan nasional pada poin 1, dirahkan kepada percepatan
pembangunan fisik, perbaikan infrastruktur lunak, infrastruktur sosial, dan pemba-
ngunan kreatifitas. Pembangunan terhadap aspek kepariwisataan menjadi satu sub
bidang pada prioritas pembangunan di bidang kesejahteraan rakyat, mencakup (1)
peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara sebesar 20%
secara bertahap dalam 5 tahun; (2) promosi 10 tujuan pariwisata Indonesia melalui
saluran pemasaran dan pengiklanan yang kreatif dan efektif; (3) perbaikan dan
peningkatan kualitas jaringan prasarana dan sarana pendukung pariwisata; dan (4)
peningkatan kapasitas pemerintah dan pemangku kepentingan pariwisata lokal untuk
mencapai tingkat mutu pelayanan dan hospitality management yang kompetitif di
kawasan Asia;

Laporan Antara | 4 - 1
Disebutkan di dalam Buku II RPJM Nasional 2010-2014, bahwa kendala yang
dihadapi oleh Indonesia dalam rangka pengembangan kepariwisataan, antara lain:
1. Masih kurangnya kesiapan pemerintah dalam mempersiapkan tujuan pariwisata
nasional. Hal ini terlihat dari masih rendahnya pengembangan terhadap daya
tarik pariwisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta
masyarakat yang saling terkait.
2. Jumlah investasi di bidang pariwisata menunjukkan peran swasta dan
masyarakat dalam pembangunan pariwisata masih belum optimal. Hal ini
disebabkan antara lain oleh kondisi ekonomi dan situasi keamanan, serta iklim
investasi yang belum kondusif.
3. Pemanfaatan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi ( information and
communication technologies/ICTs) sebagai sarana pemasaran dan promosi yang
masih belum optimal. Kondisi saat ini menunjukkan bahwa ketersediaan sarana
ICTs, seperti internet, saluran telepon, broadband untuk mendukung aktivitas
online para wisatawan belum memadai, baik untuk pemasaran pariwisata
maupun memenuhi kebutuhan wisatawan dalam mendapatkan informasi
kepariwisataan.
4. Kualitas dan kuantitas serta profesionalisme sumber daya manusia (SDM)
pariwisata mulai dari tingkat manajerial dan perencana sampai dengan frontliner
(tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan wisatawan). Hal ini terutama
disebabkan oleh: a) sarana dan prasarana pendidikan pariwisata yang belum
memadai; dan b) penerapan standar dan kurikulum pendidikan pariwisata
berbasis kompetensi dan berstandar internasional belum optimal
5. Masih rendahnya jaringan kemitraan yang dibangun oleh pemerintah dengan
masyarakat. Kondisi pengembangan kepariwisataan akan mencapai kondisi
yang optimal ketiga pilar pariwisata (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha)
bersedia untuk bersinergi dan membentuk jejaring dalam rangka pengembangan
kepariwisataan.

Strategi pembangunan kepariwisataan yang merupakan salah satu bagian yang tidak
terpisahkan dari prioritas peningkatan ekspor adalah sebagai berikut.
1. Mengembangkan industri pariwisata dengan menciptakan iklim yang kondusif
bagi pertumbuhan investasi dan peluang usaha yang berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, dan penyerapan tenaga kerja;
2. Mengembangkan destinasi pariwisata dengan mendorong perbaikan dan
peningkatan kualitas jaringan prasarana dan sarana pendukung pariwisata,
melakukan konsolidasi akses transportasi mancanegara dan dalam negeri,
terutama ke sepuluh tujuan pariwisata Indonesia, dan mengembangkan
kawasan strategis dan daya tarik pariwisata berbasis wisata bahari, alam, dan
budaya di luar Jawa dan Bali, termasuk industri kreatif, serta mengembangkan
desa wisata melalui PNPM Mandiri;

Laporan Antara | 4 - 2
3. Mengembangkan pemasaran dan promosi pariwisata dengan meningkatkan
jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara sebesar 20 (dua
puluh) persen secara bertahap dalam 5 (lima) tahun dan mempromosikan ke 10
(sepuluh) tujuan pariwisata Indonesia melalui saluran pemasaran dan
pengiklanan yang kreatif dan efektif, serta menguatkan strategi pemasaran dan
promosi pariwisata terpadu berbasis teknologi informasi dan komunikasi, dan
responsif terhadap pasar;
4. Mengembangkan sumber daya pariwisata dengan strategi meningkatkan
kapasitas pemerintah dan pemangku kepentingan pariwisata lokal untuk
mencapai tingkat mutu pelayanan dan hospitality management yang kompetitif di
kawasan Asia, dan meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan
kepariwisataan.
Strategi tersebut diatas didukung oleh peningkatan koordinasi lintas sektor pada
tataran kebijakan, program, dan kegiatan kepariwisataan, terutama di bidang (a)
pelayanan kepabeanan keimigrasian, dan karantina; (b) keamanan dan ketertiban; (c)
prasarana umum yang mencakup jalan, air bersih, listrik, telekomunikasi, dan
kesehatan lingkungan; (d) transportasi darat, laut, dan udara; dan (e) bidang promosi
dan kerja sama luar negeri; serta koordinasi dan kerja sama dengan pemerintah
daerah, swasta, dan masyarakat.
Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan tersebut, fokus prioritas
dan kegiatan prioritas kepariwisataan dalam RPJMN 2010-2014 adalah sebagai
berikut:
1. Fokus Prioritas Pengembangan Industri Pariwisata, yang didukung oleh kegiatan
prioritas:
a. Pengembangan Usaha, Industri, dan Investasi Pariwisata; dan
b. Pengembangan Standardisasi Pariwisata.
2. Fokus Prioritas Pengembangan Tujuan Pariwisata yang didukung oleh kegiatan
prioritas:
a. Pengembangan Daya Tarik Pariwisata;
b. Pemberdayaan Masyarakat di Tujuan Pariwisata;
c. Peningkatan PNPM Mandiri Bidang Pariwisata; dan
d. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal
Pengembangan Tujuan Pariwisata.
3. Fokus Prioritas Pengembangan Pemasaran dan Promosi Pariwisata, yang
didukung oleh kegiatan prioritas:
a. Peningkatan Promosi Pariwisata Luar Negeri;
b. Peningkatan Promosi Pariwisata Dalam Negeri;
c. Pengembangan Informasi Pasar Pariwisata;
d. Peningkatan Publikasi Pariwisata;
e. Peningkatan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi, dan Pameran
(Meeting, Incentive Travel, Conference, and Exhibition/MICE ); dan

Laporan Antara | 4 - 3
f. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal
Pemasaran.
4. Fokus Prioritas Pengembangan Sumber Daya Pariwisata, yang didukung oleh
kegiatan prioritas:
a. Pengembangan SDM Kebudayaan dan Pariwisata;
b. Penelitian dan Pengembangan Bidang Kepariwisataan; dan
c. Pengembangan Pendidikan Tinggi Bidang Pariwisata.
Prioritas pembangunan poin 3, yaitu pembangunan berdimensi kewilayahan secara
implisit menerangkan bahwa dalam rangka mewujudkan pembangunan yang lebih
merata dan berkeadilan ditandai oleh tingkat pembangunan yang makin merata ke
seluruh wilayah diwujudkan dengan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat, termasuk berkurangnya kesenjangan antarwilayah dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia salah satunya dilakukan dengan cara
Meningkatkan daya saing daerah melalui pengembangan sektor-sektor unggulan di
tiap wilayah. Salah satu sektor unggulan daerah tersebut antara lain sektor
pariwisata. Hal ini tertuang dalam penjabaran pada sub bab Pengembangan Wilayah
Pulau-pulau besar di Indonesia yang menyertakan sektor kepariwisataan sebagai
salah satu arah pembangunan.

4.1.3 Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional


Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pengembangan Kepariwisataan Nasional, Pasal 4 PP 50/2011 menyebutkan
bahwa dalam pelaksanaan penyusunan Rencana Induk Pengembangan
Kepariwisataan di daerah harus mengacu kepada Riparnas, sehingga terjadi sebuah
sinergitas dokumen perencanaan dari atas ke bawah ( top down system). Sebagai
dokumen perencanaan, RIPP berkedudukan sebagai bagian integral dari sebuah
dokumen perencanaan jangka panjang yang memiliki rentang waktu perencanaan
antara 10-15 tahun.
Konsultasi dan Koordinasi vertikal mutlak dibutuhkan antara pemerintah daerah
dengan Kementrian Pariwisata dan Industri Kreatif mengingat dalam pelaksanaan
pembangunan Destinasi Pariwisata Nasional senantiasa melibatkan Kawasan
Pariwisata yang secara administrative merupakan kewenangan dari masing-masing
pemerintah kabupaten/kota. Keterlibatan pemerintah daerah dalam rangka
pelaksanaan pembangunan DPN juga diperlukan dalam rangka melakukan
pengendalian implementasi pembangunan DPN dan KSPN melalui peningkatan
koordinasi antara pemerintah daerah dengan pemerintah, pelaku usaha dan
masyarakat
Lingkup pengembangan kepariwisataan yang diatur dalam RIPP Nasional mencakup,
antara lain destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, industri pariwisata, dan
kelembagaan pariwisata. Tujuan dari pengembangan kepariwisataan di Indonesia

Laporan Antara | 4 - 4
antara lain adalah untuk mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan
perekonomian nasional serta memberdayakan Kelembagaaan Kepariwisataan dan
tata kelola pariwisata yang mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi
Pariwisata, Pemasaran Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif
dan efisien. Kondisi yang demikian diharapkan akan memberikan multiplier effect
berupa peningkatan kualitas dan kuantitas Destinasi Pariwisata di Indonesia.

4.1.4 Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif


Peraturan Menteri Pariwisata dan Industri Kreatif Nomor
PM.35/UM.001/MPEK/2012 tentang Rencana Strategis Kementrian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012-2014. Visi pembangunan
kepariwisataan sebagaimana tertuang dalam Renstra Kementrian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif adalah “Terwujudnya Kesejahteraan dan Kualitas Hidup Masyarakat
Indonesia dengan Menggerakkan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif”. Visi tersebut
terjabar kedalam 4 misi, yaitu: 1) Mengembangkan kepariwisataan berkelas dunia,
berdaya saing, dan berkelanjutan serta mampu mendorong pembangunan daerah, 2)
Mengembangkan ekonomi kreatif yang dapat menciptakan nilai tambah,
mengembangkan potensi seni dan budaya Indonesia, serta mendorong
pembangunan daerah, 3) Mengembangkan sumberdaya pariwisata dan ekonomi
kreatif secara berkualitas, dan 4) Menciptakan tata pemerintahan yang responsif,
transparan dan akuntabel. Secara lengkap penjabaran visi, misi, tujuan dan sasaran
dapat dilihat pada table berikut:

Laporan Antara | 4 - 5
Tabel 4.1.
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Renstra Kementrian Pariwisata dan
Industri Kreatif
Terwujudnya Kesejahteraan dan Kualitas Hidup Masyarakat Indonesia dengan

Visi
Menggerakkan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif

Mengembangkan Mengembangkan Mengembangkan Menciptakan


kepariwisataan berkelas ekonomi kreatif sumberdaya tata
dunia, berdaya saing, yang dapat pariwisata dan pemerintahan
dan berkelanjutan serta menciptakan nilai ekonomi kreatif yang responsif,
mampu mendorong tambah, secara berkualitas transparan dan
Misi

pembangunan daerah mengembangkan akuntabel


potensi seni dan
budaya Indonesia,
serta mendorong
pembangunan
daerah
1. peningkatan kontribusi 3. Peningkatan 5. peningkatan 7. Peningkatan
ekonomi kontribusi kapasitas dan kualitas
kepariwisataan ekonomi industri profesionalisme kinerja
Indonesia kreatif SDM pariwisata organisasi
dan ekonomi Kemenparekr
Tujuan

kreatif af
2. Peningkatan daya 4. peningkatan 6. penciptaan 8. Peningkatan
saing kepariwisataan apresiasi inovasi baru di kualitas dan
Indonesia terhadap pelaku sektor pariwisata kuantitas SDM
dan karya kreatif dan ekonomi Kemenparekr
kreatif af

Laporan Antara | 4 - 6
1.1 Meningkatnya 3.1Meningkatnya 5.1 Meningkatnya 7.1
kontribusi kepariwisataan Produk Domestik kualitas dan Meningkatnya
terhadap Produk Bruto (PDB) kuantitas lulusan kualitas
Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif; pendidikan tinggi pengelolaan
nasional 3.2 Meningkatnya pariwisata; dan keuangan;
1.2 Meningkatnya kualitas dan 5.2 Meningkatnya 7.2Meningkatny
kontribusi keparwisataan kuantitas tenaga profesionalisme a kualitas
terhadap kualitas dan kerja sektor pelaku sector pelaksanaan
Strategis Sasaran

kuantitas tenaga kerja ekonomi kreatif; pariwisata dan Sistem


nasional 3.3 Meningkatnya ekonomi kreatif. Akuntabilitas
1.3 Meningkatnya unit usaha sektor Kinerja Instansi
investasi di sektor ekonomi kreatif Pemerintah
pariwisata (SAKIP); dan
1.4 Meningkatnya devisa 7.3
dan pengeluaran Terselenggarany
wisatawan di Indonesia a reformasi
1.5 Meningkatnya birokrasi
kuantitas wisatawan
mancanegara ke
Indonesia dan perjalanan
wisatawan nusantara
2.1 Meningkatnya citra 4.1 Meningkatnya 6.1 Meningkatnya 8.1
kepariwisataan Indonesia konsumsi produk kualitas penelitian Meningkatnya
dan jasa kreatif dan kajian di kualitas Sumber
2.2. Terciptanya lokal oleh sektor pariwisata Daya Manusia
diversifikasi destinasi masyarakat dan ekonomi kreatif; Kemenparekraf;
pariwisata Indonesia; dan dan
2.3. Terciptanya 4.2 Meningkatnya 6.2 Meningkatnya 8.2
pemasaran pariwisata pemahaman kualitas konten dan Meningkatnya
yang efektif dan efisien masyarakat jejaring pelaku di kuantitas
terhadap ekonomi sektor ekonomi Sumber Daya
kreatif; kreatif. Manusia
4.3 Terciptanya Kemenparekraf
ruang publik bagi
masyarakat.

Laporan Antara | 4 - 7
Prinsip dasar pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif di Indonesia, meliputi:
1. Pro-Growth, yaitu peningkatan laju pertumbuhan ekonomi melalui sektor-sektor
industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
2. Pro-Jobs, yaitu menciptakan dan memperluas lapangan kerja, dengan fokus
utama untuk menggerakkan sektor riil yang dapat menciptakan lapangan kerja,
sehingga dapat menurunkan tingkat pengangguran nasional.
3. Pro-Poor, yaitu mengurangi tingkat kemiskinan nasional melalui peningkatan
pendapatan masyarakat di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif baik sektor
formal maupun nonformal.
4. Pro-Environment, yaitu mengupayakan pembangunan dengan menggunakan
sumber daya terbarukan dan mengembangkan karya yang ramah lingkungan.
5. Mendukung penguatan nilai sosial dan budaya, yaitu mengupayakan terciptanya
tradisi yang hidup didalam masyarakat melalui pelestarian (perlindungan,
pengembangan dan pemanfaatan) nilai sosial budaya.
6. Menciptakan kualitas hidup, yaitu memperkuat perbaikan ekonomi masyarakat
dengan penciptaan lingkungan sosial budaya yang berkualitas, perbaikan
kesehatan mental, kreativitas masyarakat, rekreasi dan pemanfaatan waktu
senggang, serta toleransi dan kepedulian sosial secara berkelanjutan, melalui
peran sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Menciptakan nilai tambah, yaitu tidak hanya meningkatkan nilai melalui
peningkatan volume produk dan layanan tetapi mengutamakan penciptaan nilai
yang tinggi pada produk dan layanan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
melalui pemanfaatan kreativitas yang tidak terbatas

4.1.5 Rencana Tata Ruang dan Wilayah Nasional


Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
dan Wilayah Nasional, Pasal 9 ayat (7) poin b menyebutkan bahwa
pengembangan kepariwisataan Nasional merupakan salah satu usaha pemerintah
dalam rangka pelestarian dan peningkatan nilai kawasan yang ditetapkan sebagai
warisan dunia. Prinsip-prinsip yang dipergunakan dalam rangka pengembangan
kepariwisataan dalam konteks ini adalah dengan melestarikan keaslian fisik serta
mempertahankan keseimbangan ekosistemnya atau pengembanganan lingkungan
hidup yang berkelanjutan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4.2 Tinjauan Kebijakan Provinsi Jawa Tengah


4.2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Tengah
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005-2025, Disebutkan dalam dokumen RPJPD Jawa Tengah bahwa

Laporan Antara | 4 - 8
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah tujuan wisata (DTW) di
Indonesia yang memiliki berbagai ragam obyek wisata dengan fasilitas pendukung
yang cukup memadai. Dengan jumlah obyek dan kunjungan wisata yang cukup tinggi
menjadikan sector pariwisata menjadi salah satu penyumbang PAD potensial di Jawa
Tengah.
Permasalahan yang muncul terkait dengan pengembangan potensi kepariwisataan
tersebut berasal dari aspek sumberdaya manusia yang kurang kompetitif dalam
persaingan pasar regional maupun global, hanya beberapa obyek wisata yang sudah
menerapkan pengelolaan SDM dengan system yang baik dan komprehensif.
Pembangunan sektor pariwisata merupakan salah satu indikator pencapaian
terhadap keberhasilan pembangunan di Jawa Tengah. Sasaran pembangunan jangka
panjang Jawa Tengah poin B Terwujudnya perekonomian daerah yang berbasis pada
ekonomi kerakyatan dan potensi unggulan daerah serta rekayasa teknologi
menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan
pembangunan. Pernyataan ini tertuang dalam indikator ke 4 sasaran B yang berbunyi
“Berkembangnya perindustrian, perdagangan, pariwisata dan sektor usaha lainnya
yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat“.
Kepariwisataan dikembangkan agar mampu mendorong kegiatan ekonomi daerah,
meningkatkan pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat lokal, serta
memberikan perluasan kesempatan kerja. Pengembangan kepariwisataan
memanfaatkan keragaman pesona keindahan alam, peninggalan-peninggalan
sejarah dan potensi daerah dan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan dan
pengembangan wisata religius, wisata alam, wisata industri dan agrowisata

4.2.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah


Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah. Pembangunan
kepariwisataan di Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu prioritas pembangunan
daerah. Hal ini tertuang dalam arah pembangunan nomor 2 poin d yang menyatakan
bahwa dalam rangka mewujudkan perekonomian daerah yang berbasis pada potensi
unggulan daerah dengan dukungan rekayasa teknologi dan berorientasi pada
ekonomi kerakyatan, maka harus dilakukan peningkatan kualitas dan diversifikasi
produk, pemanfaatan teknologi, kelembagaan, dan sarana prasarana pendukung
pengolah hasil pertanian, perindustrian, perdagangan, dan pariwisata.
Pengembangan kepariwisataan di Jawa Tengah juga tercantum di dalam sasaran
pembangunan, yaitu meningkatnya kualitas manajemen pariwisata, yang mendukung
pengembangan ekonomi local dan berkembangnya potensi lokal melalui pendekatan
klaster dan kawasan, khususnya pertanian, industri dan pariwisata.

Laporan Antara | 4 - 9
4.2.3 Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah. Pengembangan
kepariwisataan di Jawa Tengah mengarah kepada 4 lingkup utama pembangunan,
yaitu Destinasi Pariwisata, Pemasaran Pariwisata, Industri Pariwisata, dan
Kelembagaan Pariwisata. Tujuan dari pengembangan kepariwisataan di Provinsi
Jawa Tengah adalah mewujudkan Provinsi Jawa Tengah sebagai destinasi pariwisata
utama di Indonesia.
Provinsi Jawa Tengah memiliki 6 Destinasi Pariwisata Provinsi, 15 Kawasan Strategis
Pengembangan Pariwisata dan 18 Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi.
Daerah pengembangan pariwisata Provinsi Jawa Tengah, meliputi:

Tabel 4.2. Daerah Pengembangan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah

DPP KSPP KPPP


DPP Nusakambangan– a. KSPP Baturraden dan a. KPPP Karst Kebumen dan
Baturraden dan sekitarnya; sekitarnya; sekitarnya;
b. KSPP Baturraden dan b. KPPP Serayu dan
sekitarnya; sekitarnya;
c. KPPP Purbalingga dan
sekitarnya
DPP Semarang– a. KSPP Karimunjawa dan a. KPPP Kendal dan
Karimunjawa dan sekitarnya; sekitarnya; sekitarnya;
b. KSPP Semarang Kota b. KPPP Jepara dan
dan sekitarnya; sekitarnya;
c. KSPP Gedongsongo– c. KPPP Pati dan sekitarnya;
Rawa Pening dan d. KPPP Purwodadi dan
sekitarnya; sekitarnya
d. KSPP Demak–Kudus
dan sekitarnya
DPP Solo–Sangiran dan a. KSPP Sangiran dan a. KPPP Cetho–Sukuh dan
sekitarnya; sekitarnya; sekitarnya;
b. KSPP Solo Kota dan b. KPPP Wonogiri dan
sekitarnya sekitarnya;
c. KPPP Tawangmangu dan
sekitarnya
DPP Borobudur–Dieng dan a. KSPP Borobudur– a. KPPP Purworejo dan
sekitarnya: Mendut–Pawon– sekitarnya;
Magelang Kota dan b. KPPP Kledung Pass dan
sekitarnya; sekitarnya
b. KSPP Prambanan–
Klaten Kota dan
sekitarnya;
c. KSPP Merapi–Merbabu
dan sekitarnya;

Laporan Antara | 4 - 10
DPP KSPP KPPP
d. KSPP Dieng dan
sekitarnya
DPP Tegal–Pekalongan dan a. KSPP Tegal dan a. KPPP Linggoasri–
sekitarnya;dan sekitarnya; Petungkriyono dan
b. KSPP Pekalongan Kota sekitarnya;
dan sekitarnya b. KPPP Batang dan
sekitarnya;
c. KPPP Pemalang dan
sekitarnya;
d. KPPP Kaligua–Malahayu
dan sekitarnya
DPP Rembang–Blora dan a. KSPP Rembang dan 4.1 KPPP Blora dan
sekitarnya. sekitarnya sekitarnya;
4.2 KPPP Cepu dan
sekitarnya

Arah pembangunan kepariwisataan provinsi lebih banyak ditekankan kepada


pembangunan terhadap elemen kepariwisataan, meliputi 1) destinasi pariwisata, 2)
pemasaran pariwisata, 3) industri pariwisata, dan 4) kelembagaan kepariwisataan.
Pembangunan destinasi pariwisata provinsi dilakukan melalui perwilayahan
pembangunan DPP, pembangunan daya tarik wisata, pembangunan aksesibilitas
pariwisata, pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata,
pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan, dan pengembangan investasi di
bidang pariwisata.
Pembangunan pemasaran pariwisata Provinsi dilakukan melalui pengembangan
pasar wisatawan, pengembangan citra pariwisata, pengembangan kemitraan
pemasaran pariwisata, dan pengembangan promosi pariwisata.
Pembangunan industri pariwisata Provinsi dilakukan melalui penguatan struktur
industri pariwisata, peningkatan daya saing produk pariwisata, pengembangan
kemitraan usaha pariwisata, penciptaan kredibilitas bisnis, dan pengembangan
tanggung jawab terhadap lingkungan.
Pembangunan kelembagaan kepariwisataan Provinsi dilakukan melalui penguatan
organisasi kepariwisataan, pembangunan SDM Pariwisata, dan penyelenggaraan
penelitian dan pengembangan.

4.2.4 Rencana Tata Ruang dan Wilayah Provinsi Jawa Tengah


Menurut Perda Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah
Provinsi Jawa Tengah, disebutkan bahwa Kota Semarang termasuk kedalam daerah
yang menjadi pengembangan daerah daya tarik wisata di Provinsi Jawa Tengah. Hal
ini secara eksplisit tercantum dalam dokumen RTRW Provinsi Jawa Tengah yang
tersebar ke dalam beberapa pasal:

Laporan Antara | 4 - 11
1. Pasal 22 Ayat (1) b menyatakan bahwa dalam pengembangan transportasi
perairan, di Sungai Kaligarang akan dibuat angkutan wisata sungai.
2. Pasal 66 menyatakan bahwa kota Semarang menjadi Kawasan pengungsian
satwa, yaitu terletak di Daerah Srondol berupa burung bangau (kuntul). Secara
tidak langsung hal ini dapat menjadi salah satu daya tarik pariwisata dilihat dari
jenisnya, yaitu ecotourism.
3. Pasal 87 membagi kawasan pengembangan pariwisata Jawa Tengah ke dalam 4
kawasan. Yaitu kawasan A, B, C dan D. Kota Semarang dalam hal ini termasuk
kedalam daftar kawasan B.
Daya tarik wisata di Kota Semarang menurut pasal 89 adalah pengembangan daya
tarik wisata budaya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa obyek wisata yang terdapat di
Kota Semarang lebih banyak berupa bangunan dan tempat sejarah seperti Kuil Sam
Poo Kong, Kawasan Kota Lama Semarang, Taman Maero Koco, Museum
Ronggowarsito, Masjid Agung Semarang, Masjid Agung Jawa Tengah, Gereja
Blenduk dan beberapa tempat wisata lainnya.

4.3 Tinjauan Kebijakan Kota Semarang


4.3.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Semarang
Dalam Perda Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daereah Kota Semarang 2010-2025, disebutkan bahwa tantangan
Tantangan pada pariwisata adalah penyediaan sarana dan prasarana yang
memadahi, pengembangan wisata dengan pemanfaatan potensi khas budaya lokal,
religi, potensi alam dan buatan menuju Kota Semarang sebagai Daerah Tujuan
Wisata.
Dalam dokumen RPJP tersebut disebutkan bahwa pengembangan kepariwistaan di
Kota Semarang pada dasarnya merupakan sebuah langkah yang saat ini perlu untuk
segera ditindaklanjuti. Pariwisata di Kota Semarang didukung oleh fasilitas pariwisata
lengkap seperti akomodasi, rumah makan, Money changer, pusat-pusat
perbelanjaan, Biro perjalanan wisata serta fasilitas infrastruktur lainnya. Namun,
kondisi objek wisata, baik alam maupun buatan tersebut belum dikelola dengan
optimal. sehingga objek wisata yang ada kurang kompetitif dalam persaingan pasar
regional maupun global.
Upaya Pemerintah Kota Semarang dalam mendorong pertumbuhan pariwisata
dilakukan melalui meningkatkan sarana prasana kepariwisataan, kemudahan
perijinan dalam usaha pariwisata, dan penambahan obyek wisata, serta pemasaran
pariwisata. Hal ini tercantum dalam target pembangunan jangka panjang pemerintah
Kota Semarang yaitu Peningkatan pariwisata melalui pemanfaatan teknologi,
kelembagaan, obyek wisata dan sarana-prasarana pendukung.

Laporan Antara | 4 - 12
4.3.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Semarang
Perda Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Kota Semarang. Rencana pengembangan kepariwisataan di Kota
Semarang merupakan salah satu bagian integral dari perwujudan misi ke-3 dari
pemerintah Kota Semarang, yaitu “Mewujudkan Kemandirian dan Daya Saing
Daerah”. Dalam misi tersebut disebutkan bahwa salah satu cara untuk mencapai
kemandirian dan daya saing dilakukan dengan cara mengembangkan sector
pariwisata sebagai landasan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
Kebijakan yang dilakukan pada Urusan kepariwisataan untuk mencapai misi tersebut
adalah melalui pengembangan dan pemanfaatan potensi-potensi wisata secara
maksimal baik wisata dagang maupun wisata religius, peningkatan manajemen
pengelolaan pariwisata serta peningkatan kualitas sumber daya manusia dibidang
kepariwisataan melalui, 1) Pengembangan Pemasaran Pariwisata, 2) Program
Pengembangan Destinasi Pariwisata, dan 3) Program Pengembangan Kemitraan
Kepariwisataan.
Pengembangan kepariwisataan tidak hanya mencakup kepada beberapa obyek
wisata yang secara khusus dibangun dalam rangka pengembangan destinasi
pariwisata Kota Semarang, akan tetapi unsur kepariwisataan juga melekat erat pada
beberapa hasil pembangunan kawasan strategis sektor lain, semisal pembangunan
Bendungan Jatibarang yang akan difungsikan sebagai pengendali limpasan air ke
kawasan bawah Kota Semarang selain difungsikan sebagai kawasan hidrolog, juga
akan dijadikan kawasan wisata dengan fasilitas bebragai fasilitas pendukungnya.
Adanya percampuran fungsi konservatif dan budidaya ini menyebabkan kawasan
Bendungan Jatibarang perlu di kelola dengan baik agar fungsi budidaya tidak sampai
menganggu fungsi konservasi.

4.3.3 Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Semarang


Perda Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Semarang 2011-20131, didalamnya menyebutkan bahwa Kawasan wisata
merupakan ruang wilayah yang didominasi pemanfaatanya untuk kegiatan-kegiatan
wisata dan rekreasi sesuai dengan potensi yang dimiliki. Fasilitas rekreatif yang
dimiliki oleh Pemerintah Kota Semarang berdasarkan hasil perencanaan tata ruang
dan wilayah meliputi :
a. Wisata bahari/pantai ada di kawasan pantai marina, kawasan pantai di
kecamatan Tugu, serta pengembangan wisata Banjir Kanal Barat.
b. Wisata satwa berada di kawasan Kebun Binatang/Taman Margasatwa
yang ditekankan pada pelestarian satwa dan lingkungan alam di
dalamnya.
c. Wisata pertanian berada di kecamatan Tembalang, kecamatan
Gunungpati dan kecamatan Mijen, juga berfungsi sebagai pusat

Laporan Antara | 4 - 13
penelitian dan pengembangan pertanian perkotaan dan budidaya
pertanian.
d. Wisata religi berada di kawasan Gereja Blenduk, kuil Sam Poo Kong,
kawasan Masjid Agung dan kawasan Vihara Watugong.
e. Wisata alam dan cagar budaya berada di kawasan kampong pecinan
dan kampong melayu, Museum Ronggowarsito, Kawasan Maerokoco,
kawasan kota lama, kawasan hutan wisata Tinjomoyo, Goa Kreo, Waduk
Jatibarang, Lembah Sungai Kaligarang, Kampoeng Wisata Taman Lele.
f. Wisata belanja dikembangkan di kawasan pasar Johar, Simpang Lima
dan Koridor Jalan Pandanaran, dan pusat oleh-oleh pintu gerbang
sebelah Barat Kota Semarang.
g. Wisata mainan anak berada di Wonderia, Water Park

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel Pengembangan Kepariwisataan


Sesuai Perda No 14 Th 2011 Kota Semarang Tentang RTRW Kota Semarang
2011-2031 di bawah ini.

Tabel 4.3. Pengembangan Kepariwisataan Sesuai RTRW Kota Semarang

No Pasal Keterangan
1 Pasal 21 Rencana sistem jaringan transportasi sungai, danau, dan
penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b
meliputi :
a. pengembangan transportasi wisata sungai Kaligarang dan
Banjir Kanal Barat; dan
b. pengembangan transportasi wisata Bendungan Jatibarang
2 Paragraf 3 Rencana Pengaturan Kegiatan Sektor Informal
Pasal 56 a. pedagang tumbuhan dan bunga di Kelurahan Sodong
(Kecamatan Mijen);
b. penjualan produk kerajinan di Pasar Waru; dan
c. pedagang kaki lima makanan, jajanan, dan komoditas
lainnya di Sekitar Simpang Lima dan Semawis (Kawasan
Pecinan).
3 Paragraf 4 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Pasal 68 Kawasan yang ditetapkan sebagai taman hutan raya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf a meliputi :
a. kawasan Gua Kreo di Kecamatan Gunungpati; dan
b. kawasan Tinjomoyo di Kecamatan Gunungpati
4 Pasal 69 Kawasan cagar budaya :
a. Kawasan Kota Lama;
b. Kawasan Petudungan;
c. Kawasan Kampung Kulitan;
d. Kawasan Kampung Batik;
e. Kawasan Pecinan;
f. Kawasan Johar;

Laporan Antara | 4 - 14
No Pasal Keterangan
g. Kawasan Kampung Melayu;
h. Kawasan Kampung Kauman;
i. Kawasan Tugu Muda;
j. Kawasan Kampung Senjoyo;
k. Kawasan Sam Po Kong;
l. Kawasan Perumahan PJKA di Kedungjati;
m. Kawasan Makam Sunan Terboyo; dan
n. Kawasan Kampung Sekayu.
5 Pasal 70 Kawasan kawasan pantai berhutan bakau/mangrove :
a. Kelurahan Mangunharjo;
b. Kelurahan Mangkang Kulon;
c. Kelurahan Mangkang Wetan;
d. Kelurahan Randugarut;
e. Kelurahan Karanganyar;
f. Kelurahan Tugurejo;
g. Kelurahan Terboyo Kulon; dan
h. Kelurahan Trimulyo
6 Pasal 71 Kawasan pengungsian satwa :
a. kawasan pengungsian burung ditetapkan di Kelurahan
Srondol Kulon Kecamatan Banyumanik;
b. kawasan perlindungan satwa kera di Kelurahan Sadeng
Kecamatan Gunungpati; dan
c. kawasan perlindungan satwa kera Ondorante di Kelurahan
Pudakpayung Kecamatan Banyumanik
7 Paragraf 4 Kawasan Perdagangan dan Jasa
Pasal 81
(2) a. pengembangan kegiatan pasar agro di Kecamatan
Gayamsari dan Kecamatan Gunungpati;
b. peningkatan kualitas Pasar Johar di Kecamatan Semarang
Tengah.
(5) pengembangan perdagangan dan jasa lainnya :
a. pengembangan jasa pameran (exhibition center) dan jasa
pertemuan (convention center) di Kecamatan Pedurungan,
Kecamatan Semarang Selatan, Kecamatan Gajahmungkur
dan Kecamatan Semarang Utara; dan
b. ....
8 Paragraf 8 Kawasan Olah Raga:
a. peningkatan Gelanggang Olah Raga Jatidiri di Kecamatan
Gajahmungkur;
b. peningkatan Stadion Citarum di Kecamatan Semarang
Timur;
c. peningkatan Stadion Tri Lomba Juang di Kecamatan
Semarang Tengah;
d. peningkatan Stadion Diponegoro di Kecamatan Semarang
Tengah;
e. peningkatan Gelanggang Olah Raga Manunggal Jati di
Kecamatan Pedurungan;
f. pengembangan Pusat Olah Raga di Kecamatan

Laporan Antara | 4 - 15
No Pasal Keterangan
Pedurungan;
g. pengembangan Pusat Olah Raga di Kecamatan Mijen; dan
9 Paragraf 9 Kawasan Wisata
Pasal 86 a. pengembangan dan peningkatan wisata bahari di
Kecamatan Semarang Utara, Kecamatan Genuk,
Kecamatan Semarang Barat, dan Kecamatan Tugu;
b. pengembangan dan peningkatan kawasan wisata Kebun
Binatang Kelurahan Wonosari Kecamatan Ngaliyan;
c. pengembangan dan peningkatan wisata pertanian
(agrowisata) berada di Kecamatan Banyumanik,
Kecamatan Tembalang, Kecamatan Gunungpati, dan
Kecamatan Mijen;
d. pengembangan dan peningkatan wisata mainan anak di
Kecamatan Candisari;
e. pengembangan dan peningkatan wisata mainan air di
Kecamatan Semarang Utara, Kecamatan Tembalang, dan
Kecamatan Mijen
f. pengembangan dan peningkatan wisata religi meliputi :
1. Kawasan Masjid Agung Semarang di Kecamatan
Semarang Tengah;
2. Kawasan Gereja Blenduk di Kecamatan Semarang
Utara;
3. Kuil Sam Po Kong di Kecamatan Semarang Barat;
4. Kawasan Masjid Agung Jawa Tengah di Kecamatan
Gayamsari; dan
5. Kawasan Vihara Watugong di Kecamatan Banyumanik.
g. pengembangan dan peningkatan wisata alam dan cagar
budaya meliputi
1. Kampung Pecinan di Kecamatan Semarang Tengah;
2. Kampung Melayu di Kecamatan Semarang Tengah;
3. Museum Ronggowarsito di Kecamatan Semarang
Barat;
4. Kawasan PRPP di Kecamatan Semarang Barat;
5. Kawasan Maerokoco di Kecamatan Semarang Utara;
6. Kawasan Kota Lama di Kecamatan Semarang Utara;
7. Kawasan Kampung Batik di Kecamatan Semarang
Tengah;
8. Kawasan Hutan Wisata Tinjomoyo di Kecamatan
Gunungpati;
9. Bendungan Jatibarang dan Gua Kreo di Kecamatan
Gunungpati;
10.Lembah Sungai Garang di Kecamatan Gunungpati dan
Kecamatan Banyumanik;
11. Tugu Batas Pajajaran dengan Majapahit di Kecamatan
Tugu;
12.Taman lele di Kecamatan Ngaliyan; dan
13.Pasar Seni di Taman Budaya Raden Saleh di
Kecamatan Candisari

Laporan Antara | 4 - 16
No Pasal Keterangan
h. pengembangan dan peningkatan wisata belanja di
kawasan Johar, Simpang Lima dan koridor Jalan
Pandanaran
10 Pasal 103 Kawasan strategis daya dukung lingkungan hidup :
a. kawasan Waduk Jatibarang di Kecamatan Gunungpati; dan
b. kawasan reklamasi pantai di Kecamatan Semarang Utara
11 Pasal 104 Kawasan strategis sosial budaya :
a. Kawasan Masjid Agung Semarang di Kecamatan
Semarang Tengah;
b. Kawasan Masjid Agung Jawa Tengah di Kecamatan
Gayamsari;
c. Kawasan pendidikan di Kecamatan Tembalang dan
Kecamatan Gunungpati;
d. Kawasan Gedong Batu di Kecamatan Semarang Barat;
dan
e. Kawasan Kota Lama di Kecamatan Semarang Utara.

4.3.4 Renstra Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang


Dinas Kubudayaan dan Pariwisata merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) yang mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah
di bidang kebudayaan dan pariwisata berdasarkan atas otonomi dan tugas
perbantuan. Pengelolaan terhadap kedua urusan strategis tersebut masih belum
dapat dilakukan secara maksimal, sehingga pengelolaan terhadap kepariwisataan di
Kota Semarang masih belum terwujud secara optimal.
Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Semarang adalah belum optimalnya kapasitas elemen kepariwisataan di Kota
Semarang sehingga menyebabkan rendahnya pengelolaan kepariwisataan baik dari
segi kualitas, pengelolaan obyek wisata maupun pengembangan sarana dan
prasarana pariwisata.

4.3.5 Perda Nomor 3 Tahun 2010 tentang Kepariwisataan Kota Semarang


Pembangunan kepariwisataan di Kota Semarang meliputi 4 aspek utama, yaitu
industry pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata dan kelembagaan
kepariwisataan yang didasarkan kepada RIPP Daerah dimana didalam RIPP
mencakup visi dan misi serta tahapan sasaran yang akan diwujudkan, kebijakan dan
strategi untuk pemberdayaan masyarakat, pembangunan daya tarik wisata,
pembangunan destinasi pariwisata, pembangunan usaha pariwisata, pemasaran
pariwisata serta pengorganisasian kepariwisataan dalam rangka mewujudkan tujuan
penyelenggaraan kepariwisataan.
Pembangunan kepariwisataan dilakukan melalui mekanisme pengembangan
pariwisata dan penelitian. Selain itu, dalam rangka melakukan perintisan terhadap

Laporan Antara | 4 - 17
sebuah obyek wisata baru/potensial, pemerintah daerah berhak untuk secara mandiri
menyelenggarakan kegiatan wisata atau bersama dengan masyarakat secara
swadaya mengembangkan usaha pariwisata baru. Guna meningkatkan penyerapan
modal dalam bidang kepariwisataan, pemerintah daerah mendorong penanaman
modal dalam negeri dan penanaman modal asing di bidang kepariwisataan sesuai
dengan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, Provinsi, dan
Daerah.
Pengelolaan kepariwisataan di Kota Semarang lebih ditekankan kepada pengelolaan
pemerintah. Setiap masyarakat yang memiliki dan/atau menguasai wilayah, lokasi,
bangunan dapat dikuasai oleh pemerintah daerah agar terjaga kelestarian dan nilai
kebudayaan yang terkandung didalamnya.
Penetapan Kawasan Strategis Pariwisata dilakukan dengan memperhatikan
beberapa aspek beirkut:
1. sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik
pariwisata;
2. potensi pasar;
3. lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah;
4. perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam
menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;
5. lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan
pemanfaatan aset budaya;
6. kesiapan dan dukungan masyarakat; dan
7. kekhususan dari wilayah daerah.
selain kawasan strategis, terdapat jalur wisata yang merupakan rangkaian dari
berbagai daya tarik wisata yang terbentuk menjadi suatu jalur yang dinikmati oleh
wisatawan di dalam satu destinasi pariwisata atau lebih, di dalam wilayah daerah
Pasal 16 Perda 3 tahun 2010 menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan pengelolaan
kegiatan kepariwisataan dapat dilakukan melalui pembentukan badan usaha maupun
dikelola oleh perorangan. Dalam rangka melakukan pengelolaan usaha
kepariwisataan, badan usaha/perorangan tersebut harus mendaftarkan usaha yang
dimaksud sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dengan Peraturan
Walikota. Selain pengelolaan usaha kepariwisataan, pemerintah daerah berkewajiban
untuk mengembangkan dan melindungi usaha mikro, kecil, menengan dan koperasi
yang bergerak dalam bidang pariwisata dengan cara menyusun kebijakan yang pro
UMKM dan Koperasi serta melakukan fasilitasi baik permodalan maupun
keterampian kepada SDM UMKM dan Koperasi.

Laporan Antara | 4 - 18

Anda mungkin juga menyukai