ABSTRACT
The quality improvement of Bojonegoro Clay and the cobalt distribution on the surface of ceramic body system
have been studied. The ceramic body system consists of Bojonegoro Clay, feldspar and quartz is optimized using a
triaxial blend method. About 6 compositions among 15 compositions of synthesized ceramic bodies can be casted in
plastic condition with plastic limit between 22 and 30%. It has been obtained that the optimum composition of the
ceramic body is 57% clay, 14.5% feldspar, 28.5% quartz with the total shrinkage is 7 % and the modulus of rupture
2
is 18.23 N/mm . Cobalt is distributed homogenously on the optimum ceramic surface with 0.3 mm depth at optimum
o
glaze firing temperature (1050 C).
* Corresponding author.
Email address : irmina@chimie.its.ac.id (I.K. Murwani)
20 40 60
SiO2 39,78 D E F
Al2O3 17,27 G H I J
CaO 38,00 K L M N O
FeOx 2,60
MgO 0,541 F K
Na2O 0,9968 X
A B C
80
0 .0
- 0 .2 5 %
70
- 0 .5 6
60 DTA
Pengurangan Berat, %
- 1 .0
Komposisi komponen %
- 1 .2 5 %
50
2
1
40
- 1 .5
30 - 2 .0 5
4
- 1 .6 4 %
20
- 2 .5
TG
10
- 3 .0
0 3
A B C D E F G H I J K L M N O
- 3 .5
M a t r ik s
0 200 400 600 800 1000 1200
Tabel 2. Inkremen kenaikan dan penurunan oksida pada Gambar 4. Termogram sampel badan keramik B-F-K
22
diagram segitiga. 20
Inkremen
Garis 18
X
o
1050 C
4,6657 2,0892 0,4973 0,4173 0,3844 0,0114 12
Y 8 1000 C
o
Z 4
3,7497 0,3315 4,8529 0,3401 0,2415 0,1043 2
o
600 C
Dari grafik DTA (Gambar 4) didapatkan Gambar 5. Modulus patah matriks keramik pada
beberapa puncak endotermis dan satu puncak berbagai temperatur pembakaran
eksotermis. Puncak-puncak endotermis terjadi pada
o
temperatur 190, 285, 519, 575 dan 690 C, serta Modulus Patah
o
puncak eksotermis pada temperatur 960,7 C. Dua
puncak yang pertama (1,2) berkaitan dengan Pengukuran modulus patah dilakukan pada
penghilangan air yang terabsorbsi dalam badan keramik badan keramik yang telah dibakar pada temperatur
o
dan penghilangan SO2 serta unsur-unsur organik dalam 600, 900, 1000 dan 1050 C. Pemilihan temperatur
o
mineral. Puncak (3) yang tajam (519 C) berkaitan pembakaran ini dilakukan untuk mengamati kekuatan
dengan dehidroksilasi mineral lempung menuju badan keramik (1) setelah dehidroksilasi kaolinit, (2)
pembentukan metakaolin. Tahap ini merupakan akhir sebelum sintering (3) setelah sintering (4) setelah glaze
dari penghilangan air kimia mineral yang dimulai pada firing.
o o
temperatur sekitar 320 C. Persamaan reaksinya: Dari Gambar 5, pada temperatur 600 dan 900 C
Al2O3.2SiO2.2H2O Al2O3.2SiO2 + 2H2O dapat diketahui kecenderungan penurunan modulus
Kinetika dehidroksilasi dipercaya sebagai reaksi patah menurut garis x, penurunan menurut garis y dan
orde satu, menghasilkan kecepatan dehidroksilasi kenaikan menurut garis z. Bila dibaca sesuai
secara langsung, proporsional dengan luas area kaolin perubahan harga oksida, maka Mg dan Na tidak
[4]. Dari grafik TG diperoleh informasi reaksi berpengaruh terhadap harga modulus patah. Hal ini
dehidroksilasi ini disertai pengurangan berat sampai sesuai dengan laporan Naga dan Aziz bahwa MgO
1,25%. Pengurangan berat terus berlangsung sampai tidak memberikan efek pada pertumbuhan kristal Al2O3,
o
1,64 % pada temperatur 700 C, sehingga pengurangan dimana pertumbuhan kristal Al2O3 maupun mulite
berat total adalah 3,14%. merupakan faktor utama kekuatan badan keramik [5].
o
Pada temperatur 575 C (4) merupakan titik yang Ca dan K berpengaruh pada modulus patah. Si dan Al
sangat penting, karena kuarsa dengan struktur α akan juga berpengaruh terhadap modulus patah. Pada garis
berubah menjadi kuarsa struktur β. Tahap ini dinamakan x terdapat inkremen rata-rata penurunan sebesar 1,5
inversi kuarsa. Puncak endotermis pada 690 C
o MPa dan 0,35 MPa pada garis y. Bila dilihat dari nilai
kemungkinan merupakan dekomposisi termal kapur inkremen kedua garis maka modulus patah pada
yang membentuk kalsium oksida dan CO2. kondisi ini lebih dipengaruhi oleh Ca, sedangkan Al
CaCO3 H
CaO + CO2↑ sedikit mempengaruhi. Kekuatan bahan akan
Puncak eksotermis pada temperatur 960,7 C
o bertambah dengan kenaikan CaO. Hal ini sesuai
merupakan pembentukan fase kristalin dari metakaolin dengan efek penambahan CaO pada kekuatan spinel-
yang berubah menjadi struktur spinel. Pada tahap ini alumina [6] maupun penambahan kekuatan gelas
terbentuk senyawa mullite tipe I. Pada titik ini terjadilah dengan bertambahnya konsentrasi CaO [7].
proses sintering. Dari analisis DTA/TG dapat diketahui Konsentrasi CaO yang besar akan memacu kristalisasi.
o
badan keramik setidaknya dibakar pada 960 C.
1 2 .5 28
1 2 .0 26
1 1 .5
24
1 1 .0 p o r o s ita s
16
8 .5
8 .0 14
7 .5 12 p e n y e r a p a n a ir
7 .0 10
6 .5 1100 C
o
8
6 .0 o
1000 C 6
5 .5
o
5 .0 900 C 4
4 .5 2
4 .0
A B C D E F A B C D E F
K o d e M a tr ik s K o d e M a t r ik s
Gambar 6. Persentase susut total pada berbagai Gambar 7. Persentase porositas dan pernyerapan air
matriks dan temperatur pembakaran pada berbagai matriks
Intensitas
harga terjadi dengan inkremen yang besar baik menurut 1 2 3
4 o
1000 C
garis x, y, maupun z. Perubahan ini ekivalen dengan 3000 iu
puncak (1) dan (2) yaitu puncak kaolinit Si2Al2O5(OH)4. Dari pengamatan ini didapatkan matriks C
Adanya pengurangan intensitas yang cukup tinggi pada sebagai badan keramik yang memberikan sebaran
o
puncak 1, 2θ = 12,38 pada lempung dan pembakaran yang paling homogen, dan temperatur pembakaran
o o
badan keramik pada 600 C menunjukkan adanya glasir optimum pada 1050 C.
perubahan yang berkaitan dengan reaksi pelepasan Hal ini menunjukkan keterkaitan antara porositas
gugus hidroksil pada kaolinit. Intensitas kaolinit tersebut matriks atau badan keramik dengan homogenitas
o
akan semakin kecil pada 900 C dan menghilang pada sebaran kobalt. Pada konsentrasi air yang optimum 1,5
o
temperatur 1000 C. Reaksi dehidroksilasi ini disertai mL/g dan temperatur pembakaran glasir yang sama
dengan penataan ulang aluminium pada kaolin yang sebaran kobalt hanya dipengaruhi oleh matriks yang
semula oktahedral menjadi sebagian besar tetrahedral teraplikasi. Jika dibandingkan antara B, C, D, dan E
pada metakaolin sebagai hasil reaksi [4]. Struktur porositas terbesar dimiliki oleh matriks C sebesar
metakaolin hingga saat ini masih kontroversi dan terus 26,54%, dengan demikian suspensi glasir yang
dalam penelitian. Brindley dan Nakira menyarankan mengandung kobalt akan terdifusi paling mudah
struktur Al(OH)4 oktahedral pada kaolin berubah menjadi melalui pori-pori badan keramik yang terbesar diantara
tetrahedral seperti pada SiO2. Sedangkan MacKenzie yang dipilih. Daya serap air dan porositas berbagai
dkk menyarankan masih adanya 11-12% hidroksil matriks atau badan keramik yang dipilih untuk aplikasi
tersisa, sehingga pada struktur yang diajukan masih glasir terlihat pada Tabel 3.
terdapat gugus hidroksil [9]. Glasir berkobalt akan lebih homogen pada badan
Puncak lain yang sangat jelas perubahannya keramik yang lebih berpori (porous). Difusi kobalt
o
adalah puncak (3) pada 2θ=27,7 ). Puncak tersebut diamati lebih rinci pada badan keramik yang terglasir
adalah puncak anorthite, Ca(Al2Si2O8) yang berasal dari homogen yaitu matriks C dengan metode sayatan tipis
o
feldspar. Pada pembakaran temperatur 600 C masih (thin-section ) masing-masing pada pembakaran 1050
o
terlihat tajam dan secara berangsur intensitas puncak dan 1070 C. Matriks yang telah berglasir disayat
tersebut berkurang seiring dengan kenaikan temperatur dengan ketebalan seperti pada metodologi penelitian
pembakaran. Puncak (4) adalah puncak CaCO3. Pada gambar 9.
o
temperatur 600 C intensitasnya 234, sedangkan pada Hasil sayatan lapisan pertama (0,3 mm dari atas)
o o
1000 C sudah tidak terlihat lagi. pada temperatur 1050 C menunjukkan hanya terdapat
lapisan biru kobalt yang merata, sedangkan pada
Sebaran dan Difusi Kobalt lapisan kedua (0,3 mm dari lapisan pertama) terdapat
dua fasa atau yang disebut sebagai lapisan interface
Pelapisan glasir merupakan suatu tahap
yaitu lapisan biru kobalt dan lapisan badan keramik
penyelesaian akhir pada produk keramik. Pelapisan
yang berwarna coklat kemerahan. Jumlah kobalt yang
glasir pada produk keramik akan menambahkan nilai
terdifusi ke dalam badan keramik dianalisis pada
keindahan dan nilai ekonomis. Dalam penelitian ini
kedalaman di bawah 0,7 mm (di bawah interface badan
selain glasir yang dilapiskan pada badan keramik
keramik-glasir) Hasil analisis dengan metode SSA
ditambahkan juga sumber warna biru lapisan keramik
ditunjukkan pada Tabel 4.
dengan kobalt oksida. CoO dicampurkan dalam serbuk
glasir dan ditambahkan air untuk mendapatkan suspensi
yang diperlukan untuk pelapisan. Hasil penelitian
menunjukkan konsentrasi air yang ditambahkan masing-
masing 2; 1,7; 1,5; dan 1 mL/g menghasilkan kekentalan 1st
suspensi yang berbeda. Air dengan konsentrasi <1,5
mL/g menghasilkan suspensi yang sangat kental
sehingga sulit diaplikasikan di atas badan keramik.
Sedangkan konsentrasi air 1,7 dan 2 mL/g
menghasilkan suspensi yang tidak terlalu kental, tetapi
menghasilkan sebaran warna biru kobalt yang tidak
merata dan terkonsentrasi pada titik-titik tertentu pada
badan keramik yang dipilih (B, C, D, E).
Tabel 4. Konsentrasi kobalt yang terdifusi di bawah campuran Lempung Bojonegoro, feldspar dan kuarsa.
kedalaman 0,7 mm Badan keramik sistem Lempung Bojonegoro-feldspar-
Temperatur Co terdeteksi dalam kuarsa yang paling optimum adalah komposisi 57%
o
pembakaran, C badan keramik, ppm lempung, 14,5% feldspar, 28,5% kuarsa. Badan
1050 23,420 keramik ini mempunyai susut total 7% dan modulus
2
1070 28,762 patah 18,23 N/mm . Aplikasi glasir jenis Transparent
Soft Glaze dan kobalt memberikan sebaran kobalt
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa temperatur yang homogen dalam sistem tersebut. Pembakaran
o
yang lebih tinggi menyebabkan difusi kobalt ke dalam paling optimum pada 1050 C, sebanyak 93,7% kobalt
badan keramik lebih besar sehingga konsentrasi kobalt tersebar homogen sampai kedalaman 3 mm pada
yang ada di atasnya atau pada lapisan glasir lebih kecil. permukaan badan keramik optimum, sedangkan 6,3%
Hasil penelitian menunjukkan persentase kobalt yang sisanya terdifusi ke dalam badan keramik pada
terdifusi ke dalam badan keramik pada temperatur kedalaman di bawah 0,7 mm dari permukaan
o
pembakaran 1050 C sebesar 6,34% dari kobalt yang
diaplikasikan semula dan meningkat menjadi 7,36% UCAPAN TERIMA KASIH
o
pada temperatur 1070 C.
Berdasarkan pada pembahasan yang telah Penulis mengucapkan terima kasih pada Studio
dipaparkan dapat dinyatakan bahwa penambahan Keramik PPPG Kesenian Yogyakarta, BATAN
feldspar dan kuarsa pada Lempung Bojonegoro dapat Yogyakarta, Laboratorium Teknologi Keramik Teknik
mengubah beberapa karakter badan keramik menjadi Kimia UGM Yogyakarta, Laboratorium Analitik Kimia
lebih sesuai sebagai bahan pottery atau ubin. Walaupun MIPA UGM Yogyakarta, dan Laboratorium Bahan
penambahan tersebut akan menurunkan modulus patah Galian Teknik Geologi UGM Yogyakarta.
yang dihasilkan tetapi nilainya masih diatas nilai minimal
yang diijinkan. Keuntungan yang dapat diperoleh adalah DAFTAR PUSTAKA
turunnya nilai susut total dan dicapainya angka porositas
yang lebih besar sehingga sangat sesuai untuk aplikasi 1. Badan Pusat Statistik, 2002, Statistik Industri
lapisan glasir pada proses selanjutnya. Dalam penelitian Besar dan Sedang Bagian III, BPS, Jakarta.
dengan metode triaxial blend, disamping diperoleh 2. Norton, F.H., 1952, Element of Ceramics, Addison
komposisi optimum badan keramik juga dapat Wesley Publishing Company, New York.
diperkirakan senyawa-senyawa oksida yang berperan 3. Soesilowati dan Nuryanto, 1992, Glasir dan
dalam perubahan sifat-sifat badan keramik. Diperoleh Pewarna, Balai Besar Industri Keramik, Bandung.
komposisi optimum badan keramik adalah 57% 4. Carty, W.M., and Senapati, U., 1998, J. Am.
lempung; 14,5% feldspar; 28,5% kuarsa. dengan Ceram. Soc. 81, 1, 3-20.
persentase porositas 26,54%. Dengan nilai persentase 5. Naga, S.M.., dan Aziz, D.A.A., 2002, Brit. Ceram.
porositas tersebut akan sangat menguntungkan pada Trans. 101, 3, 129-132.
aplikasi glasir, dimana dihasilkan sebaran warna biru 6. Chan, C.F., dan Ko, Y.C.,, 1998, J. Am. Ceram.
kobalt yang merata pada permukaan badan keramik dan Soc. 81, 11, 2957-60.
hanya 6,34% kobalt yang terdifusi ke dalam badan 7. Sehgal, J. dan Ito, S, 1998, J. Am. Ceram. Soc.
o
keramik pada pembakaran glasir 1050 C. 81, 9, 2485-88.
8. Blankenship, A , 2002, Brit. Ceram. Trans. 101, 3,
KESIMPULAN 129-132.
9. Brindley, G.W., and Nakahira, M, 1959, J .Am.
Lempung Bojonegoro dapat diperbaiki karakternya Ceram. Soc. 42, 7, 311-314.
dengan membuat sistem baru yang merupakan