Anda di halaman 1dari 2

Septimia Zenobia (dialek Tadmur: (Btzby),

dibaca Bat-Zabbai; lahir sekitar tahun 240/241 – meninggal


setelah tahun 274) adalah Ratu Kekaisaran Tadmur (juga
disebut Palmira) di wilayah Siria pada abad ke-3. Terdapat
banyak legenda mengenai asal-usulnya, tetapi
kemungkinan ia tidak terlahir sebagai rakyat jelata. Ia
pernah menikah dengan Odaenathus yang menjadi
Raja Tadmur pada tahun 260. Odaenathus berhasil
mengangkat status Tadmur menjadi kota terkuat di
kawasan Timur Dekat dengan mengalahkan Kekaisaran
Sassaniyah dan menstabilkan wilayah Timur Romawi.
Setelah Odaenathus tewas dibunuh, Zenobia menjadi wali
penguasa untuk anaknya, Vaballathus, dan memegang
kekuasaan secara de facto.
Pada tahun 270, Zenobia melancarkan sebuah serangan
yang menjadikannya sebagai penguasa seluruh wilayah
Timur Romawi, bahkan ia berhasil mengambil alih
wilayah Mesir. Pada pertengahan tahun 271, wilayahnya
terbentang dari Ankira di Anatolia tengah hingga Mesir
selatan, walaupun secara resmi ia masih tunduk kepada
Romawi. Namun, setelah Kaisar
Romawi Aurelianus mengobarkan perang melawannya
pada tahun 272, Zenobia menyatakan anaknya sebagai
kaisar dan mengambil gelar maharani. Pada saat yang
sama, ia juga memisahkan Tadmur dari Romawi. Setelah
berlangsungnya pertempuran yang sengit, bangsa Romawi
berhasil memenangi perang melawan Zenobia. Sang ratu
terkepung di ibu kotanya dan ditangkap oleh Kaisar
Aurelianus. Zenobia kemudian dibuang ke Roma dan
menghabiskan sisa umurnya di sana.
Zenobia adalah seorang penguasa yang berbudaya dan ia
mendukung perkembangan intelektualitas di istananya. Ia
menerima para cendekiawan dan filsuf. Ia juga toleran
terhadap bawahan-bawahannya dan melindungi minoritas
agama. Sang ratu berhasil mendirikan pemerintahan yang
stabil dan memerintah wilayah dengan beraneka ragam
etnis. Zenobia tutup usia setelah tahun 274, dan terdapat
banyak kisah mengenai bagaimana ia menjemput ajalnya.
Kebangkitan dan kejatuhannya telah mengilhami para
sejarawan, seniman, serta penulis, dan ia kini dianggap
sebagai simbol patriotisme di Suriah.

Anda mungkin juga menyukai