Anda di halaman 1dari 3

TUGAS BIOETIKA

DIUSULKAN OLEH :

NAMA: ATIKAH HANUM

NPM: 1508260077

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

MEDAN

2019
Kasus Acute Coronary Syndrom

Seorang laki-laki berusia 54 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri yang tembus sampai ke punggung, nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk dan seperti ditimpa beban yang berat disertai sesak nafas. Nyeri dada
dirasakan sekitar 10 menit. Pasien mengalami nyeri dada secara tiba-tiba. Pasien diantar oleh
keluarga menggunakan mobil pribadi. Pasien mempunyai riwayat perokok aktif, merokok
sekitar 2-3 bungkus perhari, pasien juga mempunyai riwayat penyakit kolesterol dan diabetes
melitus tetapi sudah lama tidak berobat. Dokter melakukan tindakan awal terhadap pasien
yaitu dengan memberikan oksigen sebanyak 2-4 L/menit. Dokter memberikan obat Isosorbid
tinitrat (ISDN) dibawah lidah dan menunggu sekitar lima menit tetapi pasien masih
mengeluhkan nyeri dada. Dokter kembali memberikan obat Isosorbid tinitrat (ISDN) dibawah
lidah dan menunggu lagi sekitar lima menit. Dokter kembali melihat keadaan pasien sembari
menanyakan masih ada nyeri dada atau tidak. Pasien masih mengeluhkan nyeri dada, dokter
kembali memberikan Isosorbid tinitrat (ISDN) dibawah lidah dan dokter menanyakan lagi
masih ada nyeri atau tidak. Pasien tidak lagi merasakan nyeri dada, dokter menjelaskan
kepada keluarga tentang penyakit pasien terssebut yaitu kemungkinan Penyakit Jantung
Koroner atau (Acute Coronary Syndrom) yaitu terjadinya sumbatan pada pembuluh darah di
jantung yang disebabkan oleh aterosklerosis atau plak pada pembuluh darah, dengan faktor
resiko merokok, dislipidemia, diabetes mellitus dan aritmia jantung. Dokter melakukan
informed consent kepada keluarga dan pasien untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya
yaitu memasang infus pada pasien dan melakukan pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG).
Keluarga dan pasien menyetujui tindakan dan pemeriksaan tersebut. Dokter memberikan
cairan Ringer Laktat (RL) sebanyak 8 jam per kolf. Dan melakukan pemeriksaan
Elektrokardiography (EKG) berupa ST elevasi pada Lead 1 AVL, V4, V5, V6. Kemudian
dokter menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang hasil kardiografi tersebut. Pada hasil
elektrokardiografi tersebut kemungkinan adanya sumbatan pada jantung sebelah kiri, lalu
dokter menanyakan kepada pasien dan keluarga tentang riwayat pasien tersebut, “Apakah
pasien ada riwayat merokok sebelumnya?” Yaitu perokok aktif atau yang menghabiskan 2-3
bungkus/hari. “Apakah pasien menderita penyakit kolesterol atau dislipidemia ?” Apakah
pasien ada menderita penyakit kencing manis atau diabetes mellitus, “Apakah pasien
sebelumnya pernah menderita penyakit seperti ini ?” “Apakah pasien pernah didiagnosa
gangguan pada jantung ?”. “Apakah pasien ada menderita penyakit gangguan irama jantung
?” kemudian pasien menjawab, pasien merupakan perokok aktif sejak muda, merokok lebih
dari 2-3 bungkus perharinya, pasien juga sebelumnya menderita penyakit kolesterol atau
dislipidimia. Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Pasien tidak
pernah menderita penyakit jantung, pasien tidak pernah mengalami gangguan irama jantung.
Pasien jarang berolahraga, pasien memiliki berat badan yang lebih dari normal. Kemudian
dokter menyarankan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium yaitu, pemeriksaan enzim
jantung, keluarga dan pasien menyetujui akan dilakukannya pemeriksaan enzim jantung
tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaan enzim jantung, keluarlah hasil berupa CKMB
(Creatinin Kinase Myocardial Band) dan troponin terjadi peningkatan. Dokter menjelaskan
hasil pemeriksaan enzim jantung tersebut, yaitu peningkatan CKMB (Creatinin Kinase
Myocardial Band) dan Troponin ini menandakan adanya kerusakan pada jaringan jantung
yang terkena. Kemudian setelah menjelaskan kepada keluarga pasien dokter menyimpulkan
bahwa pasien di diagnosis menderita penyakit jantung koroner dengan STEMI. Kemudian
dokter menganjurkan kepada keluarga dan pasien untuk di rawat inap, supaya penyakitnya ini
bisa diperbaiki dengan cara pemberian obat-obatan. Pasien dan keluarga setuju dilakukan
rawat inap, kemudian dokter memberikan clopidogrel sebanyak empat tablet atau 600 mg.
Selanjutnya di ruangan diberikan clopidogrel tersebut satu kali 75 mg. Dokter memberikan
aspilet sebanyak dua tablet atau 160 mg. Kemudian diruangan diberikan lagi aspilet satu kali
80 mg. Dokter memberikan simvastatin sebanyak dua tablet atau 40 mg. Kemudian diruangan
diberikan satu kali 20 mg. Dokter memberikan injeksi omeprazole sebanyak satu kali satu.
Dokter memberikan sukralfat sirup tiga kali satu sendok makan. Dokter memberikan injeksi
arixstra atau fondaparinux. Dokter memberikan satu kali sehari selama tiga hari. Dokter
memberikan ramipril sebanyak satu kali 2,5 mg. Dokter memberikan obat isosorbid diningrat
diberikan kapan perlu dan ketika pasien merasakan nyeri dada. Dokter memberikan
bisoprolol. Dokter memberikan cairan infus RL delapan jam/kolf. Oksigen 2-4 L/menit.
Dokter menyarankan untuk pemasangan kateter. Kemudian dokter menganjurkan untuk
dilakukan balance cairan dan menimbang berat badan pasien setiap harinya. Dokter
menyarankan kepada keluarga untuk mengikuti instruksi tentang pengobatan pasien ini
karena apabila tidak mengikuti instruksi sesuai perintah dokter maka ada kemungkinan di
kemudiaan hari timbul lagi gejala seperti ini, kemudian pasien dianjurkan setelah dilakukan
pengobatan ini agar berhenti merokok melakukan olahraga minimal dua kali seminggu,
menjaga makanan yang baik dan sehat dan meminta dukungan dari keluarga untuk tidak lupa
mengikuti saran dokter tersebut.

Anda mungkin juga menyukai