LP Atresia Biller PDF
LP Atresia Biller PDF
Atresia bilier yaitu suatu defek konginetal yang merupakan hasil dari tidak
adanya atau obstruksi satu atau lebih saluran empedu pada ekstrahepatik atau
Atresia bilier (AB) adalah penyakit pada saluran bilier ekstrahepatik yang
obliterasi. (Pratama,2013)
Isidensi atresia bilier berkisar antara 1 dalam 10.000 kelahiran hidup dan 1 dalam
25.000 kelahiran hidup. Tampaknya tidak terdapat predileksi rasial atau genetik
kendati ditemukan predominasi wanita sebesar 1,4:1 (McEvoy dan Suchy, 1996:
intestinal, dan malrotasi usus. Jika tidak ditangani, biasanya atresia bilier berlanjut
menjadi sirosis hepatis, kegagalan hati, dan kematian anak dalam usia 2 tahun
pertama.(Wong, 2000)
B. Etiologi
2. Distensi abdomen
3. Varises esophagus
4. Hepatomegaly
6. Lemah
7. Pruritus
8. Anoreksia
9. Letargi
D. Anatomi Fisiologi
Hati terletak dibelakang tulang-tulang iga (kosta) dalam rongga abdome
daerah kanan atas. Hati memiliki berat sekitar 1500 gr dan dibagi menjadi empat
lobus. Setiap lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang
membentang ke dalam lobus itu sendiri dan membagi massa hati menjadi unit-unit
yang lebih kecil, yang disebut lobulus. Sirkulasi darah e dalam luar hati sangat
saluran empedu yang lebih besar yang akhirnya membentuk duktius hepatikus.
Duktus hepatikus dari hati dan duktus sistikus dari kandung empedu bergabung
sfingter oddi yang terletak pada tempat sambungan (junction)di mana duktus
Kandung empedu (vesika felen), yang merupakan organ berbentuk sebuah pear,
berongga dan menyerupai kantong dengan panjang 7,5-10 cm, terletak dalam suatu
cekungan yang dangkal pada permukaan inferior hati dimana organ tersebut terikat
pada hati oleh jaringan ikat yang longgar. Kapasitas kandung empedu 30-50 ml
a. Kandung empedu
memiliki panjang 7-10 cm dengan kapasitas 30-50 ml namun saaat t erdistensi dapat
mencapai 300 ml. Kandung empedu berlokasi di sebuah lekukan pada permukaan
bawah hepar yang secara anatomi menjadi hepar menjadi lobus kanan dan lobus
kiri. Kandung empedu dibagi menjadi 4 area secara anatomi yaitu fundus, leher,
strukturnya kebanyakan berupa otot polos, kontras dengan korpus yang kebanyakan
terdiri dari jaringan elastis. Leher biasannya membentuk sebuah lengkungan yang
dan tetesan lemak. Mukus disekresi ke dalam kandung empedu dalam kelenjar
empedu, tetapi tidak pada fundus dan korpus. Epitel yang berada sepanjang
kandung empedu ditunjang oleh larnina propria. Lapisan ototnya adalah serat
kongitudinal serkuler dan oblik, tetapi tanpa lapisan yang berkembang sempurna.
pembuluh darah, limfe dan adiposa. Kandung empedu ditutupi oleh lapisan serosa
Arteri sistika yang mensuplai kandung empedu biasanya berasal dari cabang
arteri hepatika kanan. Lobus Arteri sistika dapat bervariasi namun hampir selalu di
temukan di segitiga hepatosistica, yaitu area yang dibatasi oleh Ductus sistukus,
Ductus hepatikus komunis dan batas hepar (segitiga Calot). Ketika arteri
sistika mencapai baian leher dari kandung empedu akan terbagi menjadi anterior
dan posterior. Aliran vena akan melalui vena kecil dan akan langsung memasuki
hepar, atau lebih jarang akan menuju vena besar sistika menuju vena porta. Aliran
limfe kandung empedu akan menuju kelenjar limfe pada bagian leher.
Persarafan kandung empedu berasal dari nervus vagus dan dari cabang
dan T9. Rangsang dari hepar, kandung empedu dan duktus biliaris akan menuju
serat aferen simpatis melewati nervus splanchnic memediasi nyeri kolik bilier.
Cabang hepatik dari nervus vagus memebrikan serat kolimergik pada kandug
dalam kanalikus serta saluran empedu. Empedu terutama tersusun dari air dan
elektrolit, seperti natrium, kalium, kalsium, klorida serta bikarbonat, damna juga
bilirubin dan sebagai pembantu proses pencernaan melalui emulsifikasi lemak oleh
garam-garam empedu.
konjugasi atau pengikatan dengan asam-asam amino (taurin dan glisin), garam
garam empedu diperlukan untuk emulsifikasi lemak dalam intestinum. Proses ini
distal, ke dalam darah portal untuk kembali ke ati dan sekali lagi dieksresikan ke
maka dari seluruh garam empedu yang masuk ke dalam intestinum, hanya sebagian
kecil yang akan diekskresikan ke dalam feses. Keadaan ini menurunkan kebutuhan
c. Eksresi bilirubun
Bilirubin adalah pigmen yang berasal dari pemecahan hemoglobin oleh sel -
sel pada sistem retikuloendoelial yang mencakup sel-sel Kupffer dari hati.
Hepatosit mengeluarkan bilirubin dari dalam darah dan melalui reaksi kimia
lebih dapat larut di dalam kanalikulus empedu di dekatnya dan akhirnya dibawa
sebagian akan diekskresikan ke dalam feses dan sebagian lagi diabsorbsi lewat
mukosa intestinal ke dalam daerah portal. Sebagian besar dari urobilinogen yang
diserap kembali ini dikeluarkan oleh hepatosit dan dieksresikan sekali lagi ke dalam
sistemik dan dieksresikan oleh ginjal ke dalam urin. Eliminasi bilirubin dalam
Konsentrasi bilirubin dalam darah dapat meningkat jika terdapat penyakit hati, bila
aliran empedu terhalang (yaitu, oleh batu empedu dalam saluran empedu) atau bila
terjadi penghancuran sel-sel darah merah yang berlebihan. Pada obstruksi saluran
hati, bila aliran empedu terhalang (yaitu, oleh batu empedu dalam salur an empedu)
atau bila terjadi penghancuran sel-sel darah merah yang berlebihan. Pada obstruksi
antara saat-saat makan, ketika sfingter Oddi tertutup, empedu yang diproduksi oleh
air dalam empedu diserap melalui dinding kandung empedu sehingga empedu
dalam kandung empedu lebih pekat lima hingga sepuluh kali dari konsentrasi saat
duodenum akan terjadi konsentrasi kandung empedu dan relaksasi sfingter Oddi
dinding usus.
E. Pathofisiologi
empedu ke luar hati dan ke dalam kantong empedu dan usu. Akhirnya terbentuk
peradangan, edema dan degenerasi hati. Bahkan hati menjadi fibrosis dan cirrhosis
dan hipertensi portal sehingga akan mengakibatkan gagal hati. Degerasi secara
gradual pada hati menyebabkan jaundice, ikterik dan hepatomegaly. Karena tidak
ada empedu dalam usus, lemak dan vitamin larut lemak tidak dapat diabsorbsi,
F. Pemeriksaan Penunjang
Dua jenis pemeriksaan yang lazim dilakukan untuk mendeteksi atresia bilier
adalah serum darah dan biopsi hepar. Pemeriksaan jenis lain dengan menggunakan
kartu warna feses anak (infant stool card color), kartu ini memeli ki kelebihan yaitu
mudah digunakan, harga murah, dapat digunakan untuk metode skrining awal
diagnosis dan manajemen dari atresia bilier (Chen, at.all,2006). Pemeriksaan ini
dirancang oleh matsui et.all (1994) dengan menggunakan 7 warna feses berbeda
3. Biopsi hati
5. USG perut (untuk memungkinkan mengevaluasi terhadap hati dan sistem bilier)
(Suriadi,2001:19)
G. Penatalaksanaan
3. Sistem pernafasan
6. Muskuloskletal; letargi
1. Tes darah, yang meliputi hitung lengkap darah, kadar elektrolit, bilirubin,
sistem bilier.
segmen usus pada porta hepatika yang direseksi untuk mengupayakan drainase
getah empedu.
H. Komplikasi
1. Cirrhosis
2. Gagal hati
3. Gagal tumbuh
4. Hipertensi portal
5. Varises esophagus
6. Asites
7. Enchephalopathy
I. Fokus pengkajian
1. Gastrointestinal
c. Varises esofagus
d. Asites
e. Anoreksia
2. Respirasi
Distres pernafasan
3. Neurologi
Ensefalopati
4. Perkemihan
a. Letargi
5. Mata, telinga, hidung, dan tenggorokan. Sklera ikterik pada usia 2 sampai 3
minggu.
6. Hematologi
7. Integumen
a. Kuning
b. Kering
c. Pruritus
d. Kerusakan kulit
e. Edema perifer
J. Diagnosa keperawatan
K. Fokus Intervensi
Tujuan : pemasukan lebih besar dari pengeluaran, oliguria, perubahan pada berat
jenis urine
Kriteria hasil : menunjukkan volume cairan stabil dengan keseimbangan
pemasukan dan pengeluaran, berat badan stabil, tanda vtal dalam rentang normal,
Intervensi :
pengeluaran). Timbang berat badan tiap hari, dan catat peningkatan lebih dari 0,5
kg/hari.
Rasional :
mungkin tidak terjadi karena perpindahan cairan keluar area vaskuler. Distensi
3. Perpindahan cairan pada jaringan sebagai akibat retensi natrium dan air,
Intervensi :
Rasional
2. Mungkin sulit untuk menggunakan berat badan sebagai indikator langsung status
3. Pasien mungkin hanya mkan sedikit gigitan karena kehilangan minat pada
Intervensi :
2. Ubah posisi pada jadwal teratur, saat dikursi atau tempat tidur : bantu dengan
5. Gunakan kasur bertekanan tertentu, kasur karton telur, kasur air, kulit domba
sesuai indikasi.
Rasional :
dekubitus. Asites dapat meregangkan kulit sampai pada titik robekan pada sirosis
berat.
2. Pengubahan posisi menurunkan tekanan pada jaringan edema untuk memperbaiki
sirkulasi.
iskemia/kerusakan jaringan
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, John. 2002. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. Jakarta : EGC
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan .