☰ Menu
S-2
Pedoman EyD tidak secara spesifik memberikan aturan tentang masalah ini. Namun, dalam
keterangan tentang tanda hubung
(h p://id.wikisource.org/wiki/Pedoman_Umum_Ejaan_Bahasa_Indonesia_yang_Disempurnakan#
E._Tanda_Hubung_.28-.29), pedoman ini menyebutkan bahwa tanda hubung antara lain berfungsi
untuk merangkaikan (1) kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital, misalnya hari-H,
(2) “ke-” dengan angka, misalnya peringkat ke-3, dan (3) angka dengan “-an”, misalnya dasawarsa
2010-an. Ketiga kaidah tersebut menunjukkan bahwa
tanda hubung digunakan untuk merangkaikan singkatan berhuruf kapital maupun angka dengan unsur
lain yang tidak sejenis.
Sesuai dengan kaidah-kaidah tersebut, singkatan untuk jenjang akademis strata dua (magister
(h p://id.wikipedia.org/wiki/Magister)) lebih tepat ditulis dengan tanda hubung: “S-2”. Pada
singkatan itu, huruf “S” merupakan singkatan berhuruf kapital, sedangkan “2” adalah angka.
Keduanya merupakan unsur yang tidak sejenis yang memerlukan tanda hubung sebagai
perangkai. Jadi, penulisan singkatan yang benar adalah “S-1” sampai “S-3” dan “D-1” sampai “D-
4”.
Kaidah yang berbeda diterapkan untuk singkatan yang menggunakan angka sebagai pelambang
jumlah huruf yang sama, seperti “P3K” untuk Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Angka dalam
singkatan seperti ini tetap melambangkan unsur yang sejenis dan berulang. Dalam contoh “P3K”,
angka “3” melambangkan jumlah huruf “P” dalam singkatan (sejenis) sehingga tidak perlu ditulis
“P-3-K”.
Tulisan ini pertama kali diterbitkan dalam Majalah Intisari edisi Januari 2012. Rujukan: Buku Praktis
Bahasa Indonesia 2 (h p://id.wikisource.org/wiki/Buku_Praktis_Bahasa_Indonesia_2#S2_atau_S-2). Sumber
gambar: Telecotreco (h p://telecotreco.blogspot.com/2009/06/uopeople.html).
https://ivanlanin.wordpress.com/2012/02/28/s-2/ 1/4