Anda di halaman 1dari 48

PENGERTIAN INCENERATOR

Incenerator merupakan suatu alat pembakaran yang biasanya


digunakan untuk mengolah limbah padat, mengkonversi materi
padat (sampah) menjadi materi gas,dan abu, (bottom ash dan fly
ash). incenerator merupakan suatu alat penghancur atau
pemusnah limbah organik melalui pembakaran dalam suatu sistem
yang terkontrol dan terisolir dari lingkungan sekitarnya.

Menurut Patrick (1980) Incenerator adalah alat yang


digunakan untuk proses pembakaran sampah. Alat ini berfungsi
untuk merubah bentuk sampah menjadi lebih kecil dan praktis
serta menghasilkan sisa pembakaran yang sterill sehingga dapat
dibuang langsung ke tanah. Energi panas hasil pembakaran dalam
Incenerator dapat digunakan sebagai energi alternative bagi proses
lain
Fungsi incenerator

Untuk menghancurkan Mendestruksi materi-materi yg


sampah – sampah berbahaya seperti
berbahaya dan beracun mikroorganisme pathogen dan
ataupun sampah – sampah meminimalisir pencemaran
infeksi, sehingga sisanya udara yg dihasilkan dari proses
dapat dibuang dengan aman pembakaran sehingga gas
ke tempat pembuangan buang yg keluar dari
sampah umum. cerobong menjadi lebih
terkontrol dan ramah
lingkungan.
Insinerasi
 Proses oksidasi bahan organik menjadi bahan
anorganik.
 Insinerasi adalah sistem pembuangan sampah dengan
cara mengurangi volume dan massa sampah.
 Sebenarnya bukan suatu solusi dari sistem
pengelolaan sampah karena sistem ini pada dasarnya
hanya memindahkan sampah dari bentuk padat yang
kasatmata menjadi sampah yang tidak kasat mata
(gas).
 Banyak difungsikan sebagai sistem pembangkit energi.
 Jika berlangsung secara sempurna, komponen utama
penyusun bahan organik (C dan H) akan dikonversi
menjadi gas karbon dioksida dan uap air. Unsur
penyusun lain (S dan N) dioksidasi menjadi oksida
dalam fasa gas (SOx dan NOx), sedangkan unsur inert
(suatu senyawa atau zat tahan terhadap reaksi kimia
)tetap berada pada fasa padat atau teruapkan dan
terbawa oleh gas-gas.
 Untuk mengurangi pencemaran lingkungan,
insinerator dilengkapi sistem pengendalian polusi
udara.
 Sistem insinerasi dapat mengurangi volume dan berat
padatan hingga masing-masing 90% dan 75%.

 Proses insinerasi menghasilkan energi panas yang


dapat digunakan untuk pembuatan kukus, proses
pengeringan, dan pembangkit listrik.

 Insinerasi limbah padat akan menyisakan residu yang


beratnya kira-kira sama dengan kandungan bahan
inert.
Discrepancy(perbedaan) berat residu dari berat yang
diperkirakan dapat terjadi karena :

1. penguapan atau entrainment sebagian bahan inert


2. proses oksidasi dari bahan-bahan logam
3. pembakaran bahan organik yang tidak sempurna
4. Umpan limbah perkotaan biasanya mempunyai
densitas 13 – 17 lb/cuft (pound per cubic foot
Kg/m3), sedangkan residu 110 lb/cuft.
5. Kandungan energi (heating value) menentukan
kemampuan dalam mempertahankan
keberlangsungan proses pembakaran dan banyaknya
energi yang mungkin diperoleh dari sistem insinerasi
6. Kebutuhan udara pembakar
komponen utama penyusun limbah padat adalah
karbon, hidrogen, dan oksigen
kebutuhan udara dapat dihitung secara
kasar dengan cara bahwa 1 cuft udara pada
STP(standard temperature and pressure)
diperlukan untuk setiap 94 Btu (British thermal
unit) energi netto yang dilepas dalam
pembakaran
 walaupun dalam memperkirakan produksi panas dan
kebutuhan udara pembakar cukup dilakukan dengan
hanya mempertimbangkan unsur-unsur pentingnya
saja, batasan-batasan lingkungan dalam hal polusi
udara didasarkan pada produk-produk pembakaran
dari unsur-unsur minoritas yang terkandung dalam
limbah padat.
Kriteria desain insinerator

 mewadahi limbah yang sedang terbakar


 memasok udara dalam jumlah yang cukup untuk
terjadinya proses pembakaran
 mencampur udara pembakar dan gas hasil proses
pirolisa untuk menjamin terjadinya pembakaran
sempurna sebelum gas-gas hasil pembakaran
didinginkan
 mengatur suhu gas hasil insinerasi sehingga tidak
merusak refraktori(material yang dapat
mempertahankan sifat-sifatnya yang berguna dalam
kondisi yang sangat berat karena temperatur tinggi
dan kontak dengan bahan-bahan yang korosif) dan
peralatan pembersih gas
 menghilangkan partikulat dan gas pencemar dari gas
buang
 memasukkan umpan dan mengeluarkan residu tanpa
terjadinya pelepasan gas hasil pembakaran
 mencapai persyaratan di atas secara ekonomis dan
bebas masalah
 memenuhi standar-standar estetika, untuk
penempatan dilingkungan perumahan
Tingkat kemungkinan suatu bahan dapatdiinsinerasi
bergantung pada faktor-faktor berikut :

 Kandungan air
 Nilai kandungan panas
 Garam-garaman anorganik
 Kandungan sulfur dan halogen
Jenis-jenis insinerator:
1. open burning
2. single chamber incinerator
3. open pit incinerator
4. multiple chamber incinerator
5. starved air unit
6. aqueous waste injector
7. multiple heart
8. rotary kiln
9. incinerator unggun pancar (fluidized bedincinerator)
 Open Burning
Adalah teknik insinerasi sampah yang palingtua .
Terdiri dari tumpukan sampah di atas tanah dan dibakar
tanpa menggunakan bantuan peralatan pembakaran khusus

 Single chamber incinerator


Limbah padat pada sistem ini diletakkan di atas grid
kemudian dibakar.
Sistem ini dapat dilengkapi peralatan penyalaan atau
tidak.
Pada sistem ini upaya mengendalikan emisi
dilakukan dengan menambahkan after burner dan
damper, keduanya dimaksudkan untuk
mengendalikan proses pembakaran.
Sebagian besar emisi yang dihasilkan disebabkan
oleh proses pembakaran yang tidak sempurna.
Open Burning
Single chamber incinerator
 Open Pit Insinerator

Insinerator jenis ini dikembangkan untuk


mengendalikan insinerasi bahan-bahan eksplosif,
limbah yang akan menghasilkan bahaya ledakan atau
pelepasan panas yang tinggi pada insinerator tertutup
biasa

Udara pembakar disemprotkan ke dalam ruang bakar


dari bagian atas insinerator dengan kecepatan tinggi
sehingga menciptakan turbulensi.

Temperatur pembakaran dapat mencapai 2000° F


(furnace ) dan menghasilkan gas dengan asap
 Multiple chamber incinerator

Dalam upaya untuk mencapai pembakaran bahan secara


sempurna dan mengurangi partikulat yang terbawa gas
buang, insinerator dengan banyak ruang bakar telah
dikembangkan.

Ruang bakar utama digunakan untuk membakar


padatan. Ruang bakar kedua memperpanjang waktu
tinggal produk gas yangt idak terbakar dan merupakan
tempat masuk bahan bakar tambahan guna pembakaran
produk gas yang belum terbakar dan padatan-padatan
 Pada insinerator jenis ini, baffle-baffle didesain untuk
mengarahkan aliran gas hingga membuat belokan 90°
dalam arah horisontal maupun vertikal sehingga
memungkinkan terjadinya pengendapan padatan yang
terbawa aliran gas.

 Pada jenis in-line insinerator arah belokan gas hanya


vertikal. Jenis ini biasanya dilengkapi dengan sistem
pengeluaran abu otomatis atau konveyor pembuang
debu dan beroperasi secara kontinu.
 Starved Air Unit (SAU)

Dalam upaya mengurangi emisi partikulat, laju udara


pembakar yang masuk melalui grid dapat dikurangi.
Sebagai akibatnya pembakaran sempurna gas-gas hasil
proses pirolisa dan gasifikasi padatan tidak terjadi di
atas unggun.Gas-gas tersebut dibakar di ruang yang
terpisah dari ruang insinerasi yaitu di ruang bakar kedua
( secondary ).
Limbah padat ditempatkan dalam ruang
bakar primary dan dibakar dengan udara
yang jumlahnya kurang dari volume stoikiometrinya
 Aqueous waste injector

Aqueous Waste injection terdiri dari sebuah nozel yang


berguna untuk mengatomisasi limbah yang akan dibakar,
dan alat penunjang lainnya.

Jenis-jenis nozel:
mechanical atomizing nozzles, rotary cap burners, external
low-pressure air atomizing burner,external high-pressure
two-flow burner, internal mix nozzles, dan sonic nozzles.
Limbah yang dapat diolah dengan sistem ini adalah limbah
cair dan lumpur yang dapat dipompa.
Temperatur pembakaran yang digunakan antara 1300-3000° F
(700-1650°C).
 Limbah yang akan dibakar diatomisasi dengan ukuran
partikel antara 40-100 m dan disemburkan ke dalam
ruang bakar.
 Efisiensi destruksi ditentukan oleh banyaknya
pengembunan dan uap yang bereaksi.
 Turbulensi sangat diinginkan untuk mendapatkan
destruksi limbah organik setinggi mungkin.
 Penempatan dan peletakan alat pembakar (fuel
burner) serta nozel penginjeksi akan tergantung pada
aliran cairan yang akan diinsinerasi (aksial, radial
ataupun tangensial).
 Multiple heart
Multiple-hearth furnace terdiri dari sebuah rak baja,
tungku berbentuk lingkaran yang disusun seri, satu
diatas yang lainnya dan biasanya berjumlah 5-8 buah,
shaft rabble arms beserta rabble teeth -nya dengan
kecepatan berputar ¾ – 2 rpm (Rotasi per menit ).
Temperatur pembakaran 1400-1800 ° F (760-
980°C).
Umpan dimasukkan dari atas tungku secara
terusmenerus dan abu dari proses dikeluarkan melalui
silo.
 Limbah yang dapat diproses dalam multiple-hearth
furnace memiliki kandungan padatan minimum
antara 15-50 %-berat.

 Limbah yang kandungan padatannya di bawah 15 %-


berat padatan mempunyai sifat seperti cairan daripada
padatan. Limbah semacam ini cenderung untuk
mengalir di dalam tungku dan manfaat rabble tidak
akan efektif.

 Jika kandungan padatan di atas 50 % berat,


makalumpur bersifat sangat viscous dan cenderung
untuk menutup rabble teeth.
 Udara dipasok dari bagian bawah furnace dan naik
melalui tungku demi tungku dengan membawa
produk pembakaran dan partikel abu. Sebagian udara
pembakar yang tidak sempat memasuki rabble arms
didaur ulang.
 Multiple-heart furnace terdiri dari tiga zona,yaitu zona
pengeringan, zona pembakaran, dan zona
pendinginan.
 Zona pengeringan
– terletak di bagian atas furnace
– gunanya untuk memanaskan dan menguapkan
kandungan air ( moisture ) yang dikandung oleh umpan
sekaligus mendinginkan gas panas yang akan keluar dari
furnace
 Zona pembakaran

– terletak di bagian tengah furnace


– limbah lumpur yang memasuki zona ini dipanaskan
sampai terbakar (temperatur pembakaran)
– jika lumpur terlalu kering (berisi lebih dari 25 %-berat
padatan) atau kandungan minyak dalam limbah tinggi
maka sebuah after burner perlu ditambahkan.
 Afterburner ini berguna untuk menjaga kalau ada
senyawa volatil yang tidak terbakar yang
menyebabkan asap dan bau emisi. Letak
afterburner yang efektif adalah pada aliran sebelum
gas keluar dari insinerator
 Zona pendinginan
– terletak di bagian bawah furnace
– untuk mendinginkan abu sisa pembakaran dengan
cara memindahkan panas sensibelnya pada udara
pembakar yang diumpankan dari bawah furnace
 Rotary Kiln

Sistem insinerator jenis rotary kiln merupakan sistem


pembuangan limbah yang paling universal dari segi jenis
dan kondisi limbah yang dikelola.
Insinerator jenis ini dapat digunakan untuk mengolah
berbagai jenis limbah padat dan sludge, cair maupun
limbah gas.
Perangkat insinerator jenis rotary kiln biasanya
terdiridari sistem pengumpan, injeksi udara, kiln atau
silinder horisontal yang dapat berputar pada
sumbunya,afterburner, sistem pengumpul dan
pengambilan abu,dan sistem pengendali pencemaran
udara
 Keunggulan rotary kiln :

1. mampu membakar berbagai variasi aliran limbah


2. limbah mengalami perlakuan awal yang minimum
3. dapat membakar berbagai macam limbah (padatan
atau cair) pada waktu bersamaan
4. tersedia dalam berbagai macam jenis mekanisme
pengumpan ( ram feeder , screw , injeksi langsung,
dan lain-lain)
5. waktu tinggal limbah dalam kiln mudah
dikendalikan
6. mempunyai turbulensi yang tinggi dan kontak yang
efektif dengan udara di dalam kiln
 Kelemahan rotary kiln

1. partikulat yang terbawa oleh aliran gas relatif tinggi


2. Diperlukannya after-burner yang terpisah untuk
menghancurkan senyawa-senyawa volatil
3. kondisi di sepanjang tanur ( kiln) sulit dikontrol
4. jumlah udara berlebih ( excess) yang dibutuhkan
relatif besar yaitu sekitar 100 % dari stoikiometri
5. seal tanur yang efektif sulit diperoleh
6. jumlah panas yang hilang (pada abu buangan)cukup
berarti
Fluidized bed incinerator
 Limbah yang dapat diolah adalah cairan organik, gas
dan butiran atau padatan dari proses sumur minyak.
 Penghancuran limbah terjadi di mana bahan berada
dalam keadaan terfluidakan.
 Proses pembakaran terjadi pada temperatur
sekitar 1400-2000 ° F (760-1100°C).
 Di dalam tungku terdapat suatu media padat
granular yang berfungsi sebagai penyimpan panas,
biasanya berupa pasir.
 FBI menggunakan forced draft fan untuk
menggerakkan unggun maupun untuk mengalirkan
gas hasil insinerasi dalam sistem.
Fluidized-bed combustion (FBC)
Circulating fluidized-
bedcombustion (CFBC)

Anda mungkin juga menyukai