KECAMATAN SUKAJADI
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan air minum menghasilkan sekitar 80% air limbah. Di Indonesia
sebagian besar penyaluran limbah masih mengunakan greywater dan blackwater
telah terpisah akan tetapi penggunaannya kurang tepat. Penyaluran greywater
dilakukan bersama dengan penyaluran drainase yang dilakukan dalam satu pipa
dan blackwater dilakukan secara on site menggunakan septic tank. Hal ini dapat
meyebabkan pencemaran di dalam badan air tempat bermuaranya saluran
drainase. Hanya sebagian penduduk dilayani oleh sistem pengumpul air limbah.
Untuk melayani seluruh penduduk harus dibangun sistem dengan biaya yang
sangat mahal. Sebagian besar kota di Indonesia menggunakan sistem individu
septic tank yang dapat mencemari lingkungan. Sampai saat ini masih banyak kota
menangani drainase dengan paradigma lama yaitu mengalirkan air hujan yang
berupa limpasan (run-off) secepat-cepatnya ke penerima air/badan air terdekat.
Penanganan masih bersifat teknis belum pempertimbangkan faktor lingkungan,
sosial-ekonomi dan budaya, serta kesehatan (Kurniawan,2014).
Sistem penyaluran air limbah di Provinsi Riau sebagian besar terdapat
penyimpangan dalam penyaluran air limbah. Pada sektor industri masih banyak
terdapat industri yang tidak memenuhi standar baku mutu sehingga air limbah
yang dibuang ke lingkungan dapat mencemari lingkungan. Sedangkan dari segi air
limbah domestik, masih banyak terdapat daerah pemukiman yang tidak memiliki
drainase yang memadai, sehingga dapat mencemari lingkungan (Hanafi,2016).
Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh permukiman penduduk
terutama di daerah perkotaan seperti kota pekanbaru adalah masalah pencemaran
lingkungan yang ditimbulkan oleh pembuangan air limbah yang tidak tertangani
dengan baik. Berdasarkan kondisi eksisting permasalahan utama dalam
pengelolaan air limbah domestik adalah kondisi topografi yang relatif datar dan
jauh dari drainase utama dalam itu upaya menumbuhkan kesadaran terhadap
pembangunan yang berwawasan lingkungan seharusnya dilakukan secara terus-
menerus dan berkesinambungan. Kota Pekanbaru, berdasarkan kondisi eksisting
permasalahan utama dalam pengelolaan air limbah di Pekanbaru adalah kondisi
topografi yang relatif datar dan jauh dari drainase utama. Jadi, air limbah
domestik tidak sampai dialirkan ke drainase utama karena saluran air limbah tidak
sesuai dengan fasilitas sistem penyaluran air limbah dan sistem pengolahan
setempat yang kurang memadai (Hanafi, 2016).
Kecamatan Sukajadi Kota Pekanbaru bila diamati pola penyebaran
kepadatan penduduknya tidak merata dan volume penduduk pendatangnya yang
tidak konstan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekanbaru, dalam
Kecamatan Sukajadi dalam angka 2017, jumlah penduduk di kecamatan Sukajadi
menunjukkan peningkatan dan pengurangan jumlah penduduk yang terus terjadi
tiap tahunnya. Pada tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 0,05%. Jumlah
penduduk di kecamatan Sukajadi pada tahun 2017 berjumlah sekitar 47.390 jiwa.
Hal ini mengakibatkan makin berkembangnya pemukiman yang kurang terencana
Sumber air limbah dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu(Metcalf and Eddy,
2003):
1. Air limbah domestik atau rumah tangga
Limbah cair domestik adalah limbah cair yang berasal dari usaha dan atau
kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan
asrama. Air limbah domestik mengandung berbagai bahan, yaitu kotoran, urine,
dan air bekas cucian yang mengandung deterjen, bakteri, dan virus
2. Air limbah industri
Air yang dihasilkan oleh industri, baik akibat proses pembuatan atau
produksi yang dihasilkan industri tersebut maupun proses lainnya Limbah non
domestik adalah limbah yang berasal dari pabrik, industri, pertanian, perternakan,
perikanan,transportasi, dan sumber-sumber lain
3. Infiltrasi
Infiltrasi adalah masuknya air tanah ke dalam saluran air buangan melalui
sambungan pipa,pipa bocor, atau dinding manhole, sedangkan inflow adalah
masuknya aliran air permukaan melalui tutup manhole, atap, area drainase, cross
connection saluran air hujan maupun air buangan
2.2 Jaringan Sistem Penyaluran Air Limbah
Sistem penyaluran air limbah adalah suatu rangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi atau membuang air limbah dari suatu kawasan/lahan
baik itu dari rumah tangga maupun kawasan industri. Sistem penyaluran biasanya
menggunakan sistem saluran tertutup dengan menggunakan pipa yang berfungsi
menyalurkan air limbah tersebut ke bak interceptor yang nantinya di salurkan ke
2. Saluran Terbuka
Bentuk Saluran Air Limbah Terbuka Merupakan saluran yang mengalirkan air
dengan suatu permukaan bebas. Pada saluran air terbuka ini jika ada sampah yang
menyumbat dapat dengan mudah untuk dibersihkan, namun bau yang ditimbulkan
dapat mengurangi kenyamanan. Bentuk saluran yang dipakai yaitu
(Hardjosuprapto, 2000):
a. Jenis Pipa
Menurut Soeparman dan Suparmin (2002), bahwa jenis pipa yang umumnya
digunakan untuk penyaluran air limbah adalah :
1) Pipa asbes semen (Asbestos Cement Pipe) Pipa asbes semen tahan
terhadap korosi akibat asam, tahan terhadap kondisi limbah yang sangat
septik dan pada tanah yang alkalis.
Keterangan:
Qr =Debit rata – rata air buangan (L/detik)
Fab =Faktor timbulan air buangan
Qam =Besarnya kebutuhan rata-rata air minum (L/det) 2
2. Debit Rata – rata Non Domestik
Debit rata-rata non domestik adalah debit air buangan yang berasal dari
fasilitas umum, institusional, industri dan pemerintahan. Besarnya debit air
buangan non domestik tergantung dari pemakaian air dan jumlah penghuni
fasilitas-fasilitas tersebut (Moduto,2000):
Qnd = Fab x Qam(nd) ........................................................(2.2)
Keterangan:
Qnd =Debit rata-rata air buangan non domestik (L/detik).
Fab =Faktor timbulan air buangan.
Qam(nd) =Besarnya kebutuhan rata-rata air minum non domestik.
3. Debit Infiltrasi
Dalam suatu sistem penyaluran air buangan, terdapat kemungkinan terjadinya
pertambahan jumlah air yang masuk ke saluran yang berasal dari infiltrasi air
tanah dan resapan air hujan. Dalam kondisi ideal, air yang masuk maupun keluar
dari sistem penyaluran tidak dibenarkan, tetapi infiltrasi tidak dapat dihindarkan
sepenuhnya karena hal berikut (Moduto,2000):
Jenis-jenis bahan saluran dan bahan sambungan yang digunakan.
Pengerjaaan sambungan pipa yang kurang sempurna.
Kondisi tanah dan air tanah.
Keterangan:
4. Debit Puncak
Debit puncak didapat dari hasil perkalian antara faktor puncak dengan debit
rata-rata. Untuk menghitung faktor puncak dari beberapa literatur diketahui
sebagai berikut:
Persamaan Babbit Fp = 5/P0.2 ………………………………..(2.4)
Persamaan Harmon Fp = 14/(4+p0.5) ……………..…………….(2.5)
Persamaan Fair & Geyer Fp = (18+(P)0.5)/(4+P)0.5)…………………..(2.6)
Persamaan Melbourne & Metropolitan Board Of Works (MMBW)
Fp = (2.25+(15x106)/P1.414)1/6 ………………………………..…….(2.7)
Keterangan:
Fp =Faktor puncak.
P =Jumlah Penduduk.
Keterangan:
St = slope tanah
E1 = elevasi tanah hulu (m)
E2 = elevasi tanah hilir (m)
L = jarak (m)
Keterangan:
V = Kecepatan aliran (m/det)
Q = Debit aliran (m3/det)
n = Koefisien kekasaran
A = Luas penampang basah aliran
R = Jari-jari hidrolis aliran (m2)
S = Kemiringan saluran
D = Diameter pipa (m)
5. Debit maksimum
Debit maksimum digunakan untuk (Babbit, 1982):
Qmd = Fmd . Qr
Dimana :
Qmd = Debit maksimum per hari (L/det)
Fmd = Faktor maksimum per hari (1,1-1,25)
Qr = Debit satuan air limbah (L/det/1000 k)
7. Debit minimum (Babbit, 1982)
1 𝑃 0,2
Qmin = (
5 1000
) x Qr
Dimana :
qr = Debit satuan air limbah (L/det/1000 k)
P = jumlah penduduk
Tabel 2.1 Nilai Kekasaran Pipa
Kondisi
Material Pipa
Good Fair Deteriorated
DIP 0,011 0,013 0,015
HDPE 0,010 0,011 0,013
PVC 0,010 0,011 0,013
RCP 0,013 0,015 0,018
VCP 0,013 0,015 0,017
Sumber: Davis, 2010
Salah satu syarat utama manhole adalah besarnya diameter manhole harus
cukup untuk pekerja dan peralatannya masuk kedalam serta dapat mudah
melakukan pekerjaannya, diameter manhole bervariasi sesuai dengan kedalaman
manhole. Berikut adalah tabel ukuran diameter manhole menurut kedalaman:
b. Klasifikasi Manhole
1. Manhole dangkal : kedalaman (0,75-0,9) m, dengan cover kedap
2. Manhole normal : kedalaman 1,5 m, dengan cover berat
d. Kecepatan penuh
Kecepatan penuh adalah kecepatan dalam keadaan pipa penuh tetapi tanpa
tekanan.Dalam penyaluran tidak boleh terjadi aliran penuh, sehingga istilah
kecepatan penuhanya untuk media perhitungan. Perhitungan kecepatan penuh (Vf)
ini berguna untuk menentukan diameter pipa, kemiringan lajur pipa, dan
kedalaman air pipa. Persaman untuk kecepatan penuh adalah (Masduki, 2000):
Keterangan :
vf = Kecepatan penuh (m/dt)
D = Diameter pipa (m)
.................................................. (2.13)
Keterangan:
S = Kemiringan saluran (m/m)
EBOD = BOD efektif (mg/l): dirumuskan sebagai BOD (5,20) = 1,07T-20
P = Keliling basah saluran pada debit total (m)
B = Lebar saluran bagian atas pada debit total
Z = Indeks Pameroy, menunjukkan besarnya aliran yang terjadi
Z = 10.000 : banyak lender
Z = 7.500 : cukup (biasa dipakai dalam perencanaan)
Z = 5.000 : bersih sekali
Qp = Debit aliran pada kondisi puncak (L/dt)
b. Kontrol Endapan
Kontrol endapan dilakukan untuk mendapatkan kemiringan yang memberikan
kecepatan pembersihan sendiri, yang dapat membersihkan endapan dari dasar
saluran (Supeno, 1987). Kemiringan saluran berdasarkan kontrol endapan
diformulasikan sebagai berikut:
................................... (2.14)
Keterangan :
S = Kemiringan saluran (/m)
τ = Gaya geser kritis ( 0,33 <τ< 0,38 kg/m2)
Rm = Jari-jari hidrolis saluran pada kedalaman minimum (m)
Rf = Jari-jari hidrolis saluran pada aliran penuh (m)
Qp = Debit aliran pada kondisi puncak (L/dt)
Al-Layla dan Anis, M. 1978. Water Supply Engineering Design. Dean. College of
Engineering University of Mosul: Iraq.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran (Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam). Jakarta :Universitas Indonesia Press .
Davis, M. .2010. Water and Wastewater Engineering Desain Principle and
Practice.New York: Mc Graw Hill.
Eddy. 2008. Karakteristik Limbah Cair. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, Vol.2,
No.2.
Mardana. 2007. Pengolahan yang Tepat bagi Limbah Cair. Jakarta : Universitas
Indonesia:
Rahardjo. 2008. Mikroalga Sumber Energi Alternatif Masa Depan. Jakarta
:Universitas Indonesia Press
Sugiharto. 2008. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta : Universitas
Indonesia
Taha. 1982 .OperationReearh. NewYok:McGraw-Hill.Inc