Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya

dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.

Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah

melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini

berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti

mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik, yang ditandai dengan

kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran

kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figure

tubuh yang tidak proporsional (Nasrullah, 2016).

Dalam Buku Ajar Geriatri, Prof. dr R. Boedhi Darmojo da Dr. H.

Hadi Martono (1994) mengatakan bahwa “menua” (menjadi tua) adalah

proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk

memperaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi)

dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Dari pernyataan tersebut dapat

disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran

struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat memengaruhi kemandirian dan

kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya (Nugroho, 2008).


2

Dengan bertambahnya usia harapan hidup di Indonesia, jumlah

lanjut usia (lansia) di Indonesia akan bertambah banyak. Dengan demikian,

masalah penyakit akibat penuaan akan semakin banyak dihadapi. Salah satu

penyakit degenerative tersebut adalah peradangan sendi, biasanya pada

orang yang berusia 50 tahun keatas sering mengeluhkan pada sendinya,

terutama linu, pegal dan kadang-kadang terasa sangat nyeri. Perubahan yang

terjadi pada lansia menyebabkan jaringan ikat sekitar sendi, ligament

dan kartilago mengalami penurunan elastisitas karena terjadi degenerasi,

erosi dan kalsifikasi sehingga kehilangan fleksibilitasnya (Pudjiastuti,

2003).

Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang mengalami

nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama. Penyakit pada

sendi yang sering menyebabkan gejala nyeri adalah akibat degenerasi atau

kerusakan pada permukaan sendi tulang yang banyak ditemukan pada

lanjut usia, terutama yang gemuk (Nugroho, 2008). Masalah – masalah

kesehatan akibat penuaan usia terjadi pada berbagai sistem tubuh salah

satunya adalah rematik. Rematik adalah penyakit inflamasi non bakterial

yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi

serta jaringan ikat sendi secara simetris (Chairuddin, 2011).

WHO melaporkan 20% penduduk dunia terserang penyakit

nyeri sendi. Hampir 8% orang berusia diatas 50 tahun memiliki

keluhan nyeri sendi (Nugroho, 2008). Rheumatoid arthritis adalah

bentuk paling umum dari arthritis autoimun, yang mempengaruhi


3

lebih dari 1,3 juta orang di Amerika. 75% dari jumlah tersebut adalah

wanita, 1-3% wanita mungkin mengalami arthritis dalam hidupnya.

Berdasarkan data dari RISKESDAS 2018, prevalensi penyakit

sendi berdasarkan diagnosis dokter pada umur 45-54 sebanyak 11,1% ,

pada umur 55-64 sebanyak 18,6% , umur 65-74 sebanyak 18,6% dan

pada umur 75 keatas sebanyak 18,9%. Sedangkan data penderita

rematik di Indonesia berdasarkan jenis kelamin cenderung terjadi pada

perempuan dengan prevalensi 8,5%. (Kemenkes RI, 2018)

Nyeri pada sendi membuat penderita rematik mengalami ganguan

aktivitas sehari-hari sehingga dapat menurunkan produktivitas. Proses

penyakit rematik mengancam kemandirian dan kualitas hidup serta

membebani kemampuan melakukan perawatan personal dan aktivitas

sehari-hari (Smeltzer, 2010). Penurunan fungsi muskuloskletal cenderung

dialami oleh lansia. Lansia mengalami penurunan fungsi kartilago sendi

yang mengakibatkan menipisnya kartilago sehingga terjadinya kekakuan

sendi. Apabila kekakuan sendi tidak segera diatasi akan mengganggu

mobilitas fisik pada lansia. Pada usai lanjut sering kali mengeluhkan nyeri

pada sendi, dikarenakan proses degeneratif dari sel-sel. Lansia sering

merasakan nyeri pada sendinya sehingga membuat aktivitas lansia

terganggu dan seringkali lansia mencari pengobatan sendiri untuk

mengurangi atau mengatasi rasa nyeri yang dirasakannya.

Bila pasien mengeluh nyeri maka hanya satu yang mereka inginkan

yaitu mengurangi rasa nyeri. Hal itu wajar, karena nyeri dapat menjadi
4

pengalaman yang kurang menyenangkan akibat pengelolaan nyeri yang

tidak adekuat (Zulaik, 2008).

Manajemen nyeri mempunyai beberapa tindakan atau prosedur

baik secara farmakologis maupun non farmakologis. Prosedur secara

farmakologis dilakukan dengan pemberian analgesik, yaitu untuk

mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri (Prasetyo, 2010).

Adapun beberapa cara secara non famakologis untuk mengurangi

atau menghilangkan rasa sakit diantaranya yaitu relaksasi, teknik

pernapasan, pergerakan atau perubahan posisi, massage, akupressur,

terapi panas/dingin, Hypnobirthing , musik, dan TENS (Transcutaneous

Electrical Nerve Stimulation) (Yusrizal, 2012).

Salah satu pengobatan non-farmakologis yang dapat digunakan

untuk memanajemen nyeri adalah teknik relaksasi genggam jari. Teknik

relaksasi genggam jari merupakan salah satu dari teknik Jin Shin Jyutsu.

Teknik Jin Shin Jyutsu adalah teknik penyembuhan kuno yang digunakan

untuk mengharmoniskan energi tubuh melalu sentuhan yang lembut. Jin

Shin Jyutsu adalah seni penyembuhan dengan prinsip “self healing” yang

bisa dipelajari dengan mudah bagi siapaun sebagai salah satu keterampilan

untuk membantu penyembuhan untuk dirinya dan orang lain. Dengan hanya

mengaplikasikan sentuhan lembut di beberapa lokasi tubuh tertentu, tubuh

mampu mengaktifkan dan mengoptimumkan kembali kemampuan

penyembuhan diri-sendiri (Saras, 2019).


5

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan dengan pemberian terapi relaksasi

genggam jari dalam mengurangi nyeri sendi pada lansia?

C. Tujuan

Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemberian terapi relaksasi

genggam jari dalam mengurangi nyeri sendi pada lansia.

D. Manfaat

Karya tulis ini, diharapkan memerikan manfaat bagi :

1. Masyarakat :

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam meningkatkan

kemandirian lansia untuk mengurangi nyeri sendi dengan terapi

relaksasi genggam jari.

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan :

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang

keperawatan dalam meningkatkan kemandirian lansia untuk

mengurangi nyeri sendi dengan terapi relaksasi genggam jari.

3. Penulis :

Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur

terapi relaksasi genggam jari pada asuhan keperawatan lansia dengan

reumatik.

Anda mungkin juga menyukai