Anda di halaman 1dari 5

BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisa Kasus

Ny. S usia 71 tahun dengan diagnosa medis Congestive Heart Failure (CHF)

kesadaran composmentis, GCS = E4M6V5, TTV= TD: 140/90 mmHg, N:88x/menit,

RR: 22x/menit, S: 36,80C. Pasien mengeluhkan setelah beraktivitas merasa sesak

nafas dan itu terjadi secara tiba-tiba. CHF adalah suatu keadaan ketika jantung tidak

mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun

tekanan darah pada vena tersebut normal (Damayanti, 2018). Pasien dengan CHF

akan memperlihatkan tanda sesak nafas terutama setelah atau saat melakukan

aktivitas, keluhan akan dirasakan memberat jika tidak ditangani (Minartin, 2018).

Kerusakan yang ditimbulkan oleh pasien CHF menyebabkan timbulnya beberapa

masalah keperawatan (Black & Hawks, 2009). Masalah keperawatan yang umum

akan terjadi diantaranya adalah intoleransi aktivitas, penurunan curah jantung,

ketidakefektifan pola nafas, kelebihan volume cairan, nyeri akut dan gangguan

pertukaran gas (Wijaya, 2017).

Hasil pengkajian didiapatkan pasien mengatakan sesak setelah beraktivitas

dengan RR: 22x/menit serta terjadi perubahan EKG, TD: 140/90 mmHg N: 88x/menit

irama iregular dan kadang kuat dan kadang lemah, pasien terpasang nasal kanul O2 3

lpm dan merasa sangat sesak jika tidak memakai oksigen. Sehingga ketiga masalah

keperawatan yang muncul adalah intoleransi aktivitas, penurunan curah jantung dan

ketidakefektifan pola nafas. Penurunan curah jantung menjadi masalah utama pada

setiap pasien CHF. Penurunan curah jantung adalah ketidakedekuatan volume darah
yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh (Nanda,

2018). Perubahan fungsi jantung merupakan akibat dari terjadinya perubahan struktur

jantung dan adanya penyakit koroner (Black & Hawks, 2009). CHF merupakan

penyakit yang dapat menyebabkan penderitanya mengalami intoleransi aktivitas.

Intoleransi aktivitas merupakan ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis

untuk mepertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus

atau yang ingin dilakukan (Nanda, 2018). Aktivitas simpatis yang terjadi yang

bertujuan untuk meningkatkan curah jantung, akan tetapi aktivitas tersebut justru

meningkatkan kerja jantung (Damayanti, 2018).

B. Analisa Intervensi Keperawatan

Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan dilakukan pada tanggal 24

Februari 2020 pukul 09.00 WIB, maka dapat dirumuskan diagnosa intoleransi

aktivitas, ketidakefektifan pola nafas dan penurunan curah jantung (Nanda, 2018).

Congestive Heart Failure (CHF) diperkirakan akan menjadi penyebab utama

kematian secara menyeluruh dalam waktu lima belas tahun mendatang, meliputi

Amerika, Eropa, dan sebagian besar Asia. Hal tersebut menjadi dasar angka

prevalensi penyakit kardiovaskuler secara cepat di negara-negara berkembang dan

Negara Eropa Timur. Selain itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling

sering memerlukan perawatan ulang di Rumah Sakit (Redmission) meskipun

pengetahuan rawat jalan telah diberikan secara optimal (Wijaya, 2017).

Berdasarkan asuhan keperawatan yang dilakukan di RS terdapat intoleransi

aktifitas, penurunan curah jantung dan ketidakefektifan pola nafas kepada pasien
dengan diagnose medis CHF pada Ny.S umur 71 tahun di dapatkan observasi

pembatasan klien dalam melakukan aktifitas. Melakukan intervensi : memantau

edema, membatasi cairan input klien, menghitung balance cairan, kolaborasi

penggunaan obat deuretik. Setelah diberikan intervensi keperawatan kelebihan

volume cairan, tidak terdapat edema, pasien tidak terpasang oksigen nassal kanul, TD

: 140/90mmHg, HR : 88x/mnt, RR : 22x/mnt.

Intoleransi aktifitas : observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan

aktifitas, ajarkan pasien aktifitas yang bisa dilakukan dan tidak bisa dilakukan,

monitor, TD, HR. Setelah dilakukan intervensi keperawtan intoleransi aktivitas pasien

mengatakan sudah bisa melakukan aktifitas secara mandiri sedikit-sedikit dengan

batasanya seperti turun dari tempat tidur dibantu oleh keluarganya, pasien terlihat

sudah mulai mencoba turun dari tempat tidur.


BAB IV

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari pembahasan dan analisis intervensi pada BAB III, menunjukkan bahwa

asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny S tanggal 24-26 Februari 2020 di Ruang

Elang I RSUP Dr Kariadi setelah dilakukan pengkajian didapatkan diagnosis

keperawatan intoleransi aktivitas, penurunan curah jantung, dan ketidakefektifan polla

nafas. Setelah itu diberikan perencanaan untuk pemberian intervensi, kemudian dilakukan

eveluasi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari intervensi yang dilakukan aktivitas

klien dapat diatasi secara mandiri yang dibantu oleh keluarga dengan membatasi

aktivitas klien, pada diagnosis keperawatan penurunan curah jantung dilakukan

pemantauan edema dan balance cairan klien yang dilakukan keluarga dan perawat dan

untuk ketidakefektifan pola nafas dengan diberikan oksigen melalui nasal kanul sehingga

nilai HR dan RR ppada batas normal.

B. Saran

Pada pasien CHF dengan diagnosis keperawatan intoleransi aktivitas, penurunan curah

jantung dan ketidakefektifan pola nafas harus dilakukan pemantauan pemberian oksigen,

balance carian, pembatasan pemberian cairan dan pembatasan aktivitas.


DAFTAR PUSTAKA

Black, J.M., & Hawks, J.H., (2009), Medical surgical nursing: clinical management for positive
outcomes, ed 8. Singapore: Elsevier.
Damayanti, A.P., (2018). Analisis praktek keperawatan kesehatan pada pasien gagal jantung
kongestif. Ilmu Keperawatan.
Gloria M. Bulechek, et al. (2013). Nursing Interventions Classifications (NIC). Edisi keenam.
Missouri: Mosby Elsevier
Minartin, D., (2018). Asuhan keperawatan pasien CHF di ICCU RSU Bahteramas Kendari.
Moorhead Sue, dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th Indonesian edition.
Indonesia: Mocomedia.
Nanda. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020, Edisi 11. Jakarta:
ECG.
Wijaya, S.P., (2017). Asuhan keperawatan pada klien gagal jantung dengan masalah intoleransi
aktivitas RSUD Bangil Pasuruan, Insan Cendekia Medika.

Anda mungkin juga menyukai