Anda di halaman 1dari 5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan bagian awal untuk mengelola Inkontinensia Urine,

dari hasil pengkajian dapat disimpulkan penyebab utama Inkontinensia

Urine dan manajemen yang tepat untuk setiap klien. Adapaun hal-hal

yang perlu dikaji pada penderita Inkontontinensia Urine meliputi:

1) Identitas

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama/kepercayaan, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, diagnosa

medis. Inkontinensia urine pada umumnya sering terjadi pada lansia

(usia ke atas 65 tahun), dengan jenis kelamin perempuan, tetapi tidak

menutup kemungkinan lansia laki-laki juga beresiko mengalaminya.

2) Keluhan Utama

Pada penderita inkontinensia urine keluhan-keluhan yang biasa

dialami yaitu nokturia, urgence, disuria, poliuria, oliguri, dan strategi.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Meliputi gangguan dirasakan saat ini yaitu berapakah frekuensi

inkonteninsianya, apakah ada sesuatu yang mendahului inkonteninsia

(stres, ketakutan, tertawa, gerakan), masukan cairan, usia/kondisi

fisik,kekuatan dorongan/aliran jumlah cairan berkenaan dengan waktu

miksi. Apakah ada penggunaan diuretik, terasa ingin berkemih

sebelum terjadi inkontenin, apakah terjadi ketidakmampuan.


4) Riwayat Kesehatan Dahulu

Adanya penyakit yang berhubungan dengan ISK (infeksi saluran

kemih) yang berulang, apakah pernah terjadi trauma/cedera

genitourinarius, pembedahan ginjal.

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit

serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit ginjal

bawaan/bukan bawaan.

6) Pemeriksaan Fisik

a) Pengkajian umum dan kemampuan fungsional

Kemampuan fungsional meliputi kemampuan klien untuk

melakukan mobilisasi, kesadaran dan ketangkasan. Metode yang

dapat digunakan untuk menguji klien adalah dengan meminta

klien berpindah dari tempat tidur ke kursi, meminta klien

berkemih untuk pemeriksaan spesimen urin.

b) Pengkajian Kekuatan otot pelvis, tujuan pemeriksaan ini adalah

untuk melihat fungsi neuromuskular dan kemampuan otot dasar

panggul yang sangat berperan saat berkemih. Metode yang

digunakan adalah dengan meminta klien mengkontraksikan dan

merilekskan bagaian otot dasar panggul.

c) Pengkajian terhadap kulit sekitar perineal untuk melihat adanya

lesi atau ekskoriasi terkait dengan seringnya mengalami

kebocoran berkemih.
d) Pengkajian rektal, pada wanita kepentingan pengkajian rektal

untuk memvalidasi penyebab terjadinya Inkontinensia Urine yaitu

mengkaji adanya massa atau tumor. Sedangkan pada laki-laki

digital rektal examibation (DRE) berfungsi untuk mengetahui

adanya massa atau pembesaran prostat.

7) Pengkajian Khusus Lansia

Menurut Widyanto (2014) pengkajian khusus lansia meliputi:

a) Fungsi kognitif SPMSQ


SPMSQ digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan
intelektual, terdiri dari 10 hal yang mengkaji orientasi, memori
dalam hubungannya dengan perawatan diri, memori jauh dan
kemampuan matematis. Metode penentuan skor sederhana
merentangkan tingkat fungsi intelektual, yang membantu dalam
membuat keputusan yang khusus mengenai kapasitas perawatan
diri.
b) Status fungsional (KATZ INDEKS)
Status fungsional pada lansia dapat dikaji menggunakan alat ukur
indeks Katz. Indeks Katz merupakan alat ukur yang
menggambarkan kemampuan aktivitas sehari-hari dan mobilisasi
pada lansia. Indeks Kats terdiri dari 6 pengkajian, yaitu makan,
berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, mandi, dan kontinen.
c) MMSE
Pengkajian ini mengidentifikasi aspek kognitif dari fungsi mental
yaitu orientasi, registrasi, perhatian, kalkulasi, mengingat kembali
dan bahasa.
d) Apgar keluarga
Pengkajian aspek sosial lansia bertujuan untuk mendapatkan
informasi penting mengenai hubungan lansia dengan keluarga,
tingkat dukungan terhadap lansia serta hubungan lansia dengan
orng lain. alat ukur yang dapat digunakan untuk menguji fungsi
sosial lansia adalah APGAR keluarga yaitu adaptasi (Adaptation),
kemitraan (Partnership), pertumbuhan (Growth), afeksi (Afection)
dan pemecahan (Resolve). Apgar keluarga adalah suatu penentu
sehat-tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh Smilkstein
(1982), dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga. Alat ukur
APGAR ini juga dapat diplikasikan untuk lansia dalam konteks
fungsi sosial lansia di panti.
e) Skala depresi
Pengkajian ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat depresi
pada lansia dengan penilaian jika jawaban sesuai dengan jawaban
“ya” atau “tidak” sesuai jenis pertanyaan aan diberi poin 1.
f) Screening fall
Pengkajian ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat resiko
jatuh pada lansia. Skor kurang dari 6 inchi maka lansia dikatakan
resiko jatuh.
b. Diagnosa Keperawatan

c. Intervensi Keperawatan

d. Implementasi

e. Evaluasi

2.2 Terapi Senam Kegel

a. Definisi

b. Tujuan

c. Indikasi

d. Kontraindikasi

e. Prosedur Tindakan

2.3 Konsep Lansia

a. Definisi

b. Batasan Lansia
c. Tipe Lansia

d. Masalah atau Resiko yang Sring Terjadi pada Lansia

2.4 Konsep Inkontinensia Urine

a. Definisi

b. Patofisiologi

c. Pathway

d. Etiologi

e. Manifestasi Klinis

f. Klasifikasi Inkontinensia Urine

g. Penatalaksanaan

h. Pemeriksaan Penunjang

2.5 Pengaruh Terapi Senam Kegel terhadap Inkontinensia Urine

Anda mungkin juga menyukai