SRI RAHAYU
NIM 1101100140
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MALANG
2014
KARYA TULIS ILMIAH
Proposal karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan
menyelesaikan program pendidikan Diploma III Keperawatan
di Program Studi DIII Keperawatan Malang Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
SRI RAHAYU
NIM 1101100140
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MALANG
2014
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis
ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan pengambil alihan
tulisan atau pikiran orang lain, yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran
saya sendiri.
Apabila di kemudian hari atau dapat dibuktikan Karya tulis Ilmiah ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Mengetahui
Dyah Widodo S.Kp. M.Kes Achmad Zani Pitoyo, SST, M.Ke Sri Rahayu
NIP. 19660707 198803 2 003 NIP. 19730223 200212 1 002 1101100140
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah oleh Sri Rahayu (NIM 1101100140) dengan judul “Kecemasan
keluarga terhadap peraturan pembatasan kunjungan pasien yang dirawat di ruang Stroke
Unit RSUD Dr. Saiful Anwar Malang” telah disetujui untuk di ujikan dalam sidang Karya Tulis
Ilmiah.
Dewan Pembimbing
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah oleh Sri Rahayu (NIM. 1101100140) dengan judul “Kecemasan Keluarga
Terhadap Peraturan Pembatasan Kunjungan Pasien yang Dirawat di Ruang Stroke Unit RSUD
Dr. Saiful Anwar Malang” telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 9 Februari 2014.
Dewan Penguji
Dr. Tri Johan Agus Y S.Kp, M.Kep Dyah Widodo S.Kp. M.Kes Achmad Zani Pitoyo S.ST, M.Kes
NIP. 19650828 198903 1 003 NIP. 19660707 198803 2 003 NIP. 19730223 200212 1 002
Mengetahui,
Ketua
Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “Kecemasan keluarga terhadap peraturan pembatasan kunjungan pasien yang dirawat di
ruang Stroke Unit RSUD Dr. Saiful Anwar Malang” sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan di Prodi Keperawatan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis tidak lepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
2. Ketua Jurusan Keperawatan
3. Ketua Program Studi DIII Keperawatan Malang.
4. Ibu Dyah Widodo SKp. M.Kes. selaku dosen pembimbing yang dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini telah banyak memberikan bimbingan, saran dan
dukungan kepada penulis.
5. Bapak Achmad Zani Pitoyo S.SST, M.Kes selaku dosen pembimbing yang dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini telah banyak memberikan bimbingan, saran dan
dukungan kepada penulis.
6. Bapak Tri Johan Agus Y S.Kp, M.Kep selaku dosen penguji yang dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini telah banyak memberikan saran dan dukungan
kepada penulis.
7. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuanya selama penyusunan
karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan penelitian selanjutnya.
Malang, 13 Februari 2014
Penulis
iv
ABSTRAK
PENDAHULUAN
kecacatan yang utama. Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia,
nomor satu. Banyak ahli kesehatan dunia juga yakin bahwa serangan stroke
2008)
penyakit kanker dan cardio vaskuler. Orang yang meninggal karena stroke atau
komplikasi setelah stroke sangat tinggi. Angka kejadian stroke adalah 700.000
orang atau lebih/tahun, rata-rata usia 40 - 60 tahun, kurang lebih 150.000 orang
dari 100.000 orang mengalami stroke. Dan angka kejadian ini lebih dari separuh
penderita stroke perempuan meninggal dunia, hal ini 2 kali lebih banyak dari yang
1
2
memberikan penjelasan bahwa resiko stroke meningkat seiring dengan usia dan
Data di ruang Stroke Unit Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar
Malang pada tahun 2012 jumlah pasien stroke 1954 kasus, pada tahun yang sama
angka kematian akibat stroke sebanyak 667 kasus (34,1%). Stroke adalah penyakit
yang sangat serius dan beresiko tinggi terhadap kematian, maka perawatannya
harus betul-betul intensif, terutama selama fase akut. Fase akut dari stroke
umumnya dari periode pasien masuk sampai pasien menjadi stabil. Biasanya
terjadi selama 24 jam pertama sampai 48 jam. Selama periode ini, aktivitas
Kualitas penatalaksanaan perawatan pada saat awal fase akut akan sangat
jalan nafas dan monitoring tanda-tanda vital dan status neurologi sampai pasien
dalam keadaan stabil. Pasien stroke pada fase akut dapat memperlihatkan
pada saat berikutnya tertawa tanpa sebab yang jelas. Toleransi terhadap stress
mungkin menurun, stress kecil pada waktu sebelum stroke mungkin dirasakan
sebagai hal yang biasa tapi ketika selama mengalami stroke masalah itu terasa
besar dan sangat terbebani. Keluarga mungkin tidak memahami perilaku tersebut.
3
Pasien kadang menggunakan kata-kata kasar pada petugas perawatan atau pada
perubahan perilaku ini. Banyak hal yang dapat dilakukan perawat untuk
tenang, untuk memberikan waktu istirahat yang cukup pada pasien, sehingga
kondisi pasien. Oleh karena itu di usahakan pasien tidak di kunjungi oleh
keluarga atau pengunjung selama perawatan fase akut. Pasien adalah hak dari
kecemasan keluarga, sebagai akibat dari ketakutan pada kondisi pasien yang tidak
stroke yang dirawat di Stroke Unit pada tanggal 10 Oktober 2013, bahwa keluarga
kesempatan satu kali untuk melihat pasien, keluarga yakin petugas dalam
menjalankan tugas mempunyai hati nurani, tetapi keluarga masih cemas ketika
penulis dalam karya tulis ilmiah ini adalah “Bagaimanakah kecemasan keluarga
kunjungan pasien yang dirawat di ruang Stroke Unit RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang.
unit
Ruang lingkup penelitian ini adalah keluarga pasien yang sedang dirawat
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………… i
LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR................................................................................................. iii
DAFTAR ISI………... ............................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………. vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 4
1.5 Ruang Lingkup ........................................................................................ 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kecemasan
2.1.1 Pengertian Kecemasan….…..……………………………………. 6
2.1.2 Penyebab Kecemasan…..………………………………………... 6
2.1.3 Stressor Pencetus ………………………………………………... 7
2.1.4 Tingkat Kecemasan ….…………………………………………... 8
2.1.5 Tanda dan Gejala Kecemasan ……………..…………………….. 9
2.1.6 Skala Kecemasan HARS ............................................................... 10
2.2 Konsep Keluarga
2.2.1 Pengeritan Keluarga …...…….….………………………………. 12
2.2.2 Struktur Keluarga ……………..….. ……..……………………... 12
2.2.3 Ciri-Ciri Keluarga …….…………………………..…………….. 14
2.2.4 Tipe Keluarga ……………………....…………………………… 15
2.2.5 Fungsi Keluarga ……………………..………………………...... 17
2.2.6 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan ……………………… 18
2.3 Konsep Keperawatan Keluarga
2.3.1 Pengertian Keperawatan Keluarga……………………………..... 18
2.3.2 Keluarga Sebagai Unit Pelayanan Keperawatan………………… 19
2.3.3 Pengambilan Keputusan dalam Perawatan Kesehatan Keluarga... 19
2.4 Konsep Stroke
2.4.1 Definisi Stroke ............................................................................... 20
2.4.2 Etiologi Stroke ............................................................................... 20
2.4.3 Klasifikasi ..................................................................................... 22
2.4.4 Gejala Klinis ................................................................................. 23
2.4.5 Faktor Risiko ................................................................................. 24
2.4.6 Komplikasi .................................................................................... 25
2.4.7 Penatalaksanaan ............................................................................. 25
2.4.8 Peraturan Pembatasan Lingkungan ……………………………… 26
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kecemasan adalah respon emosi tanpa obyek yang spesifik yang secara
kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang
tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya
(Suliswati, 2005).
dan sangat terasa kekuatannya, disertai sebuah sensasi fisik yang memperingatkan
Saludin, 2009).
6
7
pernah dialami. Kecemasan dapat juga muncul melalui konflik antara dua
pilihan yang saling berlawanan dan individu harus memilih salah satu.
bagian:
tempat tinggal.
8
Menurut Peplau dalam Suliswati (2005), ada empat tingkat kecemasan yang
perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir tentang
4. Panik, individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena
antara 0-4, Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai pada setiap
1. Fisik, berupa sefalgia, jantung berdebar keras dan insomnia minimal satu
bulan, pusing, berkeringat, denyut jantung cepat atau keras, mulut kering,
konsentrasi buruk).
10
Menurut Ibrahim, Ayub Sani (2007) gejala dan tanda yang menyertai
1. Delatasi pupil
3. Mulut kering
4. Tremor
5. Berkeringat
6. Muka pucat
11. Insomnia
13. Hiperlipidemia
Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang dikutip
1. Perasaan: cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
3. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan
4. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak
konsentrasi.
7. Gejala somatik: nyeri path otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil
10. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik
11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual
dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di
perut.
12. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea,
13. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma
atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek dan cepat.
12
pertalian darah adopsi atau perkawinan (WHO, 1969 dalam Wiyono, J. 2013)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1988 dalam Setiadi,
2008).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan perannya masing-
5. Ikatan emosional.
1. Patrileneal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
4. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
5. Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
Kekuasaan yang sah kadang disebut juga wewenang primer di mana satu
orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku dari satu anggota
keluarga.
14
Kekuasaan yang dimulai oleh orang-orang tertentu terhadap orang lain, karena
identitas positif dari seorang anak terhadap orang tua, serta biasanya orang tua
yang menjadi model peran. Contoh: seorang anak merokok jika berada diluar
Adalah sikap patuh yang dicapai berdasarkan kepatuhan atau imbalan agar
dipandang orang lain berharga. Contoh: saat seorang anak berhasil mendapat
juara kelas, sesuai permintaan orang tua membelikan mainan yang sudah
dijanjikan.
Contoh: orang tua menambah beban pekerjaan anaknya karena anak tersebut
Pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih atau segan
Menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton dalam Setiadi (2008)
anak.
royong.
musyawarah.
Pembagian tipe ini tergantung kepada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokkan:
1. Secara Tradisional
a. Kelurga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Secara Modern
a. Tradisional Nuclear, yaitu keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam
c. Niddle Age / Aging Couple, yaitu suami sebagai pencari uang, istri di
d. Dyadic Nuclear, yaitu suami istri yang sudah berumur dan tidak
mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.
e. Single Parent, yaitu satu orang tua akibat perceraian atau kematian
f. Dual Carrier, yaitu suami istri atau keduanya orang karierdan tanpa anak.
g. Commuter Married, yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan
h. Single Adult, yaitu wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan
i. Three Generation, yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
suatu panti-panti.
k. Communal, yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang
fasilitas.
17
l. Group Marriage, yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan
kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
m. Unmaried Parent and Child, yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak
n. Cohibing Coiple, yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama
tanpa kawin.
o. Gay and Lesbian Family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan
1. Fungsi biologis
anak.
2. Fungsi ekonomi
keluarga.
3. Fungsi psikologis
4. Fungsi edukasi
18
5. Fungsi sosiokultural
dalam lingkungan.
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
2.3.1. Definisi
menurut Ruth B. Freemen, (1981) dalam setiadi (2008) adalah sebagai berikut:
kelompoknya.
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai usaha-
kepala keluarga atau anggota keluarga yang dituakan. Hal ini didasarkan
keluarga.
cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam
oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic (Mansjoer, Arif et al. 2009).
2.4.2. Etiologi
keseluruhan adalah:
a. Emboli
1) Emboli kardiogenik
1) Penyakit ekstrakranial
b) Arteri vertebralis
2) Penyakit intrakranial
c) Arteri basilaris
a) Hipertensi
c) Angiopati amiloid
3. Pendarahan subaraknoid (5 %)
progresif)
e) Migren
f) Kondisi hiperkoagulasi
i) Miksoma atrium
2.4.3. Klasifikasi
1. Stroke iskemik (infark atau kematian jaringan). Serangan sering terjadi pada
usia 50 tahun atau lebih dan terjadi pada malam hingga pagi hari.
tahun dan biasanya timbul setelah beraktivitas fisik atau karena psikologis
(mental).
Gejalanya:
2) Serangan terjadi pada siang hari, saat beraktivitas, dan emosi atau
marah.
Gejalanya:
timbul mendadak.
atau koma).
7. Merokok.
yaitu: usia, jenis kelamin pria, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA atau stroke,
untuk homosistinuria.
25
2.4.6. Komplikasi
2.4.7. Penatalaksanaan
sebagai berikut:
saraf
1) Antifibrinolitik
2) Natrii Etamsylate
4) Profilaksis vasospame
2008).
26
b. Pemantauan keadaan umum klien (EKG, nadi, saturasi O2, PO2, PCO2).
saat. Hal ini mengacu pada hak dan kewajiban keluarga pasien yakni keluarga
dirawat, dan kewajiban keluarga pasien yaitu mematuhi peraturan yang berlaku di
sakit (anak, ibu, ayah, istri, dan suami), dengan syarat ketika tidak ada tindakan
pada pasien yang dilakukan oleh perawat maupun tim medis lainya.
mengendalikan tekanan darah pasien, terutama pada pasien stroke ICH dimana
nilai tekanan darah sistoliknya tidak boleh melebihi angka 180 mmHg, atau pada
pasien stroke infark nilai tekanan sistolik tidak boleh melebihi 220 mmHg. Selain
dalam melakukan tindakan terutama pada pasien stroke akut yang memerlukan
Pada kondisi pasien fase terminal atau dalam kondisi yang sangat buruk
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus yang merupakan studi untuk
menggali suatu fenomena secara mendalam, meliputi berbagai aspek yang cukup
Responden penelitian dalam studi kasus ini adalah keluarga yang memiliki
anggota keluarga/pasien serangan stroke akut yang menjalani rawat inap di ruang
Stroke Unit RSUD Dr. Saiful Anwar Malang sebanyak 4 orang dengan perincian
2 responden adalah pasien stroke ICH dan 2 responden lain adalah pasien stroke
infark.
harus dipenuhi, pasien dari keluarga responden memiliki kriteria sebagai berikut:
28
29
3. Penanggungjawab.
Fokus studi adalah ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan
oleh suatu peneliti tentang konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010). Fokus
studi atau variabel dalam penelitian ini adalah kecemasan keluarga terhadap
peraturan pembatasan kunjungan pasien yang dirawat di ruang Stroke Unit RSUD
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur)
cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi
kunjungan pasien yang dirawat di ruang Stroke Unit RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang adalah respon emosi tanpa obyek yang spesifik yang secara Respondentif
30
terkejut, menangis).
responden, dua responden pasien stroke dengan ICH, dan dua responden
4. Data yang terkumpul kemudian diolah, data hasil wawancara diolah secara
5. Data hasil pengolahan disajikan dalam bentuk narasi dan dibuat laporan
diperlukan alat untuk mengungkapkan data atau instrumen yang tepat. Adapun
observasi.
melakukan wawancara.
meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti. Pada studi kasus ini teknik observasi
32
yang digunakan adalah observasi secara langsung yang dilakukan sekali yang
penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak dipergunakan dalam hal-hal
yang dapat merugikan responden dalam bentuk apapun. Peneliti juga harus
disclosure), serta hak untuk mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan
Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment) dan
BAB IV
peraturan pembatasan kunjungan pasien yang dirawat di Ruang Stroke Unit RS.
Saiful Anwar Malang ini dilaksanakan pada tanggal 14 – 28 Januari 2014 dengan
mengambil responden penelitian sebanyak 4 orang. Dalam bab ini akan disajikan
hasil studi kasus yang mencakup gambaran umum, gambaran khusus responden
Responden studi kasus ini berjumlah 4 orang yaitu responden I Tn. H (45
tahun), responden II Ny. J (58 tahun), responden III Ny. R (37 tahun), dan
responden:
Bojonegoro dengan riwayat pendidikan yaitu tamat pendidikan pasca sarjana (S2)
dan sekarang bekerja sebagai guru. Memiliki hubungan dengan pasien sebagai
anak, responden dilakukan wawancara dan observasi kecemasan pada hari ketiga
lumbangsari dengan riwayat pendidikan yaitu tamat sekolah dasar (SD) dan
34
57
sekarang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Memiliki hubungan dengan pasien
sebagai istri, responden dilakukan wawancara dan observasi kecemasan pada hari
jalan pulosari kota malang dengan riwayat pendidikan terakhir yaitu tamat sekolah
dasar (SD) dan sekarang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Memiliki hubungan
karang rejo dengan riwayat pendidikan terakhir yaitu tamat sekolah dasar (SD)
dan sekarang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Memiliki hubungan dengan
Unit RS. Saiful Anwar Malang. Data diperoleh dari hasil pengisian kuesioner dan
observasi selama 5 hari pada 3 responden, sedangkan pada salah satu responden
tidak bisa melihat langsung keluarganya yang dirawat walaupun sekedar lewat
cemas dengan biaya perawatan karena sudah ada asuransi dari ASKES, namun
Tingkat kesadaran pasien dalam kategori coma dengan skor GCS 2 1 3 respon
mata dapat membuka mata dengan respon nyeri, verbal tidak berespon, dan
observasi pertama memiliki kecemasan dalam kategori sedang dengan total skor
sejumlah 18. Tanda kecemasan yang paling tampak ada pada perasaan cemasnya
yaitu berupa firasat buruk dan takut akan pikiran sendiri. Selain itu, tanda lain
yang dominan adalah sulitnya responden dalam mengatur jadwal tidurnya, pada
malam hari responden merasa sukar dalam memulai tidur, terbangun pada malam
hari, dan merasa tidak pulas. Responden mengatakan gangguan tidur ini
Dampak dari kecemasan yang dihadapi berupa masalah pada tidur saja,
karena merasa sedih dan khawatir akan kondisi keluarganya yang sakit, responden
berharap supaya lekas sembuh dengan mengikuti prosedur dari Rumah Sakit,
responden juga merasa cemas karenan peraturan pembatasan yang ada, mereka
disampingnya. Tingkat kesadaran pasien dalam kategori coma dengan skor GCS
1 1 1 mata tidak berespon, verbal tidak berespon, dan motorik tidak berespon.
observasi kedua memiliki kecemasan dalam kategori sedang dengan total skor
meningkat menjadi 22. Tanda kecemasan yang paling tampak ada pada perasaan
cemasnya yaitu berupa firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, dan mudah
tersinggung. Selain itu, tanda lain yang dominan adalah ketegangan pada
responden berupa merasa mudah terkejut, tidak dapat istirahat dengan nyenyak
mengeluhkan sulitnya mengatur jadwal tidur, pada malam hari responden merasa
sukar dalam memulai tidur, terbangun pada malam hari, dan merasa tidak pulas.
60
Dampak dari kecemasan yang dihadapi berupa masalah pada tidur, responden
juga mengalami gangguan pada kesehatanya dan merasa saat ini terbengkalai
tugas dirumah karena sudah ada masalah dengan orang yang menggantikan.
nafsu makan menurun, tampak modar-mandir, banyak bertanya, tidak bisa santai,
gelisah susah tidur. Pada observasi mental responden tampak mudah emosi, gugup,
ingin selalu dengan dengan pasien, meski begitu mereka tetap taat terhadap aturan
kategori coma dengan skor GCS 1 1 1 mata tidak berespon, verbal tidak berespon,
observasi ketiga memiliki kecemasan dalam kategori ringan dengan total skor
menurun menjadi 11. Tanda kecemasan yang paling tampak ada pada perasaan
cemasnya yaitu berupa firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, dan mudah
tersinggung. Selain itu, tanda lain yang dominan adalah ketegangan pada
responden berupa merasa mudah terkejut, tidak dapat istirahat dengan nyenyak
mengeluhkan sulitnya mengatur jadwal tidur, pada malam hari responden merasa
sukar dalam memulai tidur, terbangun pada malam hari, dan merasa tidak pulas.
banyak bertanya, sering mengintip lewat kaca jendela, tidak bisa santai, gelisah
dan susah tidur, sedangkan pada observasi mental didapatkan responden tampak
cemas karena kemarin keluarga yang sedang dirawatnya sempat mengalami kritis.
sebetulnya responden ingin selalu dengan dengan pasien, karena mereka takut jika
sewaktu-waktu pada saat kritis akan terjadi drop mendadak dan keluarga tidak
tahu. Tingkat kesadaran pasien dalam kategori coma dengan skor GCS 2 1 1 mata
observasi keempat memiliki kecemasan dalam kategori sedang dengan total skor
menurun menjadi 16. Tanda kecemasan yang paling tampak ada pada ketegangan
yaitu merasa tegang, mudah terkejut, gemetar dan gelisah. Observasi ketiga
62
Dampak dari kecemasan yang dihadapi berupa masalah pada tidur saja, dan
tidak mengalami dampak gangguan pada kesehatanya dan peran atau tugasnya
dirumah.
tegang, tekanan darah tinggi, modar-mandir, sering mengintip lewat kaca, tidak
bisa santai, gelisah, susah tidur, Pada status mental tampak responden gugup,
karena ada anggota keluarganya yang sakit keras dan masih belum kunjung ada
sebetulnya responden ingin selalu dengan dengan pasien, karena mereka takut jika
sewaktu-waktu pada saat kritis akan terjadi drop mendadak dan keluarga tidak
tahu. Tingkat kesadaran pasien dalam kategori coma dengan skor GCS 4 1 1 mata
terbuka secara spontan, verbal tidak berespon, dan motorik tidak berespon.
observasi kelima memiliki kecemasan dalam kategori ringan dengan total skor
menurun menjadi 14. Tanda kecemasan yang paling tampak ada pada ketegangan
yaitu merasa tegang, mudah terkejut, gemetar dan gelisah. Observasi ketiga
63
Dampak dari kecemasan yang dihadapi berupa masalah pada tidur saja, dan
tidak mengalami dampak gangguan pada kesehatanya dan peran atau tugasnya
wajah tegang, tekanan darah tinggi, modar-mandir, sering mengintip lewat kaca,
tidak bisa santai, gelisah, susah tidur, Pada status mental tampak responden gugup,
cemas karena ada anggota keluarganya yang sakit secara mendadak serta kondisi
tidak bisa secara langsung melihat secara bergantian dengan anggota keluarganya
yang lain untuk mengetahui kondisinya. Tingkat kesadaran pasien dalam kategori
sopora coma dengan skor GCS 4 1 5 mata terbuka secara spontan, verbal tidak
observasi pertama memiliki kecemasan dalam kategori berat dengan total skor
sejumlah 29. Tanda kecemasan yang paling buruk ada pada gangguan kecerdasan
yaitu berupa daya ingat yang buruk, sulit berkonsentrasi, dan sering bingung.
64
Selain itu, tanda yang lain berupa gangguan tidur, tanda terjadi ketegangan, dan
perasaan cemas. Selain itu tampak terjadinya tanda gejala somatik berupa nyeri
Dampak dari kecemasan yang dihadapi berupa masalah pada tidur karena
terfosir untuk menunggu keluarga sendirian, juga tugas dan pekerjaan rumah
rumah sakit.
pada petugas, tidak bisa santai, gelisah dan susah untuk tidur. Pada observasi
responden tidak bisa secara langsung melihat secara bergantian dengan anggota
dalam kategori sopora coma dengan skor GCS 4 1 5 mata terbuka secara spontan,
observasi kedua memiliki kecemasan dalam kategori berat dengan total skor
65
meningkat sejumlah 30. Tanda kecemasan yang paling tampak tetap pada
gangguan kecerdasan yaitu berupa daya ingat yang buruk, sulit berkonsentrasi,
dan sering bingung. Selain itu, tanda yang lain berupa gangguan vegetative
otonom yang berupa mudah berkeringat, pusing atau sakit kepala, dan bulu roma
berdiri. Tampak juga tanda kecemasan berupa gangguan tidur dengan sukar
Dampak dari kecemasan yang dihadapi berupa masalah pada tidur karena
terfosir untuk menunggu keluarga sendirian, juga tugas dan pekerjaan rumah
rumah sakit.
sebelumnya yaitu ekspresi wajah tegang, muka pucat, berkeringat, nafsu makan
menurun, mondar-mandir, sering bertanya pada petugas, tidak bisa santai, gelisah
dan susah untuk tidur. Pada observasi keadaan mental berupa gugup, bingung, dan
konsentrasi buruk.
penyebab kecemasan yang lain adalah kondisi keluarga yang semakin gawat,
biaya yang ditanggung juga masih belum ada jalan keluar, ditambah lagi
melihat kondisinya. Tingkat kesadaran dalam kategori sopora coma dengan skor
66
adalah 4 1 5 mata terbuka secara spontan, verbal tidak berespon, dan motorik
observasi ketiga memiliki kecemasan dalam kategori berat dengan total skor
meningkat sejumlah 33. Tanda kecemasan yang paling tampak ada pada gangguan
sensorik berupa teling berdengung, penglihatan kabur, muka merah dan pucat,
serta perasaan lemah. Selain itu, tanda yang lain berupa gangguan kecerdasan
berupa daya ingat yang buruk, sulit untuk berkonsentrasi, dan sering mengalami
berdebar-debar.
Dampak dari kecemasan yang dihadapi berupa masalah pada tidur karena
kondisi pikiranya yang kacau, responden sudah membaik kesehatannya selain itu
perawatan dari balik kaca, dan gelisah. Observasi status mental didapatkan
cemas karena tidak bisa mendampingi keluarga yang sakit sewaktu-waktu dan
adalah biaya yang ditanggung juga masih belum ada jalan keluar, ditambah lagi
67
pengobatan yang tebaik. Tingkat kesadaran pasien dalam kategori sopora coma
dengan skor GCS adalah 4 1 5 mata terbuka secara spontan, verbal tidak
observasi keempat memiliki kecemasan dalam kategori sedang dengan total skor
menurun sejumlah 22. Tanda kecemasan yang paling tampak ada pada perasaan
cemasnya yaitu firasat buruk dan takut akan pikiran sendiri, selain itu tampak
gangguan sensorik berupa teling berdengung, penglihatan kabur, muka merah dan
timbul perut yang melilit, nyeri lambung, dan perut terasa penuh atau kembung.
Responden merasakan juga adanya perasaan tidak tenang, napas pendek dan cepat,
Dampak dari kecemasan yang dihadapi berupa masalah pada tidur karena
terus memikirkan kondisi dari pasien, kondisi kesehatan terjadi gangguan kembali
dikarenakan terfokus pada pasien dan tugas dirumah terbengkalai karena harus
petugas, sering mengintip ruang perawatan dari kaca, tidak bisa santai, gelisah
serta susah tidur. Pada observasi mental tidak ditemukan tanda adanya gangguan.
68
kecemasan yang lain adalah biaya yang ditanggung ternyata sangat mahal diluar
yang sakit dapat beristirahat lebih banyak. Tingkat kesadaran pasien dalam
kategori sopora coma dengan skor GCS adalah 4 1 5 mata terbuka secara spontan,
observasi kelima memiliki kecemasan dalam kategori sedang dengan total skor
menurun menjadi 21. Tanda kecemasan yang paling tampak ada berupa gangguan
tidur berupa sukar memulai tidur, tidak pulas dikarenakan cemas memikirkan
sedih, bangun dini hari, dan perasaan berubah-ubah setiap hari. Selain itu
responden merasakan adanya perasaan gelisah, tidak tenang, napas pendek dan
cepat, serta muka merah hal ini dikarenakan responden terpaku memikirkan
pasien.
Dampak dari kecemasan yang dihadapi berupa masalah pada tidur karena
terus memikirkan kondisi dari pasien, kondisi kesehatan terjadi gangguan kembali
69
dikarenakan terfokus pada pasien dan tugas dirumah terbengkalai karena harus
tampak sering mengintip ruang perawatan dari balik kaca, tidak bisa santai dan
susah tidur. Tampak juga pada status mental responden terjadi perasaan bingung,
cemas karena posisi responden sebagai anak dari bapak yang sedang sakit berat.
penyebab kecemasan yang lain adalah biaya yang cukup banyak mengingat dokter
kondisi pasien sebentar saja responden sudah lega dan merasa cukup tenang.
Tingkat kesadaran pasien dalam kategori coma dengan skor GCS 1 1 4 mata tidak
berespon, verbal tidak berespon, dan motorik berespon menjauhi rangsangan nyeri.
observasi pertama memiliki kecemasan dalam kategori sedang dengan total skor
sejumlah 25. Tanda kecemasan yang paling tampak ada pada perasaan cemas
berupa firasat buruk dan takut akan pikiran sendiri, juga ketegangan pada
responden berupa merasa tegang, mudah terkejut, tidak dapat istirahat dengan
70
pernafasan berupa perasaan napas pendek dan sesak yang dikarenakan faktor
fikirannya.
Dampak dari kecemasan yang dihadapi berupa masalah pada tidur karena
terus memikirkan kondisi dari pasien, kondisi kesehatan juga terjadi gangguan
tremor, anoreksia, mondar-mandir, banyak bertanya, tidak bisa santai, dan gelisah.
Tampak pada status mental responden terjadi perasaan mudah emosi, gugup,
cemas karena dokter mengatakan bahwa kondisi pasien sudah terus memburuk.
Selain itu, penyebab kecemasan yang lain adalah biaya yang cukup banyak yang
harus dikeluarkan. Responden juga mencemaskan karena masih juga tidak bisa
menemani pasien disisinya setiap saat. Tingkat kesadaran pasien dalam kategori
coma dengan skor GCS adalah 2 1 4 mata membuka terhadap nyeri, verbal tidak
observasi kedua memiliki kecemasan dalam kategori berat dengan total skor
meningkat sejumlah 28. Tanda kecemasan yang paling tampak ada pada perasaan
depresi berupa kehilangan minat, sedih, bangun dini hari, berkurangnya kesukaan
71
adanya gejala gangguan pernafasan berupa rasa tertekan pada dada, merasa napas
pendek dan sesak, dan juga sering menarik nafas panjang. Responden mengatakan
hal ini sering terjadi karena perasaan selalu memikirkan kondisi pasien.
Dampak dari kecemasan yang dihadapi berupa masalah pada tidur karena
terus memikirkan kondisi dari pasien, kondisi kesehatan juga terjadi gangguan
mandir, banyak bertanya, tidak bisa santai, gelisah, dan susah untuk tidur.
juga mencemaskan karena masih juga tidak bisa menemani pasien disisinya setiap
saat. Tingkat kesadaran pasien dalam kategori coma dengan skor GCS adalah 2 1
5 mata membuka terhadap nyeri, verbal tidak berespon, dan motorik berespon
observasi ketiga memiliki kecemasan dalam kategori berat dengan total skor
meningkat sejumlah 41. Tanda kecemasan yang paling tampak ada pada perasaan
depresi berupa kehilangan minat, sedih, bangun dini hari, berkurangnya kesukaan
adanya gejala gangguan pernafasan berupa rasa tertekan pada dada, merasa napas
72
pendek dan sesak, dan juga sering menarik nafas panjang. Responden mengatakan
hal ini sering terjadi karena perasaan selalu memikirkan kondisi pasien. Tampak
juga gangguan kecerdasan berupa daya ingat yang buruk, sulit berkonsentrasi, dan
sering bingung. Terjadi pula gejala somatik berupa nyeri otot, kaku, keduta otot,
Dampak dari kecemasan yang dihadapi berupa masalah pada tidur karena
terus memikirkan kondisi dari pasien, kondisi kesehatan juga terjadi gangguan
kepada petugas kesehatan, sering mengintip ruang perawatan dari kaca, tidak bisa
santai dan susah untuk tidur, selain itu dari pengamatan mental responden tampak
cemas berkurang karena dokter sudah mengatakan kondisi pasien sudah semakin
pasien tergolong parah sedangkan tidak berada disisi responden, meskipun begitu
responden mengatakan sudah merasa sedikit lega karena diberikan saat untuk
bertemu dengan pasien walaupun hanya sebentar. Tingkat kesadaran pasien dalam
kategori coma dengan skor GCS adalah 3 1 5 mata membuka terhadap panggilan
rangsangan nyeri.
73
observasi keempat memiliki kecemasan dalam kategori sedang dengan total skor
menurun menjadi 23. Tanda kecemasan yang paling tampak ada pada perasaan
depresi berupa kehilangan minat, sedih, bangun dini hari, berkurangnya kesukaan
pada hobi, perasaan berubah-ubah setiap hari. Responden juga mengatakan masih
ada gejala gangguan pernafasan berupa rasa tertekan pada dada, merasa napas
pendek dan sesak, dan juga sering menarik nafas panjang. Responden mengatakan
hal ini sering terjadi karena perasaan selalu memikirkan kondisi pasien. Terjadi
juga ketegangan berupa perasaan tegang, lesu, mudah terkejut, tidak dapat
Dampak dari kecemasan yang dihadapi berupa masalah pada tidur karena
terus memikirkan kondisi dari pasien, kondisi kesehatan juga terjadi gangguan
muka pucat, berkeringat, nafsu makan menurun, banyak bertanya kepada petugas
kesehatan, sering mengintip ruang perawatan dari kaca, tidak bisa santai dan
susah untuk tidur, selain itu dari pengamatan mental responden tampak bahwa
cemas karena kondisi anggota keluarga yang belum juga membaik. Responden
juga mencemaskan karena penyakit yang diderita oleh pasien tergolong parah
nyeri.
observasi kelima memiliki kecemasan dalam kategori sedang dengan total skor
menurun menjadi 18. Tanda kecemasan yang paling tampak ada pada tanda
ketegangan yaitu berupa merasa tegang, lesu, mudah terkejut, tidak dapat istirahat
dengan nyenyak mudah menangis, gemetaran, dan gelisah. Responden juga masih
merasakan adanya gangguan tidur berupa sukar untuk memulai tidur, terbangun
Dampak dari kecemasan yang dihadapi berupa masalah pada tidur karena
terus memikirkan kondisi dari pasien, kondisi kesehatan juga terjadi gangguan
muka pucat, berkeringat, mulut kering, nafsu makan menurun, sering mengintip
ruang perawatan dari balik kaca. Pada observasi status mental didapatkan
sangat cemas karena kuatir dengan kondisi pasien yang sangat kritis. Responden
berada disisi responden, tidak bisa mengikuti perkembangan pasien, dan khawatir
observasi kelima memiliki kecemasan dalam kategori berat dengan total skor
gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatik pada otot-
dan perasaan gelisah, tidak tenang, mengerutkan dahi muka tegang, tonis atau
ketegangan otot meningkat, napas pendek dan cepat, serta muka memerah. Hal ini
semuanya terjadi karena rasa cemas dan khawatir yang sangat atas kondisi pasien.
Dampak dari kecemasan yang dihadapi berupa masalah pada tidur karena
terus memikirkan kondisi dari pasien, kondisi kesehatan juga terjadi gangguan
observasi dialami oleh responden, diantaranya ekspresi wajah tegang, muka pucat,
berkeringat, tremor, mulut kering, tidak nafsu makan, tekanan darah tinggi,
mondar-mandir, banyak bertanya, sering mengintip dari kaca, gelisah, tidak bisa
santai, dan susah untuk tidur. Hasil observasi mental didapatkan bahwa responden
sangat cemas karena kuatir dengan kondisi pasien yang sangat kritis dan terus
memburuk, dokter mengatkan pasien sudah dalam kondisi akhir. Responden tidak
oleh Jamkesmas, Akan tetapi, responden mencemaskan karena tidak berada disisi
responden, tidak bisa mengikuti perkembangan pasien, dan khawatir jika sewaktu-
mata tidak berespon, verbal tidak berespon, dan motorik tidak berespon.
observasi kedua memiliki kecemasan dalam kategori berat dengan total skor
meningkat menjadi sejumalah 50. Tanda kecemasan sangat tampak pada semua
vegetative dan perasaan gelisah, tidak tenang, mengerutkan dahi muka tegang,
tonis atau ketegangan otot meningkat, napas pendek dan cepat, serta muka
memerah. Hal ini semuanya terjadi karena rasa cemas dan khawatir yang sangat
Dampak dari kecemasan yang dihadapi berupa masalah pada tidur karena
terus memikirkan kondisi dari pasien, kondisi kesehatan juga terjadi gangguan
tidak bisa santai, gelisah, susah tidur. Selain itu pada observasi mental responden
yang kritis. Hal ini dapat terjadi karena fungsi fisiologis naluri dari manusia atas
rasa saling memiliki dan kasih sayang timbul saat ada seseorang yang dikasihinya
sesuai dengan Wiyono (2013) yang menyatakan bahwa keluarga adalah anggota
rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah adopsi atau
perkawinan, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan, keluarga adalah dua atau lebih
dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan
atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu
78
kebudayaan.
waktu responden tidak dapat membantunya. Hal ini terjadi karena dengan
yang terjadi. Hal ini didukung oleh pendapat Susilawati (2005) bahwa kecemasan
adalah respon emosi tanpa obyek yang spesifik yang secara subyektif dialami dan
kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas
dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Selain itu
Budi Anna (2011) menyatakan bahwa pasien stroke pada fase akut dapat
menangis namun tiba-tiba pada saat berikutnya tertawa tanpa sebab yang jelas.
Toleransi terhadap stress mungkin menurun, stress kecil pada waktu sebelum
stroke mungkin dirasakan sebagai hal yang biasa tapi ketika selama mengalami
stroke masalah itu terasa besar dan sangat terbebani. Keluarga mungkin tidak
petugas perawatan atau pada keluarga mereka, namun keluarga tidak bisa
sedang, hal ini dapat dikaitkan dengan tingkat pendidikan dan usia responden.
pengetahuan dan pola berfikirnya lebih maju dan terstruktur, pendidikan yang
lebih tinggi ini juga membekali untuk berfikir lebih logis dan koping individu
yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Susilawati (2005) bahwa
umumnya berguna dalam merubah pola pikir, pola bertingkah laku dan pola
lebih mudah dalam mengidentifikasi stressor dalam diri sendiri maupun dari luar
terhadap stimulus, keluarga pasien dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
kecemasan sedang karena usia yang masih cukup muda yaitu 37 tahun, pada usia
selain itu dalam usia ini tubuh masih dalam kondisi baik dan bugar sehingga
(2011) gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia
dewasa dan lebih banyak pada wanita. Sebagian besar kecemasan pada keluarga
pasien terjadi pada umur 21-45 tahun, hal ini dikarenakan banyaknya tugas dan
peran kehidupan pada usia produktif ini. Akan tetapi dukungan kesehatan yang
bugar dan fungsi kognitif yang optimal menjadikan rentangan usia ini
terakhir dibangku sekolah dasar (SD). Selain itu tingakt kepadaran penyakit
responden IV dokter memberikan vonis bahwa keluarganya yang sakit ada pada
kondisi akhir, sehingga keluarga terus memfikirkan akan kondisi pasien terus
menerus. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiyono (2013) bahwa terjadinya gejala
kecemasan pada keluarga pasien yang berhubungan dengan kondisi medis pasien
keluarga pasien sebelum pelaksanaan tindakan medis, terdiri dari tujuan dari
tindakan, proses tindakan, risiko dan komplikasi serta alternative tindakan yang
banyak adalah gangguan tidur, kesehatan yang tidak terjaga, dan tugas ruamh
terbengkalai. Hal ini dapat terjadi karena pikiran responden terfokus pada kondisi
81
pasien yang tidak dapat diketahui secara pasti dan pembatasan kunjungan. Tidak
wajah tegang, nafsu makan menurun, banyak bertanya kepada petugas, sering
mengintip ruang perawatan dari kaca, susah tidur. Hal ini menunjukan bahwa
mengemukakan bahwa beberapa tanda dan gejala kecemasan adalah fisik, berupa
sefalgia, jantung berdebar keras dan insomnia minimal satu bulan, pusing,
berkeringat, denyut jantung cepat atau keras, mulut kering, nyeri perut, agitasi,
tidak bias santai, tremor. Mental, berupa ketegangan mental (cemas/bingung, rasa
tegang atau gugup, konsentrasi buruk).Menurut Ibrahim, Ayub Sani (2007) gejala
dan tanda yang menyertai kecemasan didasarkan pada sistem saraf simpatis,
terdiri dari, delatasi pupil, ekspresi wajah tegang, mulut kering, tremor,
berkeringat, muka pucat, degup jantung yang cepat, anoreksia, gangguan lambung,
lembar isian secara mendetail. Pada responden keempat hanya dapat diobservasi
pada observasi pertama dan kedua saja karena pasien telah meninggal dunia.
BAB V
5.1 Kesimpulan
pasien
5.2 Saran
manfaat dari peraturan tersebut. Keluarga juga disarkankan untuk dapat secara
aktif menggali informasi kepada petugas tentang kondisi keluarganya yang sakit
61
62
kondisi pasien, serta petugas kesehatan memberikan KIE secara berkala tentang
dan bersikap aktif untuk memberikan informasi tentang kondisi pasien secara
instrument yang lebih dipersingkat dan memberikan imbalan dapat berupa materi
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI. Jakarta: PT.
Renika Cipta
Fransisca B. Batticaca, 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan gangguan Sistem
Persarafan, Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Goldszmidt, AJ., Caplan, LR., 2011. Esensial Stroke, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran,
EGC
Gordon, Neil F., 2002. Stroke: Panduan Latihan Lengkap, Edisi 1, Cetakan Kedua, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Nursalam. 2003. Buku Pedoman Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: PT. Salemba
Medika
Hidayat, 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba
Medika.
Ibrahim, Ayub Sani, 2007. Depresi Aku Ingin Mati (sepi sendiri di tempat yang ramai),
Jakarta: Penerbit Dua As-As
Keliat, Budi Anna et al. 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa: CMHN (Intermediate
Course), Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC
Mansjoer, Arif et al. 2009. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid 2, Cetakan kedelapan,
Jakarta: Penerbit Media Aesculapius
Muis, Saludin, 2009. Kenali Kepribadian Anda dan Permasalahannya: Dari Sudut Pandang
Teori Psikoanalisa, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu
Rekam Medik. 2012. Prevalensi Kejadian Stroke di Rumah Sakit Saiful Anwar Tahun 2012.
Malang: RS. Saiful Anwar
Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Cetakan Keempat,
Jakarta: PT Rineka Cipta
Setiadi, 2008. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga, Edisi Pertama, Yogyakarta: Graha
Ilmu
Suliswati, et al. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Wiyono, J., 2013. Keperawatan Tumbuh Kembang Keluarga, Malang: Penerbit Universitas
Negeri Malang
33
Lampiran 1
Plan Of Action (September 2013-Januari 2014)
BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA*)
Ikut serta sebagai responden, dengan catatan bila suatu waktu merasa
dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini. Saya
percaya apa yang saya informasikan dijamin kerahasiaanya.
*)coret yang tidak perlu
Peneliti Responden
PETUNJUK PENGISIAN
IDENTITAS RESPONDEN
Nama/Inisial :............................................
Umur :............................................
Pendidikan :............................................
Pekerjaan :............................................
A. Penyebab cemas
Ya Tidak
Jelaskan _______________________________________
2. Apakah keluarga anda perlu di rawat dalam waktu yang lama ?
Ya Tidak
Jelaskan _______________________________________
Ya Tidak
Jelaskan _______________________________________
Ya Tidak
Jelaskan _______________________________________
5. Apakah anda merasa cemas karena takut kondisi pasien memburuk tanpa
sepengetahuan anda?
Ya Tidak
Jelaskan _______________________________________
Ya Tidak
Jelaskan _______________________________________
membantu?
Ya Tidak
Jelaskan _______________________________________
B. Tingkat kecemasan. Beri tanda √ pada kotak yang tersedia ,jawaban bisa
1. Perasaan cemas
Firasat buruk
Mudah tersinggung
Jelaskan _______________________________________
2. Ketegangan
Merasa tegang
Lesu
Mudah terkejut
Mudah menangis
Gemetar
Gelisah
Jelaskan _______________________________________
3. Ketakutan
Pada gelap
Ditinggal sendiri
Jelaskan _______________________________________
4. Gangguan tidur
Tidak pulas
Mimpi buruk
Jelaskan _______________________________________
5. Gangguan kecerdasan
Sulit berkosentrasi
Sering bingung
Jelaskan _______________________________________
6. Perasaan depresi
Kehilangan minat
Sedih
Jelaskan _______________________________________
Nyeri otot
Kaku
Kedutan otot
Gigi gemeretak
Jelaskan _______________________________________
8. Gejala sensorik
Telinga berdengung
Penglihatan kabur
Merasa lemah
Perasaan ditusuk-tusuk
Jelaskan _______________________________________
9. Gejala cardiovaskuler
Berdebar-debar
Nyeri dada
Jelaskan _______________________________________
Perasaan tercekik
Merasa napas pendek/sesak
Jelaskan _______________________________________
Sulit menelan
Mual muntah
Perut melilit
Gangguan pencernaan
Jelaskan _______________________________________
Sering kencing
Frigiditas
Jelaskan _______________________________________
Mulut kering
Muka kering
Mudah berkeringat
Pusing/sakit kepala
Jelaskan _______________________________________
Gelisah
Tidak terang
Muka merah
Jelaskan _______________________________________
Pada responden
terganggu ?
Ya Tidak
Jelaskan _______________________________________
Ya Tidak
Jelaskan _______________________________________
Pada keluarga responden
terbengkelai ?
Ya Tidak
Jelaskan _______________________________________
LEMBAR OBSERVASI
KECEMASAN KELUARGA TERHADAP PERATURAN PEMBATASAN
KUNJUNGAN PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG STROKE UNIT RSUD
Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Identitas responden:
Umur :............................................
Pendidikan :............................................
Pekerjaan :............................................
ADA
NO PERTANYAAN KET
YA TIDAK
A Fisik
1. Ekspresi wajah tegang
2. Muka pucat
3. Berkeringat
4. Tremor
5. Mulut kering
6. Anoreksia
7. Tekanan darah tinggi
8. Mondar-mandir
9. Banyak bertanya
10. Sering mengintip ruang perawatan dari
balik kaca
11. Tidak bisa santai
12. Gelisah
13. Susah tidur
B Mental
1. Mudah emosi
2. Gugup
3. Bingung
4. Konsentrasi buruk
Skor total
55
1
Lampiran 6
il Penelitian
2 - Penyebab - Kondisi pasien dan - Kondisi pasien dan - Kondisi pasien, biaya - Kondisi pasien - Kondisi pasien
(58 th Kecemasan pembatasan pembatasan perawatan dan dan pembatasan dan pembatasan
– istri) kunjungan kunjungan pembatasan kunjungan kunjungan
kunjungan
- Tingkat - 29 (berat) - 30 (berat) - 33 (berat) - 22 (sedang) - 21 (sedang)
Kecemasan
- Dampak - Pola tidur, - Pola tidur, kesehatan, - Pola tidur - Pola tidur, - Pola tidur,
Kecemasan kesehatan, dan dan tugas rumah kesehatan, dan kesehatan, dan
tugas rumah tangga tangga tugas rumah tugas rumah
tangga tangga
3 - Penyebab - Kondisi pasien dan - Kondisi pasien, biaya - Kondisi pasien dan - Kondisi pasien - Kondisi pasien
(37 th Kecemasan pembatasan perawatan dan pembatasan dan pembatasan dan pembatasan
– kunjungan pembatasan kunjungan kunjungan kunjungan
anak) kunjungan
- Tingkat - 25 (sedang) - 28 (berat) - 41 (berat) - 23 (sedang) - 18 (sedang)
Kecemasan
2
- Dampak - Pola tidur, - Pola tidur, kesehatan, - Pola tidur, kesehatan, - Pola tidur, - Pola tidur,
Kecemasan kesehatan, dan dan tugas rumah dan tugas rumah kesehatan, dan kesehatan, dan
tugas rumah tangga tangga tangga tugas rumah tugas rumah
tangga tangga
4 - Penyebab - Kondisi pasien - Kondisi pasien kritis
(39 th Kecemasan kritis dan dan pembatasan
meninggal meninggal Meninggal
– pembatasan kunjungan
mena kunjungan
ntu) - Tingkat - 46 (berat) - 50 (berat)
meninggal meninggal meninggal
Kecemasan
- Dampak - Pola tidur, - Pola tidur, kesehatan,
Kecemasan kesehatan, dan dan tugas rumah meninggal meninggal Meninggal
tugas rumah tangga tangga