Anda di halaman 1dari 21

PENGELOLAAN LABORATORIUM KIMIA SEKOLAH

Inventarisasi Bahan Kimia yang Memiliki Bahan Toksisitas Tinggi dengan


Mengevaluasi Prosedur Umum untuk Bekerja dengan Bahan tersebut di Laboratorium
dan Inventarisasi Bahan Kimia yang Berbahaya Hayati, Mudah Terbakar, sangat
Reaktif atau Mudah Meledak dengan Mengevaluasi prosedur Umum untuk Bekerja
dengan Bahan-bahan tersebut di Laboratorium

DISUSUN OLEH:

Kelompok 6

Eni Apriliani (06101381722052)

Serly Tasia Putri (06101381722053)

Acnes Oktaviani (06101381722063)

DosenPengasuh : 1. Dra. Bety Lesmini, M.Sc

2. Maefa Eka Haryani, S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020
A. Inventarisasi Bahan Kimia yang Memiliki Bahan Toksisitas Tinggi

1. Definisi dan Istilah Dalam Toksikologi

Toksisitas merupakan istilah dalam toksikologi yang didefinisikan sebagai


kemampuan bahan kimia untuk menyebabkan kerusakan/injuri. Istilah toksisitas
merupakan istilah kualitatif, terjadi atau tidak terjadinya kerusakan tergantung pada
jumlah unsur kimia yang terabsopsi. Sedangkan istilah bahaya (hazard) adalah
kemungkinan kejadian kerusakan pada suatu situasi atau tempat tertentu; kondisi
penggunaan dan kondisi paparan menjadi pertimbangan utama. Untuk menentukan
bahaya, perlu diketahui dengan baik sifat bawaan toksisitas unsur dan besar paparan
yang diterima individu.

Akibat penggunaan bahan kimia bertoksinitas tinggi berbagai jenis bahaya mungkin
dapat terjadi antara lain (Imam Khasani, 1986)

a. Keracunan, sebagai akibat masuknya bahan kimia ke dalam tubuh melalui paru-paru,
mulut dan kulit. Keracunan dapat berakibat fatal misalnya hilang kesadaran atau
gangguan kesehatan yang baru dirasakan setelah beberapa tahun setelah bekerja, atau
menjelang pensiun.

b. Iritasi, sebagai akibat kontak dengan bahan kimia korosif, misalnya peradangan pada
kulit, mata dan saluran pernapasan.

c. Kebakaran atau luka bakar, sebagai akibat peledakan bahan-bahan reaktif (peroksida dan
bahan-bahan pelarut organik).

Beberapa jenis bahan kimia yang harus diperhatikan karena berbahaya bertoksinitas
tinggi adalah :

1. AgNO3

Senyawa ini beracun dan korosif. Simpanlah dalam botol berwarna dan ruang yang
gelap serta jauhkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar.

Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh. Gas/uapnya juga menebabkan
hal yang sama.

2. HCl
Cairan yang tidak berwarna atau kekuningan tergantung pada kemurniannya,
bersifat korosif, mudah menguap. Mudah larut dalam air, alkohol dan eter.

Uap HCl berbahaya terhadap sistem saluran pernapasan. HCI pekat bila mengenai
kulit akan merusaknya dengan sempurna, sedang larutannya menyebabkan gatal-gatal
(iritasi kulit).

3. H2S

Senyawa ini mudah terbakar dan beracun. Menghirup bahan ini dapat menyebabkan
pingsan, gangguan pernafasan, bahkan kematian.

4. H2SO4

Berupa cairan menyerupai minyak, tidak berwarna, kadang –kadang berwarna


coklat tergantung pada tingkat kemurnianya. Senyawa ini sangat korosif, higroskopis,
bersifat membakar bahan organik dan dapat merusak jaringan tubuh.

Gunakan ruang asam untuk proses pengenceran dan hidupkan kipas penghisapnya
uap dan kabut asam sulfat sangat beracun dan korosif terhadap kulit, mata dan system
saluran pernapasan (hidung tenggorokan, paru-paru). Jika asam pekat terkena kulit
menyebabkan luka parah yang amat sakit, jika kena mata walaupun sedikit akan
merusak mata dan menyebabkan kebutaan.

5. NaOH dan KOH

Kedua basa ini mempunyai warna putih, mudah menyerap air dn CO2 dari udara,
mudah larut dalam air alkohol dan gliserin.

Timbul panas (eksoternis) apabila kontak dengan air, larutan pekat amat berbahaya
terhadap kulit dan mata sangat korosif dan bisa merusak dengan sempurna.

6. HCN

Senyawa ini sangat beracun. Hindarkan kontak dengan kulit. Jangan menghirup gas
ini karena dapat menyebabkan pingsan dan kematian.

7. NH3

Gas ini tidak berwarna berbau tajam, sangat korosif dan berbaya terhadap saluran
pernapasan (hidung dan tenggorokan), bersifat korosif bila bereaksi dengan bahan
oksidator, halogen dan asam-asam kuat, cairan NH3 bersifat explosif terhadap logam
berat (Ag, Pb dan Zn ) dan garam garam terutama garam halide.

Menghirup senyawa ini pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pembengkakan


saluran pernafasan dan sesak nafas. Terkena amonia pada konsentrasi 0.5% (v/v) selama
30 menit dapat menyebabkan kebutaan. Keterpaan uap dengan kadar rendah tetapi terus
menerus dapat mengakibatkan iritasi pada mata, hidung saluran pernapasan bagian atas.

8. HClO4

Cairan tidak berwarna, higroskopis, asam pekat murni tidak stabil, tetapi akan stabil
bila diencerkan, mudah larut dalam air dan larutannya dengan konsentrasi 71,6% dalam
keadaan stabil.

Asam ini merupakan oksidator kuat, dapat menimbulkan ledakan (exposif) dan api
apablia kontak langsung dengan bahan mudah dioksidasi atau mudah terbakar,
disamping itu asam ini beracun dan korosif.

9. HF

Gas/uap maupun larutannya sangat beracun. Dapat menyebabkan iritasi kulit, mata,
dan saluran pernafasan.

10. HNO3

Cairan transparan atau kekuningan tergantung pada tingkat kemurniannya, mudah


menguap pada suhu kamar. Senyawa ini bersifat korosif, mudah bercampur dengan air.

Uap nitrogen oksida dapat menyebabkan kerusakan paru-paru, uap ini terbentuk
lambat laun apabila HNO3 diletakkan berdekatan dengan HCI.

Bahan-bahan kimia diatas, jika kita amati adalah bahan-bahan kimia yang umumnya kita
gunakan dalam laboratorium. Ternyata bahan-bahan kimia tersebut menyimpan potensi
untuk meracuni tubuh.

Keracunan bahan kimia diatas, dapat terjadi melalui beberapa cara, sesuai dengan
sifatnya. Keracunan dapat terjadi akibat tertelannya bahan kimia dalam saluran pencernaan.
Untuk bahan kimia berupa gas, saluran pernafasan merupakan jalan masuk utama ke dalam
tubuh seseorang. Bahan beracun dapat pula diserap melalui kulit atau langsung merusak
jaringan kulit apabila terjadi persinggungan dengannya. Selaput lendir (mukosa) mata juga
dapat menjadi salah satu tempat masuknya bahan kimia yang kemudian meracuni jaringan
setempat.

B. Prosedur Umum untuk Bekerja dengan Bahan Kimia Berbahaya


Kitasangatperlu mengetahuipengaruhbahayadanracundariB3 tersebut. Bahan-
bahaninidisampingdapatmenimbulkandampakterhadap kesehatandan pencemaran
lingkungan,pemakaiandan penggunaannyadalaminstalasinuklir juga
dapatmenimbulkanradiasi/kontaminasijikaterjadi kecelakaan.Untukitudalam
penyimpanan,pengelolaandanpenanganannyaperlumemperhatikan faktor keamanandan
keselamatan.PengaruhB3tersebutantaralain:dapatmenimbulkan
kebakaran,ledakan,keracunan,dan iritasi pada permukaan ataubagian tubuhmanusia

 Kebakaran,terjadibilabahankimiayangmudahterbakar(pelarutorganikdangas)
berkontakdengansumberpanas.Sumberpanasdapatberupaapiterbuka,logam
panas,baraapiatauloncatanlistrik.Kebakarandapatpulamenimbulkanledakanlain
yanglebih dahsyatataudapat juga menghasilkanbahan lain yang bersifat racun.
 Ledakan,yaitusuatureaksiyangamatcepatdanmenghasilkangasdalamjumlah
yangbesar.Ledakandapatterjadiolehreaksiyangamatcepatdaribahanpeledak,
ataugasyangmudahterbakarataureaksidariberbagaiperoksidaorganik.Dapatjuga
terjadikarenaadanya gascair pada tekanantinggi yang tidak terkendali.
 Keracunan,yaitumasuknyabahan kimiakedalamtubuhyangdapatberakibat
keracunanakutatau keracunankronik.KeracunanakutsebagaiakibatpenyerapanB3
dalamjumlahyangbesardandalamwaktuyang singkatdandapatpulaberakibat fatal
seperti keracunangasCO,danHCN.Keracunan kronikadalahpenyerapanB3dalam
jumlah sedikittetapi berlangsungdalamwaktu yanglama,sehingga akibatnya baru
dirasakansetelah beberapabulan ataubeberapa tahun sampai puluhan tahun.
Kemudian bahan kimia tersebut seperti uap Pb, benzena dapat mengakibatkan
leukimia. Pada umumnya zat-zat toksik tersebut masuk lewat pernafasan dan
kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju ke organ-organ tubuh tertentu
sehinggadapatlangsungmengganggufungsinyasepertihati,ginjal,paru-paru,dan lain-
lain.Tetapidapatjugazat-zat tersebut terakumulasidalamorgan-organ tubuh tersebut,
sehingga menimbulkankerusakanuntuk jangkawaktuyang panjang.
 Iritasi, yaitukerusakan atauperadanganpermukaan tubuhseperti
kulit,matadan
saluranpernafasanolehbahankimiakorosif,atauiritansepertiasamkloridadanl
ain-lain.

Banyaksekali aspekkeselamatan yangperludiperhatikan untukmencegah


terjadinya kecelakaan.Dariseluruhaspektersebutselalumelibatkantiga
komponen yangsalingberkaitanyakni manusia,prosedur/metode
kerja,danperalatan/bahan. Faktorpenyebab kecelakaan kerjaberdasarkan
datayangdikumpulkan, dapat dilihatpada Gambar2.

Gambar2.Faktor-faktor penyebabkecelakaankerja

Sikapdantingkahlakupekerjasebagai faktorpenyebabterjadinyakecelakaan
kerjaantara lain karena :

a. Keterbatasanpengetahuan/ keterampilanpekerja.

b. Lalai dan cerobohdalam bekerja.


c. Tidak melaksanakanprosedur kerja sesuai dengan petunjukyangdiberikan.
d. Tidakdisiplindalammentaatiperaturankeselamatankerjatermasukpemakaia
n alatpelindung diri.

Mengingatfaktorterbesarpenyebab kecelakaankerjaadalah faktormanusia,


makausahauntukmeningkatkankeselamatandankesehatan kerjaperludiarahkan
padapeningkatanpembinaanrasatanggungjawab,sikapdalam bekerjadan
peningkatan pengetahuan tentangpentingnya keselamatandan kesehatan kerja.

Banyakjugakecelakaan terjadi karenaketidak-


tahuanterhadapkemungkinan
adanyabahaya.Olehkarenaitupeningkatanpengetahuanjuga memegangperanan
pentingdalammencegahterjadinya kecelakaan, baikdalamcaramengenali
maupun menangani bahan-bahankimia berbahaya dan beracun.

Evaluasi :

Data Observasi
ANGKET DAN LEMBAR OBSERVASI

 Sekolah : SMA NEGERI 11 PALEMBANG


 KepalaLaboratorium : Marlina, S.Pd.,M.Si.

A. Prosedur Umum Bekerja dengan Bahan Kimia Berbahaya


No Pernyataan Ya Tidak Keterangan
1.Penggunaan
1 bahan kimia berbahaya √ Hanya guru yang mengawasi,
saat
1 praktikum berada dalam laboran hanya menyiapkan alat
pengawasan
1 laboran dan guru yang dan dan bahan saja tidak
sedang
1 mengajar mengawasi pada saat praktikum

2.Laboran menggunakan APD pada √ Laboran tidak menggunakan


saat menyiapkan bahan-bahan APD, karna seperti yang
berbahaya dikatakan beliau bahan yang di
gunakan konsentrasinya sangat
kecil, sehingga aman.
3.Praktikan menggunakan APD pada √ Praktikan hanya menggunakan
saat melakukan praktikum dengan jas lab saja pada saat praktikum
bahan-bahan berbahaya
4.Sebelum praktikum dilaksanakan, √ Guru yang mengajar selalu
praktikan diberikan penjelasan memberikan penjelasan terlebih
mengenai bahan-bahan kimia yang dahulu
digunakan
5.Bahan-bahan kimia berbahaya √ Untuk bahan kimia yang
berada di tempat terpisah dengan berbahaya di simpan di ruang
ruang praktikum penyimpanan didalam lemari
bahan dan sebagian juga berada
di dalam lemari asam

Evaluasi :

B. Inventarisasi dan Penyimpanan Bahan Kimia yang Memiliki


Toksisitas Tinggi

No Pernyataan Ya Tidak Keterangan


1. Bahan
1 kimia dengan toksisitas √ Di laboratorium kimia SMA
tinggi
. di simpan dalam NEGERI 11 Palembang, tidak
lemari/ruangan khusus banyak menyediakan bahan
kimia dengan toksisitas tinggi
(hanya ada KI), seperti yang di
katakan oleh laboran, praktikum
yang di lakukan hanya sederhana
dan bahan yang digunakan pun
mempunyai konsentrasi yang
rendah.
2. Pembuangan limbah untuk bahan √ Bahan kimia dengan toksisitas
dengan toksisitas yang tinggi sudah yang tinggi jarang digunakan,
benar dan sesuai dengan aturan atau jika dipakai maka limbahnya
standar yang ada tetap di buang di satu tempat
yaitu wadah drigen limbah.
3. Bahan kimia dengan toksisitas √ Bahan disimpan dalam
tinggi, dalam penyimpanannya lemari/rak penyimpanan bahan
harus berventilasi dalam perangkat dan di gabung dengan bahan
pengaman sekunder yang resisten lainnya. Wadah bahan dari
secara kimia dan anti pecah. plastik

4. Pemberian label pada area √


penyimpanan dengan tanda
peringatan yang sesuai.

5. Akses ke area penyimpanan bahan √ Hanya laboran dan guru yang


kimia dengan toksisitas tinggi bersangkutan yang boleh, karena
sangat di batasi untuk bahan dan alat sudah
disiapkan oleh laboran sehingga
praktikan bisa langsung
melakukan praktikum

C. Prosedur Umum Bekerja dengan Bahan dengan Toksisitas Tinggi

No Pernyataan Ya Tidak Keterangan


1.Penggunaan bahan kimia √ Bahan kimia dengan toksisitas
dengan toksisitas tinggi tinggi sangat jarang di gunakan,
sangat di perhatikan dan dan di sediakan dalam jumlah
berada dalam pengawasan yang besar.
laboran dan guru yang sedang
mengajar
2.Laboran menggunakan APD √ Bahan kimia dengan toksisitas
pada saat menyiapkan bahan- tinggi jarang di pakai dalam
bahan kimia dengan toksisitas praktikum, yang sering disiapkan
tinggi oleh laboran yaitu seperti larutan
asam basa dll.
3.Praktikan menggunakan APD √ Praktikan hanya menggunakan jas
atau alat khusus pada saat lab saja pada saat praktikum
melakukan praktikum dengan
bahan kimia dengan toksisitas
tinggi
4.Sebelum praktikum √ Guru yang mengajar selalu
dilaksanakan, praktikan memberikan penjelasan terlebih
diberikan penjelasan dahulu
mengenai bahan-bahan kimia
yang digunakan serta dampak
bahaya bila terkena bahan
kimia tersebut
5.Tersedia P3K apabila terjadi √ Kotak P3K terdapat dekat pintu
kecelakaan pada saat keluar tempat praktikum namun
praktikum dengan bahan alat-alat kesehatan yang
kimia dengan toksisitas tinggi diperlukan untuk pertolongan
pertama pada kecekalaan
laboratorium tidak memadai

Evaluasi Observasi

 Prosedur Umum Untuk Bekerja Dengan Bahan Kimia Berbahaya


Dan Bekerja Dengan Zat Dengan Toksisitas Tinggi

Laboratorium di SMA NEGERI 11 Palembang tidak mempunyai persedian


yang banyak untuk bahan kimia dengan toksisitas yang tinggi, hal ini dijelaskan
oleh kepala laboratorium sekolah bahwasannya dalam praktikum kimia disekolah
tersebut jarang menggunakan bahan kimia dengan toksisitas tinggi, praktikum
yang dilakukan hanya praktikum yang sederhana saja seperti asam basa, korosi
dan lain-lain. KepalaLaboratorium sekolah juga menjelaskan bahwa bahan-bahan
kimia yang ada di laboratorium memiliki konsentrasi yang sangat rendah, jadi
menurut beliau aman-aman saja. Sehingga dalam menyiapkan bahan laboran tidak
perlu menggunakan APDataualatpelindungdiri. Begitu juga praktikan yang setiap
praktikum hanya menggunakan jas lab saja, tidak memakai srung tangan dan
masker.
Hal yang perlu di evaluasi adalah, perlengkapan APD yang harusnya
digunakan setiap kali akan praktikum. Karena tanpa APD yang lengkap maka
akan mengurangi keselamatan bekerja dilaboratorium. Walaupun bahan-bahan
yang digunakan konsentrasinya sangat rendah tetapi tetap saja harus bekerja
sesuai dengan aturan yang ada di laboratorium. Karena pada dasarnya semua
bahan kimia merupakan bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan maupun
lingkungan. Selanjutnya adalah cara penyimpanan bahan-bahan kimia yang
berbahaya dan dengan toksisitas tinggi, bahan-bahan tersebut disimpan dalam
ruang penyimpanan pada lemari/rak bahan, akan tetapi pada rak ini juga terdapat
bahan-bahan kimia lainnya, dan sebagiannya ada yang diletakkan pada lemari
asam. Kendati begitu untuk bahan kimia dengan toksisitas tinggi hanya ada
beberapa bahan saja seperti KI. Seperti yang dikatakan laboran, tidak pernah
menggunakan bahan-bahan kimia dengan toksisitas yang tingi. Hal yang perlu
dievaluasi dari penyimpanan bahan kimia dengan toksisitas tinggi yaitu,
penyimpanan bahan harus sesuai denga prosedur yang berlaku, apabila tempatnya
disatukan dengan bahan kimia yang lainnya dikhawatirkan bahan akan saling
bereaksi dan membuat celaka orang-orang yang ada didalam ruang laboratorium.
Untuk pemberian informasi kepada praktikan sudah bagus, dan disampaikan
sebelum mulai melakukan praktikum, sehingga praktikan tau bahan kimia apa
yang sedang di gunakan dan bahayanya apa jiak terkena kulit atau terhirup oleh
hidung dll. Namum pada saat kegiatan praktikum dimulai harus ada pengawasan
dari laboran sekolah maupun guru yang sedang mengajar.

LAMPIRAN
Wadah penyimpanan bahan kimia

berbahaya dari botol plastik Bahan-bahan kimia


berbahaya disimpan dalam
lemari yang sama dengan
penyimpanan bahan kimia
lainn berbahaya dari botol
plastik

D. Inventarisasi Bahan Kimia yang Berbahaya Hayati, Mudah


Terbakar, sangat Reaktif atau Mudah Meledak dengan
Mengevaluasi prosedur Umum untuk Bekerja dengan Bahan-
bahan tersebut di Laboratorium

Dasar Teori
1. Sumber Daya Alam Hayati (Biotik)

Sumber daya alam yang berasal dari makhluk hidup yaitu hewan dan
tumbuh tumbuhan. Sumber daya alam hayati dibedakan menjadi 2, yaitu :

 Sumber daya alam yang berasal darihewan atau binatangsepertitelur,


daging, ikan dsb.
 Sumber daya alam nabati adalah SDA yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan dan merupakan produsen atau penyusun utama dari rantai
makanan.

Bahaya hayati merupakan masalah di laboratorium yang menangani


mikroorganisme atau bahan yang terkontaminasi mikroorganisme.
Bahaya-bahaya ini biasanya muncul di laboratorium penelitian klinis dan
penyakit menular, tetapi mungkin juga muncul di laboratorium lain.
Penilaian risiko bahan bahaya hayati perlu mempertimbangkan sejumlah
faktor, antara lain organisme yang dimanipulasi, perubahan yang
dilakukan terhadap organisme tersebut, dan kegiatan yang akan
dilakukan dengan organisme tersebut. Penilaian risiko untuk racun
biologis sama dengan penilaian risiko untuk bahan kimia. Penilaian
didasarkan utamanya pada potensi racun, jumlah yang digunakan, dan
prosedur penggunaan racun.

Menurut Dr. Padmono Citroreksoko (Modul 1 Proses dalam Industri


Kimia). Banyak produk kimia yang berasal dari alam hayati. Kertas
merupakan hasil industri pabrik bubur kertas (pulp), berasal dari serat
selulosa yang terdapat pada bagian kayu banyak tumbuhan. Gula atau
sukrosa yang merupakan produk industri gula, berasal dari tanaman
perkebunan tebu atau bit. Tepung atau amilase merupakan polisakarida
yang banyak digunakan untuk industri pangan ataupun obat-obatan,
berasal dari tanaman atau umbi dari ketela pohon, ubi jalar atau biji-
bijian serealia seperti jagung dan gandum
.
Bekerja dengan Bahan Berbahaya Hayati
Menurut buku keselamatan dan keamanan Laboratorium Kimia.
Gunakan bahan biologis dengan tindakan pencegahan umum yang sama
dengan bahan kimia berbahaya. Lakukan tindakan tambahan berikut
untuk mengurangi risiko saat menangani agen penular.
1. Hilangkan atau bekerjalah sangat hati-hati dengan benda tajam
(seperti jarum, pisau bedah, pipet pasteur, dan tabung kapiler).
2. Bekerjalan dengan hati-hati untuk mengurangi potensi pembentukan
aerosol. Batasi aerosol sedekat mungkin ke sumbernya dengan lemari
biokeselamatan.
3. Bebaskan permukaan dan peralatan kerja dari infeksi setelah
digunakan.
4. Cuci tangan setelah melepas pakaian pelindung, setelah kontak
dengan bahan yang terkontaminasi, dan sebelum meninggalkan
laboratorium.

Praktik lainnya yang paling bermanfaat untuk mencegah infeksi atau


yang didapat di laboratorium atau keracunan sebagi berikut:
a. Jaga pintu laboratorium tetap tertutup saat eksperimen sedang
berlangsung.
b. Gunakan perangkat pengaman sekunder anti bocor untuk memindah
atau mentransfer kultur.
c. Dekontaminasi limbah penular sebelum dibuang.

2. Definisi kebakaran
Kebakaran merupakan api yang tidak terkendali. Kebakaran
merupakan keadaan darurat yang dapat menimbulkan berbagai macam
kerugian, mulai dari harta benda, manusia, produktifitas, dan kerugian
sosial. Pada umumnya kebakaran terjadi secara tidak terduga, dapat
dicegah atau di kontrol dengan melepaskan satu dari unsur segi tiga api.

Bekerja dengan Bahan Kimia yang Mudah Terbakar


Menurut buku keselamatan dan keamanan Laboratorium Kimia,
dalam bekerja dengan bahan kimia yang mudahterbakar ini, pegawai
laboratorium harus mengetahui sifat bahan kimia yang mereka tangani
dan memiliki pemahaman mendasar tentang bagaimana kondisi
laboratorium mungkin mempengaruhi sifat ini. MSDS atau sumber
informasi lainnya harus dijadikan acuan untuk informasi seperti tekanan
uap, titik nyala, dan ambang ledak di udara. Berikut praktik umum untuk
bekerja dengan bahan kimia mudah terbakar:
a) Gunakan jumlah sekecil mungkin.
b) Sebanyak mungkin, kurangi atau hilangkan adanya bahan mudah terbakar
dan pengoksidasi, misalnya udara. Tutup botol dan bejana yang tidak
digunakan. Gunakan selimut gas lembam bila memungkinkan.
c) Simpan bahan kimia dengan baik, dengan secara fisik memisahkan bahan
mudah terbakar dari operasi dan sumber penyulutan lainnya.
d) Simpan zat mudah terbakar yang memerlukan penyimpanan suhu rendah
hanya di lemari es yang dirancang untuk tujuan tersebut. Jangan
menggunakan lemari es biasa untuk menyimpan bahan kimia.
e) Hilangkan sumber penyulutan dari area tempat zat mudah terbakar
ditangani. Sumber ini meliputi pembakar Bunsen; korek; tembakau
rokok; kompor gas; peralatan pemanas ruang atau pemanas air dengan
bahan bakar gas; peralatan listrik seperti perangkat pengaduk, motor,
relai, dan saklaran sumber penyalaan tingkat rendah, seperti pinggan
panas, listrik statis dari pakaian, saluran uap, atau sumber panas lainnya.
f) Jangan memanaskan zat yang mudah terbakar dengan api terbuka.
Sumber panas yang dianjurkan antara lain rendaman uap, rendaman air,
rendaman oli dan lilin, rendaman garam dan pasir, mantel pemanas, dan
rencaman udara panas atau nitrogen.
g) Sebelum menyulut api, periksa keberadaan zat yang mudah terbakar.
h) Hubungkan sumber penyalaan statis ke saluran pentanahan dengan baik,
dan gunakan alternatif paling tidak berbahaya yang tersedia.
i) Hubungkan arus listrik statis terakumulasi ke tanah saat memindahkan
cairan mudah terbakar dalam wadah logam untuk menghindari percikan.
j) Selalu perhatikan peralatan seperti pinggan panas, rendaman oli, mantel
pemanas, bejana, oven, pengering, dan perangkat pemanas lainnya saat
beroperasi. Saat membeli perangkat ini, pilih model dengan pematian
suhu tinggi otomatis.
k) Jaga agar peralatan pemadaman api yang tepat siap digunakan.

Bekerja Dengan Cairan Mudah Terbakar


Berikut prosedur untuk bekerja dengan cairan mudah terbakar:
1. Hindari membuat konsentrasi uap yang mudah terbakar.
2. Jaga wadah cairan yang mudah terbakar tetap tertutup kecuali selama
pemindahan isi.
3. Larutkan uap yang mudah terbakar dengan ventilasi untuk menghindari
konsentrasi yang mudah terbakar. Gunakan pembuangan yang tepat dan aman
setiap zat mudah terbakar dipindahkan dalam jumlah besar dari satu wadah ke
wadah lain, dibiarkan bertahan dalam wadah terbuka, dipanaskan dalam
wadah terbuka, atau ditangani secara lain.
4. Lakukan pemindahan hanya dalam tudung kimia laboratorium atau di area
lainnya yang memiliki ventilasi memadai untuk menghindari peningkatan
konsentrasi uap yang mudah terbakar.
5. Saat menggunakan teknik pelarutan, pastikan peralatan seperti kipas tahan
ledakan dan item yang menimbulkan percikan diletakkan di luar arus udara.
6. Hubungkan saluran dan bejana logam yang mengeluarkan cairan yang mudah
terbakar ke tanah dengan benar untuk menyebar listrik statis. Misalnya, saat
memindahkan cairan yang mudah terbakar dalam peralatan logam, hindari
percikan api yang ditimbulkan oleh listrik statis dengan menghubungkannya
ke saluran pentanahan dan menggunakan kawat pentanahan. Pengembangan
listrik statis sangat terkait dengan tingkat kelembapan dan dapat menjadi
masalah di hari musim dingin yang dingin dan kering. Jika wadah nonlogam
(terutama plastik) digunakan, hubungan dengan perangkat pentanahan harus
dibuat secara langsung ke cairan, bukan ke wadahnya. Dalam keadaan yang
jarang terjadi dimana listrik statis tidak dapat dihindari, lakukan semua proses
selambat mungkin atau tangani dalam atmosfer lembam untuk memberi
waktu agar arus yang terakumulasi menyebar.

3. Bekerja dengan Bahan Kimia yang Sangat Reaktif atau Mudah


Meledak
Bahan sangat reaktif dan mudah meledak yang digunakan di
laboratorium memerlukan prosedur yang tepat. Ikuti langkah berikut
untuk menghindari kecelakaan serius saat bahan yang sangat reaktif
digunakan:
1. Gunakan bahan kimia berbahaya dalam jumlah minimal dengan
perlindungan dan pelindung diri memadai.
2. Siapkan peralatan darurat.
3. Rakit semua peranti sedemikian rupa sehingga jika reaksi mulai berjalan
di luar kendali, pelepasan sumber panas, pendinginan bejana reaksi,
penghentian penambahan reagen, dan penutupan pintu geser tudung kimia
laboratorium dapat dilakukan dengan segera. Pelindung ledakan plastik
transparan yang tebal harus digunakan untuk membeli perlindungan
ekstra selain jendela tudung kimia.
4. Jika reaksi berjalan di luar rencana, batasi akses ke area hingga reaksi
dapat dikendalikan. Pertimbangkan kendali pengoperasian jarak jauh.
5. Beri pendinginan dan permukaan cukup untuk pertukaran panas sehingga
memungkinkan pengendalian reaksi. Bahan kimia yang sangat reaktif
memicu reaksi dengan kecepatan yang meningkat sangat cepat seiring
meningkatnya suhu. Jika panas yang dihasilkan tidak dihilangkan,
kecepatan reaksi meningkat hingga terjadi ledakan. Hal ini sangat
menjadi masalah saat meningkatkan skala eksperimen.
6. Hindari konsentrasi larutan berlebih, terutama saat reaksi dicoba atau
dinaikkan skalanya untuk pertama kali. Beri perhatian secara khusus pada
tingkat penambahan reagen terhadap tingkat konsumsinya, terutama jika
reaksi dipengaruhi periode induksi.
7. Ikuti prosedur penyimpanan, penanganan, dan pembuangan khusus untuk
reaksi skala besar dengan reagen organometalik dan reaksi yang
menghasilkan bahan mudah terbakar atau dilakukan dalam pelarut yang
mudah terbakar. Jika terdapat logam aktif, gunakan pemadam api dengan
bahan pemadam khusus seperti bubuk berbahan dasar grafit dengan
dicampur pemlastis atau bubuk berbahan dasar natrium klorida.
8. Hindari penguraian lambat pada skala besar jika pemindahan panas tidak
memadai atau jika panas dan gas yang berkembang dibatasi. Penguraian
beberapa zat yang diawali dengan panas, seperti peroksida tertentu,
hampir terjadi secara instan. Khususnya, reaksi yang terpengaruh periode
induksi dapat berbahaya karena tidak ada indikasi awal risiko. Kendati
demikian, proses hebat dapat terjadi setelah induksi.
9. Lakukan penentuan suhu eksotermik mula-mula dengan kalorimeter skala
besar dan lakukan uji berat untuk reaksi yang skalanya dinaikkan dan
eksotermik pada suhu rendah atau mengembangkan panas dalam jumlah
besar yang dapat menimbulkan bahaya. Dalam situasi dimana evaluasi
bahaya operasional formal atau data andal dari sumber apa pun lainnya
menunjukkan bahaya, lakukan review kelompok berpengalaman atau
ubah kondisi yang skalanya dinaikkan untuk menghindari kemungkinan
bahwa seseorang mungkin melewatkan bahaya atau perubahan prosedur
yang paling sesuai.
10. Hindari penyebab ledakan fisik dari tindakan seperti kontak mendadak
antara cairan panas dengan cairan dengan yang titik didihnya lebih rendah
atau menambahkan air ke cairan panas pada rendaman pemanas. Ledakan
juga dapat terjadi saat memanaskan bahan kriogenik dalam wadah
tertutup atau memberi tekanan berlebih pada peralatan dari kaca dengan
nitrogen (N2) atau argon saat regulator diatur dengan tidak tepat. Ledakan
fi sik hebat juga terjadi jika sekumpulan partikel sangat panas dituangkan
secara tiba-tiba ke air.

4. Bekerja dengan Senyawa Reaktif atau Eksplosif


Adakalanya, diperlukan penanganan bahan yang dikenal bersifat
eksplosif atau yang mungkin berisi pencemar eksplosif seperti peroksida.
Bahan kimia eksplosif harus diperlakukan dengan sangat hati-hati.
Bekerja dengan bahan eksplosif (atau berpotensi eksplosif) biasanya
memerlukan penggunaan pakaian pelindung, seperti pelindung wajah,
sarung tangan, dan jas laboratorium. Gunakan juga perangkat pelindung
seperti pelindung ledakan, halangan, atau bahkan barikade tertutup atau
ruang isolasi dengan atap atau jendela ledakan. Sebelum melakukan
pekerjaan dengan bahan berpotensi eksklusif, diskusikan eksperimen
dengan supervisor laboratorium atau rekan kerja berpengalaman. Bacalah
literatur terkait dan lakukan penilaian risiko. Periksa peraturan setempat
dan internasional yang mengatur pengangkutan dan penggunaan bahan
eksplosif.
ANGKET BEKERJA DENGAN BAHAN KIMIA YANG SANGAT REAKTIF
DAN MUDAH MELEDAK

No PernyataanAngket Ya Tidak Keterangan

1. Apakah praktikan menggunakan  Pada SMA Negeri 11


pakaian pelindung, seperti Palembang tidak pernah
pelindung wajah, sarung tangan, melakukan praktikum
dan jas laboratorium pada saat dengan menggunakan
praktikum menggunakan bahan bahan reaktif dan
kimia berbahaya? mudah terbakar.

2. Apakah bahan kimia berbahaya  Pada laboratorium SMA


yang dibawa ke laboratorium Negeri 11 Palembang
hanya sesuai kebutuhan dan tidak tersedia bahan
dalam jumlah kecil? reaktif dan mudah
meledak.

3. Apakah terdapat prosedur bekerja  Karena laboratorium


dengan bahan kimia berbahaya? SMA Negeri 11
Palembang tidak
mempunyai judul
percobaan dengan
bahan reaktif dan
mudah meledak
4. Apakah sebelum melakukan  Praktikum dengan
praktikum dengan bahan kimia bahan reaktif dan
berbahaya dilakukan eksperimen mudah meledak tidak
terlebih dahulu oleh guru, laboran dilakukan di SMA N 11
dan kepala lab? Palembang baik oleh
guru, laboran maupun
kepala laboratorium..

5. Apakah sebelum melakukan  Karena pada SMA


praktikum dengan bahan kimia Negeri 11 Palembang
berbahaya siswa membaca tidak melakukan
literature mengenai bahan praktikum dengan
tersebut terlebih dahulu? bahan kimia yang
berbahaya

Evaluasi :

Setelah kami melakukan observasi di Laboratorium SMA Negeri 11


Palembang untuk praktikum mengenai Bekerja Dengan Bahan Kimia Yang
Sangat Reaktif dan Mudah Meledak belum sesuai dengan standar. Pada
laboratorium SMA Negeri 11 Palembang tidak pernah praktikum dengan
menggunakan bahan reaktif dan mudah terbakar sehingga untuk pernyataan sesuai
teori dimana harusnya menggunakan pakaian pelindung seperti pelindung wajah,
sarung tangan, dan jas laboratorium pada saat praktikum menggunakan bahan
reaktif dan mudah terbakar tidak pernah digunakan di laboratorium tersebut.
Laboratorium SMA Negeri 11 Palembang tidak tersedia bahan reaktif dan mudah
meledak karena baik siswa maupun guru tidak pernah praktikum menggunakan
bahan yang sangat reaktif dan mudah meledak itu, hal ini disebabkan kerena
laboratorium kimia di SMA Negeri 11 Palembang bisa dikatakan belum
memenuhi standar dimana bahan dan alat yang terdapat disana tidak lengkap dan
jarang sekali melakukan praktikum.

Anda mungkin juga menyukai