Anda di halaman 1dari 5

Chalissa Kalandra POV

"Hey Lissa, belum pulang?" Ucap suara laki-laki dari arah belakang. Chalissa mendengar suara
tersebut menoleh kebelakang melihat siapa yang sedang berbicara lalu ia menemukan Dewa yang
sedang menatapnya "Ah belum sedang menikmati permainan basket. Kamu belum pulang, Dewa?".
"Hmm..yuk pulang biar aku antar?" Tawar Dewa.

"Anu Dewa, kamu menunggu aku daritadi?" Ucap Chalissa ragu-ragu.

"Iya aku menunggu kamu daritadi dibelakang sini, hanya menatapmu" ujar Dewa yang menyakinkan
Chalissa bahwa ia berada disana sejak Chalissa duduk disana.

"Astagaa, Dewa. Kamu gak perlu tungguin aku. Aku bisa pulang sendiri kok. Pulanglah duluan" ucap
Chalissa yang merasa tidak enak dengan Dewa.

"Ah, aku yang menjemputmu pagi tadi jadi aku harus yang mengantarmu pulang" timbal Dewa.

"Chalissa pulang bareng aku!" Ucap Adriano yang mendekati mereka dengan baju yang dipenuhi
keringat.

"Apa! Bukannya kamu mau anter aku pulang" ucap Kaia yang menimpali tidak terima dengan
perkataan Adriano.

"Nggak pulang sendiri atau nggak pulang bareng Dewa!" tegas Adriano berjalan sembari menarik
tangan Chalissa. Chalissa terkejut dengan reaksi dan perkataan Adriano. Sesaat tangannya memang
menarik tangannya tetapi menjadi pegang erat tangan sela-sela jari tangan. Adriano tersenyum
menatap Chalissa. Chalissa melihat itu hanya tersipu malu-malu.

Kaia yang melihat hal itu tidak terima. Ia segera menepis tangan Chalissa lalu menarik Adriano
"Pokoknya kamu harus anter aku!"

"Kau jangan sampai aku berkata kasar. Kaia aku sudah cukup sabar beberapa hari ini. Jika kamu terus
memaksa jangan salah aku jika aku mulai melakukan hal yang tidak akan kamu sukai" ucap Adriano
menatap tajam ke arah Kaia kembali menarik tangan Chalissa menuju ke arah parkiran. Dewa hanya
melihat hal yang dilakukan antara Adriano , Chalissa dan satu orang perempuan yang awalnya ia
tidak tahu namanya sekarang tahu namanya, Kaia. "Cihh, menyebalkan" teriak Kaia yang didengar
oleh Adriano maupun Chalissa.

Mereka berdua sepasang kekasih tetapi hanya kecanggungan yang dirasakan mereka berdua. Jika
boleh memilih Chalissa memilih melepaskan tangan Adriano meninggalkannya disini lalu ia
bersembunyi di gua terdalam yang tidak akan ada orang yang menemukannya. "Adri, tolong katakan
sesuatu" batin Chalissa seolah-olah berteriak aku tidak ingin melepas genggam ini tapi melihat hal
tadi membuatku semakin tenggelam dalam keegoisan. Jika boleh jujur Chalissa lebih memilih
memegang erat tangan hangat ini berkeliling kota sejauh mereka melangkah. "Hmm.. Lissa jika aku
boleh serakah aku ingin memegang tanganmu lebih lama. Mungkin satu putaran sekolah juga boleh"
ucap Adriano yang teduh masih memegang tangan Chalissa kemudian menarik tangan sehingga
tubuh Chalissa kedekapannya dengan satu tarik nafas yang berkata satu kalimat membuat orang
bergetar mendengarnya "aku merindukanmu" ucap Adriano. Chalissa hanya ikut membalas
pelukannya , ia juga merindukan sosoknya yang selalu menemaninya kemanapun dia pergi sosok
yang berusaha menerima segalanya kekurangannya. Tetapi, pertengkaran sepel ini tidak membuat
mereka dewasa untuk berpikir jernih. Adriano yang menyembunyikan sesuatu darinya seperti tidak
mempercayai dirinya. Chalissa benci itu. Ia memberikan hari ini saja juga egois untuk perasaannya, ia
juga mengakui merindukannya.

Kaia Macmilan POV


Kaia yang sedang berada didepan ruang ekstrakulikuler basket sedang menatap Adriano yang sedang
serius menyusun strategi permainan bersama anggota basket lainnya. Ia menatap dengan rona
merah yang menghias diwajahnya. Kaia sesuka itu dengan Adriano. Ia yang awal bersekolah elit yang
sama dengan Adriano. Saat tahu Adriano mengundurkan diri lalu pindah ke sekolah membuatnya
harus menahan satu tahun sekolah disana barula pindah sekolah yang sama dengan Adriano.
Perjuangan yang cukup lama dengan memohon terus menerus dengan sang Ayah yang menolak
anak sekolah di sekolah biasa membuatnya harus tegar ketika Kaia mengancam tidak akan
bersekolah lagi. Alasan sangat klise demi bertemu Adriano Afanasyi, apa yang membuatnya begitu
menyukai pria yang dulu sangat hangat menjadi pria dingin tersebut. Saat tahu Adriano tidak lagi
sendiri, ia ingin merebutnya kembali menjadi seorang yang berada disampingnya.

Adriano jemput aku sekarang 06 : 45


Siapa lu minta jemput 06 :46
Kaia dong 06 : 47
Lo dari mana dapat nomor gue 06 : 48
Kaia gitu loh, Lo cowok populer di sekolah
Para bucin lo banyak yang nyimpan nomor handphone lo 06: 50
Gue gak mau jemput 06 : 51
Okey Adri kita lihat bagaimana reaksi Chalissa melihat Video ini
Video satu menit tigapuluh tujuh detik 06 : 53
Lo gila ya, gak usah bawa-bawa Chalissa 06 : 55
Yaudah jemput gue dong 06 : 57

Adriano tidak membalas pesan tersebut tetapi ia datang tetapi tidak mendekati nya mala menunggu
jauh dari depan rumah Kaia. Kaia dengan terpaksa berjalan mendekatinya "lo jemput depan rumah
dong Adri" ucap Kaia dengan kesal.
"Cukup Kaia! Kamu jangan banyak maunya. Hubungan kita udah berakhir hampir dua tahun yang
lalu. Hanya cewek gak waras yang masih ngejer mantan nya sampai pindah sekolah" ucap Adriano
menatap tajam ke arah Kaia sembari tersenyum sinis.

"Iya gue gak waras, gue gila karena lo" teriak Kaia yang serasa menarik perhatian warga sekitar.

"Emang salah ya bicara ama cewek gila. Kamu sendiri yang melakukannya. Wajar dong bagi gue
untuk tinggalin cewek kaya lo" ucap Adriano membalas perkataan Kaia yang membenarkan dirinya
tak waras

"sekarang cepat naik atau gue tinggal" teriak Adriano. Kaia pun mematuhi karena tidak ingin
membuat keributan lebih lanjut mungkin pilihan mengalah jalan terbaik untuk keluar dari
pertengkaran ini. Semakin benci Adriano terhadapnya akan bertambah. "Adriano kamu tidak tahu
perjuangan untuk kembali berada di sampingmu, tolong liat itu sebagai bukti aku telah berubah dari
yang dulu. Kamu satu-satunya yang tetap berada disamping setelah insiden itu" batin Kaia yang
memeluk Adriano dari belakang. Adriano yang merasakan tangan Kaia melingkari tubuhnya segera
memberontak "lepasin Kaia, atau gue turuni lo dari motor" teriak Adriano dengan marah.

Kaia juga seorang wanita, perlakuan itu terlalu menyakitkan untuknya. Sejak hari pertama sekolah
mungkin ia akan merasa senang jika Adriano satu sekolah dengannya. Kaia merasakan hidup kembali
dengan terus berada disekitarnya. Ia bisa bersama-sama lagi menjalani kisah kasih mereka seperti
saat sekolah menengah pertama. Kaia tidak peduli tentang Chalissa saat mereka selalu berdua
kemana-mana. Pernah sesuatu hari ia cemburu dengan mereka berdua tetapi dugaannya tidak
benar. Bahkan, Chalissa yang pernah menangis karena cowok yang di sukai menyangka hal yang
sama yang dia lakukan bedanya jika Aldi mengkira pacaran tentu saja Kaia mengkira selingkuh. Kaia
yang belum mengetahui itu lalu buta arah dengan membalas perbuatan Adriano yang selingkuh
dengan menyelingkuhnya balik. Tetapi saat Chalissa yang langsung datang ke arah Adriano saat itu
Chalissa langsung melangkah ke lapangan basket lalu tanpa komando apapun Adriano mengikuti.
Kaia yang mengikuti mereka dari belakang
“Sahabatan sama kamu itu benar-benar bikin bete tahu gak, semua orang kira kita pacaran termasuk
Aldi, terus dia jadi jauh sama aku, dan sekarang dia deket sama Alisha, padahal kamu tahu, aku
bener-bener suka sama Aldi aku cinta sama dia, dan kamu tahu, itu semua gara-gara kamu!” protes
Chalissa dengan wajah kesal.

Adriano sama sekali tak merespon ucapannya, dia hanya tersenyum menanggapinya. Melihat respon
seperti itu mala membuat Chalissa tampak makin marah “Ini gak lucu! Gak ada yang lucu! Enggak
bisa setiap masalah kamu anggap sepele, sekarang ini gimana” sembari berbalik langsung pergi
meninggalnya.
Kaia melihat dari tempat dia berada kejauhan dapat dilihat Adriano masih berdiri mematung di sana.
Sampai akhirnya bayangnya Chalissa sudah tidak bisa tangkap lagi.

Jika saja dulu ia tidak percaya dengan gossip beredar tentang mereka. Jika saja ia tidak termakan tipu
muslihat dari ucap Stevan , mungkin saat ini tidak ada jarak diantaranya Adriano. Ia masih terlalu
percaya diri jika Adriano masih mencintai dirinya. Ia selalu menyakini dirinya tetapi perilaku
bukankah sudah cukup membuatnya berpikir bahwa tidak ada yang tersisa. Semuanya sudah ia
berikan ke gadis yang beruntung itu Chalissa.

Saat sampai disekolah, ia melihat Chalissa yang bersama seorang anak laki-laki yang tampan, tinggi
memiliki tubuh yang diatas rata-rata yang membuat Kaia semakin iri dengan gadis beruntung itu.
Gadis itu adalah Chalissa. Ia bisa mendapatkan Adriano setelah lama bersama dengannya bahkan
saat jauh pun ia tetap dikelilingi orang baik yang selalu membuatnya tertawa. Kaia lalu kembali
menyakini ambisinya tidak apa-apa kan bila dirinya merampas miliknya jika saja dia sudah memiliki
yang lain.

Dewa Agathais POV

Sejak menjemput Chalissa pagi hari tadi. Ia selalu menatap wajah Chalissa yang terus menerus
murung bahkan dia mengabaikan panggilan yang dilakukan Dewa. Ia tidak mengerti mengapa gadis
tersebut terjadi sesuatu padanya makanya ia memastikan sendiri dengan mengikutinya dari
belakang saat bel sekolah. Ia melihat Chalissa berjalan lalu duduk diujung sekolah menatap nanar ke
arah lapangan basket. Sepasang bola mata tersebut menatap seorang anak laki-laki yang menegur
saat mengantar Chalissa pulang kerumahnya, Adriano Afanasyi. Dewa berpikiran apakah mereka
sedang berantem sehingga membuat Chalissa seharian ini tampak sedih sekaligus mengabaikan
semuanya.
Dewa hanya menatap terus menerus dibelakang. Ia terkejut saat mata mereka bertemu tampaknya
Chalissa mulai merasakan keberadaanya.

"Hey Lissa, belum pulang?" Ucap Dewa terburu-buru kemudian Chalissa ragu-ragu dengan kehadiran
Dewa berusaha untuk menghindar tatapan yang ditujukan padanya "Ah belum sedang menikmati
permainan basket. Kamu belum pulang, Dewa?".

"Hmm..yuk pulang biar aku antar?" Tawar Dewa pada Chalissa yang melirik jam arloji ditangannya.
"Anu Dewa, kamu menunggu aku daritadi?" tanya Chalissa ragu-ragu."Iya aku menunggu kamu
daritadi dibelakang sini, hanya menatapmu" ujar Dewa yang membenarkan.

"Astagaa, Dewa. Kamu gak perlu tungguin aku. Aku bisa pulang sendiri kok. Pulanglah duluan" ucap
Chalissa yang terkejut. "Ah, aku yang menjemputmu pagi tadi jadi aku harus yang mengantarmu
pulang" ujar Dewa menimpali.

"Chalissa pulang bareng aku!" Ucap Adriano yang mendekati bahkan mereka sendiri tidak tahu sejak
kapan Adriano berada disana. Dia diekor seorang gadis yang pernah ia liat saat pakrir sekolah pagi
tadi Adriano bersama gadis tersebut. Kemudian ia mengetahui nama gadis tersebut saat Adriano
membentaknya, Kaia.

"Apa! Bukannya kamu mau anter aku pulang" ucap gadis tersebut yang menimpali tidak terima
dengan perkataan Adriano.

"Nggak pulang sendiri atau nggak pulang bareng Dewa!" tegas Adriano berjalan sembari menarik
tangan Chalissa. Chalissa terkejut dengan reaksi dan perkataan Adriano. Sesaat tangannya memang
menarik tangannya tetapi menjadi pegang erat tangan sela-sela jari tangan. Adriano tersenyum
menatap Chalissa. Dewa yang melihat Chalissa tampak tersipu malu-malu. Sedangkan gadis tersebut
terus berkata "Pokoknya kamu harus anter aku!"

"Kau jangan sampai aku berkata kasar. Kaia aku sudah cukup sabar beberapa hari ini. Jika kamu terus
memaksa jangan salah aku jika aku mulai melakukan hal yang tidak akan kamu sukai" ucap Adriano
yang kasar ke arah Kaia kembali menarik tangan Chalissa menuju ke arah parkiran. Dewa hanya
menatap gadis tersebut "Cihh, menyebalkan" teriaknya kemudian Dewa berlalu pergi meninggalkan
gadis tersebut. Dewa tidak ada urusan dengannya. Ia baru pertama kali berdekatan dengannya terus
mengetahui nama ketika Adriano membentaknya. Benar gadis tersebut terlalu risih disekitar nya
siapapun mungkin akan marah.

Dewa yang berjalan ke arah motornya sembari memikirkan hal terjadi barusan. Ia memikirkan
Chalissa dengan Adriano memiliki hubungan seperti apa. Mengapa gadis tadi seakan seperti
cemburu pada kekasih yang sedang melirik gadis lain. Gadis tersebut tidak terima dengan hal yang
dilakukan Adriano. Jika memang benar mereka memiliki hubungan lebih dari seorang sahabat.
Harusnya gadis tadi tidak perlu berteriak keras untuk memaksa Adriano terus bersamanya, harusnya
dia tidak mempunyai hak tentang itu.
"Hey" suara perempuan yang memanggil, ia seperti mengenali suara tersebut mirip dengan gadis
tadi "lo Dewa kan?" Dewa hanya menanggapi dengan menaikkan satu alisnya. "Gue tau lo suka sama
Chalissa, dan gue juga suka ama Adriano. Lo tahu kan mereka sedang berpacaran?" tanya gadis itu
yang hanya ditangapi senyum tipis dari Dewa. Dewa tampak menyadari tentang tingkah laku Chalissa
terhadap Adriano sepertinya memang benar mereka memiliki hubungan lebih dari seorang teman.
Tetapi, gadis ini terlalu memaksakan kemauannya untuk mendapatkan Adriano "jika lo mau kerja
sama ama gue. Lo bisa dapatin Chalissa sedangkan gue bisa ama Adriano, bagaimana lo mau gak
kerjasama amat gue?" tawar Kaia.
"Tidak, aku tidak perlu itu" ungkap Dewa menatap dengan sinis. "Lo gak harus jawab sekarang. Lo
bisa pikirin dulu baik-baik. Jika lo mau temui gue aja, Kaia" balas gadis tersebut sembari pergi
meninggalkan Dewa.
Dewa hanya menghela nafas, mungkin keterlaluan baginya jika ia melakukan hal tersebut. Benar
pernyataan yang dikatakan gadis tersebut yang baru ia temui beberapa menit yang lalu jika ia
menyukai Chalissa tetapi untuk mendapatkannya tidak dengan cara salah seperti ini. Dewa
menghidupkan motor berlalu pergi meninggalkan sekolah.

Adriano Afanasyi POV


Adriano yang masih melakukan dribble basket menghentikan langkahnya saat melihat Chalissa
berbicara dengan Dewa. Adriano segera menghentikan permainan lalu berlari ke arah menuju
Chalissa berada, tanpa sadar Kaia mengikutinya dari belakang.

"Hey Lissa, belum pulang?" Tawar dewa kepada Chalissa. Awalnya ia menolak tawaran Dewa tapi
tetap saja menganggunya jadi lebih baik jika Chalissa bersamanya.

"Chalissa pulang bareng aku!" Ucap Adriano. "Apa! Bukannya kamu mau anter aku pulang" ucap Kaia
yang tidak terima.
Adriano mendengar perkataan hanya menaikan satu alis, ia harus mengantarkan Kaia tidak pernah
menjanjikan hal tersebut padanya. Perempuan ini berusaha mengkacaukannya lagi. Adriano mulai
risih lalu menatapnya dengan sinis. "Nggak pulang sendiri" tegas Adriano berjalan sembari menarik
tangan Chalissa. "Kau jangan sampai aku berkata kasar. Kaia aku sudah cukup sabar beberapa hari
ini. Jika kamu terus memaksa jangan salah aku jika aku mulai melakukan hal yang tidak akan kamu
sukai" ucap Adriano.

"Hmm.. Lissa jika aku boleh serakah aku ingin memegang tanganmu lebih lama. Mungkin satu
putaran sekolah juga boleh" ucap Adriano yang teduh masih memegang tangan Chalissa kemudian
menarik tangan sehingga tubuh Chalissa kedekapannya dengan satu tarik nafas yang berkata satu
kalimat membuat orang bergetar mendengarnya "aku merindukanmu" ucap Adriano. Laki-laki itu
sangat merindukan hari-hari bersamanya. Setiap pagi selalu diawal pertemuan sebelum sekolah,
belajar bareng di jam kosong, ataupun melihat dia yang berada di sekitar lapang basket untuk
memberikan semangat, Adriano rindu itu. Senyum, tawa kehangatan yang diberikan padanya.
Chalissa hanya ikut membalas pelukannya tanpa berkata apapun karena ia tahu Chalissa juga
merindukannya. Ia benci memyembunyikan hal ini. Ia tidak mau berpisah dengannya tetapi jika ia
memberitahunya bagaimana reaksi Chalissa padanya akan dia berubah menjadi sosok yang tidak dia
kenal ataukah lebih parah menatap dirinya dengan dingin. Ia tak mau hal itu terjadi lebih baik ia
pergi daripada harus setiap harinya wajah Chalissa yang dingin padanya.

Anda mungkin juga menyukai