Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angle recess glaucoma (ARG) atau glaukoma resesi sudut adalah akibat lebih lanjut / sekuel dari trauma
tumpul dan ditandai oleh robeknya otot sirkular dan longitudinal dari korpus siliarisis.1 Glaukoma resesi
sudut merupakan kondisi yang kronis, unilateral atau hanya mengenai satu mata, dan merupakan
glaukoma sekunder sudut terbuka (OAG) yang bisa muncul segera setelah terjadi trauma bola mata,
namun bisa juga terjadi setelah berbulan-bulan hingga beberapa tahun kemudian.2

Diperkirakan 5-20% pasien yang mengalami resesi sudut post trauma tumpul bola mata akan
berkembang menjadi glaukoma.3 Derajat dari keterlibatan sudut merupakan faktor yang penting dalam
menentukan apakah glaukoma sekunder akan terbentuk. Dilaporkan bahwa glakcoma akan sangat
mungkin terjadi pada resesi sudut dengan luas 240°-360°. Pada resesi yang kurang dari 180°, risiko
glaukoma terbilang rendah.4

Terapi awal adalah medikamentosa. Obat yang biasa digunakan untuk glaukoma sudut terbuka cukup
bermanfaat, aqueous supressan seperti α-agonis, topikal inhibitor karbonik anhydrase, atau β-bloker
juga bisa dijadikan pilihan. Selain medikamentosa terdapat alternatif operatif. Mengingat banyaknya
insiden trauma tumpul bola mata, dokter umum harus mempertimbangkan komplikasi glaukoma resesi
sudut kemudian hari. Sehingga diperlukan pemahaman lebih mendalam mengenai diagnosis glaukoma
resesi sudut.
1.2 Tujuan Penulisan

Memahami pengertian dari angle recess glaucoma.

Mengetahui dan memahami cara menegakkan diagnosis angle recess glaucoma

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sudut Bilik Mata Depan

2.1.1 Anatomi Bilik Mata Depan

Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada bagian ini terjadi
pengaliran keluar cairan bilik mata. Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera
kornea dan di sini ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan
batas belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliaris longitudinal. Anyaman trabekula mengisi
kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan siliaris dan uvea. Pada sudut
filtrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran descement, dan
kanal Schlemm yang menampung cairan mata keluar ke salurannya.5

Gambar 1. Anatomi Segmen Anterior Mata6


2.1.2 Fisiologi Aqueous Humor

Setelah dibentuk oleh processus ciliaris, humor akuos mengalir melalui pupil ke dalam bilik mata
depan. Dari sini, cairan mengalir ke bagian depan lensa dan ke dalam sudut antara kornea dan iris.,
kemudia melalui retikulum trabekula, dan akhirnya masuk ke dalam kanalis Schlemm, yang kemudian
dialirkan ke dalam vena ekstraokular. Kanalis Schlemm merupakan vena yang berdinding tipis yang
meluas secara sirkumferensial ke seluruh arah pada mata. Membran endotelnya berpori-pori sehingga
bahkan molekul protein yang besar dan juga partikel kecil sampai seukuran sel darah merah dapat lewat
dari ruang anterior ke dalam kanalis Schlemm. Vena kecil yang berasal dari kanalis Schlemm ke vena yang
lebih besar pada mata biasanya hanya berisi humor akuos dan disebut vena akuosus.7

Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan aqueous humor dan tahanan terhadap
aliran luarnya dari mata. Aqueous humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan
belakang. Volumenya adalah sekitar 250μL/menit. Tekanan osmotiknya sedikit lebih tinggi dibandingkan
plasma. Komposisi aqueous humor serupa denga nplasma, kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi
askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi; protein, urea dan glukosa yang lebih rendah.8

Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliaris. Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan di stroma prcessus
siliarisis dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosesus sekretoirus epitel siliarisis. Setelah masuk ke bilik
mata depan, aqueous humor mengalir melalui pupil ke bilik mata depan lalu anyaman trabecular di
sudut bilik mata depan. Selama itu, terjadi perutkaran diferensial komponen-komponen aqueous dengan
darah di iris. 8

Peradangan atau trauma intraocular menyebabkan peningkatan kadar protein. Hal ini disebut plasmoid
aqueous dan sangt mirip dengan serum darah. Anyaman trabecular terdiri atas berkas-berkas jaringan
kolagen dan elastik yang dibungkus oleh sel-sel trabecular, membentuk suatu saringan dengan ukuran
pori-pori yang semakin mengecil sewaktu mendekati kanal Schlemm. Kontraksi otot siliarisis melalui
nsersinya kedalam anyaman trabecular memperbesar ukuran pori-pori di anyaman tersebut sehingga
kecepatan drainase aqueous humor juga meningkat.aliran aqueous humor ke dalam kanal Schlemm
bergantung pada pembentukan saluran-saluran transelular siklik di lapisan endotel. Saluran eferen dari
kanal Schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena aqueous) menyalurkan cairan ke dalam
sistem vena. Sejumlah kecil aqueous humor keluar dari mata antara berkas otot siliarisis ke ruang
suprakoroid dan ke dalam sistem vena corpus siliarisis, koroid, dan sclera (aliran uveoskleral). 8
Tahanan utama aliran keluar aqueous humor dan bilik mata depan adalah jaringan jukstakanalikular yang
berbatasan dengan lapisan endotel kanal Schlemm, dan bukan sistem vena. Namun, tekanan di jaringan
vena episklera menentukan nilai minimum tekanan intraocular yang dapat dicapai oleh terapi medis. 8

2.1.3 Pengaturan Tekanan Intraokular

Tekanan intraokular tetap konstan pada mata yang normal, biasanya sampai kurang lebih 2 mmHg dari
nilai normalnya, yang rata-rata sekitar 15 mmHg. Besarnya tekanan ini ditentukan terutama oleh tahanan
terhadap aliran keluar humor akuos dari bilik mata depan ke dalam kanalis Schlemm. Tahanan aliran
keluar ini dihasilkan dari retikulum trabekula yang dilewati, tempat penyaringan cairan yang mengalir
dari sudut lateral ruang anterior ke dinding kanalis Schlemm. Trabekula ini mempunyai celah terbuka
yang sangat kecil, yaitu antara 2 sampai 3 mikrometer. Kecepatan aliran cairan ke dalam kanalis
meningkat secara nyata karena tekanan yang meningkat. Dengan tekanan kurang lebih 15 mmHg pada
mata normal, biasanya jumlah cairan yang meninggalkan mata melalui kanalis Schlemm rata-rata
2,5µl/menit dan begitu juga dengan jumlah aliran masuk cairan dari badan siliarisis. Normalnya tekanan
menetap pada tingkat sekitar 15 mmHg.7

Gambar 2. Aliran Humor Akuos Normal. 2

2.2 Glaukoma

Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang ditandai oleh peningkatan tekanan intraocular yang
mengakibatkan perubahan patologis dalam diskus optik dan cacat medan penglihatan yang khas.8
Kondisi ini dapat disertai dengan atau tanpa peningkatan intraokular. Peningkatan tekanan intraokular
saja, tanpa disertai adanya perubahan pada diskus optik dan lapangan pandang, disebut hipertensi
ocular, dan bukan bagian dari kelompok penyakit glaukoma.
B

Gambar 3. Saraf Optik Orang Normal (a), Saraf Optik Penderita Glaukoma (b), 10

Pada dasarnya, glaukoma dapat dibagi menjadi glaukoma sudut terbuka dan tertutup. Pada gambar 4
dan 5 disajikan skema yang membedakan glaukoma sudut terbuka dan tertutup. Selain itu terdapat
terdapat glaukoma yang terjadi pada anak-anak usia kurang dari satu tahun yang disebut sebagai
glaukoma kongenital. Berikut adalah klasifikasi dari glaukoma yaitu:

Angle Recess Glaukoma

2.3.1 Definisi Angle Recess Glaukoma

Angle recess glaucoma atau glaukoma resesi sudut merupakan akibat lebih lanjut / sekuel dari trauma
tumpul dan ditandai oleh robeknya otot sirkular dan longitudinal dari korpus siliarisis.1

Collins merupakan tokoh pertama yang mendeskripsikan resesi sudut yang terjadi akibat trauma tumpul.
Tahun 1962, Wolff dan Zimmerman menguraikan hubungan resesi sudut dengan fenomena adanya
glaukoma unilateral setelah terjadi trauma.3

Resesi sudut terjadi karena sebuah robekan pada badan siliarisis, biasanya antara otot longitudinal dan
otot sirkular. Resesi sudut sering berkaitan dengan cidera pada trabekula meshwork. Glaukoma resesi
sudut merupakan kondisi yang kronis, unilateral atau hanya mengenai satu mata, dan merupakan
glaukoma sekunder sudut terbuka (OAG) yang bisa muncul segera setelah terjadi trauma bola mata,
namun bisa juga terjadi setelah berbulan-bulan hingga beberapa tahun kemudian. Terdapat kemiripan
terkait gejala, tanda serta gambaran pada kasus glaukoma resesi sudut dengan glaukoma sudut terbuka
primer (POAG). Namun biasanya dapat dibedakan dari temuan gonioskopik yang klasik.2
Warna coklat, broad angle recess

Prosesus iris tidak ada atau robek

Scleral spur bersinar dan warna putih

Depresi pada trabecular meshwork

PAS di pinggir dari resesi

Derajat dari keterlibatan sudut merupakan faktor yang penting dalam menentukan apakah glaukoma
sekunder akan terbentuk. Proprosi yang cukup signifikan (hingga lebih dari 50% dari bagian mata dapat
berkembang menjadi IOP meningkat, mengarahkan bahwa banyak mata dengan glaukokma resesi sudut
dapat menjadi predisposisi OAG. 2

Struktur sudut normal dan sudut resesi post trauma bola mata disajikan pada gambar berikut (gambar
6,dan 7).

Gambar 6. Struktur Sudut Normal yang terlihat dari Gonioskopi.

Gambar 7. Sudut yang sering terlihat pada resesi sudut. Prosesus iris yang robek (tanda panah), scleral
spur bewarna putih dan lebih terlihat. 2

2.3.2 Prevalensi

Prevalensi trauma mata dalam insiden 5 tahunan diperkirakan sekitar 1,6%. Diperkirakan ada 2,4 juta
cidera mata yang terjadi di Amerika Serikat tiap tahunnya. Sebuah publikasi melaporkan bahwa risiko
terjadinya glaukoma setelah cidera bola mata tertutup adalah sebesar 19%, dengan laju sekitar 6 kali
lebih besar setelah cidera penetrasi. Namun demikian, seorang pasien yang mengalami trauma tajam
bola mata, akan segera mencari pertolongan medis, sebaliknya seringkali pasien dengan cidera tumpul
menunda atau sama sekali tidak mencari pertolongan medis. Sehingga kelompok yang terkahir ini tidak
mendapat edukasi yang cukup mengenai kondisi cidera dan prognosis kedepan. 3
Diantara pasien yang mengalami resesi sudut traumatik, 5-20% akan berkembang menjadi glaucomatous
optic neuropathy. Semakin besar resesi sudut (180o atau lebih) dapat menjadi penentu akan
berkembangnya suatu glaukoma. Uniknya, lebih dari 50% dengan resesi sudut berkembang menjadi
glaucomatous optic neuropathy pada mata sebelahnya. Hal ini mengesankan bahwa beberapa pasien
memiliki predisposisi menjadi glaukoma dan adanya trauma memulai kaskade timbulnya glaucomatous
optic neuropathy. 3

2.3.3 Etiologi dan Faktor Risiko

Dokter harus mempertimbangkan kemungkinan timbulnya glaukoma setelah terjadi cidera/trauma, yang
menyebabkan kerusakan trabecular meshwork dan atau struktur okuler lain yang berkaitan dengan
outflow aqueous. Sebagai akibatnya dapat terjadi peningkatan tekanan intracranial yang menyebabkan
terjadinya neruopati optik glaukoma. 3

Trauma okuler dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu trauma tumpu dan trauma tajam.
Makalah ini terutama berfokus pada glaukoma resesi sudut / angle-recession glaucoma (ARG). Glaukoma
resesi sudut dibagi menjadi dua tahapan cidera: onset awal dan onset akhir. Pada kasus onset awal ARG,
pemeriksaan fisik dapat ditemukan iritis dengan atau tanpa hifema. Petunjuk ada atau tidaknya
iridodialisis dan/atau celah siklodialisis menjadi tanda adanya kerusakan lanjut dari trabecular
meshwork. Resesi sudut dengan onset lambat akan menyebabkan peningkatan permanen dari tekanan
intraokular dalam beberapa bulan hingga beberapa tahun setelah terjadinya trauma tumpul mata. 3

Glaukoma resesi sudut harus dicurigai pada pasien dengan peningkatan tekanan intraokular yang
unilateral. Riwayat pasien dapat mengarahkan insiden yang mungkin menjadi penyebab; walaupun
demikian, hal ini sering dilupakan. Pemeriksaan fisik menunjukkan temuan yang konsisten dengan
trauma sebelumnya seperti terdapat parut pada kornea, cidera iris, perubahan sudut yang bermakna
dibanding sebelumnya, katarak subcapsular anterior fokal, dan phacadonesis. Perbandingan temuan
gonioskopi pada mata yang terkena dan mata satunya dapat membantu untuk identifikasi area yang
resesi. 2

Resesi sudut yang lebih luas berhubungan dengan risiko timbulnya glaukoma yang lebih besar. Namun,
meski didapatkan resesi sudut yang besar, hal ini bukan risiko yang bermakna. Bagaimanapun juga,
semua mata dengan resesi sudut harus di observasi karena sangat sulit atau tidak mungkin untuk
memprediksi mata yang mana yang akan berkembang menjadi glaukoma. Walaupun risiko timbul
glaukoma semakin menurun seiring berjalannya waktu, tetapi risiko tetap ada meski sudah 25 tahun
sejak terjadinya cidera. Kedua mata harus terus di periksa setiap tahunnya. 2

Durasi antara trauma bola mata dan onset peningkatan tekanan intraokular bervariasi antara 2 bulan
hingga 60 bulan, dengan rerata waktu adalah 23 bulan setelah mengalami trauma.12 Belum dipahami
dengan jelas mengapa ada pasien dengan resesi sudut berkembang menjadi glaukoma, dan yang lainnya
tidak. Bahkan, insiden terjadinya resesi sudut setelah mengalami trauma tumpul bola mata/kontusio
menunjukkan presentasi yang bervariasi mulai dari 20% – 100%. Beberapa penelitian melaporkan bahwa
0-20% diantara pasien dengan resesi sudut berkembang menjadi glaukoma. Faktor utama
berkembangnya glaukoma pada individu dengan resesi sudut adalah derajat resesi. Dilaporkan bahwa
glaukoma akan sangat mungkin terjadi pada resesi sudut dengan luas 240°-360°. Pada resesi yang kurang
dari 180°, risiko glaukoma sangat rendah.4

2.3.4 Patofisiologi

Trauma tumpul menyebabkan timbul lekukan pada bagian anterior bola mata dan secara cepat diubah
menjadi energi yang besar kearah stuktur internal mata. Stuktur-struktur tersebut tidak dapat menahan
energi yang datang dan menyebabkan kerusakan, terjadi berbagai pola cidera. 3

Glaukoma sudut terbuka sekunder berkaitan dengan resesi sudut merupakan bentuk glaukoma
traumatik yang paling rusak. Resesi sudut sendiri tidak begitu penting terkait merusak struktur outflow,
namun resesi sudut merupakan prekursor terhadap kerusakan trabekula mikroskopik. Mekanisme
peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma resesi sudut (ARG) terjadi karena penurunan filtrasi
aqueous. Herchler menjelaskan bahwa robekan dari otot badan siliarisis merupakan marker adanya
cidera yang bermakna dan glaukoma terjadi berkaitan dengan adanya skar / jaringan parut pada
trabecular meshwork. Jalur outflow, yang dinilai dengan tonografi, akan menurun dan berkaitan dengan
derajat resesi sudut dan glaukoma. 3
Resesi sudut merupakan sekuel dari trauma tumpul dan ditandai oleh robeknya otot sirkular dan
longitudinal dari korpus siliarisis (gambar 8). Apabila hal ini terjadi, robekan otot ini akan menghambat
saluran drainase aqueous pada sudut bilik mata depan dan menyebabkan berbagai perubahan terkait
resistensi outflow. Dasar histologis dari teori ini telah dijelaskan oleh Wolf dan Zimmerman.

Gambar 8. Resesi sudut pada trauma tumpul: tampak robekan antar otot dari korpus siliaris.

Tekanan intraokular awal setelah terjadi trauma bisa bervariasi antara rendah, normal atau tinggi. Variasi
ini terjadi tergantung dari penutupan korpus siliarisis sebagai bagian dari inflamasi setelah terjadi
trauma. Dan setelah beberapa minggu kemudian tekanan intraokular dapat meningkat. Penyembuhan
bisa terjadi pada membrane glass untuk membentuk silang sudut sebagai pemanjangan dari membrane
descemen dan menyebabkan resistensi outflow. Trabecular fibrosis juga berperan dalam meningkatkan
tekanan intraokular. Walaupun peningkatan tekanan intraokular dapat ditunda dalam beberapa minggu
hingga beberapa tahun mendatang.1

Pada gonioskopi terlihat adanya resesi sudut yang lebar dengan pelebaran ireguler dari band korpus
siliarisis. Scleral spur tampak putih abnormal. Pada kasus tertentu dapat terlihat robekan iris pada saat
pemeriksaan gonioskopi dilakukan. 1

Meskipun jarang, namun tidak menutup kemungkinan, seorang pasien dengan resesi sudut kurang dari
180o berkembang menjadi glaukoma nantinya. Sebaliknya, bisa juga kasus dengan resesi sudut 360o
memiliki tekanan intraokular yang normal. Oleh karena itu perluasan resesi nukan menjadi faktor
prediktif munculnya suatu glaukoma pada pasien. Sehingga dokter perlu memonitoring pasien dengan
trauma dalam periode waktu yang lama terkait munculnya glaukoma dikemudian hari. Terdapat publikasi
yang menyarankan dilakukannya pemeriksaan pada minggu wal, monitoring tekanan intraokular tiap
minggu selama 1 bulan, tiap bulan selama 3 bulan dan minimal 1 kali setiap tahun.5,14
Berdasarakan kondisi patologis, resesi sudut bilik mata depan timbul secara terpisah antara serat otot
korpus siliarisisis longitudinal dan sirkuler. Berdasarkan gambaran histologis, akar iris menjadi
retrodisplace dan terdapat robekan antara serabut longitudinal dan sirkuler. Otot longitudinal masih
melekat pada scleral spur (Gambar 9) 2

Gambar 9. Potongan Histopatologis dari Resesi Sudut, terlihat adanya robekan antara serabut
longitudinal dan sirkular. Serabut longitudinal masih melekat pada scleral spur.3

Gaya hidrodinamik yang timbul selama trauma mendorong aqueous melawan korpus siliarisis
menyebbakan terjadinya robekan. Robekan yang dipinggir dari arteri arcade dari arteri siliarisis
menyebakan hifema.12

2.3.5 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala sama dengan glaukoma sudut terbuka. Perbedaan terdapat pada riwayat trauma. Pada
beberapa kasus, riwayat trauma bola mata terjadi sudah sangat lama, atau bahkan tidak lagi diingat oleh
pasien. Adanya trauma pada sudut mengakibatkan kerusakan pada bagian lain mata. Cidera pada iris
seperti robekan sfingter iris, atrofi, iridogenesis, heterokromia iridis dan midriasis. Karena dapat
menunjukkan tanda cidera, skar dan pigmentasi pada endotel. Lensa bisa terjadi katarak, terutapa
daerah subcapsular anterior.
Pemeriksaan gonioskopi merupakan gold standar untuk evaluasi sudut. Besarnya gaya pada rudapaksa
akan memberikan gambaran yang bervariasi dari gonio-lens. Cidera minor dapat berupa robekan iris
atau berkas kecil dari jaringan uvea pada akar iris atau pada trabekula meshwork diatas scleral spur.
Pemisahan antara korpus silier dengan apex dapat terjadi pada kasus yang berat.8

2.3.6 Diagnosis

Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat trauma tumpul bola mata sebelumnya, baik itu terjadi
beberapa minggu, bulan hingga beberapa tahun yang lalu. Gejala dan tanda lain terkait diagnosis
glaukoma sudut resesi secara umum sama dengan gejala dan tanda pada glaukoma sudut terbuka.

Dari pemeriksaan fisik, bisa ditemukan atau tidak ditemukan penurunan visus, dan terdapat peningkatan
tekanan intraokuler, namun tidak terlalu tinggi. Pada funduskopi didapatkan gambaran neuropati optik
berupa cupping disk, dan didapatkan defek lapangan pandang. Konfirmasi ada atau tidaknya resesi sudut
dilakukan dengan pemeriksaan gonioskopi.

Pasien yang mengalami trauma tumpul pada mata membutuhkan pemeriksaan slit lamp dan penilaian
detil dari karakteristik struktur sudut dari pemeriksaan gonioskopi. Pada penilaian awal pasien trauma
bola mata, pemeriksaan gonioskopi tidak memungkinkan, karena iritis atau nyeri. Pemeriksaan ini
ditunda hingga pasien cukup kooperatif. Petunjuk klinis seperti adanya hifema, iridodialisis pada akar iris,
dan atau silodialisis harus mengarahkan dokter untuk melakukan gosioskopi segera agar dapat
mengkonfirmasi adanya resesi sudut. 3

Pemeriksaan gonioskopi menunjukkan adanya sudut yang lebih dalam dimana korpus siliarisis lebih lebar
dari biasanya dan akar iris lebih mengarah ke posterior. Gambar 10 menyajikan contoh kasus dengan
korpus siliarisis yang tampak lebar setelah terjadi trauma tumpul. 8
Gambar 10. Pemeriksaan Gonioskopi pada Mata dengan Resesi Sudut Menunjukkan Pelebaran dari
Korpus Siliaris.

2.3.7 Diagnosis Banding

Glaukoma resesi sudut harus dapat dibedakan dengan penyakit lain seperti siklodialisis. Berbeda dengan
resesi sudut yang ditemukan robekan anatara serabut sirkular dan longitudinal dari korpus siliaris, pada
siklodialisis pemisahan terjadi antara serabut otot longitudinal dari korpus siliaris dengan sclera. Secara
klinis akan terlihat area putih posterior dari scleral spur. Iridodialisis, robekan trabekula dan kelainan
sekunder lainnya dari trauma harus disingkirkan. 13

Bentuk glaukoma asimetris atau glaukoma unilateral lainnya juga harus diinvestigasi lebih lanjut.
penyakit yang termasuk golongan glaukoma unilateral tersebut antara lain, pigmentary dispersion dan
pseudoexfoliative syndrome, uveitic atau inflammatory glaukoma, lens induced pressure changes, tumor
dari iris / badan siliaris dan ris atau neovaskularisasi sudut. Berbagai tipe glaukoma tersebut harus
disingkirkan dari anamnesis, dan pemeriksaan fisik / penunjang.13

2.3.8 Tatalaksana

Terapi glaukoma resesi sudut biasanya dimulai dengan obat supresi aqueous humor, analog
prostaglandin, dan agonis α2-adrenergic. Penggunaan miotik dapat bermanfaat, namun bisa terjadi
respon paradoksikal yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Trabekuloplasti dengan laser
memiliki peranan yang terbatas dan kemungkinan berhasil yang kecil. Operasi insisi glaukoma dapat
diindikasikan untuk mengontrol tekanan intraokular pasien yang tidak respon dengan terapi
medikamentosa.2

Terapi awal adalah medikamentosa. Obat yang biasa digunakan untuk glaukoma sudut terbuka cukup
bermanfaat, aqueous supressan seperti α-agonis, topikal inhibitor karbonik anhydrase, atau β-bloker
juga bisa dijadikan pilihan. Tentu saja, pemilihan yang bijaksana dari terapi steroid dengan tapering off
akan dibutuhkan untuk mengatasi iritis yang terjadi akibat trauma tumpul. Trabekuloplasti laser relatif
tidak efektif, dan sebaiknya dihindarkan. Prosedur siklodestruktif juga harus dihindari, kecuali pada kasus
dengan potensi visus terbatas. 3

Apabila terapi medikamentosa maksimal tidak mampu mengontrol tekanan intraokular yang adekuat,
menjadi indikasi untuk dilakukan operasi filtering.3

Tatalaksana dengan laser trabekuloplasti biasanya tidak begitu efektif untuk jenis glaukoma resesi sudut.
Operasi filter pada glaukoma resesi sudut berisiko gagal, dipengaruihi oleh usia dan ras. Hasil terbaik
dicapai dengan melakukan trabekulektomi menggunakan mitomycin C 0,02% yang diberikan pada saat
operasi dilakukan.12

BAB III

KESIMPULAN

Glaukoma sudut resesi merupakan glaukoma sudut terbuka sekunder. Kondisi ini umumnya diawali
dengan trauma tumpul bola mata. Adanya trauma pada bola mata dapat menyebabkan
Robekan serat otot sirkular dan otot longitudinal dari korpus siliaris. Dalam kondisi lanjut terjadi
gangguan saluran drainase dan menyebabkan berbagai perubahan dan hambatan aliran keluar / outflow
dari aqueous humor.

Sejak terjadi trauma hingga berkembangnya glaukoma, memiliki durasi yang bervariasi dari 2 bulan
hingga 60 bulan. Resesi sudut akan berkembang menjadi glaukoma terutama terkait faktor luasnya resesi
sudut post trauma. Pada resesi yang kurang dari 180°, risiko glaukoma terbilang rendah. Glaukoma akan
sangat mungkin terjadi pada resesi sudut dengan luas 240°-360°. Pemeriksaan gonioskopi merupakan
gold standar untuk evaluasi sudut. Pemeriksaan gonioskopi menunjukkan adanya sudut yang lebih dalam
dimana korpus siliarisis lebih lebar dari biasanya dan akar iris lebih mengarah ke posterior.

Terapi glaukoma resesi sudut biasanya dimulai dengan obat supresi aqueous humor, analog
prostaglandin, dan agonis α2-adrenergic. Apabila terapi medikamentosa maksimal tidak mampu
mengontrol tekanan intraokular yang adekuat, menjadi indikasi untuk dilakukan tindakan operatif.

DAFTAR PUSTAKA

George T, Sunil. 2010. Trauma Related Glaucoma. Kerala Journal of Ophthalmology Vol XXII. Hal: 265-269.

Cioffi GA, Durcan FJ, Girkin CA, et al. 2014. Glaucoma Section 10. American Academy of Ophthalmology,
San Fransisco, California.
Nguyen QH. 2012. Clinical Approach to Angle-recession Glaucoma. Glaucoma Today. Hal 37-38

Taub MB, Gardner B. 2004. Angle Recession Glaucoma: Case Reports and Literature Review. Focus on
Glaucoma. Hal: 30-31.

Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. 1-13.

Campbell JR. 2009. Anterior Segment. Marin Eyes [online]. Dari URL:
http://marineyes.com/anatomy/anterior_segment.html diakses tanggal 8 Januari 2017.

Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2008.
652-3.

Salmon JF. Glaucoma. Dalam: Riordan-Eva P, dan Whitcher JP. 2014. Vaughan & Asbury Oftalmologi
Umum. Jakarta: EGC. Hal: 212-227.

2010. Kamus Saku Kedokteran Dorland (Ed. 25st). Terjemah oleh: RW.B Saunders Company. Jakarta: EGC.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2015. Situasi dan Analisis Glaukoma. Infodatin:
Jakarta. Hal:2-6. ISSN 2442-7659

Mooney D. 1973. Angle Recession and Secondary Glaucoma. Britain Journal Ophthalmology Vol 57. Hal:
608-611.

Singh K, Dangda S. 2015. Ocular Trauma: Post Traumatic GlauComa. DOS times Vol 20. New Delhi. Hal 23-
27.

Bai H, Yao L, Wang D, et al. 2009. Causes and Treatments of Traumatic Secondary Glaucoma. European
Journal of Ophthalmology Vol 19. Hal:205.

Salmon J. 2013. P ost-traumatic angle-recession glaucoma is difficult to manage and surgical intervention
is often required. European Glaucoma Society [Online]. Dari URL: http://www.eugs/org/pdf/tip_of_the
_month/000063.pdf diakses tanggal 4 Januari 2017.

Anda mungkin juga menyukai