Anda di halaman 1dari 13

STRATEGI ORANG TUA DALAM PENGENALAN SEX EDUCATION

PADA ANAK USIA DINI TERKAIT FENOMENA PELECEHAN


SEKSUAL
MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah “Bahasa Indonesia”

Dosen Pengampu:
Muyassaroh, S.S., M.Pd.

Disusun oleh kelompok 5 kelas Tadris Kimia 1B:

1. Faisyiyah Nur rofiqoh (12212193016)

2. ‘Aisyah Noviyanti Putri (12212193058)

3. Rizqi Myra Damayanti (12212193104)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
DESEMBER 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman yang pesat membawa berbagai dampak positif


bagi kehidupan manusia, dengan adanya media informasi yang dinamis,
kreatif, produktif, dan efisien. Selain dampak positif, muncul permasalahan
negatif yang tidak bisa dihindarkan dari adanya arus modernisasi, termasuk
masalah anak pun menjadi semakin elusif untuk dipecahkan. Salah satu
masalah yang mengintai adalah kasus kekerasan pada anak. Kekerasan pada
anak terjadi sebagai akibat semakin tingginya konsumsi sosial media seiring
dengan perkembangan teknologi di era globalisasi. Bukti kategori kekerasan
yang terjadi dapat berupa kekerasan fisik maupun psikis. Salah satu bentuk
kekerasan tersebut dapat berupa pelecehan seksual dan pemerkosaan.
Faktanya kasus tersebut meningkat dari tahun ke tahun, khusunya pada
tahun ini ditemukan bahwa ada sekian kasus yang menimpa anak usia dini
dengan berbagai bentuk kasus yang berbeda. Menurut Retno Listyarti sebagai
komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bahwa kasus ini
banyak terjadi pada anak yang masih di jenjang SD (Sekolah Dasar)
(Detik.com:2019). Bentuk kekerasan dan pelecehan seksual yang terjadi
bukan karena dipicu oleh korban, melainkan inisiatif dan niat pelaku. Dalam
riset MaPPI FHUI hanya 29,8% pelaku tertarik karena pakaian. Selebihnya
karena niat dan kesempatan yang ada (Fimela.com:2019). Pelaku daripada
kasus tersebut merupakan orang yang terdekat dengan anak.
Berdasarkan tindakan diatas, maka perlu dilakukan tindakan
pencegahan. Salah satunya melalui orang tua yaitu dengan memberikan
pendidikan seksual sejak dini. Dengan pendidikan seks ditanamkan sejak dini
akan mencegah anak mengalami kekerasan seksual. Prinsip paling utama yang
harus orang tua ajarkan sejak dini adalah membenahi bahwa tubuh adalah
milik pribadi, kemudian setiap manusia memiliki hak untuk menentukan apa
yang bisa dan akan mereka lakukan terhadap tubuhnya masing-masing,
menuturkan siapa saja yang boleh menyentuhnya, dan bagaimana orang lain

1
menyentuh tubuh mereka. Hak setiap anak harus dijamin dan diperlakukan
sama, layaknya orang dewasa.
Oleh karena itu saat ini pendidikan seks sejak dini tidak perlu lagi
dianggap tabu. Apabila masih dianggap tabu, permasalahan yang kerap terjadi
yaitu orang tua justru enggan untuk membicarakan topik seksual pada anak.
Padahal pendidikan seks memberikan banyak dampak positif bagi anak. Anak
bisa lebih terbuka pikirannya terhadap topik yang berkaitan dengan masalah
seksual, mengerti dan memahami peran dari jenis gender, dan anak dapat
menghilangkan rasa ingin tahu yang tidak sehat.
B. Rumusan Masalah

1. Apa sajakah faktor yang menjadi pertimbangan agar pendidikan


seksualitas perlu diberikan pada anak usia dini?
2. Apa sajakah peran orang tua dalam menangani pelecehan seksual yang
terjadi pada anak usia dini?
3. Apa sajakah manfaat memberi pendidikan seksual terhadap anak usia dini?
C. Tujuan Masalah
1. Mendeskripsikan apa saja faktor yang menjadi pertimbangan agar
pendidikan seksualitas perlu diberikan.
2. Mendeskripsikan apa saja bentuk peran orang tua dalam menangani
pelecehan seksual yang terjadi pada anak usia dini.
3. Mendeskripsikan apa saja manfaat memberi pendidikan seksual terhadap
anak usia dini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Faktor Pertimbangan Pendidikan Seksualitas


Seks merupakan ancaman yang seringkali mengikuti perkembangan anak.
Banyak hal yang memungkinkan anak menjadi korban pelampiasan seks
orang-orang dewasa yang seharusnya melindungi. Terdapat motif kekerasan
seksual yang terjadi pada anak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal
yang akan diuraikan sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a. Faktor fisiologis (biologis)
Faktor fisiologis sangat menentukan berperilaku sehat
jasmani yang sakit terus-menerus akan mengganggu kondisi
kejiwaan seseorang yang salah satunya termasuk di dalamnya
adalah kebutuhan biologis dalam memenuhi nafsu seksualnya
yang tinggi. Sedangkan yang menjadi korban dari perilaku
seksual adalah anak-anak, dikarenakan, bagi mereka anak-anak
merupakan obyek yang tepat, polos dan mudah dibohongi
dengan sedikit bujukan-bujukan berupa hadiah-hadiah yang
mereka sukai, anak-anak akan mau melakukan apapun yang
mereka inginkan. (Yatimin:2003).
b. Faktor kurangnya dasar-dasar keimanan didalam diri
Banyak faktor yang bisa dilakukan untuk mencegah
maraknya pergaulan bebas yaitu dengan memperkuat
keimanan. Maksud dari fungsi iman itu sendiri adalah lebih
berserah diri dan mendekatkan diri kepada Allah.
(Kompasiana.com:2015)
Rasulullah juga menegaskan bahwa iman sesorang
dipengaruhi oleh dengan siapa ia bergaul. “Seseorang dapat
dinilai dari agama kawan setianya, maka hendaklah diantara
kalian melihat seseorang dari siapa mereka bergaul.”(HR. Al-
Hakim).

3
Maka hendaknya seorang anak perlu pandai dalam mencari
teman sebaya dan teman sepergaulan. Tujuan ini untuk
menghindari diri seorang anak terjerumus dalam pergaulan
yang tidak baik pula.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor sosial
Faktor Sosial dapat mempengaruhi tingkah laku anak.
(Masroh:2011) Perkembangan ilmu dan teknologi telah
membuat dunia bagaikan “kran air” yang mengalir deras,
berbagai macam hiburan yang disajikan seperti hiburan di
dunia maya atau yang dikenal dengan internet dan di dalamnya
dimuat berbagai macam jenis informasi. Informasi tersebut
dapat diakses baik dari dalam maupun luar negeri, mulai dari
informasi positif sampai informasi yang negatif pun tersedia di
dalamnya. Demikianlah informasi negatif yang terkait dengan
situs porno pun serba transparan, mudah, dan cepat diakses
oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun berada. Mengenai hal
ini, kontrol dari orang tua justru sangat minim. Bahkan
terkadang orang tua enggan memberi jawaban ketika anak
menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan seks.
b. Faktor budaya
Seiring berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan
pola hidup masyarakat yang lebih canggih. Akibatnya,
masyarakat lebih memilih kebudayaan baru yang mungkin
diniai lebih efisien dibandingkan dengan budaya lokal.
Masuknya budaya asing yang masuk ke Indonesia membawa
berbagai macam pengaruh, yaitu pengaruh positif dan pengaruh
negatif. Salah satu pengaruh negatifnya yakni gaya hidup orang
asing, mulai dari cara berpakaian kurang sopan yang
seharusnya tidak diterapkan sampai dengan cara bergaulnya
mereka.. Sekarang cara berpakaian dengan membuka aurat
serasa menjadi tradisi yang sudah melekat didalam masyarakat.

4
Sehingga melupakan pakaian yang semestinya pantas untuk
dipakai. Secara tidak langsung pengaruh tersebut menyebabkan
banyak sekali penyimpangan norma di Indonesia seperti pada
kasus pelecehan seksual.(Kompasiana.com:2015)
Berdasarkan kedua faktor di atas antara faktor internal dan eksternal yang
paling berpengaruh besar terhadap anak yang memungkinkan terkena dampak
pelecehan seksual yaitu faktor eksternal (sosial). Karena dari faktor sosial
banyak hal yang tidak menguntungkan dan dapat mengganggu perkembangan
mental anak semenjak munculnya hiburan yang disajikan seperti hiburan di
dunia maya atau internet baik dari lingkungan sekolah maupun masayarakat.
2.2 Peran Orang Tua Menangani Pelecehan Seksual
Anak-anak selalu diliputi rasa ingin tahu, termasuk rasa ingin tahu
terhadap organ tubuhnya. Salah satu bentuk keingintahuan yang merupakan
penyimpangan seksual pada anak-anak adalah kegiatan yang meliputi
menyentuh atau merangsang bagian tubuh tertentu yang sensitif. Perlu
dilakukan sebuah tindakan oleh orang tua yaitu memberikan pendidikan seks
sejak dini. Berikut prinsip orang tua dalam menerapkannya (Yafie:2017):
1. Siap memberikan pendidikan seks setiap saat
Menghadapi perkembangan seks pada anak dan kelakuan
anak yang selalu ingin tahu terhadap seks yang kemungkinan
bisa muncul sewaktu-waktu, sebagai orang tua kita harus selalu
siap dan harus dapat menyesuaikan diri, serta memanfaatkan
kesempatan untuk memberikan bimbingan. Misalnya, ketika
nonton TV bersama anak, lalu muncul tayangan kekerasan atau
pun pelecehan seksual, harus segera memberikan bimbingan
kepada anak agar anggota tubuhnya sendiri tidak dibiarkan
untuk sembarangan disentuh oleh orang lain, suatu konsep
untuk menghormati dan menghargai tubuh sendiri.
2. Memberi teladan dan bimbingan lisan secara bersamaan
Sikap dari pelaksana pendidikan seks sangatlah penting,
mengingat para orang tua sering kali menjadi panutan bagi
anak-anak mereka, menjadi bahan perbandingan, bersamaan itu

5
juga dimanifestasikan dalam tingkah lakunya. Jika orang tua
mereka sendiri memiliki sikap seks yang tidak tepat, misalkan
menganggap seks itu kotor, tabu dan berdosa, maka bisa
memengaruhi secara langsung konsep seks pada diri anak-anak.
3. Menerima pertanyaan dan memberi jawaban yang tepat
Para orang tua harus memperkaya diri dengan pengetahuan
dan informasi tentang seks yang benar, dan ketika anak
mengajukan pertanyaan, harus didengar dan dipahami motif di
balik pertanyaan anak itu, mengklarifikasi masalah dari anak,
serta memberi jawaban yang sederhana dan tepat. Misalkan,
ketika memberi bimbingan yang berkaitan dengan alat kelamin
harus menggunakan istilah yang benar seperti 'penis' dan
jangan menggunakan istilah 'burung' atau lainnya sebagai
pengganti. Biarkan anak mengenal istilah yang benar sejak
dini. Ketika memberikan bimbingan dan menjawab pertanyaan,
sikap harus rileks dan wajar, jangan membiarkan perasaan dan
nada suara tegang mempengaruhi anak.
4. Menolak disentuh
Menjelaskan kepada anak-anak bahwa mereka dapat
mengatakan ya atau tidak terhadap sentuhan dan ciuman dari
siapapun, tapi jelaskan bahwa tidak ada seorangpun yang boleh
menyentuh dan mencium merekan lalu, meminta mereka
merahasiakannya. Terkadang anak-anak tidak ingin dipeluk
atau dicium. Hal ini seharusnya menjadi pilihan mereka, bukan
ketakutan bagi mereka. Mereka tidak boleh dipaksa untuk
memeluk atau mencium siapapun.(Theodora:2013:172)
5. Orang tua harus menanamkan rasa malu pada anak sejak usia
dini.
Sifat ini akan membantu anak dalam menjaga dan
memelihara aurat atau kehormatannya. Anak yang sudah mulai
memahami hal ini sesuai dengan usianya akan mampu menjaga
dirinya, seperti tidak akan buang air kecil dan besar di tempat

6
terbuka, menukar pakaian di hadapan orang lain dan tidak
menampakkan auratnya. Sering terjadi kejahatan seksual pada
seorang anak disebabkan oleh tidak rapinya pakaian anak
sehingga bagian tubuhnya kelihatan. Sekalipun berada dalam
rumah, anak perempuan tetap hendaknya memakai pakaian
yang sopan dan yang tidak merangsang. Ini sebagai antisipasi
terjadinya kejahatan seksual dari kalangan keluarga terdekat.
6. Mengajarkan pada anak tata krama dalam pergaulan atau
pertemanan sejak usia dini.
Anak laki-laki sebaiknya bermain dengan anak laki-laki.
Demikian juga dengan anak perempuan hendaknya bermain
sesama perempuan juga. Apabila hal ini sudah ditanamkan
sejak usia dini maka tentu anak perempuan akan risih dan tidak
nyaman sekiranya ada laki-laki dewasa asing yang mendekati
dirinya apalagi sampai melakukan sesuatu yang tidak diingini
seperti memegang bagian tubuh, mengelus dan merabanya
bahkan lebih dari pada itu. Sering kejahatan seksual menimpa
anak ketika dirinya membiarkan orang lain meraba tubuhnya.
Atas dasar tersebut anak bisa memahami secara langsung sumber dari
orang tua dan menghindari terjadinya informasi sensitif, yang bisa memicu
anak mencari dari sumber lain, salah satunya dunia digital yang memiliki
informasi tak terbatas.

2.3 Manfaat Memberi Pendidikan Seksual pada Anak Usia Dini


Pendidikan seks perlu ditanamkan sejak dini dengan cara yang benar dan
bertahap sesuai dengan perkembangan anak. Anak yang secara naluriah
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi lambat laun akan mulai bertanya tentang
bagian tubuhnya. Menurut dr. Eka Viora, Sp. K. J. dalam Talkshow
“Bagaimana Bicara Seks pada Anak?”, yang di selenggarakan di Ballroom
Asri Medical Centre (AMC) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
anak sebaiknya mendapatkan pendidikan seks sejak usia dini. Hal ini penting
untuk mencegah berkembangnya pikiran-pikiran negatif pada anak, terutama

7
bila anak mulai mengenal informasi dari berbagai macam sumber seperti
internet, televisi, buku, dan sebagainya. Maka akan lebih bijaksana bila orang
tua memberitahukan tentang hakekat seksualitas yang seutuhnya pada anak,
agar mereka tahu mana yang benar dan mana yang salah, sehingga anak akan
menjadi lebih kokoh dalam mengahadapi hal–hal menyimpang yang terjadi di
lingkungan sekitarnya. Meski begitu ternyata memberikan pendidikan seks
kepada anak sangat penting dan memberikan banyak manfaat, menurut
penelitian yang dilakukan oleh (Kakavoulis:1998):
1. Anak akan memiliki pengetahuan mengenai tubuhnya
Dengan memberikan pengetahuan ini akan membuat
mereka mengerti tentang perubahan yang terjadi pada bagian tubuh
terutama organ yang sensitif. Dengan begitu mereka tidak akan
kaget, bingung dan takut untuk menghadapinya.
2. Kesadaran yang baik
Anak akan lebih memahami dan membedakan bagian tubuh
mana yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh.
3. Dapat melindungi diri dari kekerasan
Anak akan lebih sigap membaca situasi dan membentengi
diri ketika ada orang yang memperlakukannya secara tidak sopan,
baik secara verbal atau berupa tindakan yang mengarah pada
perilaku seks. anak juga akan memiliki kecenderungan untuk tidak
melakukan hal-hal yang terkait dengan seks bebas. Hal ini akan
mencegah anak dari perilaku seks pra-nikah, kehamilandini, dan
penyakit menular seksual.(Popmama.com:2018)
4. Lebih terbukanya pikiran anak terhadap topik yang berkaitan
dengan masalah seksual
Mereka tidak akan malu membicarakan masalah seksual,
terlebih jika mereka ingin menanyakan hal yang sangat privat
terhadap orang tuanya. Hal ini dapat meningkatkan hubungan
antara orang tua dan anak.(Idntimes.com:2018)
5. Meningkatkan stabilitas emosi, kesehatan, dan kepribadian yang
saling menghormati,

8
6. Dapat membantu anak untuk memahami struktur tubuh dari laki-
laki dan perempuan, dan
7. Mengajarkan anak untuk membangun dan menerima peran serta
tanggung jawab dari gender dirinya.
Mengenai manfaat yang telah dipaparkan telah diungkap dalam sebuah
penelitihan yang menyebutkan bahwa perkenalan seks sejak dini pada anak-
anak, bisa mengarahkan mereka pada praktik seksual yang lebih aman dan
justru tidak membuat remaja terlibat dalam aktivitas seksual.(Suara.com:2019)

9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pendidikan seks merupakan prinsip paling utama yang harus orang tua
ajarkan sejak dini untuk membenahi bahwa tubuh adalah milik pribadi,
kemudian setiap manusia memiliki hak untuk menentukan apa yang bisa dan
akan mereka lakukan terhadap tubuhnya masing-masing, menuturkan siapa
saja yang boleh menyentuhnya, dan bagaimana orang lain menyentuh tubuh
mereka. Hak setiap anak harus dijamin dan diperlakukan sama, layaknya
orang dewasa.
Banyak faktor yang menjadi pertimbangan agar pendidikan seksualitas
perlu diberikan. Baik itu faktor internal maupun eksternal. Faktor internal
yaitu faktor yang muncul dalam diri seseorang itu sendiri. Sedangkan faktor
eksternal yaitu faktor dari luar diri seseorang.
Sehingga perlu dilakukan sebuah tindakan oleh orang tua yaitu
memberikan pendidikan seks sejak dini. Seperti mengajarkan pada anak tata
krama dalam pergaulan atau pertemanan sejak usia dini, memberi teladan dan
bimbingan lisan secara bersamaan, siap memberikan pendidikan seks setiap
saat.

3.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, peran orang tua dalam pencegahan pelecehan
seksual pada anak usia dini secara umum orang tua berperan baik, tetapi pada
setiap sub variabel yaitu peran sebagai pendidik, peran sebagai pendorong,
peran sebagai panutan, peran sebagai pengawas, peran sebagai konselor dan
peran sebagai komunikator masing-masing masih ada yang kurang baik,
terutama peran sebagai pengawas dan komunikator, sehingga perlu mendapat
perhatian agar dapat meningkatkan peran dari setiap orang tua untuk yang
kategori kurang baik meningkat ke kategori baik. Dengan peran setiap orang
tua yang baik diharapkan dapat mencegah kekerasan seksual tidak terjadi lagi
pada anak usia dini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Theodora, Agnes. 2013. Memahami Perkembangan Anak. Jakarta:Indeks.


BHP UMY. 2012. Pentingnya Pendidikan Seks Untuk Usia Dini.
http://www.umy.ac.id/pentingnya-pendidikan-seks-untuk-anak-usia-
dini.html. (daring)
Diana, Astri. 2018. 5 Manfaat Penting Pendidikan Seks Anak yang Dilakukan
Sejak Dini. https://www.popmama.com/big-kid/6-9-years-old/astri-
diana/manfaat-penting-pendidikan-seks-sejak-dini/full. (daring)
Masroh, Sri Anani. 2011. Analisis Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini Dalam
Perspektif Pendidikan Islam. http://eprints.walisongo.ac.id/2485/.
(daring)
Oktavianingsih, Eka. 2018. Upaya Orang Tua Dalam Pendidikan Seks Untuk
Anak Usia Dini.
https://www.researchgate.net/publication/322820046_UPAYA_ORANG
TUA_DALAM_PENDIDIKAN_SEKS_UNTUK_ANAK_USIA_DINI.
(daring)
Prininda, Arnika Tiara. 2015. Iman dan Pergaulan Bebas di Kalangan Remaja.
https://www.kompasiana.com/penapsikologi/55291d196ea83473588b45
68/iman-dan-pergaulan-bebas-di-kalangan-remaja (daring)
Rahayu, Lisye Sri. 2019. Angka Kekerasan pada Anak Januari-April 2019 Masih
Tinggi. https://news.detik.com/berita/d-4532984/kpai-angka-kekerasan-
pada-anak-januari-april-2019-masih-tinggi. (daring)
Rahayu, Putri. 2018. 6 Manfaat Pendidikan Seks Sejak Dini Untuk Anak.
https://www.idntimes.com/life/family/putri-rahayu-2/6-manfaat-
pendidikan-seks-sejak-dini-untuk-anak-c1c2/full. (daring)
Widiasta, Gabriel. 2019. Kekerasan Seksual, Kejahatan yang Sering Disepelekan
https://m.fimela.com/lifestyle-relationship/read/4030940/kekerasan-
seksual-kejahatan-yang-sering-disepelekan. (daring)

Yafie, Evania. 2017. Peran Orang Tua Dalam Memberikan Pendidikan Seksual
Anak Usia Dini.

11
http://ejournal.unipma.ac.id/index.php/JPAUD/article/view/956/852.
(daring)
Yatimin. 2003. Etika Seksual dan Penyimpangan Dalam Islam.
Pekanbaru:Amzah.
Yetti. 2015. Pengaruh Budaya Asing Terhadap Remaja Indonesia.
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/yetti05/peng
aruh-budaya-asing-terhadap-remaja-
indonesia_54f9373fa33311b77f8b4877?espv=1. (daring)

12

Anda mungkin juga menyukai