“ DIABETES MELLITUS “
Oleh :
TAHUN 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN
RSUD dr. Soedono Madiun sesuai praktik yang dilakukan oleh kelompok 9 :
Hari : Kamis
Mengetahui,
Kepala Ruangan
Emmy Kusmijati,S.Kep.Ns
NIP. 196904061995032005
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. TUJUAN
1.1.Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan Penyuluhan tentang Diabetes Mellitus
di Ruang Wijaya Kusuma A RSUD dr. Soedono Madiun selama 40
menit, diharapkan yang menderita atau beresiko dapat memahami tentang
penatalaksanaan Diabetes Mellitus dan dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
1.2.Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan Penyuluhan tentang Diabetes Mellitus
di Ruang Wijaya Kusuma A RSUD dr. Soedono Madiun selama 40
menit, diharapkan seluruh pasien atau keluarga dapat mengetahui
tentang:
1. Pengertian Diabetes Mellitus
2. Klasifikasi Diabetes Mellitus
3. Etiologi Diabetes Mellitus
4. Patofisiologi Diabetes Mellitus
5. Pemeriksaan diagnostik Diabetes Mellitus
6. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
7. Komplikasi Diabetes Mellitus
2. MATERI
Terlampir
3. MEDIA
1. Materi SAP
2. Leaflet
4. METODE
1. Penyuluhan
2. Tanya jawab
4. Observer
Uraian tugas :
a. Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri
sehingga memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses
penyuluhan
b. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta
c. Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses
penyuluhan
d. Menyampaikan evaluasi langsung kepada peyuluh yang dirasa tidak
sesuai dengan rencana penyuluhan
5. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan
Peserta
Pembukaan : Menjawab
Memberi salam salam,
1 5 menit Menjelaskan tujuan penyuluhan mendengar
Menyebutkan materi/pokok bahasan yang kan dan
akan disampaikan memperhati
kan
Pelaksanaan :
Menjelaskan materi penyuluhan secara
berurutan dan teratur.
Materi :
Menyimak
20 1. Pengertian Diabetes Mellitus
2 dan
2. Klasifikasi Diabetes Mellitus
menit memperhati
3. Etiologi Diabetes Mellitus
kan
4. Patofisiologi Diabetes Mellitus
5. Pemeriksaan diagnostik Diabetes Mellitus
6. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
7. Komplikasi Diabetes Mellitus
Evaluasi :
1. Menyimpulkan inti penyuluhan.
2. Menyampaikan secara singkat materi
penyuluhan.
3. Memberi kesempatan kepada peserta Menyimak,
10 untuk mengulang teknik cuci tangan yang memprakte
3 diajarkan kkan dan
menit
4. Memberi kesempatan kepada peserta mendengar
untuk mengulang cara pembuatan dan kan
pemberian oralit
5. Memberi kesempatan kepada peserta
untuk bertanya.
6. Memberi kesempatan kepada peserta
untuk menjawab pertanyaan yang
dilontarkan.
Penutup :
Menyimpulkan materi penyuluhan yang telah
disampaikan.
4 8 menit Menyampaikan terimakasih atas perhatian Menjawab
dan waktu yang telah di berikan kepada salam
peserta
Mengucapkan salam
6. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir ditempat penyuluhan.
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang Wijaya Kusuma
A RSUD dr. Soedono Madiun.
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Peserta mengikuti jalannya penyuluhan sampai selesai
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawabpertanyaan secara
benar.
3. Evaluasi Hasil
a. Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 80% peserta penyuluhan
mampu mengerti dan memahami penyuluhan yang diberikan sesuai
dengan tujuan khusus.
Lampiran
MATERI
1.1. Pengertian
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan
beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh
darah (ADA, 2014).
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit Non Communicable
Disease (penyakit tidak menular) yang paling sering terjadi di dunia. DM
merupakan penyakit kronik yang terjadi akibat akibat pankreas tidak mampu
menghasilkan insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin tersebut. Hal ini akan menyebabkan peningkatan
konsentrasi glukosa dalam darah atau hiperglikemia (WHO, 2011).
Diabetes melitus adalah penyakit komplikasi yang dapat mengganggu
metabolisme baik karbohidrat, lemak dan protein serta cairan dan
keseimbangan asam-basa. Hal ini juga dapat berakibat pada sistem peredaran
darah, ginjal, sistem pernapasan dan sistem saraf (Sherwood, 2010).
1.2. Klasifikasi
1.3. Penyebab
Penyebab diabetes melitus berdasarkan tipenya menurut Rahmatul & Siti
(2016), antara lain :
1) Penyebab diabetes melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 terjadi karena ketidakmampuan organ pankreas dalam
memproduksi hormon insulin. Ketidakmampuan produksi insulin ini
umumnya terjadi karena adanya kerusakan pada organ tersebut. Ada beberapa
penyebab kerusakan pada organ pankreas yaitu sebagai berikut :
a) Faktor genetik
Organ pankreas dapat rusak karena faktor genetis, yaitu sistem imun tubuh
menyerang dan merusak sel-sel penghasil insulin pada pankreas, sehingga
organ pankreas tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Hal itu
terjadi karena adanya kesalahan pesan dari sistem imun yang terjadi secara
genetik atau faktor keturunan. Sehingga jika seseorang terkena penyakit
DM karena faktor genetik, maka ada kemungkinan penyakitnya akan
menurun pada anaknya.
b) Infeksi terhadap virus tertentu
Adanya infeksi virus tertentu pada pankreas merupakan salah satu faktor
yang sangat berpotensi untuk menyebabkan kerusakan pada sel-sel
pankreas. Akibatnya, produksi insulin menjadi sangat terbatas atau bahkan
tidak ada sama sekali.
2) Penyebab diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 terjadi karena tubuh tidak memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan hormon insulin. Hal ini terjadi akibat dari terjadinya resistensi
tubuh terhadap hormon tersebut. Organ pankreas pada penderita diabetes
melitus tipe 2 masih berfungsi normal dalam memproduksi hormon insulin.
Akan tetapi, hormon yang dihasilkan tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh,
sehingga gula tidak bisa masuk ke dalam sel sehingga menumpuk dalam
darah.
a) Faktor genetik atau turunan
Banyak ditemukan kenyataan di lapangan, bahwa penderita diabetes tipe 2
memiliki anggota keluarga yang juga mengidap penyakit diabetes tipe 2
atau masalah kesehatan yang berhubungan dengan diabetes, misalnya
kolesterol darah yang tinggi, hipertensi atau obesitas.
b) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap potensi
seseorang untuk terserang penyakit diabetes. Salah satunya adalah pola
makan dan pola hidup yang tidak baik yaitu makan makanan yang banyak
mengandung lemak dan kalori tinggi. Di samping itu, aktivitas fisik yang
rendah juga berpotensi untuk seseorang terjangkit penyakit diabetes
(Rahmatul & Siti, 2016).
Faktor risiko diabetes melitus tipe 2 dan pre-diabetes antara lain :
(1) Obesitas
(2) Riwayat keluarga
(3) Etnisitas (kulit hitam, Hispanik, Kepulauan Pasifik, keturunan Amerika-
Asia, atau asli Amerika)
(4) Riwayat diabetes gestasional
(5) Riwayat melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg (9 lbs)
(6) Hipertensi
(7) Kadar HDL (lipoprotein densitas tinggi) yang rendah ( <35mg/dL)
(8) Peningkatan kadar trigliserid ( >250mg/dL)
(9) Usia lebih dari 45 tahun (Williams & Wilkins, 2015).
3) Penyebab diabetes melitus tipe 3
Penyebab diabetes melitus tipe 3 atau diabetes gestasional adalah karena
terjadinya intoleransi glukosa, kemungkinan suatu kombinasi resistensi insulin
dengan gangguan sekresi insulin, yang terjadi selama kehamilan. Faktor risiko
diabetes gestasional adalah terjadinya kehamilan (Williams & Wilkins, 2015).
1.4. Patofisiologi
Pengelolaan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan dipecah
menjadi bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein
menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu
akan diserap oleh usus kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan
diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam
tubuh sebagai bahan bakar. Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat
makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel,
zat makanan terutama glukosa dibakar melalui proses kimia yang rumit, yang
hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini disebut dengan
metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin memegang peran yang
sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk
selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah hormon
yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas.
Dalam keadaan normal artinya kadar insulin cukup dan sensitif, insulin
akan ditangkap oleh reseptor insulin yang ada pada permukaan sel otot,
kemudian membuka pintu masuk sel sehingga glukosa dapat masuk sel untuk
kemudian dibakar menjadi energi / tenaga. Akibatnya kadar glukosa dalam
darah normal.
Jumlah insulin yang kurang atau pada keadaan kualitas insulinnya tidak
baik (resistensi insulin), meskipun insulin ada dan reseptor juga ada, tapi
karena ada kelainan di dalam sel itu sendiri, pintu masuk sel tetap tidak dapat
terbuka, tetap tertutup hingga glukosa tidak dapat masuk sel untuk dibakar
(dimetabolisme) mengakibatnya glukosa tetap berada di luar sel, hingga kadar
glukosa dalam darah meningkat dan menyebabkan terjadinya diabetes melitus.
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi diibaratkan sebagai anak kunci
yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel untuk kemudian di
dalam sel glukosa itu dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada
(DM tipe 1) atau bila insulin itu kerjanya tidak baik seperti dalam keadaan
resistensi insulin (DM tipe 2) maka glukosa tak dapat masuk sel dengan akibat
glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di
dalam darah meningkat. Dalam keadaan seperti ini badan akan menjadi lemah
karena tidak ada sumber energi di dalam sel (FKUI, 2009).
Menurut ADA (2014), ada berbagai cara yang biasa dilakukan untuk
memeriksa kadar glukosa darah, diantaranya:
1) Tes Glukosa Darah Puasa
Tes glukosa darah puasa mengukur kadar glukosa darah setelah tidak
mengkonsumsi apapun kecuali air selama 8 jam. Tes ini biasanya
dilakukan pada pagi hari sebelum sarapan.
Tabel 2.3. Klasifikasi Kadar Glukosa Darah Puasa
Hasil Kadar glukosa darah puasa
Normal Kurang dari 100 mg/dL
Prediabetes 100 – 125 mg/Dl
Diabetes Sama atau lebih dari 126 mg/dL
Sumber : ADA ( 2014 )
2) Tes Glukosa Darah Sewaktu
Kadar glukosa darah sewaktu disebut juga kadar glukosa darah acak atau
kasual. Tes glukosa darah sewaktu dapat dilakukan kapan saja. Kadar
glukosa darah sewaktu dikatakan normal jika tidak lebih dari 200 mg/dL.
3) Uji Toleransi Glukosa Oral
Tes toleransi glukosa oral adalah tes yang mengukur kadar glukosa darah
sebelum dan dua jam sesudah mengkonsumsi glukosa sebanyak 75 gram
yang dilarutkan dalam 300 mL air.
Tabel 2.4. Klasifikasi Hasil Uji Toleransi Glukosa Oral
Hasil Hasil uji toleransi glukosa oral
Normal Kurang dari 140 mg/dL
Prediabetes 140 – 199 mg/Dl
Diabetes Sama atau lebih dari 200 mg/dL
Sumber : ADA ( 2014 )
4) Uji HBA1C
Uji HBA1C (hemoglobin A1C) mengukur kadar glukosa darah rata-rata
dalam 2 – 3 bulan terakhir. Uji ini lebih sering digunakan untuk mengontrol
kadar glukosa darah pada penderita diabetes.
Tabel 2.5. Klasifikasi Kadar HBA1C
Hasil Kadar HBA1C
Normal Kurang dari 5,7 %
Prediabetes 5,7 – 6,4 %
Diabetes Sama atau lebih dari 6,5 %
Sumber : ADA ( 2014 )
1.7 Penatalaksanaan
b) Lemak
(1) Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori. Tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.
(2) Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori
(3) Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh
tunggal
(4) Anjuran konsumsi kolesterol <200 mg/hari.
(5) Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung
lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging berlemak dan susu
penuh (whole milk).
c) Protein
(1) Dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan energi.
(2) Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi,dll),
daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,
kacang-kacangan, tahu dan tempe.
(3) Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupan protein menjadi
0,8g/Kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65%
hendaknya bernilai biologik tinggi.
d) Vitamin
(1) Vitamin terdiri dari sayuran dan buah-buahan, dibutuhkan sebesar 45-
65% total asupan energi.
(2) Sayuran yang dianjurkan yaitu sayur tinggi serat seperti kangkung,
daun kacang, oyong, ketimun, tomat, labu air, kembang kol, lobak,
sawi, selada, seledri dan terong. Sayuran yang dibatasi yaitu bayam,
buncis, daun melinjo, labu siam, daun singkong, daun ketela, jagung
muda, kapri, kacang panjang, pare, wortel dan daun katuk.
(3) Buah-buahan yang dianjurkan adalah jeruk, apel, papaya, jambu air,
salak, belimbing (sesuai kebutuhan) dan buah yang dibatasi yaitu
nanas, anggur, mangga, sirsak, pisang, alpukat, sawo, semangka,
nangka masak. Sedangkan buah-buahan yang dihindari adalah buah
yang manis dan diawetkan seperti durian, nangka, alpukat, kurma dan
manisan buah.
e) Mineral
(1) Minum air putih 1 liter / 25kg BB (minimal 2 liter / hari).
(2) Minuman yang dihindari adalah minuman yang mengandung alkohol,
susu kental manis, soft drink, es krim, yoghurt dan susu.
3) Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan DM. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar,
menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan jasmani selain
untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa
darah.
Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging dan berenang. Latihan
jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.
Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan,
sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan
kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan.
4) Intervensi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral
dan bentuk suntikan serta terapi kombinasi.
a) Obat hipoglikemik oral
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan:
(1) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue)
(a) Sulfonilurea : mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien
dengan berat badan normal dan kurang.
(b) Glinid : cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan
penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama dan dapat
mengatasi hiperglikemia post prandial.
(2) Peningkat sensitivitas terhadap insulin
Tiazolidindion : mempunyai efek menurunkan resistensi insulin
dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga
meningkatkan ambilan glukosa di perifer.
(3) Penghambat glukoneogenesis
Metformin : mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki ambilan glukosa
perifer. Terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk.
Metformin dapat memberikan efek samping mual.
(4) Penghambat absorpsi glukosa/penghambat glukosidase alfa.
Acarbose : obat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di
usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa
darah sesudah makan.
(5) DPP-IV inhibitor : Glucagon-like peptide-1 (GLP-1) merupakan suatu
hormone peptida yang dihasilkan oleh sel L di mukosa usus. Peptida
ini disekresi oleh sel mukosa usus bila ada makanan yang masuk ke
dalam saluran pencernaan. GLP-1 merupakan perangsang kuat
pelepasan insulin dan sekaligus sebagai penghambat sekresi glukagon.
b) Suntikan
(1) Insulin
Selain fungsi insulin terhadap metabolik (karbohidrat, lemak dan
protein) insulin juga diketahui memiliki fungsi lain, seperti :
(a) Perbaikan dengan menghambat pelepasan stres oksidatif
(PERKENI, 2011)
(b) Perbaikan dengan menghambat pelepasan berbagai molekul
inflamasi yang dikeluarkan saat terjadi hiperglikemia akut
(PERKENI, 2011)
(c) Menormalkan keadaan hiperglikemia, meningkatkan kadar Super
Oxide Dismutase (SOD), menurunkan kadar sitokin proinflamasi
IL-6, dan menurunkan kejadian Systemic Inflammatory Response
Syndrome (SIRS)
(d) Sebagai protektor sel beta pankreas
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC.
Powers. C.A. (2012). Diabetes Mellitus. In: Longo. D., Fauci. A., Kasper. D.,
Hauser. S.,Jameson. J., Loscalzo. J., Harrison’s Principle of Internal
Medicine. Edisi 18. New York: McGraw Hill.
Rosdahl, Caroline et al. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Edisi 10. Jakarta:
EGC.
Riyadi S., dan Sukarmin. (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Roussel, R., et al. (2011). Low Water Intake and Risk for New-Onset
Hyperglycemia. Diabetes Care 34: 2551-2554
Tandra, H. (2008). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang DIABETES
: Panduan lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes dengan Cepat dan
Mudah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wiryana, Made. (2008). Peranan Terapi Insulin Intensif Terhadap SOD, TNF-α
dan IL-6 Pada Penderita Kritis Dengan Hiperglikemia. Denpasar: Pasca S3
Universitas Udayana.