Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan setiap orang (anak, dewasa atau lansia) rentang terhadap
penyakit karena menurunnya daya tahan terhadap suatu penyakit. Masalah
kesehatan yang muncul selalu berbeda terhadap orang yang menderitanya,
apalagi orang yang terkena juga bisa menularkan suatu penyakit yang
dideritanya apabila orang yang didekatnya sedang menurun daya tahannya.
Terkadang setiap orang tidak mempedulikan akan masalah kesehatan
mereka yang sedang alami. Mereka akan melakukan pengobatan apabila sudah
merasa lebih buruk atau bertambahnya masalah kesehatan yang mereka alami,.
Akan tetapi ada juga yang langsung memeriksakan ke pelayanan kesehatan
terdekat di daerah mereka untuk memeriksakan kesehatan mereka.
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja
insulin atau kedua-duanya (ADA, 2010)
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa),
atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang
dihasilkannya. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting,
menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi
target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi
diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir. (WHO Global
Report, 2016).
DM atau sering disebut dengan kencing manis adalah suatu penyakit kronik
yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak
dapat menggunakan insulin (resistensi insulin), dan di diagnosa melalui
pengamatan kadar glukosa di dalam darah. Insulin merupakan hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berperan dalam memasukkan glukosa
dari aliran darah ke sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi (IDF,
2015)
Jadi diabetes mellitus adalah penyakit yang serius terhadap kerusakan
pankreas yang menyebabkan kelebihan kadar gula dalam tubuh yang harusnya
di metabolik menjadi tenaga. Kelebihan kadar gula ini yang menyebabkan
metabolik menjadi tidak sempurna untuk karena kerusakan pankreas tidak
sempurna dalam memproses nya.
Data WHO menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit tidak menular
pada tahun 2004 yang mencapai 48,30% sedikit lebih besar dari angka kejadian
penyakit menular, yaitu sebesar 47,50%. Bahkan penyakit tidak menular
menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia (63,50%). (Faktor Risiko
Diabetes Mellitus di Indonesia (Analisis Data Sakerti 2007), Dita Garnita,
FKM UI, 2012).
Sebagai bagian dari agenda untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
2030, negara anggota telah menetapkan target untuk mengurangi angka
kematian akibat penyakit tidak menular (termasuk diabetes), menjadi
sepertiganya, agar dapat mencapai Universal Health Coverage (UHC) dan
menyediakan akses terhadap obat-obatan esensial yang terjangkau pada tahun
2030.Secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes
pada tahun 2014, dibandingkan dengan 108 juta pada tahun 1980. Prevalensi
diabetes di dunia (dengan usia yang distandarisasi) telah meningkat hampir dua
kali lipat sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7% menjadi 8,5% pada populasi
orang dewasa. Hal ini mencerminkan peningkatan faktor risiko terkait seperti
kelebihan berat badan atau obesitas. Selama beberapa dekade terakhir,
prevalensi diabetes meningkat lebih cepat di negara berpenghasilan rendah dan
menengah daripada di negara berpenghasilan tinggi.
Diabetes menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun 2012. Gula darah yang
lebih tinggi dari batas maksimum mengakibatkan tambahan 2,2 juta kematian,
dengan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan lainnya. Empat puluh
tiga persen (43%) dari 3,7 juta kematian ini terjadi sebelum usia 70 tahun.
Persentase kematian yang disebabkan oleh diabetes yang terjadi sebelum usia
70 tahun lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah
daripada di negara-negara berpenghasilan tinggi. (WHO Global Report, 2016).
WHO memperkirakan bahwa, secara global, 422 juta orang dewasa berusia
di atas 18 tahun hidup dengan diabetes pada tahun 2014. Jumlah terbesar orang
dengan diabetes diperkirakan berasal dari Asia Tenggara dan Pasifik Barat,
terhitung sekitar setengah kasus diabetes di dunia. Di seluruh dunia, jumlah
penderita diabetes telah meningkat secara substansial antara tahun 1980 dan
2014, meningkat dari 108 juta menjadi 422 juta atau sekitar empat kali lipat.
Meskipun faktor risikonya sering dikaitkan dengan gaya hidup, namun
jumlah kematian akibat penyakit kardiovaskular dan diabetes cenderung lebih
banyak terjadi di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju.
Menurut data WHO tahun 2008, jumlah kematian yang disebabkan diabetes
melitus dan penyakit kardiovaskular di negara maju seperti Jepang, Inggris,
Swedia, dan Amerika Serikat lebih sedikit dibandingkan dengan di negara
berkembang seperti di Laos, Kamboja, dan Myanmar.
Selain penyakit kardiovaskuler, DM juga merupakan salah satu penyebab
utama penyakit ginjal dan kebutaan pada usia di bawah 65 tahun, dan juga
amputasi (Marshall dan Flyvbjerg, 2006 dalam Hill, 2011). Selain itu, diabetes
juga menjadi penyebab terjadinya amputasi (yang bukan disebabkan oleh
trauma), disabilitas, hingga kematian. Dampak lain dari diabetes adalah
mengurangi usia harapan hidup sebesar 5-10 tahun. Usia harapan hidup
penderita DM tipe 2 yang mengidap penyakit mental serius, seperti
Skizofrenia, bahkan 20% lebih rendah dibandingkan dengan populasi umum.
(Goldberg, 2007 dalam Garnita, 2012).Diabetes dan komplikasinya membawa
kerugian ekonomi yang besar bagi penderita diabetes dan keluarga mereka,
sistem kesehatan dan ekonomi nasional melalui biaya medis langsung,
kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Termasuk komponen biaya utama
adalah rumah sakit dan perawatan rawat jalan, faktor lain yang membutuhkan
biaya besar adalah kenaikan biaya untuk insulin analog 1 yang semakin banyak
diresepkan meskipun sedikit bukti bahwa insulin tipe tersebut memberikan
efek yang signifikan dibandingkan insulin manusia yang lebih murah.
Sebagian besar penyandang diabetes di Indonesia adalah kelompok diabetes
mellitus type IIyaitu lebih dari 90% dari seluruh populasi diabetes, sedangkan
penyandang diabetes mellitus type Ilebih sedikit jumlahnya (Perkeni, 2011).
Jumlah penderita diabetes di Indonesia tahun 2000 mencapai 8,43 juta jiwa dan
diperkirakan mencapai 21,257 juta jiwa pada tahun 2030, bahkan saat ini
prevalensi diabetes di Indonesia menduduki urutanke enam di dunia.
World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 4 juta orang
meninggal setiap tahun akibat komplikasi (Kemenkes, 2013).Pada tahun 2013
terdapat 15 kabupaten kota dengan angka kejadiandiabetes melitus melebihi
angka kejadian diabetes mellitus Provinsi Jawa Barat. Sedangkan tahun 2012
sebanyak 10 kabupaten kota. Berarti pada tahun 2013 mengalami peningkatan
jumlah kabupaten kota dengan kejadian diabetes mellitus melebihi angka
kejadian provinsi (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2013).
Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 prevalensi diabetes mellitus di Indonesia
sebesar 2,1%, sedangkan prevalensi diabetes mellitus terdiagnosis dokter atau
gejala di Jawa Barat sebesar 2,0 %. Prevalensi diabetes mellitus pada
perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laik-laki. (Dinkes Provinsi Jawa
Barat, 2013).Kecenderungan kejadian penyakit diabetes mellitus di Kota
Bandung pada tahun 2015 relatif cenderung meningkat dibanding tahun 2014.
Angka kejadian diabetes mellitus 2015 mencapai 31.711 penduduk, sedangkan
tahun 2014 mencapai 24.301 penduduk (Dinkes Kota Bandung, 2015).
Penangan diabetes mellitus banyak berbagai cara yang bisa dilakukan
sehari-harinya, misalkan senam kaki yang bisa dilakukan dirumah, sederhana
dan mudah untuk dilakukan setiap orang.
Senam kaki diabetes adalah latihan yang dilakukan untuk membantu
melancarkan peredaran darah bagian kaki. Selain itu, gerakan dari senam kaki
ini juga dapat memperkuat otot kaki serta meningkatkan kekuatan otot paha,
betis, dan mengatasi keterbatasan dalam pergerakan sendi. Selain itu, senam
kaki diabetes juga dapat membantu mencegah kelainan pada kaki penderita
diabetes dan menghindari kompliasi kaki diabetik (diabetic foot)
(klikdokter.com).
Kegunaan senam kaki diabetes untuk memperbaiki sirkulasi, memperkuat
otot kecil, mencegah kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis
dan paha, serta mengatasi keterbatasan gerak.
Berdasarkan data dari atas penulis tertarik mengambil kasus pasien dengan
diabetes mellitus karena akan tingginya angka kejadian diabetes mellitus di
wilayah kerja klinik cigombong. Hal yang ada dalam asuhan keperawatan
pasien diabetes mellitus adalah penanganan dengan senam kaki. Kadar gula
pada penderita diabetes mellitus akan meningkat secara bertahap dan tidak
akan langsung meingkat secara tiba-tiba. Maka dari itu pentingnya penerapan
senam kaki pada penderita diabetes mellitus sesuai dengan artikel.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Cara Penerapan Senam Kaki Diabetes Terhadap Perubahan Kadar
Gula Pada Penderita Diabetes Mellitus?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Penerapan Senam Kaki Terhadap Perubahan Kadar Gula
Pada Penderita Diabetes
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami
diabetes
b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami
diabetes
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami
diabetes
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami
diabetes
e. Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami diabetes
f. Menganalisis penerapan senam kaki terhadap perubahan kadar gula
pada penderita diabetes
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian ini pengembangan ilmu keperawatan tentang
penerapan senam kaki terhadap perubahan kadar gula pada penderita
diabetes
2. Manfaat Praktis
a. Perawat
Agar perawat tahu manfaat senam kaki terhadap perubahan kadar gula
pada penderita diabetes dan tidak hanya menggunakan farmakologis
saja.
b. Institusi Pendidikan
Agar bisa menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi institusi pendidikan
akan manfaat penerapan senam kaki.
c. Klien
Untuk penurunan kadar gula secara bertahap dan bisa memungkinkan
juga untuk memudahkan klien atau keluarga dapat menerapkannya.
d. Puskesmas
Untuk perencanaan yang baik dan bisa juga digunakan dalam
implementasi atau pendidikan kesehatan bagi masyarakat atau
keluarga tersebut.

Anda mungkin juga menyukai