Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SIMPANAN DEPOSITO PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT(BPR)

Disusun Oleh:

Mixelerry Tompunu (16041004)

David Sompie (16041010)

Ryan Sindua (16041016)

Ridick Poluakan (16041028)

Marcel Rasubala (16041036)

Agustinus Beat (16041056)

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat, rahmat dan penyertaan-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Simpanan Deposito Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR)”.
Harapan kami dalam menyelesaikan makalah ini adalah memberikan
informasi tentang Simpanan Deposito Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
sehingga dapat memberikan wawasan yang lebih untuk pembaca terutama penulis.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Manado, 12 November 2018

Penyusun
BAB.1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank merupakan salah satu sumber penyedia dana yang diantaranya dalam
bentuk perkreditan bagi masyarakat atau perorangan dan badan usaha guna
memenuhi kebutuhan konsumsi atau untuk meningkatkan produksi. Untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam sesuai dengan harkatnya
selalu meningkat, sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang
diinginkannya itu terbatas. Hal ini menyebabkan masyarakat memerlukan bantuan
untuk meningkatkan usahanya yang tentu memerlukan modal dengan bantuan
bank untuk tambahan modal diperoleh kredit. Secara otomatis akan terwujud
adanya suatu hubungan hukum berupa perjanjian kredit dimana pihak bank
berkedudukan sebagai kreditur sedangkan para nasabahnya berkedudukan sebagai
debitur.

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, kegiatan Bank


Perkreditan Rakyat dalam pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan Bank
yang sangat penting dan utama, sehingga pendapatan dari kredit yang berupa
bunga merupakan komponen pendapatan paling besar dibanding dengan
pendapatan jasa-jasa diluar bunga kredit yang biasa disebut free base income.

Sebagai lembaga yang melakukan kegiatan menghimpun dan menyalurkan


dana masyarakat, kinerja dan kelangsungan usaha Bank Perkreditan Rakyat sangat
bergantung pada kualitas penyediaan dana pada aktiva produktif. Kondisi
penyediaan dana pada aktiva produktif yang buruk akan mengakibatkan
memburuknya kinerja bank dan dapat mempengaruhi kelangsungan usaha bank.
1.2 Rumusan Masalah

1) Apa pengertian, sejarah dan perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Di


Indonesia?
2) Bagaimana mekanisme pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR)?

1.3 Tujuan

1) Mengetahui Sejarah dan perkembangan BPR di Indonesia.

2) Mengetahui mekanisme pada Bank Perkreditan Rakyat.


6

BAB. II

PEMBAHASAN

1. Pengertian BPR
Bank Perkreditan Rakyat atau yang biasa disebut dengan BPR adalah salah
satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan
menengah. Lokasi Bank Perkreditan Rakyat pada umumnya dekat dengan tempat
masyarakat yang membutuhkan, sehingga Bank Perkreditan Rakyat banyak
dijumapi di setiap daerah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Bank
Perkreditan Rakyat telah ada sejak sebelum kemerdekaan yang dikenal dengan
sebutan Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani dan Bank Dagang Desa atau Bank
Pasar.
Pengertian Bank Perkreditan Rakyat sendiri adalah bank yang kegiatan usahanya
dilakukan secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Hal ini sesuai
dengan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 pasal (1) tentang Perbankan yaitu Bank
Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk
deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
itu

2. Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Sejarah lembaga perkreditan rakyat dimulai pada masa kolonial Belanda


pada abad ke-19 dengan dibentuknya Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan
Bank Dagang Desa, dengan tujuan membantu para petani, pegawai, dan buruh
untuk melepaskan diri dari jerat pelepas uang (rentenir) yang memberikan kredit
dengan bunga tinggi.

Pasca kemerdekaan Indonesia, didirikan beberapa jenis lembaga keuangan


kecil dan lembaga keuangan di pedesaan seperti Bank Pasar, Bank Karya
Produksi Desa (BKPD), dan mulai awal 1970an, Lembaga Dana Kredit Pedesaan
(LDKP) oleh Pemerintah Daerah.
7

Pada tahun 1988, Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1988


(PAKTO 1988) melalui Keputusan Presiden RI No.38 yang menjadi momentum
awal pendirian BPR-BPR baru. Kebijakan tersebut memberikan kejelasan
mengenai keberadaan dan kegiatan usaha “Bank Perkreditan Rakyat” atau BPR.
Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.7 tentang Perbankan tahun 1992 (UU
No.7/1992 tentang Perbankan), BPR diberikan landasan hukum yang jelas sebagai
salah satu jenis bank selain Bank Umum.

Sesuai UU No.7/1992 tentang Perbankan, Lembaga Keuangan Bukan


Bank yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dapat
menyesuaikan kegiatan usahanya sebagai bank. Selain itu, dinyatakan juga bahwa
lembaga-lembaga keuangan kecil seperti Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar,
Bank Pegawai, LPN, LPD, BKD, BKK, KURK, LPK, BKPD, dan lembaga-
lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu dapat diberikan status sebagai
BPR dengan memenuhi persyaratan dan tata cara yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah (PP). Selanjutnya PP No.71/1992 memberikan jangka
waktu sampai dengan 31 Oktober 1997 bagi lembaga-lembaga keuangan tersebut
untuk memenuhi persyaratan menjadi BPR. Sampai dengan batas waktu yang
ditetapkan, tidak seluruh lembaga keuangan tersebut dapat dikukuhkan sebagai
BPR karena tidak dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan. BPR yang
didirikan sesudah PAKTO 1988 maupun Lembaga Keuangan yang dikukuhkan
menjadi BPR sesuai dengan PP No.71/1992, tunduk pada ketentuan-ketentuan
yang diatur dalam Undang-undang Perbankan dan peraturanperaturan yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas bank. Khusus Badan
Kredit Desa (BKD), meskipun lembaga tersebut sesuai UU No.7/1992 tentang
Perbankan, diberikan status sebagai BPR, namun karena organisasi dan
manajemennya relatif sederhana, lingkup usahanya sangat kecil, serta
operasionalnya tidak setiap hari, maka pengaturan dan pengawasan terhadap BKD
pun tidak dapat disamakan dengan BPR.
8

3. Tugas Bank Pengkreditan Rakyat

 Memberikan kredit
 Menghimpun dana masyarakat berupa tabungan, deposito berjangka
ataupun lainnya yang serupa.
 Menawarkan penempatan dana dan pembiayaan melalui prinsip syariah,
berdasarkan ketetapan dari Bank Indonesia.
 Menempatkan dananya berbentuk Sertifikat Bank Indonesia, sertifikat
deposito, tabungan bank lain, dan deposito berjangka.

4. Cara Kredit Pada BPR

 Fotokopi identitas diri (KTP).


 Fotokopi akta nikah bagi yang sudah menikah.
 Fotokopi kartu keluarga.
 Fotokopi buku tabungan atau rekening korang yang harus diterbitkan dari
pihak bank tempat calon debitur menabung selama 3 bulan terakhir.
 Fotokopi slip gaji.
 Fotokopi rekening listrik atau air.
 Surat berharga dari barang yang menjadi jaminan.

5. Perbedaan Layanan Kredit dan Simpanan di Bank Perkreditan Rakyat


dan Bank Umum:

Bank Perkreditan Rakyat melayani kredit dan simpanan walaupun tidak


sekompleks bank umum yang meliputi:

 Produk simpanan berupa tabungan dan deposito berjangka


 BPR tidak menyediakan produk simpanan giro seperti bank umum.
 Ada perbedaan bunga simpanan di BPR jika dibandingkan dengan bank
umum
 Bunga deposito BPR juga mendapatkan jaminan dari Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS), maksimal sebesar 8,75%.
9

 kredit yang disediakan terbatas pada kredit tanpa agunan atau kredit untuk
karyawan dan kredit usaha kecil.
 Nilai plafon kredit yang disediakan juga terbatas tidak seperti bank umum
yang bisa mencapai puluhan miliar rupiah.
 Tidak memiliki layanan kartu kredit.

Sedangkan bank umum melayani kredit dan simpanan yang lebih lengkap
dan kompleks yang secara umum meliputi layanan BPR ditambah beberapa
produk berikut ini:

 Kredit konsumtif seperti KTA, kartu kredit, kredit properti (rumah dan
apartemen), kredit kendaraan bermotor.
 Kredit investasi dan kredit modal kerja berbagai segmen nasabah.
 Simpanan nasabah juga dijamin LPS dengan bunga di kisaran 6,25%
untuk deposito rupiah dan 0,25% untuk deposito valas.

Secara umum bunga simpanan BPR relatif tinggi dibandingkan bank


umum namun dengan konsekuensi bunga kreditnya juga lebih tinggi
dibandingkan bunga kredit bank umum.

2.6 Pengaturan dan Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat

Sebagai salah satu jenis bank maka pengaturan dan pengawasan Bank
Perkreditan Rakyat dilakukan oleh Bank Indonesia yang tertuang dalam UU No.3
tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Kewenangan pengaturan dan pengawasan
Bank Perkreditan Rakyat oleh Bank Indonesia meliputi kewenangan memberi izin
(right to lincense), kewenangan untuk mengatur (right to regulate), kewenangan
untuk mengawasi (right to control), dan kewenangan untuk mengenakan sanksi
(right to impose sanction).
10

Pengaturan dan pengawasan Bank Perkreditan Rakyat oleh Bank Indonesia


diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi Bank Perkreditan Rakyat sebagai
lembaga kepercayaan masyarakat yang ikut berperan dalam membantu
pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian pengaturan dan pengawasan Bank
Perkreditan Rakyat yang dilakukan disesuaikan dengan karakteristik operasional
Bank Perkreditan Rakyat namun tetap menerapkan prinsip kehati-hatian bank
(prudential banking) agar tercipta sistem perbankan yang sehat.

2.7 Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat

Kegiatan usaha yang dilakukan Bank Perkreditan Rakyat menurut Kasmir


(2003),meliputi:

- Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan deposito


berjangka, tabungan atau dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

- Memberikan kredit.

- Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip


syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

- Menempatkan dana dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),


deposito berjangka, sertifikat deposito.

Kegiatan usaha yang tidak dapat dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat
menurut Kasmir (2003) adalah :

- Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran.

- Melakukan kegitan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai pedagang


valuta asing ( dengan izin Bank Indonesia).

- Melakukan penyertaan modal.

- Melakukan usaha perasuransian.

- Melakukan usaha di luar kegitan usaha yang di maksud sebelumnya.


11

2.8 Sumber Dana Bank

Menurut Kasmir (2000;45) sumber dana bank atau dari mana bank
mendapatkan dana untuk keperluan operasionalnya dibedakan menjadi 3 sumber,
yaitu dana yang berasal dari modal sendiri, pinjaman dan masyarakat.

1. Dana yang berasal dari modal sendiri Sumber dana ini sering disebut sumber
dana pihak pertama yaitu dana yang berasal dari dalam bank, baik pemegang
saham maupun sumber lain.

2. Dana yang berasal dari pinjaman Sumber dana ini sering disebut dana pihak
kedua yaitu sumber dana yang berasal dari pinjaman bank lain maupun lembaga
keuangan lain kepada bank.

3. Dana yang berasal dari masyarakat Sumber dana ini sering disebut sumber
dana pihak ketiga yaitu sumber dana yang berasal dari masyarakat sebagai
nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito.
12

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
13

DAFTAR PUSTAKA

1. http://sidi-muhammad.blogspot.com/2016/07/makalah-bank-
perkreditan-rakyat-bpr.html

2. https://www.cermati.com/artikel/mengenal-bpr-dan-perbedaannya-
dengan-bank-umum

3. https://tirto.id/tawarkan-bunga-deposito-tinggi-bpr-layak-untuk-
simpan-uang-cJex

Anda mungkin juga menyukai