Anda di halaman 1dari 6

Abstrak

Penyalahgunaan narkoba di kalangan masyarakat semakin meningkat dari hari ke hari,


memiliki efek buruk pada penggunanya dan eksistensi bangsa di masa depan, diawali adanya
coba-coba dalam lingkungan sosial. Semakin lama pemakaian maka resiko kecanduan
semakin tinggi, semakin banyak mengkonsumsi narkoba maka dosis akan semakin besar.
Narkotika, psikotropika, zat adiktif, napza atau narkoba pada dasarnya mengandung bahaya terhadap
keselamatan jasmani dan ruhani pemakainya (Undang-Undang Narkotika dan Psikotropika, 1997: 3)
Pemulihan pecandu narkoba dengan obat-obatan dirumah sakit akan ketergantungan obat
(RSKO) pada diri pecandu, para pecandu tidak bisa lepas dengan obat-obatan untuk
mengurangi konsumsi narkoba. Maka obat-obatan tidak mutlak bisa menyembuhkan para
pecandu narkoba. Salah satu upaya untuk memulihkannya para pecandu membutuhkan
dorongan dan dapat di tangani dengan konseling terpadu terdiri dari konseling individual
(KI), Bimbingan kelompok (BKL), Konseling Keluarga (KK), Pendidikan dan Pelatihan,
Kunjungan (Visiting), Partisipasi Sosial. Dengan memperkuat persepsi, sikap, pemahaman
dan komitmen, untuk meningkatkan gaya hidup yang sehat dan terbentuknya masyarakat
yang sehat.

Kata Kunci : Layanan Konseling Terpadu, Pecandu Narkoba, Pemulihan Pecandu.

PENDAHULUAN
Berbicara tentang narkoba akhir-akhir ini sangat marak di masyarakat Indonesia, dari pusat sampai
daerah didirikan berbagai organisasi peduli terhadap penanggulangan narkoba. Berbagai kasus penyalahgunaan
narkoba sudah sangat mengkawatirkan, korban narkoba sangat banyak, meluas dan menyerang hampir semua
lapisan masyarakat, mulai dari artis, mahasiswa, pelajar sampai pada orang dewasa. Korban narkoba dari tahun
ke tahun meningkat jumlahnya dan kebanyakan yang terkena narkoba adalah remaja.
Berdasarkan data yang dikutip oleh Sarwono (2007: 59) menyatakan bahwa sekitar 2
juta jiwa penderita ke- tergantungan narkoba, sebanyak 80 per- sen di antaranya adalah
remaja usia sekolah.
Sejalan dengan itu, Data Badan Narkotika Nasional 2007 dalam Harefa menyatakan bahwa pecandu
narkoba di Indonesia meningkat tajam dalam dasawarsa terakhir, hal ini mengindikasikan suatu fenomena sosial
pecandu narkoba terbanyak adalah remaja berusia 15 sampai dengan 25 tahun. Remaja adalah manusia yang
sedang berada pada usia transisi, suatu masa penuh kesulitan dan gejolak, Remaja cenderung berpikir pendek
dan ingin cepat dalam mengentaskan masalah hidup dengan menempuh jalan
sesat dan mengandung risiko seperti menggunakan narkoba. Karena proses berpikir seperti itu, remaja
tidak mampu membedakan antara baik dengan buruk yang akan dijadikan acuan perilaku, sehingga pada
akhirnya narkobalah menjadi solusi atas permasalahan hidup yang mereka hadapi
Beranjak dari fenomena remaja korban narkoba di atas, maka fokus tulisan ini
menekankan kepada siapa remaja dan apa sebenarnya narkoba, apa faktor penyebab remaja
senang menggunakan narkoba, dan apa akibatnya mengkonsumsi narkoba, bagaimana kon-
seling berperan dalam mencermati masalah remaja korban narkoba. Sehingga dengan itu
pengawasan dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan konseling terpadu untuk pemuliha
pecandu korban narkoba agar bisa sadar dan bisa lebih kearah positif lagi.

PEMBAHASAN

Hakikat Narkoba
Narkoba merupakan singkatan dari
narkotika dan obat berbahaya. Selain narkoba istilah yang diperkenalkan oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia adalah napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif. Narkotika adalah
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sin- tetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkoba, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku pemakainya. Selanjutnya zat adiktif mengacu
pada zat yang menimbulkan efek kecanduan bagi penggunanya. Dengan demikian baik narkotika, psikotropika,
zat adiktif, napza atau narkoba pada dasarnya mengandung bahaya terhadap keselamatan jasmani dan ruhani
pemakainya (Undang-Undang Narkotika dan Psikotropika, 1997: 3)

Bahaya Narkoba
Menurut Willis, (2008; 175) Keluarga berperan memelihara anggota supaya tidak
mendapat marabahaya. Salah satu yang amat pesat saat ini adalah bahaya narkoba. Narkoba
bahkan sudah memasuki sekolah-sekolah, termasuk SD. Tumah tanggapun tidak terlepas dari
jangkauan barang laknat tersebut, karena dapat merusak otak, sehingga mematikan
nerotransmitter otak, akibatnya orang yang kecanduan narkoba kehilangan daya pikir, daya
mengingat, dan daya menyimpan. Jika seorang siswa telah kecanduan narkoba, dia tidak akan
bisa lagi melanjutkan sekolahnya, walaupun orangtuanya sanggup membiayainya sampai
sekolah tinggi.

Metode Pemulihan Pecandu


Menurut Willis, (2010; 174) Model pemulihan yang ada saat ini sangat berorientasi
medis dan psikoanalisis, artinya, pada tahap awal pecandu dibawa ke Rumah Sakit
Kebergantungan obat (RSKO).
Menurut Mann dalam Willis, (2010; 174) Mann adalah seorang dokter medis yang
menyaksikan keampuhan RSKO tentang pemulihan total (total recovery) pasien dengan
layanan detoksifikasi, terapi nutrisi/vitamin, dan memberi obat pengendalian emosi pasien,
oleh karena itu Mann memuji pendekatan Panti Rehabilitas terkemuka St. Mary’s Hospital
and Rehabilitas Center (SHRC) yang ada di Amerika Serikat, karena disana pasien tidak
hanya disembuhkan melakukan pendengkatan pengobatan dengan mengonsumsi obat-obatan
saja, tetapi juga pendekatan rehabilitas psikologis, sosial, intelektual, spiritual, dan fisik.

Metode Konseling Terpadu


Menurut Willis, (2010; 174) Metode Konseling Terpadu (MKT) adalah upaya
memberikan bantuan kepada klien kecanduan narkoba dengan menggunakan beragam
pendekatan konseling dan memberdayakan klien terhadap lingkungan sosial agar klien segera
menjadi anggota masyarakat yang normal, bermoral, dan dapat menghidupi diri dan keluarga.
Syarat utama MKT adalah klien telah selesai dengan program detoxification di RSKO.

a. Konseling Individual
Menurut Ivey & Downing dalam Willis, (2010; 175) Konseling Individual (KI)
Penerapan KI adalah upaya membantu klien oleh konselor secara individual dengan
mengutamakan hubungan konseling antara konselor dengan klien yang bernuansa emosional
(dan keagamaan, jika konselor mampu), sehingga besar kepercayaan klien terhadap konselor.
Pada gilirannya klien akan bicara jujur membuka rahasia batinnya (disclosure) yang selama
ini tidak pernah dikemukakan kepada orang lain termasuk keluarga.
KI bertujuan menanamkan kepercayaan diri klien atas dasar kesadaran diri untuk :
1. Tidak menyalahkan orang lain atas kecerobohan dan kesalahannya mengkonsumsi narkoba.
2. Menumbuhkan kesadaran untuk mengambil tanggung jawab atas perbuatannya yang
destruktif yang dilakukan selama ini dengan menerima segala akibatnya (seperti; keluar dari
sekolah/kuliah, kehilangan pekerjaan, dijauhi orang-orang yang dicintai)
3. Menerima realitas hidup dengan jujur.
4. Membuat rencana-rencana hidup secara rasional dan sistematik untuk keluar dari
cengkeraman setan narkoba dan menjadi manusia yang baik.
5. Menumbuhkan keinginan dan kepercayaan diri untuk melaksanakan rencana hidup tersebut
Jika konselor menguasai pendidikan agama akan lebih baik KI diiringi dengan
ajaran-ajaran agama seperti; penyerahan diri kepada Allah, menerima cobaan hidup dengan
tawakal, taat ibadah, dan berbuat baik terhadap sesama. Jika konselor tidak menguasai soal
agama, konselor harus mamasukkan seorang ahli agama kedalam tim konselor.
Prosedur Konseling Individual
Menurut Willis, (2010; 176) prosedur konseling individual sebagai berikut;
1. Konselor menciptakan hubungan konseling yang menumbuhkan kepercayaan klien terhadap
konselor, sehingga klien menjadi jujur dan terbuka, bersedia mengatakan segala isi hati dan
rahasia pribadi berkaitan dengan kecanduannya. Hal ini disebabkan oleh sikap empati,
hangat, terbuka, memahami, dan asli (genuine) dari konselor, serta memiliki kemampuan-
kemampuan teknik konseling yang baik.
2. Konselor membantu klien agar dia mampu memahami diri dan masalahnya. Kemudian
bersedia bersama konselor untuk menemukan jalan keluar atas kekacauan dirinya sehinga
membuat keluarga klien menderita karena merasa malu, mengeluarkan biaya yang tidak
sedikit, dan memungkinkan sekolah adik-adiknya terganggu.
3. Konselor membantu klien untuk memahami dan menaati rencana atau program yang telah
disusun konselor bersama klien, selanjutnya klien siap untuk melaksanakan program tersebut.

b. Bimbingan Kelompok (Bkl)


Menurut Yalom dalam Willis, (2010; 176) Bimbingan kelompok bertujuan memberi
kesempatan klien untuk berpartisipasi dalam memberi ceramah dan diskusi dengan berbagai
kelompok masyarakat seperti mahasiswa, sarjana, tokoh-tokoh masyarakt, guru BK
disekolah, para siswa, anggota DPR, ibu-ibu pengajian dan sebagainya, melalui interpersonal
relation, akan tumbuh kepercayaan diri klien.

Prosedur Bimbingan Kelompok


Menurut Willis, (2010; 177) prosedur bimbingan kelompok yang menjadikan klien
sebagai figur sentral sebagai berikut;
1. Mempersiapkan mental klien untuk berani tampil menyampaikan kisah kasusnya, dan
selanjutnya berdiskusi dengan peserta. Jumlah peserta yang ideal paling banyak 10 orang.
2. Mempersiapkan materi yang akan disampaikan klien kepada peserta diskusi yaitu penjelasan
tentang identitas diri dan kisah panjang tentang proses kecanduan sejak awal hingga saat ini
beserta upaya-upaya penyembuhan yang telah dilaluinya.
3. Mempersiapkan peserta agar mempunyai minat untuk berdiskusi dengan klien pecandu
narkoba, dan tidak segan-segan mengeritik dan memberi masukan.
4. Mepersiapkan daftar hadir peserta dan kamera photo.
Setelah berdiskusi diharapkan klien akan makin meningkat kepercayaan diri untuk
hidup normal, dan juga tumbuh sikap kepemimpinan diri, keluarga, dan masyarakat. Jika
diskusi ceramah dilakukan secara terus menerus akan mendewasakan klien sehingga menjadi
kuat kepribadian utntuk menjadi anggota masyarakat.

c. Konseling Keluarga
Menurut Willis, (2008; 173) Pemulihan klien terhadap narkoba sangat amat
diperlukan dukungan keluarga seperti ayah, ibu, saudara istri, suami, pacar, keluarga terdekat.
Fasilitator konseling keluarga adalah konselor, sedangkan pesertanya adalah klien, orang tua,
saudara, suami/istri, dan sebagainya. Anggota keluarga mempunyai peran penting untuk
pemulihan klien. Dampaknya tumbuh rasa aman, percaya diri, rsa tanggung jawab klien
terhadap diri dan keluarga.

Prosedur Konseling Keluarga (Kk)


Menurut Willis, (2010; 178) Prosedur konseling keluarga yang harus ditempuh untuk
mencapai keberhasilan sebagai berikut;
1. Menyiapkan mental klien narkoba untuk menghadapi anggota keluarga.
2. Memberi kesempatan setiap anggota keluarga menyampaikan perasaan terpendam, kritikan-
kritikan, dan perasaan negatif lainnya terhadap klien.
3. Selanjutnya konselor memberi kesempatan kepada klien untuk menyampaikan isi hatinya
berupa kata-kata pengakuan jujur isi hatinya berupa kata-kata pengakuan jujur atas
kesalahan-kesalahannya.
4. Selanjutnya konselor mengemukakan kepada keluarga tentang program pemulihan klien
secara keseluruhan.
5. Konselor meminta tanggapan keluarga tentang program tersebut.
Secara berturut-turut telah dikemukakan program konseling yang memadukan
kegiatan konseling individual, bimbingan kelompok, dan konseling keluarga. Masih dalam
nuansa bimbingan dan konseling diberikan pula program pendidikan dan pelatihan, serta
program partisipasi terhadap kegiatan-kegiatan di masyarakat.
d. Pendidikan Dan Pelatihan
Menurut Willis, (2010; 179) Pendidikan, termasuk pendidikan agama, diberikan
kepada klien narkoba dengan tujuan untuk membentuk kepribadian klien yang sehat (healty
personality) sebagaimana dimiliki orang normal.
Menurut Maslow dkk dalam Willis, (2010; 179) ciri kepribadian yang sehat sebagai
berikut ;
1. Menerima kenyataan hidup secara baik. (tanpa konflik)
2. Menerima keadaan diri dan orang lain apa adanya.
3. Bersifat alami (mencintai alam sekitar)
4. Mampu memusatkan perhatian terhadap tugs dan masalh yang dihadapi.
5. Mampu mandiri
6. Memiliki rasa persahabatan dan kasih sayang.
7. Demokratis.
8. Punya rasa etis dan moral-religius.
9. Punya rasa humor.
Sifat yang sehat harus ditanamkan kepada diri individu sejak dini. Mengapa klien
narkoba perlu diberikan pendidikan etik, moral, dan agama? Pendidikan etika religius perlu
diajarkan untuk mencintai sesama, rasa hormat, menjaga diri dari perbuatan yang tidak
bermoral dan tidak berperikemanusiaan. Pemulihan klien narkoba tidak cukup dengan
sharing perasaan bosan saja, akan tetapi lebih ditekankan agar dia lebh mendekatkan diri
kepada Allah SWT sehingga tumbuh keyakinan pada dirinya.

e. Kunjungan (Visiting)
Menurut Willis, (2009; 184) Proses pemulihan dengan program kunjungan
diperlukan. Konselor harus mampu memilih objek kunjungan agar substansinya dapat
mempercepat pemulihan. Misalnya pesantren dan lembaga-lembaga keterampilan. Pada
kunjungan ke pesantren makna akan diperoleh klien terutama makna ketuhanan, hidup, dan
ibadah. Khusus makna hidup, dipesantren diajarkan tentang hidup sederhana, kebersamaan,
demokratis, dan etika moral-agama.

Prosedur Kunjungan Ke Pesantren


Menurut Willis, (2010; 181) Prosedur kunjungan ke pesantren melalui tahapan
sebagai berikut;
1. Kunjungan ke pesantren dipandu oleh konselor dan timnya.
2. Klien dipersiapkan dulu mental, fisik, dan peralatan yang dibutuhkan untuk kunjungan
selama dua hari.
3. Konselor dan klien telah menyusun acara selama di pesantren.
4. Evaluasi hasil kunjungan oleh klien bersama konselor dan tim.

f. Partisipasi Sosial
Menurut jourard & Landsman dalam Willis, (2010; 182) Kegiatan ini bertujuan untuk
menanamkan kesadaran sosial atau hidup bermasyarakat secara wajar dan produktif. Secara
wajar artinya klien terlepas dari kebergantungan narkoba ia harus kembali ke masyarakatnya
dengan memenuhi nilai, norma, dan tuntutan sosial yang demokratis dan bersahabat.

Prosedur Partisipasi Sosial


Menurut Willis, (2010; 183) Untuk mencapai tujuan tersebut, prosedur kegiatan
partisipasi sosial melalui tahap sebagai berikut;
1. Konselor dan tim menyusun rencana partisipasi sosial seperti ikut kerja bakti di RT dan RW
setempat, ikut program olahraga dan seni pemuda, pengajian remaja masjid.
2. Mendiskusikan rencana tersebut dengan klien agar dia paham dan siap mental.
3. Pada hari H-nya konselor memberikan kesempatan klien berpartisipasi dalam kegiatan yang
telah direncanakan, sambil memantau dalam kegiatan sosial.
4. Evaluasi konselor dan tim bersama klien tentang keikutsertaannya dalam kegiatan sosial.
5. Menerima penilaian klien tentang manfaat keikutsertaannya dalam kegiataan.

KESIMPULAN
Narkoba atau bisa juga disebut NAPZA yaitu narkotika, psikotropika, zat adiktif,
merupakan obat yang berbahaya dimana jika dikonsumsi secara terus menerus akan
menyebabkan penurunan kesadaran, hilangnya rasa, dan menimbulkan ketergantungan,
merusak otak, daya pikir, daya mengingat, menyimpan berkurang, dan bisa berujung
kematian.
Pemulihan para pecandu narkoba tidak bisa secara langsung dan harus melalui
berbagai tahap, seperti halnya para pecandu tidak bisa langsung sembuh dengan cara
mengonsumsi obat secara terus menerus karena akan mengalami ketergantungan, maka dari
itu para pecandu harus diarahkan pada hal kesibukan yang positif, konseling sangat
diperlukan dalam menangani pecandu narkoba, dengan metode konseling terpadu diharapkan
para pecandu narkoba bisa sadar, bisa bersosialisasi terhadap lingkungan sekitar, menjadi
anggota masyarakat yang normal, bermoral, dan bisa menghidupi dirinya maupun
keluarganya.
Konseling terpadu di dalamnya ada konseling individual, bimbingan kelompok,
konseling keluarga, pendidikan dan pelatihan, kunjungan (visiting), partisipasi sosial, di
dalam berbagai konseling tersebut ada prosedur pelaksanaan agar konselor dan klien dapat
terarah sesuai dengan yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2007. “Psiko- logi Remaja”. Jakarta: Raja Gara- findo Persada.
Sofyan S. Willis. 2008. Konseling Keluarga “Family counseling” Bandung: Alfabeta
Sofyan S. Willis. 2010. Remaja dan Masalahnya ”Mengupas berbagai bentuk kenakalan remaja
seperti narkoba, free sexx dan pemecahannya” Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai