Anda di halaman 1dari 14

ESTIMASI TIPE PENYANGGAAN SEBAGAI KAJIAN AWAL

GEOTEKNIK UNTUK RANCANGAN TEROWONGAN PT.


SURABAYA
ESTIMATION OF SUPPORTING TYPE FOR GEOTHECNICAL
PRELIMINARY STUDY IN TUNNELING DESIGN OF
PT.SURABAYA
Willy Marta Chornelis
11.2016.1.00621
1)
Jurusan Teknik Pertambangan – FTMK – Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Abstrak
PT. Surabaya merupakan daerah perbukitan yang tidak stabil. Dikarenakan kemiringan lereng yang
curam dan lintasan jalan berkelok-kelok. Sehingga sering terjadi longsoran kecil dan beresiko tinggi
untuk terjadinya kecelakaan. Pembuatan terowongan merupakan salah satu solusi alternatif untuk
mengatasi masalah ini. Oleh karena itu perlu dilakukan penyelidikan geoteknik untuk memenuhi
kebutuhan data dalam mengetahui jenis penyanggaan yang akan diterapkan pada terowongan.

Metoda rancangan terowongan yang digunakan adalah metoda empiris dan analitik. Metode empiris
digunakan untuk mendapatkan rekomendasi penyanggan yang akan diterapkan pada rancangan
terowongan, kemudian dalam memverifikasi kestabilan terowongan digunakan metode analitik yang
berbasis finite elemen method (FEM).

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan geologi struktur dan lithologi daerah penelitian
didapat nilai pembobotan kondisi massa batuan dengan RMR, RSR dan Q-system, untuk RMR = 68
(good rock), RSR = 55 dan Q-system

= 0.8 ( very poor rock). Berdasarkan hasil verifikasi dengan software Phase2 didapatkan total
deformasi RMR = 1.22772 mm, RSR =1.22782 mm dan Q-system = 1.22732 mm. Berdasarkan ketiga
metode tersebut setelah diverifikasi yang paling baik adalah rekomendasi penyanggaan metoda Q-
system dengan variasi penyanggaan ; shotcrete 120 mm, dikombinasikan dengan rockbolt sepanjang
2.5 meter dengan spasi 1,6 meter dengan total displacement sebesar 1.22732 mm.

Kata kunci :Terowongan, desain penyanggaan, metode empirik, metode analitik, stabilitas sistem
penyanggan

Abstract
PT.Surabaya is a hilly area that is not stable. Due to the steep slope and the path winding road. So
often a small avalanche and at high risk for accidents. Making the tunnel is one alternative solution
to overcome this problem. Therefore, it needs to be done to meet the needs of the geotechnical
investigation in knowing the type of buffering the data to be applied to the tunnel.

Tunnel design method used is empirical and analytical methods. Empirical methods used to obtain
recommendations that will be applied to the buffering tunnel design, then in verifying the stability of
the tunnel used analytical methods based finite element method (FEM).

Based on data obtained from geologic structure and lithology observation area of the research, the
weighting value with RMR rock mass conditions, RSR and the Q-system, to RMR = 68 (good rock),
RSR = 55 and Q-system = 0.8 (very poor rock). Based on the results obtained Phase2 software
verification with total deformation RMR = 1.22772 mm, RSR = 1.22782 mm and Q-system = 1.22732
mm. Based on these three methods after having verified, the best result is the recommendation
buffering buffering method Q-system with variations; shotcrete 120 mm, combined with rockbolt 2.5
meters long and spaced 1.6 meters with a total displacement of 1.22732 mm.

Key words :Tunnel, buffering design, empirical methods, analytical methods, stability buffering
system.

I. PENDAHULUAN
PT. Surabaya merupakan daerah perbukitan yang tidak stabil. Dikarenakan
kemiringan lereng yang curam dan lintasan jalan berkelok-kelok. Sehingga sering
terjadi longsoran kecil dan beresiko tinggi untuk terjadinya kecelakaan. Pembuatan
terowongan merupakan salah satu solusi alternatif untuk mengatasi masalah ini.
Oleh karena itu perlu dilakukan penyelidikan geoteknik untuk memenuhi kebutuhan
data dalam mengetahui jenis penyanggaan yang akan diterapkan pada terowongan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rekomendasi penyanggan terowongan


yang sesuai dengan kondisi massa batuan di daerah penelitian, berdasarkan tiga
metode pengklasifikasian. Kemudian rekomendasi penyanggaan dari ketiga metoda
tersebut diferivikasi dan dibandingkan dengan software yang berbasis metode
elemen hingga (FEM). Dengan acuan nilai total displacement akan diketahui tipe
penyanggaan dari ketiga rekomendasi mana yang paling baik.

II. TINJAUAN LOKASI PENELITIAN


PT. Surabaya berada pada kecamatan Sukolilo, Kabupaten Surabay, Provinsi Jawa
Timur. Panjang lintasan daerah penelitian yang dilakukan berkisar 2.4 km lihat
Gambar 1.

Gambar 1. Peta Administrasi daerah penelitian


Secara geografis daerah penelitian berada pada koordinat 980 55’ 35.45’’BT- 980 56’
3.05’’ BT dan 20 42’ 8.5” LU–20 40’ 42.4” LU dengan kondisi topografi merupakan
perbukitan. Kondisi demikian akan menimbulkan permasalahan yang kurang
baiknya keselamatan dalam perjalanan.

2.1 Stratigrafi Daerah Penelitian


Berdasarakan peta geologi lembar Surabaya, Jawa Timur, yang disusun oleh D. T
Aldiss, dkk (1983) lihat pada gambar 2, tatanan stratigrafi daerah penelitian dapat
dikelompokan menjadi dua formasi, yang secara umum berupa kelompok metamorf
dan batuan sedimen.

Formasi batuan tertua yang tersingkap di daerah penyelidikan adalah Formasi


Bahorok (Pub), berumur Karbon Akhir sampai Permian Awal terdiri dari satuan
metawake, metakonglomerat dan batusabakFormasi Kualu (Mtks) yang terdiri
anggota batugamping, serpih, batupasir dan lanau yang berumur periem akhir.

Gambar 2. Peta geologi daerah penelitian

2.2 Geologi Sekitar Daerah Penelitian Berdasarkan studi lapangan yang dilakukan,
batuan yang dijumpai sepanjang daerah penelitian terdiri dari:
 Batuan metawake: batuan sedimen yang termetamorfosiskan dari batupasir
menjadi metawake yang bersifat Homogen, bartekstur send, berwarna gelap.
 Batu sabak: berwarna abu-abu dan kehijau-hijauan, hitam dan merah, serta
dapat dibelah-belah menjadi lempengan tipis yang lebih keras dari batu serpih.
 Batuserpih: berwarna abu-abu sampai kehitaman, bersifat kompak, cukup
kuat-sampai kuat. Jika terkena udara akan mudah hancur.
 Batugamping: berwarna abu-abu, bersifat kompak, cukup kuat sampai kuat.
 Perlipatan: disepanjang daerah penelitian terdapat struktur perlipatan yang
berarah tenggara ke baratlaut.

III. KONDISI STRUKTUR, SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN


3.1 Rock Quality Designation Index (RQD) Dikarenakan tidak adanya data
pemboran. maka menentukan besarnya nilai RQD. diperkirakan dengan
menggunakan rumus :
RQD = 100 e0.1λ (1+0.1λ) (1)
Dimana nilai λ adalah perbandingan antara banyaknya jumlah bidang lemah yang
memotong panjang garis pengamatan dengan panjang garis pengamatan (scanline).
Hasil rekapitulasi perhitungan RQD setiap titik pengamatan, dapat dilihat pada Tabel
1.
Tablel 1. Rekapitulasi hasil perhitungan RQD setiap titik pengamatan
Titik RQD
No
Pengamatan (%)
1 TP-1 97.6
2 TP-2 99.1
3 TP-3 97.6
4 TP-4 99.1
5 TP-5 98.36

3.2 Geological Strenght Index (GSI)


Geological Strenght Index (GSI) adalah parameter yang akan menggambarkan
kondisi struktur dan kondisi permukaan dari bidang lemah yang berada pada massa
batuan. termasuk karakteristik kekasaran (Roughness) dan geser (Friction) dari
bidang lemah pada suatu massa batuan. Hoek.E, (2013). Karena besarnya nilai
Geological Strenght Index (GSI) dipengaruhi oleh kondisi struktur pada massa
batuan maka.
Besarnya nilai menggambarkan karakteristik kekasaran dan geser dari suatu massa
batuan. Hoek.E, (1995). Hasil perhitungan nilai GSI, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi hasil perhitungan nilai GSI setiap titik pengamatan
Titik
No GSI
Pengamatan
1 TP-1 88
2 TP-2 80
3 TP-3 87
4 TP-4 88
5 TP-5 80

3.3 Sifat Fisik & Mekanik Batuan


Dikarenakan tidak dilakukannya analisa laboratorium, maka parameter sifat fisik dan
mekanik batuan diperkirakan dengan menggunakan software Rocdata, dengan data
masukan :
 Geological Strenght Index (GSI)
 Kuat tekan batuan (Field Index Strenght)
 Konstanta mi
 Konstanta D
Dari hasil perhitungan menggunakan software. didapat besarnya nilai rata-rata sifat
fisik dan mekanik batuan daerah penelitian sebagai berikut :
 Unit weight (MN/m3) = 0.0227
 Cohesion (MPa) = 4.6
 Friction Angle (0) = 40.2
 Tensile Strenght (MPa) = 2.6
 Uniaxial Compressive Strenght (MPa) = 23.4
 Modulus of Deformation (MPa) = 52814.1 (Tabel 4)

3.4 Geometri Terowongan


Geometri terowongan yang direkomendasikan adalah sebagai berikut :
 Tipe terowongan adalah tapal kuda
 Panjang lantai 10 meter
 Tinggi terowongan 6 meter

Gambar 3. Desain geometri terowongan

IV. PEMBAHASAN
4.1 Pengklasifikasian Kondisi Massa Batuan Setelah dilakukan observasi di 5 titik
pengamatan pada lokasi penelitian. maka didapat data parameter kondisi massa
batuan. sebagai berikut :
1. Nilai kuat tekan batuan diketahui berdasarkan Field Index Strenght, dengan
rata-rata kuat tekan batuan di daerah tersebut berkisar antara 15 – 75 MPa.
2. Rata-rata nilai RQD (Table 1.) dari ke 5 titik pengamatan adalah sebesar 98.3
%.
3. Rata-rata jarak antar bidang lemah yang diukur pada 5 titik pengamatan
adalah berkisar antara 272.24 – 379.21 mm.
4. Bidang lemah khususnya kekar-kekar yang diukur tidak memiliki material
pengisi dan besarnya separasi kekar berkisar ≤ 1 mm.
5. Kondisi air pada daerah pengamatan cenderung basah. mungkin diakibatkan
adanya sumber mata air dari pegunungan di daerah tersebut.
6. Derajat pelapukan dari batuan di daerah pengamatan diindikasikan
terlapukan (moderatly weathered).

Dengan menggunakan parameter-parameter diatas. maka diketahui klasifikasi massa


batuan di daerah penelitian tersebut menurut RMR dengan nilai bobot 68 termasuk
dalam kelas II (Good Rock). menurut Q-System dengan nilai bobot 0.8 (Very Poor
Rock) dan RSR dengan nilai bobot 55. (Table 5).
4.2 Sisitem Penyanggaan
Berdasarkan hasil dari klasifikasi massa batuan diatas, maka
sistem penyanggaan yang digunakan adalah rock bolting dan dikombinasikan
dengan shotcrete. Khusus untuk baut batuanya digunakan jenis Grouted CablBolt-
Flexirope, spesifikasi teknis rock bolt dapat dilihat pada Tabel 6.
Dengan variasi ketiga metode pengklasifikasian, maka diketahui tiga
rekomendasi penyanggaan yang berbeda. Ketiga rekomendasi dapat dilihat pada
table.

Tabel 3. Rekapitulasi rekomendasi penyanggaan dari ketiga metoda


Metoda Supporting
RMR  Rock-bolting
Panjang 3 m dan
spasi
2.5 m
 Shotcrete 50 mm
Q-System  Rock-bolting
Panjang 2.5 m dan
spasi 1.6 m
 Shotcrete 120 mm
RSR  Rock-bolting
Panjang 1.2 m dan
spasi 2 m
 Shotcrete 20 mm

4.3 Analisa Sistem Penyanggaan Menggunakan Metode Elemen Hingga (FEM)


Software Phase2 yang berbasis metode elemen hingga (Finite Element Method)
merupakan metode numerik, dimana dalam geomekanika dan geoteknik dipakai
untuk menentukan medan tegangan dan perpindahan jika diketahui modulus
elastisitas atau deformasi berdasarkan perilaku massa batuan yang diterapkan. Dan
telah terbukti bahwa metode ini dapat menghitung secara lebih konsisten terhadap
distribusi tegangan, regangan, dan perpindahan akibat pembuatan lubang bukaan
bawah tanah.

Setelah model terowongan dibuat dan diproses dengan software Phase2, diketahui
nilai total displacement masing-masing rekomendasi penyanggaan tiap metode pada
Tabel 7:
 Rekomendasi penyanggaan RMR, dengan tipe penyanggaan rock-bolting
dengan panjang 3 m dan spasi 2.5 m dan dikombinasikan dengan shotcrete 50
mm. Memiliki nilai total displacement sebesar 0.00122772 m.
 Rekomendasi penyanggaan Q-System, dengan tipe penyanggaan rock-bolting
dengan panjang 2.5 m dan spasi 1.6 m dan dikombinasikan dengan shotcrete 120
mm. Memiliki nilai total displacement sebesar 0.00122732 m.
 Rekomendasi penyanggaan RSR, dengan tipe penyanggaan rock-bolting
dengan panjang 1.2 m dan spasi 2 m dan dikombinasikan dengan shotcrete 20
mm. Memiliki nilai total displacement sebesar 0.00122782 m.

Berdasarkan gambar 4,5 dan 6 terlihat dimensi runtuhan yang paling kecil
ditunjukan oleh sistem penyanggaan yang direkomendasikan oleh metode Q-System
yaitu rock-bolting dengan panjang 2.5 m dan spasi 1.6 m dan dikombinasikan
dengan shotcrete 120 mm. Kemantapan kestabilan terowongan juga ditunjukan
dengan nilai total displacement yang dimiliki sebesar 0.00122732 m (1,2 mm)
dimana nilai ini lebih kecil dari pada rekomendasi sistem penyanggaan yang
direkomendasikan oleh dua metode yang lain.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kondisi massa batuan di daerah penelitian menurut RMR termasuk dalam
kelas II (Good Rock), Q-system termasuk dalam massa batuan very poor rock
dan RSR termasuk dalam massa batuan Good Rock.
2. Sistem penyanggan yang direkomendasikan adalah metoda Q-system karena
dari model terowongan yang dihasilkan pada software phase 2, metoda ini yang
memiliki dimensi runtuhan yang paling kecil dan nilai total displecment yang
terkecil sebesar 0.00122732 m.
3. Tipe penyanggan yang akan dipakai untuk terowongan adalah rock bolting
dengan panjang 2.5 m dan spasi 1.6 m dan dikombinasikan dengan shotcrete
dengan tebal 120 mm.
4. Rekomendasi geometri terowongan yang digunakan adalah tipe tapal kuda,
dengan tunnel sepanjang 1.3 Km.
5. Disarankan ; perlu dilakukanpengambilan data-data teknik seperti pemboran
dan uji laboratorium sebagai data masukan program Software Rocdata dan
Phase2.

VII. DAFTAR PUSTAKA


1. Hook, E. 2000. Practical Rock Engeering, Text Book. North
Vancouver,B,C, Canada
2. Hook, E, dkk. 2013. Quantification Of The Geological Strength Index Chart.
Paper Geomechanics Symposium Held In San Fransisco, USA
3. Sulistianto, B, dkk. 2009. Estimation Of Rock Support Type For South
Ramp Down B Devploment At Pongkor Underground Gold Mine. Department
Of Mining Eneering ITB, Bandung
4. Mahmud, G. _____. Pemodelan Pemasangan Penyangga Sementara
Menggunakan Perangkat Lunak Phase 2 Pada Headrace Tunnel Chainage 45 m -
155 m Di PLTA Tulis Kabupaten Banjar Negara.
5. Fathoni, M. R _____. Pemodelan pemasangan penyangga sementara
menggunakan perangakat lunak phase 2 pada headrace tunnel Chainage 155 m –
2665 m Di PLTA Tulis Kabupaten Banjar Negara.
6. Tibri, T. 2000. Teknik Terowongan, Text Book. Institut Teknologi Medan.
VIII. Lampiran
Lampiran 1
Tabel 4. Sifat Fisik & Mekanik
Tensile Uniaxial
Titik Unit Weight Cohesion Friction Strenght Compressive Modulus of
No Pengamatan Batuan Deformation
(MN/m3) (MPa) Angle (0) (MPa) Strenght (MPa) (MPa)
1 TP-1 Claystone 0.018 1.98 31.7 -1.5 7.7 34518
2 TP-2 Claystone 0.018 2.38 34.8 -1.6 9.8 30800.7
3 TP-3 Limestone 0.0265 6.8 46 -3.5 36.4 72867
4 TP-4 Limestone 0.0265 7.2 46 -3.8 38.5 77184.6
5 TP-5 Shalestone 0.0245 4.9 42.7 -2.7 24.6 48700.2
Average = 0.0227 4.6 40.2 -2.6 23.4 52814.1
Lampiran 2
Tabel 5. Rekapitulasi Pengklasifikasian Massa Batuan
Hasil
Klasifikas
i TP- Average
TP-1 2 TP-3 TP-4 TP-5
RMR 57 65 76 67 77 68 (Good Rock)
Q-system 1.46 0.79 0.2 1.2 0.6 0.8 (Very Poor Rock)
RSR 44 53 70 53 56 55

Table 6. Data Teknik Dari Grouted Cable Bolt-Flexirope


Beban batas Regangan
Kualitas Diameter (Yield Beban ultimat axial Diameter lubang
steel load) (Ultimate load) Berat kabel Panjang kabel bor yang
kabel kabel kabel ultimate kabel dianjurkan
Spesifikasi
1770 28
N/mm2 mm 500 kN 500 kN 3% 3,1 kg/m Sesuai panjang 35 mm
yang
dibutuhkan
Lampiran 3.
RMR Sebelum dipasang penyangga Setelah dilakukan penyanggaan
Supporting :
 Rock bolting
Panjang 3 m
dan spasi 2.5
m
 Shotcrete 50
mm

Gambar 4. Rekomendasi sistem penyanggaan metode RMR


Lampiran 4
Q-System Sebelum dipasang penyangga Setelah dilakukan penyanggaan
Supporting :
 Rock-bolting
Panjang 2.5
m dan spasi
1.6 m
 Shotcrete 120
mm

Gambar 5. Rekomendasi sistem penyanggaan metode Q-system


Lampiran 5

RSR Sebelum dipasang penyangga Setelah dilakukan penyanggaan

Supporting :

 Rock-
bolting
Panjang
1.2 m dan
spasi 2 m

 Shotcrete 20 mm

Gambar 6. Rekomendasi sistem penyanggaan metode RSR

Anda mungkin juga menyukai