Estimasi Tipe Penyangga
Estimasi Tipe Penyangga
Abstrak
PT. Surabaya merupakan daerah perbukitan yang tidak stabil. Dikarenakan kemiringan lereng yang
curam dan lintasan jalan berkelok-kelok. Sehingga sering terjadi longsoran kecil dan beresiko tinggi
untuk terjadinya kecelakaan. Pembuatan terowongan merupakan salah satu solusi alternatif untuk
mengatasi masalah ini. Oleh karena itu perlu dilakukan penyelidikan geoteknik untuk memenuhi
kebutuhan data dalam mengetahui jenis penyanggaan yang akan diterapkan pada terowongan.
Metoda rancangan terowongan yang digunakan adalah metoda empiris dan analitik. Metode empiris
digunakan untuk mendapatkan rekomendasi penyanggan yang akan diterapkan pada rancangan
terowongan, kemudian dalam memverifikasi kestabilan terowongan digunakan metode analitik yang
berbasis finite elemen method (FEM).
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan geologi struktur dan lithologi daerah penelitian
didapat nilai pembobotan kondisi massa batuan dengan RMR, RSR dan Q-system, untuk RMR = 68
(good rock), RSR = 55 dan Q-system
= 0.8 ( very poor rock). Berdasarkan hasil verifikasi dengan software Phase2 didapatkan total
deformasi RMR = 1.22772 mm, RSR =1.22782 mm dan Q-system = 1.22732 mm. Berdasarkan ketiga
metode tersebut setelah diverifikasi yang paling baik adalah rekomendasi penyanggaan metoda Q-
system dengan variasi penyanggaan ; shotcrete 120 mm, dikombinasikan dengan rockbolt sepanjang
2.5 meter dengan spasi 1,6 meter dengan total displacement sebesar 1.22732 mm.
Kata kunci :Terowongan, desain penyanggaan, metode empirik, metode analitik, stabilitas sistem
penyanggan
Abstract
PT.Surabaya is a hilly area that is not stable. Due to the steep slope and the path winding road. So
often a small avalanche and at high risk for accidents. Making the tunnel is one alternative solution
to overcome this problem. Therefore, it needs to be done to meet the needs of the geotechnical
investigation in knowing the type of buffering the data to be applied to the tunnel.
Tunnel design method used is empirical and analytical methods. Empirical methods used to obtain
recommendations that will be applied to the buffering tunnel design, then in verifying the stability of
the tunnel used analytical methods based finite element method (FEM).
Based on data obtained from geologic structure and lithology observation area of the research, the
weighting value with RMR rock mass conditions, RSR and the Q-system, to RMR = 68 (good rock),
RSR = 55 and Q-system = 0.8 (very poor rock). Based on the results obtained Phase2 software
verification with total deformation RMR = 1.22772 mm, RSR = 1.22782 mm and Q-system = 1.22732
mm. Based on these three methods after having verified, the best result is the recommendation
buffering buffering method Q-system with variations; shotcrete 120 mm, combined with rockbolt 2.5
meters long and spaced 1.6 meters with a total displacement of 1.22732 mm.
Key words :Tunnel, buffering design, empirical methods, analytical methods, stability buffering
system.
I. PENDAHULUAN
PT. Surabaya merupakan daerah perbukitan yang tidak stabil. Dikarenakan
kemiringan lereng yang curam dan lintasan jalan berkelok-kelok. Sehingga sering
terjadi longsoran kecil dan beresiko tinggi untuk terjadinya kecelakaan. Pembuatan
terowongan merupakan salah satu solusi alternatif untuk mengatasi masalah ini.
Oleh karena itu perlu dilakukan penyelidikan geoteknik untuk memenuhi kebutuhan
data dalam mengetahui jenis penyanggaan yang akan diterapkan pada terowongan.
2.2 Geologi Sekitar Daerah Penelitian Berdasarkan studi lapangan yang dilakukan,
batuan yang dijumpai sepanjang daerah penelitian terdiri dari:
Batuan metawake: batuan sedimen yang termetamorfosiskan dari batupasir
menjadi metawake yang bersifat Homogen, bartekstur send, berwarna gelap.
Batu sabak: berwarna abu-abu dan kehijau-hijauan, hitam dan merah, serta
dapat dibelah-belah menjadi lempengan tipis yang lebih keras dari batu serpih.
Batuserpih: berwarna abu-abu sampai kehitaman, bersifat kompak, cukup
kuat-sampai kuat. Jika terkena udara akan mudah hancur.
Batugamping: berwarna abu-abu, bersifat kompak, cukup kuat sampai kuat.
Perlipatan: disepanjang daerah penelitian terdapat struktur perlipatan yang
berarah tenggara ke baratlaut.
IV. PEMBAHASAN
4.1 Pengklasifikasian Kondisi Massa Batuan Setelah dilakukan observasi di 5 titik
pengamatan pada lokasi penelitian. maka didapat data parameter kondisi massa
batuan. sebagai berikut :
1. Nilai kuat tekan batuan diketahui berdasarkan Field Index Strenght, dengan
rata-rata kuat tekan batuan di daerah tersebut berkisar antara 15 – 75 MPa.
2. Rata-rata nilai RQD (Table 1.) dari ke 5 titik pengamatan adalah sebesar 98.3
%.
3. Rata-rata jarak antar bidang lemah yang diukur pada 5 titik pengamatan
adalah berkisar antara 272.24 – 379.21 mm.
4. Bidang lemah khususnya kekar-kekar yang diukur tidak memiliki material
pengisi dan besarnya separasi kekar berkisar ≤ 1 mm.
5. Kondisi air pada daerah pengamatan cenderung basah. mungkin diakibatkan
adanya sumber mata air dari pegunungan di daerah tersebut.
6. Derajat pelapukan dari batuan di daerah pengamatan diindikasikan
terlapukan (moderatly weathered).
Setelah model terowongan dibuat dan diproses dengan software Phase2, diketahui
nilai total displacement masing-masing rekomendasi penyanggaan tiap metode pada
Tabel 7:
Rekomendasi penyanggaan RMR, dengan tipe penyanggaan rock-bolting
dengan panjang 3 m dan spasi 2.5 m dan dikombinasikan dengan shotcrete 50
mm. Memiliki nilai total displacement sebesar 0.00122772 m.
Rekomendasi penyanggaan Q-System, dengan tipe penyanggaan rock-bolting
dengan panjang 2.5 m dan spasi 1.6 m dan dikombinasikan dengan shotcrete 120
mm. Memiliki nilai total displacement sebesar 0.00122732 m.
Rekomendasi penyanggaan RSR, dengan tipe penyanggaan rock-bolting
dengan panjang 1.2 m dan spasi 2 m dan dikombinasikan dengan shotcrete 20
mm. Memiliki nilai total displacement sebesar 0.00122782 m.
Berdasarkan gambar 4,5 dan 6 terlihat dimensi runtuhan yang paling kecil
ditunjukan oleh sistem penyanggaan yang direkomendasikan oleh metode Q-System
yaitu rock-bolting dengan panjang 2.5 m dan spasi 1.6 m dan dikombinasikan
dengan shotcrete 120 mm. Kemantapan kestabilan terowongan juga ditunjukan
dengan nilai total displacement yang dimiliki sebesar 0.00122732 m (1,2 mm)
dimana nilai ini lebih kecil dari pada rekomendasi sistem penyanggaan yang
direkomendasikan oleh dua metode yang lain.
Supporting :
Rock-
bolting
Panjang
1.2 m dan
spasi 2 m
Shotcrete 20 mm